MAKALAH TUTORIAL 3 SKENARIO 3 RESIN AKRILIK DEFINIFI, KOMPOSISI, SYARAT DAN SIFAT RESIN AKRILIK BLOK 12 ILMU BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Disusun oleh: Paramudibta Lungit
161610101021 161610101021
Nia Nurmayanti
161610101022 161610101022
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember 2017/1018
A. Definisi Resin adalah bahan dengan polimerisasi-parsial yang memerlukan perlakuan lebih lanjut (Smallman, dkk., 2000). Resin dibagi menjadi dua jenis yaitu resin termoplastik dan resin termoseting. Resin termoplastik bahan yang akan melunak ketika dipanaskan melebihi temperatur transisi kaca (Tg). Bahan tersebut akan mudah dibentuk setelah pemanasan dan dengan pendinginan akan mengeras. Namun, pada pemanasan ulang bahan akan melunak kembali dan dapat dibentuk kembali. Resin termoplastik bersifat lentur dan dapat dicampur serta dapat larut dalam pelarut organik. Contoh resin termoplastik misalnya compoun cetak dan akrilik (Anusavice, 2004). Resin termoseting merupakan bahan yang menjadi keras secara permanen bila dipanaskan melebihi temperatur kritis dan tidak melunak kembali pada pemanasan ulang. Resin termoseting mempunyai ketahanan abrasi serta kestabilan dimensi yang sangat baik (Anusavice, 2004). Resin akrilik merupakan salah satu jenis resin termoplastik yang banyak dipakai dibidang kedokteran gigi. Resin akrilik diperkenalkan pada tahun 1930an dan pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi pada tahun 1940an sebagai basis plat gigi tiruan. Sebelumnya juga telah digunakan sebagai mahkota sementara, sendok cetak, dan bahan pengganti gigi (Gladwin & Bagby, 2013) Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung gugus vinil (-C=C-) dalam rumus strukturnya. Ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. satu kelompok adalah turunan asam akrilik (CH2=CH-COOH) dan kelompok lain dari asam metakrilik CH 2=C(CH)3COOH (Anusavice, 2004) Resin akrilik merupakan rantai polimer panjang yang terdiri dari unit – unit metil metakrilat berulang yang disebut polimetilmetakrilat. Resin – resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul – molekul metal metakrilat multipel (craig, dkk., 2004)
Gambar 1. struktur molekul metilmetakrilat
Gambar 2. Struktur metil metakrilat dan polimetil metakrilat Resin akrilik merupakan rantai polimer panjang yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat. Resin – resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibuat dengan menggabungkan molekul – molekul metal metakrilat multipel (Craig dkk., 2004) B. Komposisi Tabel 1. Komponen sistem resin akrilik menurut (Gladwin & Bagby, 2013) Tabel 1
Liquid
Komponen sistem resin akrilik Cold(chemical cure)
Heat cure
Metil metakrilat
Metil metakrilat
hidroquinon
Hidroquinon
Etilen glikol
Etilen glikol
Tertiary amin Bubuk/ powder
Bubuk resin akrilik
Bubuk resin akrilik
Benzoyl peroksida
Benzoil peroksida
Serabut/fiber dan coloran
Serabut/fiber dan coloran
Komposisi resin akrilik menurut craig, dkk.,2004 dan Anusavice, 2004 a) Polimer (bubuk): a. Polimer
: granul polimetil metakrilat
b. Inisiator
: benzoil peroksida yang berfungsi untuk inisiasi polimerisasi
c. Zat pigmen
:merkuri atau cadmium sulfide sebagai pewarna organik
b) Monomer (cairan) Monomer
: metil metakrilat
Inhibitor
: hidroquinon yang berfungsi untuk mencegah polimerisasi selama disimpan
Platicier
: dibutil pthalat
Cross linked agent
: etilen glikol dimetakrilat (1-2%) berfungsi untuk meningkatkan kekerasan
C. Sifat Resin Akrilik a) Memiliki kekuatan bahan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja di dalam mulut, diantaranya gaya transverse, impact atau fatigue resistance dan flexural. Flexural strength (kekuatan fleksural) adalah kemampuan suatu restorasi untuk menahan beban dari tekanan kunyah. Kekuatan fleksural yang buruk dapat menyebabkan bahan basis gigi tiruan tidak mampu menahan beban mastikasi yang berlebihan (Sundari, dkk. 2016). b) Resin akrilik dipakai sebagai basis gigi tiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak toksik, tidak mengiritasi jaringan mulut, tidak larut dalam cairan mulut, estetik baik, mudah dimanipulasi, perubahan dimensinya kecil, ringan, warnanya sama dengan gingiva, dan dapat dilakukan reparasi tanpa harus membuat gigi tiruan yang baru (Bagaray, dkk. 2014). c) Bahan resin akrilik mempunyai salah satu sifat porositas yaitu menyerap air secara perlahanlahan dalam jangka waktu tertentu, dengan mekanisme penyerapan melalui difusi molekul air sesuai hukum difusi. Terjadinya penyerapan zat warna cairan dalam resin akrilik merupakan salah satu faktor penyebab perubahan warna pada resin akrilik. Bahan kimia seperti alkohol, kloroform, zat warna buatan atau asli, dan karbonat dapat menyebabkan perubahan warna pada resin akrilik (David dan Munadziroh, 2005). Perubahan warna dapat disebabkan oleh faktor intrinsik atau faktor ekstrinsik. Faktor-faktor intrinsik seperti tingkat konversi, porositas dan monomer sisa dapat mempengaruhi stabilitas warna. Porositas disebabkan oleh overheating atau bisa juga disebabkan oleh tekanan selama proses pembuatan. Stabilitas warna resin basis gigi tiruan dikaitkan dengan kebiasaan makan dan minum (Rahmah, dkk. 2017). Faktor-faktor ini menyebabkan terjadinya reaksi kimia-fisik pada bahan resin. Ikatan reaksi kimia-fisik yang terjadi adalah penyerapan perlekatan partikel zat warna pada permukaan resin dan penyerapan perlekatan yang masuk ke bagian dalam melalui porositas. Konsentrasi dan lama paparan bahan stain dalam minuman dapat mempengaruhi pigmentasi resin (Kangsudarmanto, dkk. 2014). Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel, mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi. Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi cairan yang terabsorbsi melalui proses difusi juga akan semakin banyak (Naini, 2012). d) Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah dibandingkan logam, karenanya bahan ini dapat dengan mudah tergores dan abrasi (Puspitasari, dkk. 2016).
e) Resin akrilik mudah patah bila jatuh pada permukaaan yang keras atau akibat kelelahan bahan karena lama pemakaian serta mengalami perubahan warna setelah beberapa waktu dipakai dalam mulut.
D. Syarat Resin Akrilik a) Biologis Resin harus tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan mulut. Bahan resin ini sama sekali tidak boleh larut dalam saliva atau cairan yang masuk ke masuk ke dalam mulut. Jika resin digunakan sebagai bahan tambal, maka resin tersebut harus merekat dengan struktur gigi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba pada permukaan gigi restorasi. b) Fisik Resin harus memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau pengunyahan, serta keausan berlebihan yang terjadi dalam rongga mulut. Resin harus memiliki dimensi yang stabil, termasuk saat terjadi perubahan termal. Resin yang digunakan sebagai basis gigi tiruan untuk protesa harus memiliki gaya gravitasi rendah. c) Estetik Resin harus menunjukkan translusensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan. Resin juga harus bisa dipigmentasi dan tidak berubah warna setelah pembentukan. d) Penanganan Resin tidak boleh menghasilkan uap toksik selama penanganan dan manipulasi, harus mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses serta tidak sensitive terhadap prosedur penanganan. e) Ekonomis Biaya resin dan pemrosesannya harus rendah atau terjangkau an tidak memerlukan peralatan kompleks yang mahal (Anusavice, 2004). Daftar Pustaka 1. Anusavice, K. J. 2004. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi – Ed 10. Jakarta: EGC 2. Sundari, P. A. Sofya, M. Hanifa. 2016. Studi Kekuatan Fleksural Antara Resin Akrilik Heat Cured dan Termoplastik Nilon Setelah Direndam Dalam Minuman Kopi Uleekareng (Coffee Robusta).Jurnal Of Syiah Kuala Dentistry Society 1(1):51-58.
3. Bagaray, D. A., N.W. Mariati, M.A. Leman. 2014. Perilaku Memelihara Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan Berbasis Akrilik Pada Masyarakat Desa Treman Kecamatan Kauditan. Jurnal e-GiGi 2(2). 4. David, E. Munadziroh. 2005. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) 38(1):36-40 5. Rahmah, R., D. Saputera, D. Puspitasari. 2017. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Perubahan Warna Pada Basis Gigi Tiruan Resin Termoplastik Nilon. Dentino Jurnal 2(1) 6. Kangsudarmanto, Y., P. Rachmadi, I.W. Arya. 2014. Perbandingan Perubahan Warna Heat Cured Acrylic Basis Gigi Tiruan yang Direndam dalam Klorheksidin dan Effervescent. Dentino Jurnal 2(2) 7. Naini, Amiyatun. 2012. Perbedaan Stabilitas Warna Bahan Basis Gigi Tiruan Resin Akrilik dnegan Resin Nilon Termoplastis terhadap Penyerapan Cairan. Stomatognatic (JKG UNEJ) 9(1):28-32 8. Smallman, R.E dan R.J. Bishop. 2000. Modern metallurgy and materials Engineering gth ed. Erlangga 9. Gladwin M, Bagby M. 2013. Clinical Aspect of Dental Materals: Theory., Practice, and cases. 4th edition. Philpedia: Lippincott 10. Craig, RG dan Powers J.M., 2004. Restorative dental material. 11th edition., St. Louis: Mosby Co