MAKALAH
PRINSIP-PRINSIP DALAM EKONOMI SYARIAH
DISUSUN OLEH :
AGUSTINA NIM. 1741000017 KELAS A – MALAM MALAM PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS POTENSI UT UTAMA AMA MEDAN T.A. 2017 – 2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “PRINSIP-PRINSIP DALAM EKONOMI SYARIAH” ini tepat waktu. makalah ini ditulis untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Syariah. Penulisan makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi penulisan isi. Oleh sebab itu, dengan hati yang terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi para pembaca dan umumnya bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Medan,
Maret 2018 Penulis,
AGUSTINA
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................
ii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................
1
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................
2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Islam .................................................
3
B. Prinsip – Prinsip Ekonomi Islam ........................................
4
1. Tauhid ...........................................................................
5
2. Adl ................................................................................
5
3. Nubuwwah ....................................................................
6
4. Khilafah ........................................................................
7
5. Ma’ad ............................................................................
7
BAB III KESIMPULAN .........................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
13
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak orang, khususnya bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem ekonomi dunia, terutama sejak perang dunia II yang memunculkan banyak Negara-negara Islam bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam sebagai sebuah model ekonomi alternatif memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun non muslim untuk melakukan banyak penggalian kembali berbagai ajaran Islam. Khususnya yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan antar manusia melalui aktivitas perekonomian maupun aktifitas lainnya. Meskipun begitu, system ekonomi dunia saat ini masih dikendalikan oleh system ekonomi kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih terpecah dalam hal bentuk implementasiekonomi Islam dimasing-masing Ne gara. Kenyataan ini oleh sebagian pemikir Islam masih diterima dengan lapang karena ekonomi Islam secara implementasinya di masa kini relatif masih baru. Masih perlu dilakukan banyak sosialisasi dan pengarahan serta pengajaran kembali umat Islam untuk melakukan aktifitas ekonominya sesuai dengan hukum Islam. Sementara sebagai lainnya menilai bahwa faktor kekuasaan memainkan peran signifikan, karenanya mengkritisi bahwa ekonomi Islam atau ekonomi syariah belum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya sendiri belum menerapkan syariah dalam kebijakan-kebijakannya. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekonomi Islam / syariah? 2. Apa saja prinsip-prinsip dari ekonomi Islam / syariah?
1
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian dari ekonomi Islam / syariah. 2. Mahasiswa dapat mengetahui apa prinsip-prinsip dari ekonomi Islam / syariah.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ekonomi Islam
Pengalaman sistem yang dianut oleh negara Indonesia memiliki dua kebijakan ekonomi; pertama, masa orde lama (rezim Soekarno) dimana ekonomi tertutup yang berorietasi Sosialis, dan kedua, masa orde baru (rezim Soeharto) dengan pendekatan ekonomi terbuka yang berorientasi sama dengan kapitalis. Keduanya tidak bisa dijalankan secara baik sehingga tidak dapat memberikan solusi (solution) perbaikan sistem yang membawa kemaslahatan untuk umat. Maka pantas sebagai salah satu sistem ekonomi yang utuh muncul kepermukaan walaupun sistem ini telah dilupakan oleh banyak orang, sehingga pada saat permasalahan global menghantui kita, pemikir-pemikir kontemporer dalam bidang ekonomi mencari solusi guna kemaslahatan umat didunia. Salah satu sistem yang utuh tersebut yakni Ekonomi Islam. Adapun Universitas yang pertama kali mengajarkan ekonomi Islam serta menjadiakannya mata kuliah adalah Universtas Al-Azhar pada tahun 1961 M/1381 H pada dua jurusan, yaitu Syariah Islamiyah dan Tijaroh. Kemudian di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah pada jurusan Ekonomi Islam, juga pada jurusan Syariah di Makah Mukaromah pada tahun 1964 M/ 1384 H. Bahkan salah satu hasil keputusan Muktamar Ulama Muslimin yang diadakan di Kairo tahun 1972 M/ 1392 H memutuskan akan pentingnya pengajaran ilmu ekonomi Islam pada setiap Univeritas yang terdapat pada Negara Arab khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Menurut Muhammad Abdul Mannan, “Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah- masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam”. Menurut M.M. Metwally, “Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam
yang
mengikuti
al
Quran,
Hadis,
Ijma
dan
Qiyas”.
Menurut
Hasanuzzaman,”Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh
3
sumber-sumber
daya
material
sehingga
tercipta
kepuasan
manusia
dan
memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan mas yar akat”. Prof. M. Abdul Manan, MA, Ph.D, memberikan definisi ilmu ekonomi Islam, yaitu ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Ilmu ekonomi Islam bukan hanya disebut ilmu pengetahuan positif ( positive science) atau ilmu pengetahuan normatif (normative science) saja, melainkan kedua mempunyai hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan Sehingga kita tidak menginjak daerah sekulerisme tersebut. Sedangkan menurut Mohammad Daud Ali, ekonomi islam adalah kumpulan dasar-dasar ekonomi yang disimpulkan dari al-Qur’an as-Sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi. Namun demikian Ekonomi Islam tidak lepas dari terpaan kritik yang dilakukan
oleh
sejumlah
ekonom.
Pada
umumnya
kritikan
tersebut
dikelompokkan oleh Arif, seperti yang dikutip oleh M.Husein Sawit, menjadi tiga kelompok besar. Pertama, aliran yang mengatakan Ekonomi Islam merupakan penyesuaian sistem kapitalis atau disebut "the Adjusted Capitalism School ". Kedua, disebut dengan kelompok konvensional atau " the Conventional School ”. Ketiga adalah kelompok perbedaan paham atau "the Sectarian Diversity School ". B. Prinsip – Prinsip Ekonomi Islam
Ekonomi Islam, menurut para pembangun dan pendukungnya, dibangun di atas, atau setidaknya diwarnai, oleh prinsip-prinsip relijius, berorientasi dunia dan akhirat. Dalam tataran paradigma seperti ini, para ekonom muslim masih dalam satu kata, atau setidaknya, tidak ada perbedaan yang berarti. Pada dasarnya bangunan ekonomi islam dapat tergambarkan secara jelas dengan gambar di bawah ini, yang jika diibaratkan sebagai sebuah bangunan sebagaimana divisualisasikan oleh Adiwarman adalah angunan ekonomi islam didasarkan atas lima
nilai
universal
yaitu: Tauhid (keimanan) ,
‘Adl (keadilan) ,
Nubuwwah
(kenabian) , Khilafah (pemerintahan) , dan Ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi islam.
4
Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi system, akan menjadikan ekonomi islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa memberi dampak pada kehidupan ekonomi. Karena itu, dari kelima nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derifatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal system ekonomi islami. Ketiga prinsip derivative itu adalah multitype ownership, freedom to act, dan social justice. Di atas semua nilai dan prinsip adalah akhlak. Akhlak menempati posisi puncak agar manusia senantiasa menjadikannya sebagai tujuan islam di muka bumi dan sebagai bentuk dakwah itu sendiri. Akhlak inilah yang kemudian mendorong terciptanya praktek ekonomi yang sesuai dengan syariat islam. Berikut pejelasan dari lima nilai universal dalam ekonomi islam, yaitu : 1. Tauhid
Tauhid merupakan fondasi ajaran islam. Dengan tauhid, manusia menyaksikan bahwa “Tiada satupun yang layak disembah selain Allah” dan “Tiada pemilik langit, bumi dan isinya selain dari pada Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan sumber daya yang ada. Karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk “memiliki” untuk sementara waktu, sebagai ujian bagi mereka. Dalam islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan sumber daya manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubun gan dengan Allah. Karena kepada-nya manusia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.
2. Adl
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara zalim. Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi harus memelihara hokum Allah di bumi, dan menjamin bahwa pemakain segala sumber daya diarahkan untuk
5
kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam mendefinisikan adil sebagai “tidak mendzalimi dan tidak didzalimi”. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan mendzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi manusia atas manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.
3. Nubuwwah
Karena rahman, rahim dan kebijaksanaan allah, manusia tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu diutuslah para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) keasal-muasal segala, Allah. Fungi rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus diteladani manusia agar mendapat keselamatan di sunia dan akhirat. Untuk umat muslim, Allah telah mengirimkan “manusia model” yang terakhir dan sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. sifat-sifat utama sang model yang harus diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya, adalah s ebagai berikut: a) Siddiq (jujur) ; b) Fathanah (kredibilitas) ; c) Amanah (tanggung jawab) ; dan d) Tabligh (komunikasi dan terbuka).
Sifat nabi di atas menjadi acuan bagi aktivitas ekonomi. Sifat di atas juga sangat manusiawi sehingga dalam ejawantahannya sangat nyata untuk dilakukan. Juga sifat di atas adalah lambang profesionalitas, prestatif, dan kontributif dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi.
6
4. Khilafah
Dalam al-qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi. Karena itu pada dasarnya setiap manusia adalh pemimpin. Nabi bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap yang di pimpinnya”. Ini berlaku bagi semua manusia, baik ia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin masyarakat atau kepala Negara. Nilai ini mendasari prinsi kehidupan- kehidupan kolektif manusia dalam islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar kelompok-kelompok termasuk dalam bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat dihilangkan atau dikurangi. Firman Allah ta’ala dalam al -qur’an, “(Yaitu) orang-orang yang jika kami teghkan kedudukan mereka dimuka bumi, niscaya mereka menyeru berbuat baik dan mencegah dari perbuatan jahat.” Dalam islam, pemerintah memainkan peran yang kecil tetapi sangat penting
dalam
perekonomian.
Peran
utamanya
adalah
untuk
menjamin
perekonomian agar berjalan sesuai dengan syari’ah, dan untuk memastikan tidak terjadi terhadap pelangaran hak-hak manusia. Semua ini dalam kerangka untuk mencapai maqasid
al- syar’iyah (tujuan-tujuan
syari’ah),
untuk
memajukan
kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi keimanan, jiwa, akal, kehormatan dan kekayaan manusia.
5.
Ma’ad
Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai “kebangkitan”, tetapi secara harfiah ma’ad berarti “kembali”. Karena kita semua akan kembali kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus berlanjut hingga alam akhirat. Pandangan yang khas dari seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan sebagai: “ Dunia adalah ladang akhirat”. Artinya, dunia adalah wahana bagi manusia untuk bekerja dan beraktivitas (beramal saleh). Namun demikian, akhirat lebih baik dari pada dunia. Karena itu Allah melarang untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa.
7
Kehidupan adalah proses dinamik menuju peningkatan. Ajaran-ajaran islam memandang kehidupan manusia di dunia ini sebagai pacuan dengan waktu. Umur manusia sangat terbatas dan banyak sekali peningkatan yang harus dicapai dalam rentang waktu yang sangat terbatas ini. Kebaikan dan kesempurnaan sendiri merupakan tujuan-tujuan dalam proses ini. Nabi saw diceritakan pernah menyuruh seorang penggali kubur untuk memperbaiki lubang yang dangkal di suat u kuburan meskipun hanya permukaannya saja. Beliau menetapkan aturan bahwa “Allah menyukai orang yang, bila melakukan sesuatu melakukannya dengan cara yang sangat baik.” Jangan (
membuat
mudarat
(kesulitan)
dan
jangan
ada
mudarat,
) adalah frasa yang senantiasa diucapkan oleh Nabi saw. Frasa ini
berarti “madarat yang direncanakan secara sadar dan dilakukan oleh seseorang untuk menyakiti, dan juga yang dilakukan sekedar untuk melukai. Fakta mengenai madarat yang menyakitkan seseorang perlu mendapatkan perhatian, baik yang disengaja oleh pelakunya untuk maksud tersebut maupun ynag tidak dimaksudkan untuk tujuan tersebut. Madarat harus dilenyapkan tanpa mempertimbangkat niat yang melatarbelakanginya. Namun kita harus cukup realistik dalam mengamati bahwa menghilangkan “madarat” sama sekali dari kehidupan manusia adalah tidak mungkin. Madarat itu sendiri selalu tidak diharapkan. Namun bila hal itu merupakan syarat yang tidak dapat dielakkan adanya, maka ia bisa dibenarkan.” Kelima nilai yang telah diuraikan di atas menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi islam. Dari kelima nilai ini kita dapat menurunkan tiga prinsip derivatif ynag menjadi ciri-ciri sistem ekonomi islam. Sedangkan menurut Metwally, prinsip-prinsip ekonomi islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dalam ekonomi islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian
atau
titipan
Tuhan
kepada
manusia.
Manusia
harus
memanfaatkannya seefesien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan bersama di dunia, yaitu untuk diri sendiri dan orang lain.
Namun
yang
terpenting
adalah
dipertanggung jawabkan di akhirat nanti.
8
bawa
kegiatan
tersebut
akan
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat produksi dan factor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua, islam menolak setiap pendapatan
yang
diperoleh
secara
tidak
sah,
apalagi
usaha
yang
menghancurkan masyarakat. 3. Kekuatan penggerak utama ekonomi islam adalah kerja sama. Seorang muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus berpegang pada tuntutan allah swt dalam al-qur’an: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan peedagangan yang dilakukan secara suka sama suka diantara kalian…”(QS 4: 29) 4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai capital produktif yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al-qur’anmengungkapkan bahwa, “Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya sekedar di antara orang-orang kaya saja diantara kalian…”(QS 57: 7). Oleh karena itu, system ekom]nomi islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan system ekonomi kapitalis, dimana kepemilikan industry didominasi dan dimonopoly dan oligopoly, tidak terkecuali industry yang merupakan kepentingan umum. 5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat, dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa, “Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api.” Sunnah Rasulullah tersebut menghendaki semua industry ekstraktif yang ada hubungannya dengan produksi air, bahan t ambang, bahkan bahan makanan, harus dikelola oleh Negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industry tidak boleh dikuasai oleh individu.
9
6. Seorang muslim harus takut pada Allah dan hari Akhirat, seperti diuraikan dalam al-qur’an: “ Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diberikan balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dilakukannya. Dan mereka tidak teraniaya…”(QS 2: 281) oleh karena itu, islam mencela keuntungan yang berlebihan, perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan. 7. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi ukuran tertentu ( nisab) diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas penguasaan tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Menurut pendapat para ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif ( Idle assets), termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak, dan permata, pendapatan bersih dari transaksi (net earning from transaction), dan 10% dari pendapatan bersih investasi. 8. Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun instansi lainnya. Al-qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang bunga.
10
BAB III KESIMPULAN
Ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang multidimensi/interdisiplin, komprehensif dan saling terintegrasi, meliputi ilmu syariah yang bersumber dari Al-Quran dan AsSunah, dan juga ilmu rasional (hasil pemikiran dan pengalaman manusia), dimana dengan ilmu ini manusia dapat mengatasi masalah-masalah keterbatasan sumber daya untuk mencapai falah. Secara umum prinsip-prinsip ekonomi menjadi 3 kelompok besar. Masing masing kelompok besar ini membentuk suatu bangunan yang akan menjadi prinsip ekonomi islam. Bagian pertama (nilai universal) yang menjadi teori dari ekonomi islam dan menjadi landasan ekonomi islam yaitu: 1. Tauhid (keesaan Tuhan), merupakan pondasi ajaran Islam. Segala sesuatu yang kita perbuat di dunia nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Sehingga termasuk didalamnya aktivitas ekonomi dan bisnis nantinya akan dipertanggungjawabkan juga. 2. ‘Adl (keadilan). Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Adil yang dimaksud disini adalah tidak menzalimi dan tidak dizalimi, sehingga penerapannya dalam kegiatan ekonomi adalah manusia tidak boleh berbuat jahat kepada orang lain atau merusak alam untuk memperoleh keuntungan pribadi. 3. Nubuwwah (kenabian). Setiap muslim diharuskan untuk meneladani sifat dari nabi Muhammad SAW. Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang patut diteladani untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam bidang ekonomi yaitu : Siddiq (benar, jujur), Amanah (tanggung jawab, kepercayaan,
kredibilitas),
Fathanah
(Kecerdikan,
kebijaksanaan,
intelektualita) dan tabligh (komunikasi, keterbukaan, pemasaran). 4. khilafah
(pemerintahan).
Dalam
Islam,
peranan
yang
dimainkan
pemerintah terbilang kecil akan tetapi sangat vital dalam perekonomian.
11
Peranan utamanya adalah memastikan bahwa perekonomian suatu negara berjalan dengan baik tanpa distorsi dan telah sesuai dengan syariah. 5. Ma’ad (hasil). Imam Ghazali menyatakan bahwa motif para pelaku ekonomi adalah untuk mendapatkan keuntungan/profit/laba. Dalam islam, ada laba/keuntungan di dunia dan ada laba/keuntungan di akhirat.
12
DAFTAR PUSTAKA Aziz, Abdul, dkk, 2010, Kapita selekta Ekonomi IslamKontemporer, Bandung: Alfabeta.Afzalur Rahman, 1995, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf). Arifin, Zainul , 2009, dasar-dasar manajemen bank syari’ah, Tangerang: Azkia Publisher. Anto, M.B. Hendrie, 2003, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Jogjakarta : Ekonisia. Iswadi, Muhammad, Ekonomi Islam: Kajian Konsep Pendekatan, dalam Mazahib, Vol. IV, No. 1, Juni 2007.
Dan
Model
Mannan, M.Abdul, 1997, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa). Moehammad, Goenawan, 2000, Metodologi Pengantar , Jogjakarta : UII-Press.
Ilmu
Ekonomi
Islam:
Suatu
Mujahidin, Akmal, 2013, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrumen, Negara dan Pasar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Zadjuli, Suroso Imam, “Reformasi Ilmu Pengetahuan dan Perspektif Ekonomi Islam di Indonesia”, Makalah dipresentasikan Program Doktor Program Studi Ilmu Ekonomi Minat Studi Ekonomi Islam-Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2007. http://syariahkita.wordpress.com/2010/03/25/prinsip-dan-dasar-ekonomi-islam/ http://wahanabelajarekonomiislam.blogspot.com/2012/11/prinsip-prinsipekonomi-islam.html.
13