TUGAS MAKALAH SISTEM ISNTALASI PERPIPAAN KAPAL SISTEM SANITARY AIR LAUT ( Rules Det Norske Veritas)
Diusulkan oleh: RUDI ALAN FHAJOENG RAMADHA
D33114004 / 2014 D33115301 / 2015
PROGRAM STUDI SISTEM PERKAPALAN JURUSAN PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Instalasi Perpipaan “Sanitary Air Laut” Menggunakan Rulus Det Norske Veritas) tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada ibu Ir.Syerly Klara, MT selaku dosen Sistem Instalasi Instalas i Perpipaan atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Gowa, 05 – 05 – 03 – 03 – 2017 2017 Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................ .................................................................. ...................................... ................ i KATA PENGANTAR ............................................ ................................................................... ....................................... ................ ii DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ............................... ......... iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................... ............................................................... ................................... ............. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................. ................................................................... ........................... ..... 2 1.3 Tujuan......................................... ............................................................... ............................................. ............................ ..... 2 1.4 Manfaat ........................................... ................................................................. ............................................ ........................ .. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sistem Instalasi Perpipaan.......................................... .......................................... 3 2.2 Fungsi Sistem Intalasi Perpipaan ................................................. ................................................. 9 2.3 Komponen Sistem Sistem Instalasi Perpipaan ....................................... ....................................... 10 2.4 Cara Kerja Sistem Sis tem Instalasi Perpipaan ......................................... ......................................... 14 2.5 Diagram Isntalasi Perpipaan ............................................ ......................................................... ............. 15 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................... ................................................................. ...................................... ................ 18 3.2 Saran .......................................................... ................................................................................ ................................... ............. 18 LAMPIRAN-LAMPIRAN
RULES FOR CLASSIFICATION DNV Part 4 Systems and components Chapter 6 Piping systems. Edition October 2015
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan transportasi laut merupakan modal transportasi yang sarat
akan regulasi (aturan). Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada peraturan yang harus dipatuhi dan di dalam proses pelaksanaannya pun selalu dilakukan pengawasan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mewujudkan keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan. Namun transportasi laut di Indonesia saat ini bisa dikatakan sedang mengalami masalah. Kecelakaan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda terjadi bergantian. Akar penyebab kecelakaan laut belum ditangani secara serius sehingga bahaya selalu mengintai pengguna jasa angkutan laut. Badan
klasifikasi kapal merupakan bagian penting dari sebuah
bangunan kapal. Di Indonesia sendiri sudah terdapat badan klasifikasi yaitu Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) namun keberadaan BKI masih belum dapat untuk menjadi anggota asosiasi dunia. Namun untuk kapal yang berlayar di daerah perairan Indonesia dapat menggunakan peraturan dari BKI. Selain BKI di Indonesia sendiri tidak jarang menggunakan klas asing untuk sebuah kapal. Biro-biro klasifikasi adalah pihak-pihak yang berwenang dengan pengaruh yang sangat besar dalam pembangunan kapal, rancangan, dan keamanan kapal niaga, dan berguna sebagai tutunan selama seluruh waktu pembangunan kapal.beberapa biro klasifikasi yang paling berpengaruh dan penting adalah Biro Klasifikasi Inggris (LLoyd’s Register of Shipping/LR) berdiri di London tahun 1760, Biro Klasifikasi Perancis (Bureau Veritas/BV) berdiri di Paris tahun 1828, Biro Klasifikasi Norwegia (Det Norske Veritas/NV) berdiri di Oslo tahun 1864, Biro Klasifikasi italia (Registo Italiano Navale/RIN)berdiri di Genoa tahun 1861, Biro Klasifikasi Amerika (The American Bureau of Shipping/ABS) Shipping/ABS) berdiri di
Houston
tahun 1862, Biro Klasifikasi Jerman (Germanischer Lloyd/GL) berdiri di TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
1
Hamburg tahun 1867, Biro Klasifikasi Jepang (Nippon Kaiji Kyokai/NKK) berdiri di Tokyo tahun 1899. Aturan DNV GL untuk klasifikasi berisi persyaratan prosedural dan teknis terkait dengan mendapatkan dan mempertahankan sertifikat kelas. Aturan mewakili semua persyaratan diadopsi oleh Masyarakat sebagai dasar untuk klasifikasi. 1.2 Batasan Masalah
1. Pengertian sistem instalasi perpipaan. 2. Fungsi sistem instalasi perpipaan. 3. Komponen sistem instalasi perpipaan. 4. Cara kerja sisten instalasi perpipaan. 5. Diagram sistem instalasi perpipaan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui badan klasifikasi kapal Det Norske Veritas yang biasa disingkat DNV. 2. Untuk mengetahui aturan instalasi perpipaan kapal. 3. Untuk mengenatauhi sistem kerja dari sistem instalasi perpipaan. 4. Untuk mengetahui komponen-komponen sistem instalasi peprpipaan.
1.4 Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat yang diperoleh dari makalah ini ialah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian sistem intalasi perpipaan. 2. Mengetahui sistem instalasi perpipaan. 3. Mengetahui komponen-komponen intalasi perpipaan. 4. Mengetahui cara kerja sistem intalasi perpipaan. 5. dapat menggambarkan diargram sistem pipa.
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Sistem Instalasi Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks di kapal untuk perencanaan dan pembangunannya. Sistem perpipaan mempunyai hubungan yang sangat
erat
dengan
prinsip-prinsip
analisa
static
dan
dinamic
stress,
thermodinamic, teori aliran fluida untuk merencanakan keamanan dan efisiensi jaringan pipa (network piping). Peletakan komponen yang akan disambungkan dengan pipa perlu diperhatikan untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : panjang perpipaan, susunan yang kompleks, menghindari pipa melalui daerah yang tidak boleh ditembus, menghindari penembusan terhadap struktur kapal, ddl. Jalur instalasi pipa sedapat mungkin direncanakan untuk mengindari stress yang terlalu tinggi pada struktur. Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi pengoperasian
harus
diperhatikan
sesuai
keamanan
dalam
peraturan- peraturan klasifikasi
maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung permesinan. Sistem Sanitary atau bisa disebut domestic water system adalah system distribusi air bersih (fresh water) di dalam kapal yang digunakan oleh ABK dalam memenuhi kebutuhan akan air minum dan memasak, untuk mandi, mencuci dan lain-lain. Sedangkan untuk kebutuhan di WC (water closed) maka dengan perencanaan sistem yang sama digunakan sistem air laut la ut (sea water) yang disuplai ke tiap deck yang memiliki kamar mandi. Kedua s istem pelayanan diatas memiliki dasar kerja yang sama menggunakan pompa otomatis untuk mensuplai fluida ke tangki yang sudah memiliki tekanan (hydropore) yang disuplai dari sistem udara tekan. Udara tekan ini direncanakan memiliki head dan tekanan yang memadai untuk dapat mensuplai air ketempat yang memerlukan, diantaranya kamar mandi, laundry room, galley, dan wash basin. Pompa dioperasikan secara otomatis dengan swicth tekanan yang bekerja berdasar level air yang dikehendaki [DA. Taylor]. TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
3
Adapun definisi dari rules DNV yaitu sebagai berikut: a.
Sistem Sanitary Sistem sanitary merupakan system yang pada dasarnya adalah untuk melayani keperluan air di kapal, baik itu bagi keperluan anak buah kapal untuk minum, memasak, mandi, cuci dan mesin maupun kapal sendiri. Sistem layanan yang diperlukan baik itu air laut maupun air tawar akan didistribusikan ke tempat-tempat di setiap geladak yang memerlukan antara lain : tempat cuci (laundry), dapur, kamar mandi dan WC, pencucian geladak dan untuk pendinginan pendinginan mesin
b. Klasifikasi
Definisi 1. Persyaratan 1.1 Pipa didefinisikan meliputi komponen-komponen berikut: -
pipa
-
flensa dengan gasket dan baut dan sambungan pipa lainnya
-
unsur ekspansi
-
katup, termasuk aktuator hidrolik dan pneumatik, dan alat kelengkapan
-
gantungan dan mendukung
-
selang fleksibel
-
rumah pompa.
1.2 Sebuah sistem perpipaan didefinisikan untuk memasukkan pipa, serta komponen dalam koneksi langsung ke pipa seperti pompa, penukar panas, evaporator, tangki independen dll dengan pengecualian dari komponen utama seperti uap dan gas turbin, mesin mesi n diesel , gigi reduksi dan boiler. Untuk komponen yang tunduk pada tekanan internal dan tidak termasuk dalam pipa, persyaratan desain di bag.7 berlaku. 1.3 Pipa terowongan menunjukkan ruang yang dapat masuk melalui pintu atau menetas dan harus berventilasi.
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
4
1.4 Pipa saluran ruang adalah yang biasanya tidak masuk, tapi dapat dimasukkan melalui lubang got dan disediakan dengan pipa udara. 1.5 Kelas sistem perpipaan. Untuk tujuan pengujian, jenis bersama untuk diadopsi, perlakuan panas dan prosedur pengelasan, pipa dibagi menjadi tiga kelas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Class I
1)
Class II
1)
Class III
1)
Piping system for p (bar)
t (°C)
p (bar)
t (°C)
p (bar)
t (°C)
Steam
> 16
or > 300
≤ 16
and ≤ 300
≤7
and ≤ 170
Thermal oil
> 16
or > 300
≤ 16
and ≤ 300
≤7
and ≤ 150
Fuel oil, lubricating oil, flammable hydraulic
> 16
or > 150
≤ 16
and ≤ 150
≤7
and ≤ 60
> 40
or > 300
≤ 40
and ≤ 300
≤ 16
and ≤ 200
oil Other media 2)
p t
1)
= Design pressure, as defined in Sec.9 [1.3.3] = Design temperature, as defined in Sec.9 [1.3.4] For class II and III piping both specified conditions shall be met, for class I piping one condition only is
sufficient. 2)
Cargo oil pipes on oil carriers and open ended pipes (drains, overflows, vents, boiler escape pipes etc.) independently of the pressure and temperature, are pertaining to class III.
3)
Cargo piping systems for flammable liquids on Offshore Supply Vessels Vessels are pertaining to the same pipe class as fuel oil systems.
4)
Outside Machinery spaces of Category A, class II
piping is sufficient. sufficient. Note: Cargo piping for chemicals or liquefied gases are not covered by the table. Requirements for these piping s stems stems are iven iven in Pt.5 Ch.7 and Pt.5 Ch.5. Ch.5.
1.5 Operasi Independen komponen adalah ketika fungsi komponen dan catu daya dari komponen independen dari mesin utama. TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
5
c.
Sistem perpipaan
1 Piping system
1.1 Umum 1.1.1 bahan yang akan digunakan dalam sistem perpipaan harus cocok untuk media dan layanan yang sistem ini dimaksudkan. catatan: baja tahan karat tradisional, termasuk 316 jenis atau 316L, tidak boleh dianggap cocok untuk digunakan dalam sistem air la ut. Namun, baja stainless tertentu dengan isi yang lebih tinggi dari kromium, molibdenum dan nitrogen telah meningkatkan ketahanan terhadap korosi lokal. Ini termasuk molibdenum tinggi baja austenitik dan feritik-austenitic (duplex) baja. Bahkan baja ini tidak dapat dianggap kekebalan untuk menyerang dalam semua situasi; menghindari kondisi air laut stagnan dan penghapusan las oksida adalah beberapa faktor penting untuk keberhasilan penggunaan. 1.1.2 Non-ferrous bahan logam dengan titik leleh lebih tinggi dari 925 ° C dapat diterima dalam sistem perpipaan sebagai alternatif untuk baja kecuali keterbatasan mana tertentu diberikan tempat lain dalam aturan. Bahan logam non-ferrous dengan titik leleh lebih rendah dari 925 ° C dapat digunakan di bawah pembatasan yang sama seperti untuk pipa plastik. Lihat [1,7]. 1.2 Karbon dan baja paduan rendah 1.2.1 pipa baja untuk kelas I dan II akan mulus ditarik atau dibuat dengan metode pengelasan dianggap setara dengan mulus pipa. Lihat Pt.2 bag.2 Sec.4. 1.2.2 Baja pipa, katup dan fitting dapat digunakan dalam batas suhu yang diberikan pada Sec.9. 1.3 Tembaga dan paduan tembaga 1.3.1 tembaga dan pipa paduan tembaga untuk kelas I dan II akan mulus ditarik. TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
6
1.3.2 Tembaga dan paduan tembaga tidak boleh digunakan untuk media memiliki suhu di atas batas berikut: -
tembaga dan aluminium kuningan: 200 ° C
-
nikel tembaga: 300 ° C.
Perunggu khusus cocok untuk layanan suhu tinggi dapat digunakan untuk media memiliki suhu hingga 260 ° C. 1.3.3 Pipa untuk memulai udara tidak harus dari tembaga atau paduan tembaga ketika diameter luar melebihi 44,5 mm. 1.4 abu-abu besi cor 1.4.1 abu-abu besi cor tidak akan digunakan untuk subjek pipa shock tekanan, strain dan getaran yang berlebihan. 1.4.2 abu-abu besi cor tidak boleh digunakan untuk kelas I dan pipa II dengan pengecualian berikut: -
komponen dalam sistem pipa hidrolik di mana kegagalan tidak
akan membuat sistem tidak beroperasi atau memperkenalkanresiko kebakaran -
pompa dan filter perumahan dalam sistem bahan bakar minyak dan
pelumas di mana suhu desain tidak melebihi 120 ° C. 1.4.3 abu-abu besi cor dapat digunakan untuk kelas III pipa, dengan pengecualian berikut: -
pipa dan katup dipasang pada sisi kapal dan bawah dan di dada laut
-
katup dipasang pada tabrakan sekat - katup bawah kepala statis
dipasang di dinding eksternal tangki bahan bakar, lub. tangki minyak dan tangki untuklainnya minyak yang mudah terbakar- katup untuk cairan dengan suhu lebih dari 120 ° C. 1.5 nodular besi dari feritik jeniscor 1.5.1 nodular besi cor dari jenis feritik, dengan elongasi minimum tertentu dari 12% dapat digunakan dalam kelas kelas II dan pipa III dan pipa dan dan katup yang terletak di sisi kapal dan bawah dan katup pada sekat tabrakan. Penggunaan besi cor nodular di kelas I perpipaan dikenakan pertimbangan TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
7
untuk disetujui dalam setiap kasus. 1.5.2 nodular besi cor tidak boleh digunakan untuk media memiliki suhu melebihi 350 ° C. 1.5.3 Penggunaan besi cor nodular untuk media yang memiliki suhu di bawah 0 ° C harus dipertimbangkan dalam setiap kasus tertentu. 1,6 nodular besi cor dari feritik / perlitik dan jenis perlitik 1.6.1 nodular besi dari feritik / perlitik dan jenis perlitik cor harus tunduk pada pembatasan penggunaan besi cor kelabu seperti yang ditentukan dalam [1,4]. 1.7 pipa plastik 1.7.1 pipa plastik yang digunakan dalam sistem dan lokasi sesuai dengan Tabel 1 harus memenuhi persyaratan ketahanan api ditentukan di dalamnya. Penggunaan yang diijinkan dan persyaratan untuk pipa adalah kesesuaian dengan IMO Resolution A.753 (18) "Pedoman Penerapan Pipa Plastik di Kapal" kecuali untuk persyaratan untuk generasi asap dan toksisitas. Semua pipa, kecuali yang dipasang di geladak terbuka dan di dalam tangki, cofferdams, terowongan pipa dan saluran harus memiliki rendah api permukaan penyebaran karakteristik tidak melebihi nilai ratarata yang tercantum dalam IMO Resolution A.653 (16). Permukaan api menyebar karakteristik juga ditentukan dengan menggunakan prosedur tes yang diberikan dalam ASTM D635, atau dalam standar setara nasional lainnya. 1.7.2 Dimana lapisan pelindung api pipa dan alat kelengkapan yang diperlukan untuk mencapai tingkat ketahanan api diperlukan, itu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a)
Pipa-pipa disampaikan dari produsen dengan lapisan pelindung.
b)
Sifat proteksi kebakaran lapisan tidak akan berkurang saat sa at terkena
air garam, minyak atau lambung kapal air kotor. Ini akan menunjukkan bahwa lapisan tahan terhadap produk mungkin bersentuhan dengan pipa. c)
Dalam
mempertimbangkan
pelapis
proteksi
kebakaran,
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
8
karakteristik seperti ekspansi termal, ketahanan terhadap getaran, dan elastisitas akan diperhitungkan. d)
Lapisan proteksi kebakaran harus memiliki ketahanan yang cukup
untuk mempengaruhi untuk mempertahankan integritas mereka. 1.7.3 Selain penggunaan yang diizinkan oleh Tabel 1, pipa plastik dapat digunakan untuk pipa untuk sistem instrumentasi pneumatik dan hidrolik dalam lemari kontrol yang terletak di ruang kontrol atau kamar mesin dengan pengecualian berikut: -
sistem untuk gigi kemudi - sistem untuk remote control dari:
-
katup air laut - katup pada tangki layanan bahan bakar minyak
-
katup di lambung kapal dan sistem bahan bakar minyak
-
pemadam kebakaran.
1.7.4 pipa plastik digunakan di berpendingin air laut (RSW) sistem tidak perlu jenis yang disetujui oleh Masyarakat jika digunakan di luar ruang mesin dari Kategori A. Remote control mampu dioperasikan dari lokasi di luar ruang mesin, harus dipasang untuk katup dipasang di sisi kapal dan terkemuka melalui shell, serta di penetrasi RSW-tank. 1.7.5 pipa plastik yang digunakan dalam sistem perpipaan tunduk klasifikasi harus dari jenis yang disetujui dan diuji untuk spesifikasi yang disetujui mengamati persyaratan di Sec.9 [1,7].
2.1
Fungsi Sistem Intalasi Perpipaan
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan mesin atau pompa. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk kebutuhan sehari-hari diatas kapal serta masih banyak lagi fungsi lainnya. Sistem perpipaan harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum bengkokan dan sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
9
dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa harus dilindungi dari kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa melalui sekat yang diisolasi harus merupakan sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang cukup tanpa merusak isolasi.
2.3
Komponen Sistem Instalasi Perpipaan
1. Separator
Fungsi separator untuk memisahkan minyak dengan air. Prinsip terjadinya adalah dalam separator terdapat poros dan mangkok-mangkok yang berhubungan dengan tepi-tepinya.setelah minyak yang tercampur dengan air masuk keseparator maka mangkok-mangkok tersebut akan berputar bersama berputar bersama padanya. Dengan perbedaan masa jenisnya maka air akan keluar melalui pembuangan pembuangan sedangkan minyak minyak akan masuk melalui lubanglubang pada mangkok yang selanjutnya akan ditampung ketangki harian.
2. Hydrosphore
Dalam Hydrosphore terdapat empat bagian dimana ¾ nya berisi air sedangkan ¼ nya berisi udara dengan tekanan 3 kg/ cm2, maka Hydrossphore akan bekerja TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
10
mendistribusikan masing-masing keruang mesin-mesin kemudi dan geladak dengan bantuan kompresor otomatis.
3. Cooler
Fungsi dari Cooler adalah sebagai pendingin yang bagian dalamnya terdapat pipa kecil untuk masuknya air laut sebagai pendingin minyak masuk melalui celah pipa air laut yang masuk secara terus menerus. Dengan demikian minyak akan selalu dingin sebelum masuk keruang mesin (ME dan AE).
4. Purifier
Secara prinsip sama dengan separator yaitu sebagai pemisah antara minyak dengan air. Hanya dengan purifier kotoran yang telah dipisahkan akan dibuang TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
11
pada saat kapal mengadakan pengedokan atau bersandar di pelabuhan untuk menghindari pencemaran lingkungan.
c. Strainer / Filter
Fungsi dari alat-alat ini sebagai jaringan yang bagian dalamnya terdapat busa penyaring.
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
12
d. Botol Angin dan Sea Chest
Fungsinya apabila kotak lautnya terdapat banyak kotoran atau binatang laut, botol angin akan menyemprotkan udara yang bertekanan kedalam kotak laut tersebut.
e. Kondensator pada Instalasi Pendingin
Fungsinya adalah untuk mengubah uap air menjadi air untuk keperluan untuk keperluan pendingin.
8. Sprinkle
Sprinkle adalah alat yang menggantung di langit-langit tiap deck, dengan sistem perpipaan yang menyebar di tiap deck. Sprinkle Sprinkle merupakan alat detector otomatis yang mendeteksi adanya asap dan api di bagian tertentu. 9. Emergency Fire Pump
Emergency fire pump, wajib ada di kapal, dan diletakkan di luar kamar mes in. Emergency fire pump harus berdiri independent, dan menggunakan sumber energi sendiri. Emergency fire pump dapat diletakkan di steering gear room, atau dekat dengan akses jalan dari ruang akomodasi ke kamar mesin.
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
13
2.4
Cara Kerja Sistem Instalasi Sanitari Air Laut
Untuk sistem layanan air laut, air laut dihisap langsung dari seachest dengan menggunakan pompa sentrifugal dan dialirkan melalui bentangan jaringan pipa menuju ke tangki harian (service tank) dan dari sinilah air mengalir secara gravitasi ke pemakai pada setiap deck. Service tank ini dilengkapi dengan pipa limpah (overflow pipe) yang berfungsi sebagai saluran pembuangan. Pada saluran pembuangan ini terdapat katup yang berfungsi untuk mengontrol permukaan air pada tangki. Selain Sela in sistem gravitasi, layanan air laut juga dapat disupplai dengan sistem hydrophore. Dimana air dimasukkan dengan pompa yang digerakkan dengan elektromotor melalui katup dan katup non-return valve (katup aliran searah) ke tangki hydrophore. Pada saat permukaan air bertambah di dalam tangki, tekanan udara di dalamnya juga naik dan membentuk bantalan udara, pada suatu tekanan tertentu pressure relay akan memutuskan hubungan melalui switchesoff pada elektro motor, sehingga menghentikan suplai air ke dalam tangki. Karena tekanan udara pada tangkilah yang menyebabkan air disalurkan melalui jaringan pipa ke pemakaian. Bila air digunakan maka tekanan didalam tangki menjadi turun, apabila tekanan sirkulasi pemanas air menggunakan 2 set pompa type sentrifugal dengan penggerak elektromotor, dimana 1 (satu) stand-by s tand-by tetapi didisain jalur by-pass agar dapat bersirkulasi secara alami. Dan kapasitas untuk mensupplai layanan akomodasi dan air sealing purifier adalah 5 – 30 30 m3/h dengan head total 35 - 40 mAg.
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
14
2.5
Diagram Isntalasi Perpipaan
Diagram sistem air laut 1. Katup kingston
11. Pipa utama
2. Pompa centrifugal
12. Reduction valve
3. Pompa tangan
13. Stop valve
4. Pipa utama
14. Service connection
5. Tangki dinas
15. Stop valve
6. Pipa pembagi
16. Hose
7. Tempat-tempat penggunaan
17. Pancuran
8. Pipa Limbah
18. Pipa Air Cuci
9. Katup test
19. Pipa udara
10. Fire main
20. Heating coil
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
15
Air laut dihisap melalui katup kingston (1) di pompa centrifugal (2) atau pompa tangan dan dialirkan pipa (4) menuju tangki dinas (5) dan dari tangki dinas tersebut mengalir secara gravitasi melalui pipa-pipa pembagi (6) dan menuju ke tempat-tempat penggunaan (7). Tangki dinas (5) dihubungkan dengan udara luar dengan pipa-pipa udara (19) di samping itu tangki dinas (5) mempunyai pipa limbah (8) yang berguna untuk mengeluarkan air kelebihan ke luar kapal. Pipa limbah dan test valve (9) memungkinkan untuk mengontrol atau mengecek permukaan air di dalam tangki. tangki. Melalui service connection connection (14), hose (16) dan stop valve (15), pancuran (17), kalau perlu, seluruh pipa air cuci (18) dapat dihubungkan dengan pipa air laut. Pipa air laut dapat juga disuplai dari fire main (10) melalui reduction valve (12) dan stop valve (13). Cara kerja otomatis dari sistem air laut dapat dicapai dengan mempergunakan tangki-tangki pneumatik (hydrophore tank). Sebuah diagram dari sistem itudapat dilihat pada Gambar berikut.
Diagram cara kerja otomatis sistem air laut Keterangan TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
16
1. Pompa tangan
9. Tempat-tempat penggunaan
2. Pompa centrifugal
10. Pipa pemasukan udara
3. Tangan pneumatic
11. Stop valve
4. Udara
12. Katup
5. Pressure relay
13. Non return valve
6. Aliran listrik
14. Katup pengeringan
7. Mesin listrik
15. Disconnecting valve
8. Pipa pembagi
16. Disconnecting valve
Air dimasukkan dengan pompa (1) yang digerakkan oleh motor (7) melalui katup (12) dan non return valve (13) masuk ke dalam tangki pneumatic (3). Pada waktu permukaan air di dalam tangki naik, tekanan udara di dalamnya juga akan naik, dan sebuah bantalan udara akan terbentuk. Pada suatu tekanan yang tertentu yang diberikan oleh bantalan udara, pressure relay (5) akan mematikan mesin listrik
(7) sehingga menghentikan pemasukan air
ke dalam tangki. Kemudian oleh aksi dari tekanan di dalam bantalan udara, air dialirkan melalui pipa (8) ke tempat-tempat penggunaannya (9). Bilamana air dipergunakan didalam
tangki turun, dan bilamana
tekanan
mencapai
suatu harga
yang
tertentu, pressure relay (5) menjalankan motor listrik (7) lagi, melalui aliran listrik (6) dan pompa (2) mulai memasukkan air lagi ke dalam pneumatic tank. Pompa centrifugal dapat dipisahkan dari sistem ini dengan ketentuan disconnecting valve (katup-katup yang dapat memisahkan bagian-bagian) (15). Tangki diperlengkapi dengan disconnecting valve (16) dan katup pengeringan (14), dan diganti dengan udara melalui pipa (10) dan katup penutup (stop valve) (11).
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
17
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh volume ta ngki hydrophore untuk memenuhi kebutuhan air tawar 500 liter dan air laut 1000 liter.
Instalasi pipa yang begitu kompleks membutuhkan ketelitian dalam perencanaannya untuk mendapatkan instalasi yang tepat dan ekonomis. ekonomis.
Dalam perencanaan sistem sanitari ini, digunakan sistem hydrophore sehingga tidak memerlukan tangki penampungan di atas deck
3.2
Saran
Demikianlah tugas mengenai sistim perpipaan sanitari air laut yang penulis susun, dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi penulis selaku panyusun maupun teman-teman mahasiswa sekalian, baik untuk sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Penulis selaku penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya saran serta masukan diharapkan dari teman-teman mahasiswa dan dosen matakuliah. Apabila terdapat kesalahan pada tugas yang saya susun baik pada penyusunan maupun ejaan yang kurang tepat, penulis selaku penyusun penyusun mohon maaf.
TEKNIK SISTEM PERKPALAN UNIVERSITAS HASANUDDIN RUDI / ALAN FHAJOENG FHAJOENG RAMADHA RAMADHA
18