BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir t erakhir
ini, penerapan nanoteknologi di
segala
bidang
berkembang sangat pesat. Nanoteknologi merupakan bidang yang sangat multidisiplin, mulai dari fisika terapan, ilmu material, sains, koloid dan antarmuka, fisika alat, kimia supramolekul, mesin pengganda-diri dan robotika, teknik kimia, teknik mesin, rekayasa biologi, dan teknik elektro. nanopartikel membuat para peneliti berlomba untuk mendalami
dan menerapkan
teknologi ini pada
bidangnya
masing-masing,
seperti makanan, keramik, keramik, tekstil, kimia, farmasi dan kosmetik dan lain-lain. Pengembangan nanoteknologi di bidang farmasi/kosmetik fokus kepada sistem koloid (Colloidal (Colloidal
System) System)
termasuk
nanoemulsi, nanosuspensi
dan
nanopartikel.
Nanoemulsi merupakan efisiensi homogenisasi penyebaran dua bahan cair yang tidak saling
larut. Nanoemulsi
dapat
dibuat
dengan
ultrasonifikasi atau homogenisasi
tekanan tinggi ( High Pressure Homogenisasi/HPH ). ). Awal tahun 1990 lemak padat nanopartikel ( Solid Lipid Nanoparticle/SLN) Nanoparticle /SLN) mulai dikembangkan sebagai alternatif sistem pembawa untuk emulsi, liposom, dan polimer nanopartikel. Pada bidang farmasi SLN hadir untuk mengatasi masalah yang timbul akibat
pemakaian polimer nanopartikel yang mempunyai efek samping.
Polimer nanopartikel terbuat dari monomer dan pelarut organik yang berbahaya pada tubuh. Selain itu polimer nanopartikel juga tidak dapat terurai (biodegradable (biodegradable). ). Solid Lipid Nanoparticle Nanoparticle (SLN) telah muncul sebagai sistem pengiriman obat generasi berikutnya dengan aplikasi potensial di bidang farmasi, kosmetik, penelitian, pengobatan klinis dan ilmu il mu lainnya. lai nnya. Baru-baru ini, perhatian yang meningkat difokuskan pada SLN ini sebagai pembawa obat koloid untuk memasukkan obat hidrofilik atau lipofilik. Protein dan antigen yang ditujukan untuk tujuan terapeutik dapat digabungkan atau diserap ke SLN, dan selanjutnya diberikan melalui rute parenteral atau menjadi rute alternatif seperti oral, nasal dan paru-paru. Hambatan yang terkait dengan kemoterapi konvensional sebagian dapat diatasi dengan mengenkapsulasi mereka sebagai SLN. Tinjauan saat ini berfokus pada kegunaan SLN dalam hal keuntungan, metodologi produksi, karakterisasi dan aplikasinya. Jika diselidiki dengan benar, SLN dapat membuka pemandangan baru dalam terapi penyakit kompleks.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui Definisi Solid Lipid Nanopartikel 2. Untuk mengetahui Rute Pemberian Solid Lipid Nanopartikel 3. Untuk mengetahui Keuntungan dan Kerugian Solid Lipid Nanopartikel 4. Untuk mengetahui Metode Solid Lipid Nanopartikel 5. Untuk mengetahui Karakteristik Solid Lipid Nanopartikel 6. Untuk mengetahui Aplikasi Solid Lipid Nanopartikel 7. Untuk mengetahui Contoh Obat yang dipreparasi Solid Lipid Nanopartikel 8. Untuk mengetahui Sterlisasi Solid Lipid Nanopartikel 9. Untuk mengetahui Jurnal yang memformulasikan Solid Lipid Nanopartikel C. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah : 1. Agar dapat mengetahui Definisi Solid Lipid Nanopartikel 2. Agar dapat mengetahui Rute Pemberian Solid Lipid Nanopartikel 3. Agar dapat mengetahui Keuntungan dan Kerugian Solid Lipid Nanopartikel 4. Agar dapat mengetahui Metode Solid Lipid Nanopartikel 5. Agar dapat mengetahui Karakteristik Solid Lipid Nanopartikel 6. Agar dapat mengetahui Aplikasi Solid Lipid Nanopartikel 7. Agar dapat mengetahui Contoh Obat yang dipreparasi Solid Lipid Nanopartikel 8. Agar dapat mengetahui Sterlisasi Solid Lipid Nanopartikel 9. Agar dapat mengetahui Jurnal yang memformulasikan Solid Lipid Nanopartikel
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Solid Lipid Nanopartikel
Lipid nanopartikel padat (SLN) adalah dispersi koloid cair, yang matriksnya terdiri dari lipida padat yang dapat terbiodegredasi (Swathi et al ., ., 2010). SLN terutama terdiri atas lipid yang berada pada fase padat pada suhu ruang dan surfaktan pada emulsifikasi. Memiliki diameter rata-rata pada rentang 50 nm hingga 1000 nm pada aplikasi colloid drug delivery. delivery. SLN memiliki sifat yang unik diantaranya ukuran yang kecil, luas permukaan yang besar, loading drug yang besar, fase interaksi antarmuka, dan memiliki potensial untuk meningkatkan performa farmasetika. Secara
stuktural,
SLN
sedikit
berbeda
dengan
nanopartikel
bentuk
polimer. SLN tersusun dari lipid yang biokompatible terhadap tubuh dan bisa di buat tanpa menggunakan pelarut organik. Dengan formulasi khusus, SLN bisa membawa obat yang bersifat hidrofilik dan lipofilik . SLN menggabungkan keuntungan dan menghindari kekurangan beberapa pembawa koloid seperti kelas yang memiliki stabilitas fisik, perlindungan obat yang tidak stabil dari degradasi, pelepasan terkontrol, tolerabilitas yang sangat baik (Sarathchandiran, 2012). Formulasi SLN untuk berbagai rute penggunaan (parenteral, kulit mulut, okular, pulmonar, rektal) telah dikembangkan dan dicirikan secara menyeluruh secara in vitro dan vitro dan in vivo. Nanopartikel lipid padat memiliki matriks inti lipid padat yang dapat melarutkan molekul lipofilik. Inti lipid distabilkan oleh surfaktan (pengemulsi). Untuk aplikasi farmasi, semua formulasi eksipien harus memiliki status Umumnya Diakui sebagai Aman (GRAS). Untuk mencapai dan mempertahankan partikel lipid padat pada saat pemberian, titik lebur nanopartikel lipid harus melebihi suhu tubuh (37°C). Secara umum SLN dibuat dari campuran lemak, surfaktan/emulsifier surfaktan/ emulsifier , dan air. Lipid titik leleh tinggi yang diselidiki meliputi triasilgliserol (trigliserida), asilgliserol, asam lemak, steroid, lilin, dan kombinasinya. Surfaktan yang diselidiki meliputi garam empedu seperti sodium taurocholate, lipida membran biologis seperti lesitin, nonionik biokompatibel seperti kopolimer etilena oksida/propilena oksida, ester sorbitan, etoksilat asam lemak, dan campurannya.
B. Keuntungan dan Kerugian Solid Lipid Nanopartikel Nanopartikel a. Keuntungan
1. Meningkatkan bioavabilitas obat 2. Memproteksi obat yang sensitif terhadap lingkungan 3. Memiliki kemampuan pelepasan terkendali dan tertarget 4. Kemampuannya melindungi senyawa aktif dari penguraian oleh pengaruh faktor kimia dan fisika 5. Mempunyai stabilitas, terutama stabilitas fisik f isik yang lebih baik 6. SLN memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan liposom 7. Memungkinkan produksi skala besar 8. Memungkinkan penggabungan penggabungan obat-obat lipofilik l ipofilik dan hidrofilik 9. Penggunaan lokal, obat disempurnakan penetrasinya ke kulit melalui aplikasi dermal. 10. Bahan baku yang dibutuhkan sama dengan emulsi. 11. Bahan eksipien (lipid) yang murah 12. Dapat menghindarkan penggunaan pelarut organik yang umumnya toksik b. Kerugian:
1. Adanya pertumbuhan partikel 2. Menyebabkan degredasi obat jika pembuatannya menggunakan tekanan tinggi dan dapat terjadi fenomena gelasi yang menggambarkan perubahan viskositas dispersi nanopartikel lipid padat dari viskositas yang rendah menjadi kental seperti gel . 3. Kemungkinan terjadinya transisi polimorfisme 4. Daya ikat yang lemah karena struktur kristaline lipida padatn ya. 5. Rendahnya kapasitas untuk memuat obat hidrofilik karena efek partisi selama proses produksi.
C. Rute Pemberian Solid Lipid Nanopartikel Nanopartikel
Solid Lipid Nanopartikel diberikan dengan mengikuti rute pemberian : 1. Rute Oral Bentuk perbuatan SLN yang diberikan melalui jalur oral adalah dispersi berair. Bentuk sediaan dimuat SLN seperti tablet, pelet dan kapsul. Suasana dari perut mendukung agregasi partikel karena keasaman dan kekuatan ion tinggi. Diharapkan bahwa makanan akan berdampak besar besar pada kinerja SLN. 2. Rute Parenteral SLN umumnya diberikan secara intravena pada hewan. Distribusi SLN ditemukan memiliki konsentrasi obat yang lebih tinggi di paru-paru, limpa dan otak, sementara solusinya menyebabkan lebih banyak distribusi ke hati dan ginjal. SLN menunjukkan
tingkat darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan obat komersial setelah intravena. 3. Rute Transdermal Ukuran partikel terkecil diamati untuk dispersi SLN dengan kadar lipid rendah (sampai 5%). Kekurangan administrasi kulit adalah konsentrasi rendah dari lipida terdispersi dan viskositas rendah. Penggabungan dispersi SLN dalam salep atau gel diperlukan untuk mencapai formulasi yang dapat diberikan pada kulit.
D. Metode Solid Lipid Nanopartikel
Ada
beberapa
metode
untuk memproduksi SLN seperti homogenisasi
kecepatan tinggi dan Ultrasonication, Ultrasonication, metode homogenisasi tekanan tinggi ( High Pressure Homogenization/HPH ) atau homogenisasi kecepatan tinggi, sediaan SLN berbasis emulsi mikro, persiapan SLN dengan menggunakan cairan superkritis, SLN dibuat dengan emulsifikasi pelarut/penguapan, metode emulsi ganda dan metode pengeringan semprotan. 1. Teknik Homogenisasi Kecepatan Tinggi ( High Speed Homo-Genization/HSH ) dan Ultrasonifikasi (Ultrasonication (Ultrasonication)) Pembuatan SLN dengan metode HSH dan ultrasonifikasi dilakukan dengan cara mendispersikan partikel pada tabung ultrasound dengan kecepatan tinggi. Gabungan kedua metode ini sangat sederhana dan bisa menguntungkan dibandingkan metode lain seperti homogenisasi panas dan dingin karena peralatan yang digunakan dalam teknik ini sangat umum di setiap laboratorium. Kerugiannya seperti mendistribusikan ukuran partikel yang lebih besar mulai dari kisaran mikrometer menyebabkan ketidakstabilan fisik seperti pertumbuhan partikel pada penyimpanan dan juga kontaminasi logam akibat ultrasonication.
Dengan menggunakan metode ini, Ahlin et.al. et.al. (1998) telah melakukan optimalisasi beberapa parameter (waktu homogenisasi, kecepatan putaran, dan kondisi suhu) untuk menghasilkan SLN dengan dengan mutu tinggi/kandungan partikel nano tinggi.
Mereka mencoba memadukan beberapa jenis lemak dengan beberapa jenis emulsifier . Lemak yang dipakai diantaranya trimyristin, tripalmitin, tristearin, triglyceride triglyceride dan glycerol dan dan emulsifier -nya -nya menggunakan poroxamer, witepsol dan dan dynason. Dengan dynason. Dengan memakai poroxamer sebagai emulsifier , mereka mendapatkan kondisi optimum pembuatan SLN pembuatan SLN seperti seperti dalam Tabel 2. Dari hasil yang mereka dapatkan, mereka menyimpulkan bahwa kecepatan putaran tidak memberi pengaruh besar terhadap ukuran partikel akan tetapi sedikit mempengaruhi indeks dispersinya. Ukuran partikel yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini umumnya antara 100-200 nm.
2. Metode Homogenisasi Tekanan Tinggi ( High ( High Pressure Homogenization/ HPH )
Metode HPH Metode HPH merupakan merupakan metode paling populer diantara metode-metode yang sudah dikembangkan (Muller et.al., et.al., 2007). Metode ini tidak hanya banyak dipakai oleh para peneliti peneli ti bahkan juga banyak diterapkan pada industri untuk menghasilkan SLN skala skala pabrik. Secara umum tekanan diatur antara 100 bar hingga 2000 bar. Apabila memakai metode lain untuk mendapatkan nanopartikel, kandungan lemak dalam formula tidak boleh lebih dari 10%, akan tetapi dengan metode HPH kita dapat meningkatkan kandungan lemak dalam formula sampai 40% (Menhnert, 2001). Ada dua pendekatan untuk menghasilkan SLN menghasilkan SLN dengan HPH dengan HPH yaitu yaitu proses panas dan dingin seperti terlihat pada Gambar 1.
Pada proses homogenisasi panas,kondisi suhu proses diatur diatas titik leleh lemak yang dipergunakan (5 oC hingga 10 oC). Pada proses ini, kualitas pre-emulsi mempengaruhi produk akhir nanopartikel. Pengaturan suhu dan tekanan sangat diperlukan untuk menghindari degradasi bahan aktif yang terkandung. Secara umum suhu tinggi dapat mengecilkan ukuran partikel karena menurunnya viskositas fase cair (Menhnert et.al., et.al., 2001). Tekanan yang tinggi juga berdampak naiknya suhu sampel sampai 10 oC. Dilain pihak menaikkan tekanan dan kecepatan putaran berdampak naiknya energi kinetik yang mengakibatkan ukuran partikel kembali membesar
karena
nanopartikel nanopartikel
akan
bergabung kembali. Untuk itu optimalisasi kondisi seperti tekanan, suhu dan kecepatan putaran sangat diperlukan ketika memproduksi SLN supaya mendapatkan SLN yang stabil, tidak merusak bahan aktif
dan porsentase porsentase nanopartikel lebih banyak. Selanjutnya,
untuk
mengatasi kesulitan yang terjadi pada proses proses panas, telah dikembangkan pula pula HPH dengan proses dingin. Pada proses ini, lemak yang sudah didinginkan dihancurkan dengan ball milling untuk menghasilkan mikropartikel (50 µm hingga 100 µm). Kemudian
lemak
mikropartikel
didispersi,
lalu
ditambahkan
surfaktan/emulsifier surfaktan/emulsifier . Setelah itu dihomogenkan didalam reaktor bertekanan tinggi dengan kondisi suhu dingin untuk menjadikannya pre-suspensi. Proses HPH diteruskan sampai dihasilkan
nanopartikel.
surfaktan/emulsifier surfaktan/emulsifier
Helgason
et.al.
(2009)
meneliti
pengaruh
konsentrasi
terhadap struktur nanopartikel yang dihasilkan. Pada Gambar 2
terlihat bahwa penambahan surfaktan yang berlebihan berdampak tertutupnya permukaan lemak sehingga mengakibatkan menurunnya reaktifitas SLN . Selain meneliti tentang efek konsentrasi konsentrasi terhadap
penutupan penutupan
permukaan
partikel Helgason juga mengamati efek tahap penambahan surfaktan terhadap kestabilan partikel Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan surfaktan setelah dispersi akan menambah kestabilan struktur SLN .
Gambar 2. Ilustrasi Ilustra si dampak konsentrasi surfaktan terhadap penutupan permukaan lemak (Helgason et.al., 2009).
3. Emulsifikasi dengan Pelarut/Evaporasi Pelarut/Evaporasi (Solvent Emulsification (SE)/Evaporation (SE)/Evaporation) Pembuatan SLN dengan cara emulsifikasi adalah dengan mengendapkan mengendapkan lemak yang sudah dicampurkan ke dalam o/w emulsifier . Formula yang bersifat lipophilik kemudian dilarutkan didalam air dan pelarut organik (seperti cyclohexane). cyclohexane). Lalu pelarut organik dievaporasi dievaporasi untuk mendapatkan lemak mikropartikel. Lemak mikropartikel mikropartikel ini diendapkan lagi sampai dihasilkannya nanopartikel (Sjostrom et.al., et.al., 1992). Dengan menggunakan menggunakan metode ini i ni Sjostrom menghasilkan obat cholesterol acetat nanopartikel dengan dengan ukuran ukuran antara antara 25 nm hingga hingga 100 100 nm dengan emulsifier em ulsifier yaitu lecithin/sodium glyocholate. glyocholate. Seperti yang sudah diterangkan diatas bahwa ukuran partikel yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh perpaduan lemak dengan surfaktan/ emulsifier dan konsentrasi lemak dalam formula. Kelebihan dari metode ini adalah tidak karena
merusak
bahan
aktif
proses produksi dilakukan pada suhu rendah. Sementara kekurangan dari
metode ini adalah berdapak racun karena pemakai an pelarut organik.
4. Solvent Emulsification-Diffusion SLN juga dapat diproduksi dengan teknik emulsifikasi-difusi pelarut. Ukuran partikel rata-rata tergantung pada konsentrasi lipid dalam fase organik dan pengemulsi yang digunakan. Partikel dengan diameter rata-rata 30-100 nm dapat diperoleh dengan teknik ini. Menghindari panas selama pembuatan adalah keuntungan paling penting dari teknik ini. Di sini, matriks lipid dilarutkan dalam pelarut organik tak bercampur air diikuti oleh emulsifikasi dalam fasa berair. Pelarut diuapkan di bawah tekanan tereduksi sehingga terjadi dispersi nanopartikel yang dibentuk oleh presipitasi lipid dalam medium berair (Muller et al., 2000 dan Trotta et al, 2003).
5. Pembuatan SLN Berbasis Mikroemulsi Pembuatan
SLN
berdasarkan
mikroemulsi
Gasco
dan
rekan
kerjanya
(1997)
mengembangkan SLN berdasarkan pengenceran mikroemulsi. Ini dibuat dengan mengaduk campuran transparan pada suhu 65-70°C yang biasanya terdiri dari asam lemak titik leleh rendah seperti asam stearat, pengemulsi (misalnya polisorbat 20, polisorbat 60, kedelaiaphosphatydylcholine dan garam natrium asam taurodeoksikolat),
pengemulsi co-emulsifier (misalnya butanol, sodium mono octylphosphate) dan air. Mikroemulsi panas didispersikan dalam air dingin (2-3°C) dalam pengadukan (Waghmare et al., 2012). Rasio volume tipikal mikroemulsi panas terhadap air dingin berada pada kisaran 1:25 sampai 1:50. Proses pengenceran sangat ditentukan oleh komposisi mikroemulsi. Dispersi SLN dapat digunakan sebagai cairan granulasi untuk dipindahkan ke produk padat seperti tablet dan pelet oleh proses granulasi, namun dalam kasus kandungan partikel rendah, terlalu banyak air yang perlu dikeluarkan. Nanopartikel diproduksi hanya dengan pelarut yang mendistribusikan dengan sangat cepat ke dalam fasa berair (aseton), sementara ukuran partikel yang lebih besar diperoleh dengan pelarut lipofilik lebih banyak (De Labouret et al., 1995).
6. Persiapan SLN dengan menggunakan cairan superkritis: Ini adalah teknik baru yang baru-baru ini diterapkan untuk produksi SLN (Cavalli et al., 1996). Cairan disebut superkritis saat tekanan dan suhu melebihi nilai kritis masingmasing. Kemampuan cairan untuk melarutkan senyawa meningkat. Teknologi ini terdiri dari beberapa proses untuk produksi nanopartikel seperti perluasan cepat larutan superkritis (RESS), partikel dari gas larutan jenuh (PGSS), pelarut aerosol ekstraksi pelarut (ASES), ekstraksi cairan superkritis emulsi (SFEE). Kelebihan teknik ini meliputi penghindaran penggunaan pelarut, partikel yang diperoleh sebagai bubuk kering, bukan suspensi, memerlukan tekanan ringan dan kondisi temporer. Larutan karbon dioksida 99,99% adalah pilihan yang baik sebagai pelarut untuk metode metode ini (Chen et al., 2006).
7. Metode Emulsi Ganda Dalam metode ini, obat tersebut dienkapsulasi dengan zat penstabil untuk mencegah pembagian obat ke fasa air eksternal selama penguapan pelarut pada fasa air eksternal emulsi ganda w/o/w. Li et al. (2010) membuat nanopartikel lipid padat yang dilengkapi dengan albumin serum sapi (BSA) dengan menggunakan metode emulsi ganda.
8. Metode Pengeringan Semprotan Ini metode yang lebih murah daripada liofilisasi. Metode ini menyebabkan agregasi partikel karena suhu tinggi, gaya geser dan pencairan sebagian partikel. Hasil terbaik diperoleh dengan konsentrasi SLN 1% dalam larutan trehalosa dalam air atau 20% trehalosa dalam campuran etanolwater (10/90 v/v).
9. Teknik Injeksi Pelarut Di sini, lipid padat dilarutkan dalam pelarut pelarut air. Campuran pelarut lipida disuntikkan ke dalam fase berair yang diaduk dengan atau tanpa surfaktan. Akhirnya, dispersi disaring untuk menghilangkan kelebihan lipid. Emulsi dalam fase berair membantu menghasilkan tetesan lipid di tempat injeksi dan menstabilkan SLN sampai difusi pelarut selesai (Schubert et al., 2003). Mishra dkk. (2010) SLN yang disiapkan dan dievaluasi menggunakan metode injeksi Pelarut untuk pengiriman antigen permukaan Hepatitis B untuk vaksinasi dengan menggunakan rute subkutan.
E. Karakteristik Karakteristik Solid Lipid Nanopartikel
Karakterisasi SLN diperlukan untuk pengendalian kualitasnya. Karakterisasi SLN merupakan tantangan serius karena ukuran koloid partikel dan kompleksitas dan sifat dinamik sistem pengiriman. Parameter yang harus dievaluasi: Ukuran partikel, potensial zeta, pelepasan obat, morfologi permukaan. Polimorfisme, tingkat kristalinitas, skala waktu proses distribusi. 1. Ukuran Partikel Stabilitas fisik SLN tergantung pada ukuran partikelnya. Spektroskopi korelasi foton (PCS) dan difraksi laser (LD) adalah teknik paling ampuh untuk penentuan ukuran partikel. PCS (juga dikenal sebagai hamburan cahaya dinamis) mengukur fluktuasi intensitas cahaya yang berserakan, yang disebabkan oleh pergerakan partikel. Penentuan ukuran partikel dengan spektroskopi korelasi foton (PCS) mendeteksi kisaran ukuran 3nm sampai 3μm dan dengan difraksi laser dalam kisaran ukuran 100 nm sampai 180 μm. Meskipun PCS adalah alat yang baik untuk mengkarakterisasi partikel nano, namun mampu mendeteksi mikropartikel yang lebih besar (Pandey et al., 2005). Metode LD didasarkan pada ketergantungan sudut difraksi pada ukuran partikel (spektrum Fraunhofer). Partikel yang lebih kecil menyebabkan hamburan yang lebih kuat pada sudut yang tinggi dibandingkan dengan yang lebih besar.
2. Zeta Potensial Pengukuran zeta potensial dapat dilakukan dengan menggunakan zeta potential analyzer atau zetameter. Sebelum pengukuran, dispersi SLN diencerkan 50 kali lipat dengan media preparasi dispersi asli untuk penentuan ukuran dan pengukuran zeta potensial (Luo et al., 2006). Nilai zeta potensial yang lebih tinggi dapat menyebabkan deagregasi partikel tanpa adanya faktor penyulit lainnya seperti stabilisator sterik atau
pelengkap permukaan hidrofilik. Pengukuran zeta potensial memungkinkan prediksi tentang stabilitas penyimpanan dispersi koloid.
3. Mikroskop Elektron Scanning Electron Microscopy Microscopy (SEM) dan Mikroskop Elektron Transmisi Transmisi (TEM) memberikan cara untuk mengamati secara langsung nanopartikel dan karakterisasi fisik nanopartikel. TEM memiliki batas deteksi yang lebih kecil, adalah validasi yang baik untuk metode lain dan orang harus menyadari ukuran sampel secara statistik kecil dan efek yang dapat dimiliki oleh vakum pada partikel.
4. Static light scattering (SLS)/Fraunhofer (SLS)/Fraunhofer Difraksi Metode ini mempelajari pola cahaya yang berserakan dari larutan partikel dikumpulkan dan sesuai dengan persamaan elektromagnetik fundamental dimana ukuran adalah variabel utama. Metode ini cepat dan kasar, namun membutuhkan kebersihan lebih banyak daripada DLS, dan memajukan pengetahuan tentang kualitas optik partikel.
5. Dinamis Light Scattering (DLS) (DLS) DLS, juga dikenal sebagai PCS atau Quasi-Elastic Light Scattering (QELS) (QELS) mencatat variasi intensitas cahaya yang tersebar pada skala waktu mikrodetik. Variasi ini diakibatkan oleh gangguan cahaya yang tersebar oleh partikel individual di bawah pengaruh gerak Brown, dan diukur dengan kompilasi fungsi autokorelasi. Kelebihan metode ini adalah kecepatan analisis, kurangnya kalibrasi dan sensitivitas yang dibutuhkan terhadap partikel submikrometer. Keunggulan metode ini adalah kecepatan analisis, kurangnya kalibrasi yang dibutuhkan, dan sensitivitas terhadap partikel submikrometer.
6. Nuklir Magnetik Resonansi (NMR) NMR digunakan untuk menentukan ukuran dan sifat nanopartikel. Selektivitas yang diberikan oleh pergeseran kimia melengkapi kepekaan terhadap mobilitas molekuler untuk memberikan informasi mengenai status fisikokimia komponen dalam partikel nano.
7. Atomic Force Microscopy (AFM) Microscopy (AFM)
Dalam teknik ini, tip probe dengan ketajaman skala atom direkayasa melintasi sampel untuk menghasilkan peta topologi berdasarkan kekuatan yang ada di antara ujung dan permukaan. Probe dapat diseret di seluruh sampel (mode kontak), atau diizinkan melayang tepat di atas (mode kontak tidak), dengan sifat pastinya dari gaya tertentu yang digunakan untuk membedakan di antara sub teknik. Resolusi yang sangat tinggi dapat diperoleh dengan pendekatan ini, yang bersama dengan kemampuan untuk memetakan sampel sesuai dengan sifat selain ukuran, misalnya daya tarik koloid atau ketahanan terhadap deformasi, menjadikan AFM sebagai alat yang berharga (Mukherjee et al., 2009)
8. Metode Akustik Spektroskopi akustik, mengukur redaman gelombang suara sebagai alat untuk menentukan ukuran melalui persamaan fisik yang relevan. Selain itu, medan listrik berosilasi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan di bawah pengaruh energi akustik dapat dideteksi untuk memberikan informasi mengenai muatan permukaan.
9. Difraksi X-Ray dan Differential dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) Calorimetry (DSC) DSC dan X-ray
Diffractometry (PXRD) dilakukan untuk menentukan tingkat
kristalinitas dispersi partikel. Tingkat kristalinitas menggunakan DSC diperkirakan dengan membandingkan entalpi pelebura/g bahan bulk dengan entalpi peleburan/g dispersi (Siekmann dan Westesen, 1994). F. Aplikasi Solid Lipid Nanopartikel
1. SLN Oral dalam Kemoterapi Anti Tuberkular Obat anti tuberkulosis seperti rifampsin, isoniazid, pirazinamida dibuat sistem SLN terlarut mampu mengurangi frekuensi pemberian dosis dan memperbaiki kepatuhan pasien. Obat antituberkulosis yang dilbuat SLN disiapkan dengan menggunakan teknik pelarut difusi (Pandey et al., 2005).
2. SLN untuk Aplikasi Parenteral Wissing et al. (2004) secara intensif meninjau penggunaan SLN secara parenteral. SLN sangat cocok untuk pengiriman sistemik karena mengandung bahan-bahan yang dapat
ditoleransi secara fisiologis dan memiliki kemampuan penyimpanan yang baik setelah liofilisasi dan/atau sterilisasi. Saat disuntikkan secara intravena, SLN cukup kecil untuk disirkulasikan dalam sistem mikrovaskular dan mencegah pengambilan makrofag jika terjadi lapisan hidrofilik. Oleh karena itu, SLN telah disarankan untuk penghantaran gen virus dan non-virus. SLN kationik telah ditunjukkan untuk mengikat gen secara langsung melalui interaksi elektrostatik, dan memiliki potensi manfaat dalam terapi gen yang ditargetkan dalam pengobatan kanker.
Partikel juga dapat dimodulasi melalui komposisi, sehingga
memungkinkan pengikatan molekul bermuatan berlawanan (Olbrich et al 2001; Tabatt et al., 2004; Pedersen et al 2006). Pengobatan penyakit sistem saraf pusat seperti tumor otak, AIDS, gangguan neurologis dan psikiatri seringkali terkendala oleh ketidakmampuan obat ampuh untuk melewati
sawar
darah
otak
(BBB).
Lapisan
koloid
hidrofilik
meningkatkan
pengangkutannya pengangkutannya melalui BBB dan distribusi jaringan (Kreuter (Kreute r 2001; Wang et al., 2002). Fundaro et al, 2000, menyiapkan silika stealth dan SLF stealth tanpa templat dan mengandung stealth nanopartikel yang hadir dalam darah pada konsentrasi yang lebih tinggi daripada SLN non-stealth setelah 24 jam setelah pemberian intravena.
3. SLN untuk Aplikasi Topikal SLN dan NLC adalah sistem pembawa koloid yang sangat menarik untuk aplikasi kulit karena berbagai efek yang diinginkan pada kulit selain karakteristik sistem pembawa koloid. Sangat cocok digunakan pada kulit yang rusak atau meradang karena didasarkan pada lipida non-iritan dan tidak beracun (Wissing and Muller 2003). Peniliti telah melaporkan secara intensif aplikasi topikal SLN. Selama beberapa tahun terakhir, SLN dan NLC telah dipelajari dengan senyawa aktif seperti Vitamin E, tocopherol asetat, retinol, ascorbyl palmitate, clotrimazole, triptolide, phodphyllotoxin dan antiandrogen anti oksidan nonsteroid 58841 untuk aplikasi topikal. Area aplikasi yang baru ditemukan, baru ditemukan adalah penggunaan penggunaan SLN pada Krim Sunscreen (Waghmare (Waghmare et al., 2012).
4. SLN untuk Aplikasi Okular Pemberian obat okular melalui SLN telah dilaporkan beberapa kali (Friedrich et al 2005). Kompatibilitas biologis dan sifat mukoadhesif SLN memperbaiki interaksinya dengan mukosa okular dan memperpanjang waktu tinggal kornea obat, dengan tujuan penargetan obat okular. Cavalli dkk., (2002) mengevaluasi SLN sebagai pembawa pengiriman okular
tobramycin pada mata kelinci. Akibatnya SLN secara signifikan meningkatkan bioavailabilitas obat dalam humor berair. Cavalli dkk., (1995) juga mempelajari pemberian pilocarpine melalui SLN, yang biasa digunakan dalam pengobatan glaukoma, sebelumnya. Mereka melaporkan hasil yang sangat mirip untuk meningkatkan bioavailabilitas okuler obat.
5. SLN sebagai Cosmeceuticals SLNs telah diterapkan dalam pembuatan tabir surya dan sebagai agen pembawa aktif untuk tabir surya molekular dan blocker UV38. SLN dan NLCs telah terbukti terkontrol merilis topikal oklusif inovatif. Lokalisasi yang lebih baik telah dicapai untuk vitamin A di lapisan atas kulit dengan glyceryl behenate SLNs dibandingkan dengan formulasi konvensional.
6. SLN dalam Kemoterapi Kanker Dari dua dekade terakhir beberapa agen kemoterapi telah dienkapsulasi dalam SLN dan efikasi in vitro dan in-vivo telah dievaluasi. Tamoxifen, obat antikanker telah dimasukkan ke dalam SLN untuk memperpanjang pelepasan obat berikut ini. Pemberian pada kanker payudara (Murthy, 2005). Penargetan tumor telah dicapai dengan SLN yang sarat dengan obat-obatan seperti metotreksat dan camptothecin. Suntikan lokal SLN metoksantrone diformulasikan untuk mengurangi toksisitas dan meningkatkan keamanan dan bioeffikasi obat dalam mengobati kanker payudara dan metastasis kelenjar getah bening (Wong et al., 2006).
7. SLN untuk Aplikasi Rektal Beberapa laporan tersedia mengenai pemberian obat rektal via SLN dalam literatur (Sznitowska et al., 2000). Sznitowska dkk., 2001 memasukkan diazepam ke dalam SLN untuk pemberian rektal agar bisa memberikan tindakan cepat. Mereka menerapkan dispersi SLN pada kelinci dan melakukan studi bioavailabilitas. Mereka menemukan bahwa matriks lipid yang padat pada suhu tubuh bukanlah sistem yang menguntungkan untuk pengiriman dubur diazepam. Mereka memutuskan untuk menggunakan lipid yang meleleh di sekitar suhu tubuh dalam percobaan berikutnya. Daerah ini nampaknya sangat terbuka untuk diselidiki, terutama bila manfaat rute rektal diperhitungkan. Lapisan PEG nampaknya merupakan pendekatan yang menjanjikan pada pengiriman rektal dan akibatnya, peningkatan bioavailabilitas.
8. SLN untuk Aplikasi Pernafasan Paru-paru menawarkan area permukaan yang tinggi untuk penyerapan obat dengan menghindari efek first-pass. Penyerapan obat cepat dengan aerosolisasi obat-obatan (dalam kisaran ukuran 1-3 1-3 μm) terjadi karena dinding alveoli di paru-paru paru -paru dalam sangat tipis (Agu et al., 2001; Banga 2003). Drainase limfatik memainkan peran penting dalam pengambilan partikulat dalam sistem sis tem pernafasan. SLN dapat diusulkan sebagai pembawa obat anti kanker dalam pengobatan kanker paru-paru atau obat peptida untuk meningkatkan bioavailabilitas mereka. Penilaian distribusi radio SLN berlabel radioaktif telah dijelaskan dan data menunjukkan serapan penting dan signifikan dari radio yang diberi label SLN ke dalam limfatik setelah inhalasi (Videira et al., 2002). Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, obat antituberkulosis (rifampisin, isoniazid dan pirazinamida) dimasukkan ke dalam berbagai formulasi partikel lipid padat yang berkisar dari 1,1-2,1 μm dan formulasi di nebulasi ke kelinci percobaan melalui mulut untuk persalinan langsung (Pandey et al., 2005a dan 2005b). Nebulisasi partikel lipid padat yang membawa obat antituberkulosis diamati berhasil meningkatkan bioavailabilitas obat dan mengurangi frekuensi pemberian dosis untuk pengelolaan TB paru yang lebih baik.
9. SLN untuk Aplikasi Nasal Pemberian nasal adalah rute pemberian obat alternatif non invasif yang menjanjikan karena penyerapan cepat dan onset tindakan obat yang cepat, menghindari obat labil (seperti peptida dan protein) di saluran GI dan transport yang tidak memadai melintasi lapisan sel epitel (Lee et al. , 1994). Untuk meningkatkan penyerapan obat melalui mukosa hidung, pendekatan seperti pengembangan formulasi dan turunan prodrug telah digunakan. SLN telah diusulkan sebagai sistem pengiriman mukosa transgenik alternatif agen terapeutik makromolekul dan diagnostik oleh berbagai kelompok penelitian (Muller dan Keck 2004; Prego et al., 2005). Dalam sebuah laporan baru-baru ini, lapisan nanopartikel polimer dengan PEG memberikan hasil yang menjanjikan sebagai pembawa vaksin (Vila et al., 2004). Peran lapisan PEG dari nanopartikel asam polylactic dalam meningkatkan trans mukosa transportasi dari molekul bioaktif yang dienkapsulasi dilaporkan berhasil oleh Tobio et al, 1998. Konsep ini bisa bermanfaat bagi nanopartikel padat.
10. SLN untuk potensial pengaplikasian pertanian
Minyak atsiri yang diekstrak dari Artemisia arborescens L. saat digabungkan dalam SLN, mampu mengurangi penguapan yang cepat dibandingkan dengan emulsi dan sistemnya telah digunakan dalam pertanian sebagai pembawa pestisida ramah lingkungan yang sesuai (Lai et al., 2006). G. Contoh Obat yang dipreparasi SLN
Daftar obat dan polimer yang digunakan untuk persiapan SLN menggunakan metode yang berbeda. OBAT Olanzapin
POLIMER METODE PREPARASI kedelai fosfatidilkolin Modifikasi tekanan tinggi homogenisasi Terhidrogenasi
Rizatriptan
Tristearin, Phospholipon 80 PLGA, Ethyl acetate, PF68 Dynasan114,116, Dynasan114,116,
Alendronate NP Clozapine Tetracaine Etomidate Prednisolon Vitamin A Retinol Gatifloxacine Insulin Mitoxantron
Vinpoctine
Tristearin,Dynasan112, Tristearin,Dynasan112, Campritol 888ATO, Lipoid S75 Compritol 888ATO, Miglyol 812, Dynasan 116 Chitosan-Na aliginate PEG'Glycol PEG'Glycol Grafted chitosan Glyceryl behenate, Compritol 888 ATO, lesitin Glyceryl monostearate, monostearate, DCM, lesitin kedelai
SUMBER Vivek et al ., ., 2007
Metode modified pelarut Nair et al ., ., 2003 injeksi Difusi pelarut emulsi ganda Cohen-Sela et al. (2009) Homogenisasi Homogenisasi panas
Venkateswarlu Venkateswarlu et al. (2004) Zur Muhlen et al.(1998) al.(1998) Schwarz et al. (1994)
Homogenisasi panas
Muller et al. (1999)
Modifikasi Coacervation Coacervation Gelasi ionik
Jenning et al. (2000) Motwani et al. (2008) Zhang et al. (2008) Lu et al. (2006)
Emulsifikasi ultrasonik
pelarut
Luo et al. (2006)
pelarut Sarmento et al. (2007)
Insulin
Cetyl palmitate
Penguapan emulsifikasi
5-fluorouracil
Dynasan 114,118, triglyceride, lesitin kedelai Cetyl alcohol, Campritol 888 ATO,Tween 80 Sodium alginate, Chitosan
Penguapan pelarut emulsi ganda
Yassin et al. (2010)
Teknik pembekuan microemulsion
Misra et al. (2002)
Modifikasi Coacervation Coacervation
Motwani et al. (2008)
Methotrexate
Gatifloxacine
H. STERLISASI SLN
SLN intravena dan okular harus steril. Jangkauan suhu tinggi selama sterilisasi oleh otoklaf menyebabkan mikro emulsi panas yang terbentuk di autoklaf, memodifikasi ukuran nanodroplet panas. Pada pendinginan lambat berikutnya, SLN direformasi, namun beberapa nanodroplet bisa menyatu, menghasilkan SLN lebih besar dari yang semula. Jumlah surfaktan dan ko-surfaktan hadir dalam sistem panas lebih kecil. Ada untuk nanopartikel tidak stabil.
I. JURNAL YANG MEMFORMULASI SLN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperpanjang efek terapeutik CIP dengan memasukkan CIP ke dalam SLN dengan menggunakan lipida berbeda dan metode emulsifikasi melunak ultrasonik. Disimpulkan bahwa formulasi optimumnya adalah CIPSTE, yang menunjukkan indeks polisistilitas yang relatif rendah, ukuran partikel rendah, potensi zeta tinggi, dan efisiensi jebakan j ebakan persentase tinggi. Selain itu, formula CIPSTE tidak hanya menunjukkan pola pelepasan obat yang optimum, namun juga aktivitas anti bakteri yang superior. Dengan demikian, dapat diputuskan bahwa CIP dapat diberikan pada interval waktu yang lebih lama dengan memasukkannya ke dalam formulasi nanopartikel lipid padat.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Garud, A., Deepti, S., dan Navneet, G. 2012. Solid Lipid Nanoparticles (SLN) : Method, Characterization and Applications. International Current Pharmaceutical Journal , Vol. 1(11). Rahmi. 2013. Lemak Padat Nanopartikel; Sintesis dan Aplikasi (Solid Lipid Nanoparticle; Synthesis and Applications). Applications). Jurnal Kimia Dan Kemasan, Vol. 32 No. 1. Shazly, G. A. 2017. Ciprofloxacin Controlled-Solid Lipid Nanoparticles: Characterization, In Vitro Release, and Antibacterial Activity Assessment. BioMed Research International ,Vol. 2017.