MAKALAH
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
Disusun Oleh : 1. Agnes Juwitasari 2. Adinda Novia N. R. 3. Rigan Yudiana 4. M. Ikhsan Yanuar 5. Razvi Haris
SMP NEGERI 6 BANJAR Jln. Wirasantana Jajawar Banjar, Jawa Barat, Indonesia 46313 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak sekolah yang telah memberi tugas makalah tentang “GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN” PERNAPASAN ”. Sehingga kami mengetahui pengetahuan yang lebih luas. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para membaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi karya tulis agar menjadi lebih baik. karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat s angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Banjar,
Februari 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
4
2.1 Sistem Pernapasan ............................................................................
4
2.2 Gangguan Sistem Pernapasan Manusia .........................................
6
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan Manusia .... 11 2.4 Virus Sistem Pernapasan pada Manusia ......................................... 13 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19 3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19 3.2 Saran .................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tubuh manusia terdapat banyak organ-organ dimana organorgan tersebut membentuk suatu sistem yang mengatur fungsi-fungsi tertentu, seperti sistem pencernaan, sistem endokrin, sistem sirkulasi, sistem pernapasan, dan sitem lainnya. Sistem pernapasan merupakan salah satu sistem yang terpenting, karena bernapas merupakan suatu ta nda bahwa makhluk hidup tersebut hidup. Dengan bernapas, tubuh manusia akan menghasilkan energi yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas. Organ-organ yang termasuk dalam sistem pernapasan antara lain hidung, faring, laring, esofagus, trakhea, bronkus, bronkeolus, dan alveolus. Apabila salah satu organ terganggu, maka sistem pernapasannya pun akan terganggu, karena organ-organ tersebut merupakan satu kesatuan dalam s istem pernapasan. Banyak faktor yang dapat mengganggu sistem pernapasan pada manusia, seperti faktor keturunan/genetik maupun faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan faktor yang diturunkan dari keluarga itu sendiri, misal sepasang suami istri melahirkan seorang anak yang memiliki penyakit asma, ternyata ayahnya memiliki riwayat penyakit asma dan itu diturunkan kepada anaknya. Sedangkan faktor lingkungan bisa dari mana saja, seperti lingkungan kantor, sekolah, jalan raya, rumah, dan lain-lain. Contoh di lingkungan jalan raya, jalan raya identik dengan banyaknya kendaran bermotor yang asap knalpotya mengandung gas karbon monoksida dan asap tersebut jika terhirup setiap harinya dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru. Debu-debu yang bertebaran juga dapat mengganggu pernapasan seseorang, khususnya bagi orang yang mempunyai alergi terhadap debu. Selain itu, asap rokok juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan, baik bagi perokok aktif maupun perokok pasif. 1
Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh mereka masih kurang. Buktinya masih banyak masyarakat terutama kaum pria yang masih saja merokok, meskipun sebenarnya mereka sudah tahu bahwa dampaknya bagi tubuh, terutama pada pernapasan akan buruk, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia
menyatakan “berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi merokok di Indonesia naik dari tahun ke tahun. Persentase pada penduduk berumur >15 tahun adalah 35,4 persen aktif merokok (65,3 persen laki-laki dan 5,6 persen wanita), artinya 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif”. Anwar (detikHealth, 2016) melansir alasan kenapa orang masih tak percaya bahwa rokok itu berbahaya, “ pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Profesor Hasbullah Thabrany mengatakan ini karena masyarakat masih banyak melihat penyebab kematian perokok dari penyebab terdekatnya saja seperti sakit jantung atau kanker yang dianggap dipicu karena faktor lain”. Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bisa menjadi faktor terbesar masyarakat menderita berbagai penyakit, termasuk gangguan pernapasan. Masyarakat bisa memulainya dengan selalu menjaga kebersihan lingkungannya dan memeriksakan kesehatan tubuhnya secara rutin kepada lembaga kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit untuk mengetahui apakah ada penyakit atau gangguan pada sistem pernapasannya, dengan begitu masyarakat dapat mengantisipasi sebelum benar-benar menderita gangguan sistem pernapasan. Seperti yang dikatakan oleh banyak orang, lebih baik mencegah daripada mengobati.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem pernapasan? 2. Apa saja gangguan pada sistem pernapasan manusia? 3. Apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan manusia? 2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang sistem pernapasan. 2. Untuk mengetahui gangguan pada sistem pernapasan manusia. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan manusia.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pernapasan
“Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas” (Wikipedia, 2016). Rab (2010:29) menyatakan bahwa fungsi pernapasan dapat dibagi menjadi 2, yaitu pertukaran gas dan pengaturan keseimbangan asam basa. Menurut Sloane (dalam Widyastuti , 1994:266) memberikan penjelasan tentang fungsi pernapasan sebagai berikut. Fungsi pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O 2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO 2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah. Manurung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:13) meyebutkan bahwa sistem pernapasan bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring, dan trakhea. Sedangkan untuk sistem pernapasan bagian bawah, menurut Marunung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:21) terdiri dari bronkhus, bronkhiolus, dan alveolus. Macam pernapasan menurut Putri (2009) dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. a. Pernapasan dada
https://agustinaputri001.wordpress .com/pernapasan-pada-manusia/materi/jenis-pernafasan/
Gambar 2.1 Pernapasan dada 4
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar. b. Pernapasan Perut
Gambar 2.2 Pernapasan perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
5
2.2 Gangguan Sistem Pernapasan Manusia
Penyakit/gangguan
pernapasan
manusia
bermacam-macam.
Manurung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:71 — 83) menyebutkan, penyakit infeksi pada saluran pernapasan atas yaitu faringitis, laringitis, sinusitis, rhinitis, dan tonsilitis.
Gambar 2.3 Faringitis
a. Faringitis, faringitis adalah peradangan yang terjadi pada faring. “Faringitis (bahasa Latin: pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau hulu kerongkongan ( pharynx). Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok” (Wikipedia, 2016). Menurut wikipedia, terdapat dua jenis radang tenggorokan, yaitu akut dan kronis yang dijelaskan sebagai berikut:
- Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.
- Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.
6
Gambar 2.4 Laringitis
b. Laringitis, laringitis adalah peradangan membran mukosa yang melapisi laring dan disertai edema pita suara. “Laringitis adalah inflamasi laring. Hal tersebut merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada laring (pita suara), yang menyebabkan suara sesak dan hilagnya suara” (Wikipedia, 2016). Menurut wikipedia, ada dua tipe laringitis yaitu laringitis akut dan laringitis kronis yang dijelaskan sebagai berikut: - Laringitis akut hanya berlangsung beberapa hari sedangkan laringitis kronis dapat bertahan hingga lebih dari 3 minggu. - Laringitis akut sering terjadi setelah infeksi saluran napas atas akut dan hampir semuanya sembuh dengan cepat. Sedangkan laringitis kronik lebih umum terjadi saat musim dingin dan sering terjadi setelah flu biasa atau influenza.
Gambar 2.5 Sinusitis
7
c. Sinusitis, sinusitis adalah peradangan pada membran mukosa sinus.
“Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat berkembang dan menyebabkan infeksi” (Wikipedia, 2016). Menurut wikipedia, sinusitis dibagi atas berbagai jenis sebagai berikut: 1. Sinusitis akut: Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 sampai 14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung 4 minggu atau kurang. 2. Sinusitis subakut: Sebuah peradangan yang berlangsung 4 sampai 8 minggu. 3. Sinusitis kronis: Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih. 4. Sinusitis berulang: Beberapa serangan dalam setahun.
Gambar 2.6 Rhinitis
d. Rhinitis, rhinitis adalah suatu inflamasi yang timbul pada membran mukosa hidung. “Rhinitis adalah peradangan dan iritasi yang terjadi di membran mukosa di dalam hidung” (Alodokter, 2016). Menurut alodokter, rhinitis secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu rhinitis alergi dan rhinitis nonalergi yang dijelaskan sebagai berikut: - Rhinitis alergi atau yang disebut juga hay fever disebabkan oleh alergi terhadap unsur seperti debu, kelupasan kulit hewan tertentu, dan serbuk sari. 8
- Rhinitis nonalergi tidak disebabkan oleh alergi tapi kondisi seperti infeksi virus dan bakteri e. Tonsilitis dan abses peritonsilar
Gambar 2.7 Radang amandel (Tonsilitis)
Tonsilitas adalah peradangan pada tonsil dan kriptanya. “Radang amandel (bahasa Inggris: tonsillitis) adalah infeksi pada amandel yang kadang mengakibatkan sakit tenggorokan dan demam” (Wikipedia, 2016).
Abses peritonsilar adalah infeksi yang terjadi di atas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole. “Abses Peritonsiler adalah penimbunan nanah di daerah sekitar tonsil (amandel). Abses peritonsiler merupakan komplikasi dari tonsilitis” (Doktersehat, 2016). Untuk penyakit infeksi saluran pernapasan bawah, menurut Manurung,
Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:93 — 138) yaitu pneumonia, tuberkulosis paru, bronkhitis, dan abses paru.
Gambar 2.8 Pneumonia 9
a. Pneumonia, pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli. “Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paru, utamanya memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus” (Wikipedia, 2016). Menurut alodokter, pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.
Gambar 2.9 Tuberkulosis
b. Tuberkulosis Paru (TBC), Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru. Menurut alodokter, Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia. Indonesia sendiri termasuk lima besar negara dengan jumlah pengidap TB terbanyak di Asia Tenggara dengan jumlah pengidap yang mencapai 305.000 jiwa pada tahun 2012.
Gambar 2.10 Bronkitis
10
c. Bronkitis, bronkitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. “Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronkus) (saluran udara di dalam paru-paru)” (Wikipedia, 2016). Selain itu, wikipedia juga menyebutkan bahwa bronkitis biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Gambar 2.11 Abses paru
d. Abses paru, abses paru adalah suatu lesi nekrotik setempat pada parenkim paru yang berisi pus (nanah). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, abses merupakan kumpulan pus (nanah) yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri, parasit atau benda asing lainnya. Jadi, abses paru merupakan keadaan dimana terdapat pus (nanah) di dalam paru-paru.
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan Manusia
Marunung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:71 — 83) menjelaskan tentang penyebab suatu penyakit/gangguan saluran pernapasan atas sebagai berikut : a. Faringitis Faringitis disebabkan oleh streptokokus hemolitik , stafilokokus, bakteri, dan virus.
11
b. Laringitis Etiologi laringitis antara lain : virus, bakteri, perluasan infeksi rhinitis. Selain itu, laringitis dapat juga disebabkan oleh: - Suhu udara yang dingin - Perubahan temperatur tiba-tiba. - Pemajanan terhadap debu. - Bahan kimia - Asap/uap - Penggunaan pita suara berlebihan - Merokok berlebihan c. Sinusitis Etiologi sinusitis antara lain : streptokokus pneumoniae, stapilokokus aureus, haemofilus influenza, infeksi gigi, dan komplikasi rhinitis. d. Rinitis Etiologi rinitis :
Infeksi saluran pernapasan atas
Penggunaan dekongestan secara terus menerus, oral kontrasepso, kokain, dan anti hipertensi.
Benda asing yang masuk ke dalam hidung.
Deformitas struktural
Neoplasma dan massa
e. Tonsilitis dan Abses Peritonsilar Etiologi tonsilitis : tonsilitis disebabkan oleh streptokokus grup A. Etiologi abses peritonsilar : terjadi setelah infeksi tonsilitis. Marunung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:94 — 138) menjelaskan tentang penyebab suatu penyakit/gangguan saluran pernapasan atas sebagai berikut : a. Pneumonia Penyebab pneumonia adalah bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan protozoa.
12
b. Tuberkulosis Paru (TBC) TB Paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang. Kuman terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. c. Bronkitis Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis, yaitu: rokok, infeksi, dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial. d. Abses Paru Timbulnya abses paru sering disebabkan oleh radang paru-paru akibat nekrosi bakteri, seperti kuman stapilokokus aureus dan klebsiela oneumoniae. Bakteri juga dapat timbul sebagai hasil pembususkan emboli.
2.4 Virus Sistem Pernapasan pada Manusia
1. Efisema
Gambar Virus Ifisema Emfisema disebabkan
hilangnya
elastisitas alveolus.Asap rokok
dan
kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini. Gejala yang ditimbulkan: a. Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang menurun juga biasa dialami penderita emfisema. b. Sesak napas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang biasa digunakan penderita sesak napas. 13
Pencegahan dan solusi : Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik
untuk mencegah penyakit ini. Berhenti merokok juga sangat penting. 2. Pneumonia
Gambar Pneumonia Pneumoniaatau Logensteking yaitu penyakit radang pari-paru
yang disebabkan oleh diplococcus pneumoniae. Penyakit ini menyebabkan radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Diplococcus pneumonia.Akibat peradangan alveolus dipenuhi oleh nanah dan lender sehingga oksigen sulit berdifusi mencapai darah. Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.Namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit 14
Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanakkanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. Terjadinya penyakit pneumonia yaitu gejala yang berhubungan dengan pneumonia termasuk batuk, sakit dada, demam, dan kesulitan bernafas.Sedangkan tanda-tanda menderita Pneumonia dapat diketahui setelah
menjalani
pemeriksaan
X-ray
(Rongent)
dan
pemeriksaan sputum.Carapenularan virus atau bakteri Pneumonia sampai saat ini belum diketahui pasti, namun ada beberapa hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal ini diantaranya adalah : a. Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan para penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka yang pernah/rutin menjalani kemoterapy
(chemotherapy)
dan
meminum
obat
golongan
Immunosupressant dalam waktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya tahan tubuh (Immun) yang lemah. b. Perokok dan peminum alkohol. Perokok berat dapat mengalami irritasi pada saluran pernafasan (bronchial) yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan Pneumonia.Alkohol dapat berdampak buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi. c. Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU). Pasien yang dilakukan tindakan ventilator (alat bantu nafas) ‘endotracheal tube’ sangat beresiko terkena Pneumonia. Disaat mereka batuk akan mengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke arah kerongkongan, bila hal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas (ventilator) maka potensial tinggi terkena Pneumonia. d. Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal. Resiko tinggi dihadapi oleh para petani apabila mereka menyemprotkan tanaman dengan zat 15
kemikal (chemical) tanpa memakai masker adalah terjadi irritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya mudah menderita penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus. e. Pasien yang lama berbaring. Pasien yang mengalami operasi besar sehingga menyebabkannya bermasalah dalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi terkena penyakit Pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan riak/muccus berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri. Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul dan t ype dari penyebab Pneumonia itu sendiri, antara lain: a. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar benar tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat Pneumonia akan kembali diderita. b. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. c. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan dengan pemberian antijamur. Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri, demam dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita bisa beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses pembersihan secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.
16
3. Influenza
Gambar Virus Influenza Influenza disebabkan oleh virus influenza.Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernafasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk yang tidak berdahak. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri. Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di masyarakat. Walaupun ringan tetapi penyakit ini dapat berbahaya bagi usia sangat muda dan usia tua dimana terdapat keterbatasan fungsi pernafasan. Penyakit ini terutama terjadi pada musin dingin di negara bermusim dingin dan di musim hujan pada negara-negara tropis.Mahluk hidup tempat berkembang dan menyebarkan influenza ini adalah manusia sendiri. Diduga bahwa hewan lain seperti burung, babi, dan kuda memegang peranan dalam menciptakan jenis virus influenza dengan jenis yang berbeda akibat adanya mutasi di hewan-hewan tersebut. Penyebaran virus influenza ini melalui tetesan air liur pada saat batuk dan melalui partikel yang berasal dari sel hidung yang melayang di udara terutama di ruangan tertutup. Penyebab influenza adalah virus yang menginfeksi jaringan salu ran nafas bagian atas. Terdapat 3 jenis virus yang di kenal yaitu A,B, dan C. Virus tipe A akan menyebabkan gejala yang berat, menyebar secara cepat dan dapat menyebabkan infeksi di suatu negara atau wilayah (pandemi). Virus tipe B akan menyebabkan gejala yang lebih ringan dan penyebarannya tidak secepat virus tipe A. Virus tipe C hanya memberikan 17
gejala yang ringan saja. Perbedaan dari virus ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dari cairan ludah dengan mempergunakan test secara genetik. Transmisi virus melalui udara dan air ludah sangat bergantung dari jumlah virus yang terkandung didalamnya. Dari hasil penelitian apabila didapatkan 10 virus / air ludah sebanyak 50% orang yang terkena air ludah ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada sel permukaan di rongga hidung dan saluran nafas. Setelah virus berhasil masuk kedalam sel, dalam beberapa jam akan mengalami replikasi dan menuju ke permukaan sel sehingga dapat meninggalkan sel yang sudah rusak untuk masuk ke s el yang baru, baik sel yang berada di sebelahnya atau menempel pada air ludah dan menyebar melalui udara. Gejala pada penderita Influenza, umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batuk , pilek, terkadang disertai sakit pada waktu menelan dan serak. Gejala ini dapat didahului oleh lemah badan dan rasa dingin.Pada kondisi
ini
biasanya
sudah
didapatkan
gambaran
kemerahan pada tenggorokan. Gejala-gejala diatas dapat terjadi beberapa hari dan hilang dengan sendirinya. Tubuh memiliki kemampuan untuk menghilangkan virus dan bakteri yang berbahaya melalui sistem pertahanan tubuh degnan sel darah putih, tetapi pertahanan ini akan baik apabila kondisi tubuh baik pula. Setelah
masa
penghancuran
virus
dan
bakteri
berbahaya
tubuh
membutuhkan waktu untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi sehingga akan terasa lemas dan lemah.
18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah : 1. Sistem pernapasan adalah sistem di dalam tubuh manusia yang mengatur masuknya gas oksigen (O 2) dari atmosfer dan keluarnya gas karbo dioksida (CO2) dari dalam tubuh. 2. Penyakit/gangguan pernapasan manusia bermacam-macam. Manurung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:71 — 83) menyebutkan, penyakit infeksi pada saluran pernapasan atas yaitu faringitis, laringitis, sinusitis, dan tonsilitis. Untuk penyakit infeksi saluran pernapasan bawah, menurut Manurung, Suratun, Krisanty, dan Ekarini (2009:93 — 138) yaitu pneumonia, tuberkulosis paru, bronkhitis, dan abses paru. 3. Faktor penyebab gangguan sistem pernapasan bisa dari bakteri, virus, jamur, kuman, kebiasaan hidup, maupun lingkungan.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diperoleh saran-saran berikut ini: 1. Bagi orang tua atau dewasa, terutama laki-laki, mulai dibiasakan untuk mengurangi mengonsumsi rokok, lebih baik lagi jika berhenti merokok. Dengan begitu dapat mengurangi resiko terkena penyakit/gangguan pernapasan. 2. Bagi orang tua yang sudah mempunyai anak, diharapkan dapat menjaga anak dari lingkungan sekitar. Misalnya, di ruangan yang berdebu dan di jalanan yang dominan dengan asap kendaraan bermotor dengan memakai masker. 3. Bagi
setiap
individu,
dibiasakan
selalu
lingkungannya agar tetap bersih dan nyaman.
19
menjaga
kebersihan
di
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter. Pneumonia, (Daring), (http://www.alodokter.com/pneumonia), diakses pada 24 Oktober 2016. Alodokter. Rhinitis, (Daring), (http://www.alodokter.com/rhinitis), diakses pada 24 Oktober 2016. Alodokter. Tuberkulosis, (Daring), (http://www.alodokter.com/tuberkulosis), diakses pada 25 Oktober 2016. Anwar, F. 2016. Alasan Kenapa Masih Ada Orang yang tak Percaya Rokok Berbahaya, (Daring), (http://health.detik.com/read/2016/10/02/120248/33 11461/763/alasan-kenapa-masih-ada-orang-yang-tak-percaya-rokok berbahaya), diakses pada 2 Oktober 2016. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Lindungi Generasi Muda dari Bahaya Merokok , (Daring), (http://www.depkes.go.id/article/view/1528/ lindungi-generasi-muda-dari-bahaya-merokok.html), diakses pada 3 Oktober 2016. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (Daring), (http://www.depkes.go.id/ index.php?txtKeyword=abses&act=search-by-map&pgnumber=0& charindex=A&strucid=1280&fullcontent=1&C-ALL=1), diakses pada 25 Oktober 2016. Doktersehat. Penyakit Abses Peritonsiler , (Daring), (http://doktersehat.com/ penyakit-abses-peritonsiler/), diakses pada 24 Oktober 2016. Marunung, S., Suratun, Krisanty, P. & Ekarini, N. L. P. 2009. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: CV Trans Info Media. Putri, A. 2011. Macam Pernapasan, (Daring), (https://agustinaputri001.wordpress .com/pernapasan-pada-manusia/materi/jenis-pernafasan/), diakses pada 3 Oktober 2016. Rab, T. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: CV Trans Info Media.
20