Makalah Sistem Pernapasan
Nama kelompok :
Daftar isi
A. Kata Pengatar
.....................................................................
B. Bab I
Pendahuluan..............................................................
.
Latar belakang
.............................................................
Rumusan masalah
.........................................................
Tujuan dan manfaat
.....................................................
C. Bab II
isi......................................................................
.........
D. Bab III penutup
.......................................................................
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada kita sekalian, sehingga dalam
kehidupan kita dapat berkarya serta melaksanakan tugas dan kewajiban di
bidang masing – masing. Semoga kita semua selalu mendapat petunjuk dan
perlindungan – Nya sepanjang masa. Dan dalam pada itu dengan izin – Nya,
Alhamdulillah niat dan tekad penyusun untuk menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini di susun dengan bahasa yang sederhana berdasarkan berbagai
literatur tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai teori
yang di bahas. Kendati demikian, tak ada gading yang tak retak. Penyusun
menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh
karena itu penyusun terbuka dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak dan sumbangsih untuk kemajuan perkembangan Anatomi
Dan Fisiologi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mempelajari mata kuliah faal pada jurusan psikologi sangatlah penting
karena ilmu faal adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi organ dan
tubuh pada makhluk hidup yang saling terkait dengan ilmu psikologi lebih
khusus subjeknya adalah manusia. Didalam ilmu psikologi banyak sekali teori-
teori yang menyebutkan bahwa emosi, kecerdasan dan tingkah laku manusia
selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh fungsi organ pada
tubuh manusia.
Oleh karena itu muncullah ilmu psikologi faal yaitu suatu ilmu yang
mempelajari tentang perilaku manusia berdasarkan fungsi organ dalam tubuh
manusia. Untuk itu dalam mempelajari mata kuliah faal I pada jurusan
Psikologi khususnya semester dua harus faham tentang fungsi organ pada
tubuh manusia, mulai dari pernafasan (Respirasi), Jantung (kardiovaskuler),
Sistem sirkulasi, Sistem Pencernaan (Digesti) hingga pembuangan (Ekskresi).
Dan semua sistem atau fungsi tersebut harus dalam keadaan seimbang atau
homeostatis. Salah satu yang terpenting dalam beberapa sistem tersebut
adalah sistem pernafasan dimana manusia setiap detiknya harus menghirup
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam hidupnya.. maka dari itu
perlu mempelari meliputi apa saja organ-organ yang ada dalam sistem
pernapasan dan apa fungsi dari masing-masing organ tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam mempelajari sistem pernapasan ada beberapa hal yang perlu dipahami
dan dimengerti. Beberapa hal tersebut yakni :
1. Jelaskan pengertian sistem pernafasan.
2. Jelaskan organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan beserta fungsinya
3. Bagaimanakah mekanisme sistem pernapasan
4. Jelaskan fungsi sistem pernafasan
5. Jelaskan kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan
2
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Adapun beberapa tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari
sistem pernapasan.
1. Memahami pengertian sistem pernapasan pada manusia
2. Mengetahui organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusia beserta
fungsi-fungsinya
3. Memahami dan mengerti mekanisme sistem pernafasan
4. Memahami fungsi sistem pernapasan
5. Memahami dan mengerti kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SISTEM PERNAPASAN
Sistem Pernafasan atau Respirasi adalah Sistem pada manusia yang
berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan
karbondioksida melalui paru-paru. Pernapasan adalah suatu proses yang
terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karena
sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat
terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di
luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi)
dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas
dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan
perut terjadi secara bersamaan.
"a"Pernapasan DadaPernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan "
"."otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai "
" "berikut. "
" "1. "
" "Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang "
" "rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam "
" "rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga"
" "udara luar yang kaya oksigen masuk. "
" " "
" "2. "
" "Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya"
" "otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh "
" "turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai"
" "akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar "
" "daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya"
" "karbon dioksida keluar. "
" " "
" " "
" " "
" " "
"b"Pernapasan Perut Pernapasa n perut merupakan pernapasan yang "
"."mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang "
" "membatasi rongga perut dan rongga dada.Mekanisme pernapasan perut"
" "dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut. "
" "4 "
" "1. "
" "Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi "
" "sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan "
" "tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. "
" " "
" "2. "
" "Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot"
" "diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga "
" "dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara "
" "keluar dari paru-paru. "
" " "
B. ORGAN-ORGAN PADA RESFIRASI DAN FUNGSINYA
A. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar
minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran
pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk.
B. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring
akan menyebabkan pitasuara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan
sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan
karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun
demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga tidak mengakibatkan
gangguan kesehatan.
C. Laring
Kotak suara yang menghubungkan faring dengan trakea. Tabung pendek
berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh tiga kartilago
tidak berpasangan (kartilago tiroid, kartilago krikoid , dan epiglotis )
dan tiga kartilago berpasangan ( kartilago ariteniod , kartilago
kornikulata, dan kartilago kuneiform)
D. Tenggorokan (Trakea)
5
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian
di leher dansebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam
rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda- benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan.
E. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkuskiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannyamelingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
F. Bronkiolus
Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat
dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru. Jumlah
cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan
bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2.
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih
tipis, pada ujung bronkiolus terdapat banyak sekali gelembung-gelembung
kecil yang dinamakan alveolus. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya
tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang
bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan epitel. fungsi dari
bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang dihirup
agar mencapai paru-paru.
G. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmosinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleuravisceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal
dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura
bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun
oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-
paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam
yang sangat lebar untuk pertukaran gas.
6
C. MEKANISME PERNAFASAN (VENTILASI PULMUNAR)
Otot pernapasan utama adalah otot inspirasi, yang terpenting adalah
diafragma; kontraksi diafragma akan mendatarkan kubah, mengurangi tekanan
rongga toraks, sehingga menarik udara masuk ke paru-paru. Otot
interkostalis eksterna membantu dengan cara menaikkan iga dan meningkatkan
dimensi rongga toraks. Pernapasan yang tenang normalnya adalah pernapasan
diafragma; otot inspirasi aksesorius (misalnya skalenus, sternomastoideus)
membantu inspirasi jika terdapat tahanan jalan napas atau ventilasi yang
tinggi. Ekspirasi dicapai dengan rekoil pasif paru dan dinding dada, namun,
pada laju ventilasi yang tinggi, ekspirasi dibantu oleh kontraksi otot
abdomen yang mempercepat rekoil diafragma dengan meningkatkan tekanan
abdomen (misalnya olahraga). Volume dan tekanan paru. Volume tidal adalah
volume udara yang keluar dan masuk paru saat pernapasan normal; volume
tidal istirahat normal adalah -500 mL, namun, seperti volume paru lainnya,
volume ini bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Kapasitas
vital adalah volume tidal maksimum, yaitu ketika seseorang menarik napas
sedalam-dalamnya dan menghembuskan napas sehabis-habisnya. Perbedaan volume
antara ekspirasi istirahat dan ekspirasi maksimum disebut volume cadangan
ekspirasi; hal yang sama pada inspirasi disebut volume cadangan inspirasi.
Volume paru setelah inspirasi maksimum adalah kapasitas paru total,
sedangkan volume paru setelah ekspirasi maksimum adalah volume residu.
Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity, FRC) adalah
volume paru pada akhir pemapasan normal, ketika otot-otot respirasi
berelaksasi. Besar FRC ditentukan oleh keseimbangan antara rekoil elastis
ke arah luar oleh dinding dada dan rekoil elastis ke arah dalam oleh paru.
Keduanya dikoupling oleh cairan di dalam rongga pleura dada yang kecil,
sehingga terjadi tekanan negatif (tekanan intrapleura: -0,2 sampai -0,5
kPa). Oleh karena itu,- perforasi dada menyebabkan udara tersedot ke dalam
rongga pleura, dan dinding dada akan mengembang, sementara paru kolaps
(pneumotoraks). Penyakit yang mempengaruhi rekoil elastis paru akan
mengubah FRC; fibrosis akan meningkatkan rekoil sehingga mengurangi FRC,
sedangkan emfisema, di mana terjadi kerusakan struktur paru, rekoil
berkurang dan FRC meningkat. Selama inspirasi, perluasan rongga toraks
membuat tekanan intrapleura menjadi lebih negatif, menyebabkan paru dan
alveoli mengembang, dan mengurangi tekanan alveolar. Hal ini memunculkan
gradien tekanan antara alveoli dengan mulut, dan menarik udara ke paru.
Selama ekspirasi, tekanan intrapleura dan tekanan alveolar meningkat,
walaupun, kecuali saat ekspirasi paksa (misalnya batuk), tekanan
intrapleura tetap negatif pada keseluruhan siklus karena ekspirasi
normalnya adalah pasif. Ruang rugi (dead space) adalah volume jalan napas
yang tidak berperan dalam pertukaran gas. Ruang rugi anatomis mencakup
saluran napas dan turun hingga ke bronkiolus terminalis; normalnya -150 mL.
Ruang rugi alveolar adalah alveoli yang tidak mampu mengadakan pertukaran
gas; dalam kesehatan, hal ini tidaklah penting. Ruang rugi fisiologis
adalah jumlah ruang rugi anatomis dan alveolar.
7
Prinsip dasar
1. Toraks adalah rongga tertutup kedap udara disekeliling paru-paru
yang terbuka ke atmosfer hanya melalui jalur sistem pernafasan.
2. Pernafasan adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam paru-
paru dan ekspirasi (ekshalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan luar
tubuh.
3. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760
mmHg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan
intra-alveolar (intrapulmonar).
4. Tekanan intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah
tekanan sub-atmosfer, atau kurang dari tekanan intra-alveolar.
5. Peningkatan atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan
intrapleura dan intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan
atau pengempisan paru-paru.
6. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan
volumenya. Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.
a. Inspirasi membutuhkan kontraksi otot dan energi
(1) Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan
memipih saat berkontraksi dan memperbesar rongga toraks ke arah inferior.
(2) Otot interkostal eksternal mengangkat iga ke atas dan ke depan saat
berkontraksi sehingga memperbesar rongga toraks ke arah anterior dan
superior.
(3) Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot
sternokleidomastoid, pektoralis mayor, serratus anterior, dan otot skalena
juga akan memperbesar rongga toraks.
b. Ekspirasi pada pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot
dan disebut proses pasif. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal
menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga
mendorong isi abdomen menekan diafragma.
1. Transport gas
a. Transport O2 Sekitar 97% oksigen dalain darah dibawa eritrosit yang
telah berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam
plasma.
8
1. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin
berikatan dengan satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (Hb02)
berwarna merah tua.
Ikatan ini tidak kuat dan reversibel. Hemoglobin tereduksi (111Th) berwarna
merah kebiruan.
2. Kapasitas oksigen adalah volume maksirnum oksigen yang dapat
berikatan dengan sejumlah hemoglobin dalam darah.
a) Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin.
Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen.
b) 100 ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum
20 ml O2 per 100 ml darah (15 X 1,34). KonsentraSi hemoglobin ini biasanya
dinyatakan sebagai persentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual
yang terikat pada hemoglobin dan kapasitas oksigen. Kejenuhan oksigen
dibatasi oleh jumlah hemoglobin atau PO2.
4. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan
persentase kejenuhan hemoglobin pada garis vertikal dan tekanan parsial
oksigen pada garis horisontal.
a) Kurva berbentuk S (sigmoid) karena kapasitas pengisian oksigen pada
hemoglobin (afinitas pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan
bertambah. Deinikian pula, jika pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen
terikat) meningkat, kejenuhan oksigen darah pun meningkat. Hemoglobin
dlkatakan 97% jenuh pada PO2 100 mmHg, seperti yang terjadi pada udara
alveolar.
b) Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara tekanan 10
sampai 50 mmHg dan mendatar di antara 70 sampai 100 mmHg. Dengan deinikian,
pada tingkat PO2 yang tinggi, muatan yang besar hanya sedikit memengaruhi
kejenuhan hemoglobin.
c) Jika PO2 turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti yang terjadi dalam
jaringan tubuh, perubahan PO2 ini walaupun sangat sedikit dapat
mengakibatkan perubahan yang besar pada kejenuhan hemoglobin dan volume
oksigen yang dilepas.
d) Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dan kapasitasnya
untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pernapasan dalam atau
menghirup oksigen murni tidak dapat memberi 'peningkatan yang berarti pada
kejenuhan hemoglobin dengan oksigen. Menghirup oksigen murni dapat
meningkatkan penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen
terlarut dalam plasma darah meningkat.
9
e) Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin masih 75%
jenuh, ini menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat muatan
oksigennya saat melewati jaringan. Hal ml memberikan rentang keamanan yang
tinggi jika sewaktu-waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan oksigen
jaringan meningkat.
b. Transport CO2
Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dan janingan dibawa ke paru-
paru melalui cara berikut ini:
1. Sejumlah kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam
plasma.
2. Karbon dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di
mana 25%-nya bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus
amino di bagian globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat,
terutama dalam plasma.
a) Karbon dioksida dalam sel darah merah benikatan dengan air untuk
membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh
anhidrase karbonik.
b) Reaksi di atas berlaku dua arab, bergantung konsentrasi senyawa.
Jika konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam Jaringan, reaksi beglangsung ke
kanan sehingga lebih banyak terbentuk ion hidrogen dan bikarbonat. Dalam
paru yang konsentrasi C02-nya lebih rendah, reaksi berlangsung ke kiri dan
melepaskan karbon dioksida.
2. Proses difusi gas
Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari
suatu daerah yang konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif
yang tidak memerlukan energi ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi di dalam
paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi
membrana kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya
menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah
merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Membran kapiler alveolus sangat
tipis, yaitu 0,1 um atau sepertujuh puluh dari tebal butir darah merah
sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk menembusnya.
Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan molekul
karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi.
Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif.
Urut-urutan proses difusi terbagi atas:
10
Difusi pada fase gas Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang
cepat, ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai terhenti.Udara
atau gas yang baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas
yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi di sini berbanding
terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen mempunyai berat molekul 32
sedangkan berat molekul karbondioksida 44. Gerak molekul gas oksigen lebih
cepat dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga
kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran antara gas yang baru
saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk akan komplit
dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada alveoli yang
normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema,
percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli
lebih lambat.
b) Difusi menembus membran pembatas
Proses difusi yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler
pembuluh darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase
cairan. Dalam hal ini, pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding
kapiler pembuluh darah (endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding
butir darah merah (eritrosit). Kecepatan difusi melewati fase cairan
tergantung kepada kelarutan gas ke dalam cairan. Kelarutan karbondioksida
lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi
karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat kecepatan difusi oksigen.
Semakin tebal membrana pembatas halangan bagi proses difusi semakin besar.
D. FUNGSI SISTEM RESPIRASI
Menurut Ethel Sloane (2004 : 266) Fungsi utama sistem pernafasan adalah
untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk
mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke
atmosfer. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah sebagai
produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh
melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
E. KELAINAN DAN PENYAKIT PADA SISTEM PERNAPASAN
Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2
ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi.
Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan
limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang
menyebabkan penyakit pneumonia.
11
Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi
oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga
mengakibatkan orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti.
Orang seperti itu dapat ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran
pernapasannya dan melakukan pernapasan buatan tanpa alat dengan cara
dari mulut ke mulut dengan irama tertentu dan menggunakan metode
Silvester dan Hilger Neelsen.11
Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan
oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid.
Peradangan dapat terjadi pada rongga hidung bagian atas dan disebut
sinusitis, peradangan pada bronkus disebut bronkitis, serta radang
pada pleura disebut pleuritis.
Paru-paru juga dapat mengalami kerusakan karena terinfeksi
Mycobacterium tuber culosis penyebab penyakit TBC.
Pengangkutan O2 dapat pula terhambat karena tingginya kadar karbon
monoksida dalam alveolus sedangkan daya ikat (afinitas) hemoglobin
jauh lebih besar terhadap CO daripada O2 dan CO2.
Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula
menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh
darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap
racun dibanding terhadap O2.
Gejala alergi terutama asma dapat pula menghinggapi sistem pernapasan
begitu juga kanker dapat menyerang paru-paru terutama para perokok
berat.
Penyakit pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa
penyakit yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang
abnormal.
12