Judul
Pemrasaran / NIM Pembahas Hari / Tanggal Waktu Ruangan Dosen Pembimbing
: Pengamatan Perilaku Monyet Ekor Panjang ( Macaca fascicularis) fascicularis) di Karantina Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga. : Salsabila Iftina Putri Nusa / J3P115019 : Drh. Heryudianto Vibowo : Sabtu / 07 Oktober 2017 : 13.00-16.00 : GG Klinik : Dr. Drh. Gunanti MS. Menyetujui,
Dr. Drh. Gunanti MS.
ABSTRAK Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Pengamatan perilaku pada monyet ekor panjang ( Macaca ( Macaca fascicularis) fascicularis) di karantina Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) merupakan bagian dari pertimbangan kesehatan satwa. Karantina merupakan salah satu fasilitas medis hewan di PPSC. Praktik Kerja Lapangan 1 bertujuan untuk menguraikan perilaku dari pengamatan monyet ekor panjang yang di karantina di PPSC. Praktik Kerja Lapangan 1 dilaksanakan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga pada tanggal 18 Juli sampai 18 Agustus 2017. Metode pengambilan data primer mencakup observasi langsung pada seekor monyet ekor panjang yang berada di karantina PPSC menggunakan ethogram dengan metode ad-libitum sampling, focal animal sampling dan instantaneous dan instantaneous sampling serta serta diskusi dengan ahli perilaku binatang. Data diambil dalam bentuk frekuensi banyaknya perilaku yang terlihat. Data kemudian diolah berdasarkan waktu dan kondisi. Data sekunder diperoleh dari literatur. Perilaku normal yang diamati adalah eating dan dan self-grooming . Perilaku looking outside, looking at observer dan shaking cage merupakan bentuk bentuk interaksi sosial terhadap lingkungan. lingkungan. Berdasarkan pengamatan perilaku monyet ekor panjang dalam dal am kondisi stres yang ditandai dengan perilaku self-biting dan perilaku stereotipe yaitu pacing, yaitu pacing, shaking head dan dan moving bowl. Kata kunci: monyet ekor panjang, perilaku, Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga
1 PENDAHULUAN
pengamatan monyet ekor panjang di karantina Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga.
1.1 Latar Belakang
Pusat penyelamatan satwa didirikan di Indonesia untuk membantu penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar dilindungi. Salah satu pusat penyelamatan satwa adalah Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga. Satwa liar yang diselamatkan akan dirawat di karantina sebelum direhabilitasi untuk mengembalikan insting liar agar dapat bertahan hidup di alam. Karantina merupakan fasilitas medis satwa untuk pemeriksaan intensif, pemulihan kesehatan satwa dan pencegahan penyakit menular ke satwa lain, ke manusia, maupun dari manusia ke satwa. Pertimbangan kesehatan satwa melibatkan ekologi dan prilakunya, maka dari itu perilaku satwa perlu diperhatikan. Salah satu jenis satwa yang ada di karantina Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga adalah monyet ekor panjang ( Macaca fasicularis). Secara umum monyet ekor panjang merupakan satwa yang hidup bersosialisasi, mereka hidup dalam sebuah grup yang berisi beberapa jantan dan betina. Monyet ekor panjang sebagai hewan yang hidup bersosialisasi memiliki perilaku mengamati lingkungan ataupun suatu objek. Monyet ekor panjang yang dipelihara di rumah dapat memicu munculnya perilaku yang tidak normal.
1.2 Tujuan
Tujuan praktik kerja lapangan I adalah menguraikan perilaku dari
2 METODE KAJIAN
2.1 Lokasi dan Waktu
Praktik Kerja Lapangan 1 dilaksanakan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga Sukabumi. Penyelamatan Satwa Cikananga berada di Kampung Cikananga, Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan tanggal 18 Juli sampai dengan 18 Agustus 2017 pada jam dan hari yang telah ditetapkan oleh Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga. 2.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung pada seekor monyet ekor panjang betina bernama Fitri dan diskusi dengan ahli perilaku hewan di PPSC. Fitri diserahkan ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga pada tanggal 27 Juni 2017. Sebelum diserahkan ke pusat penyelamatan satwa, Fitri menyerang warga. Estimasi umur Fitri yaitu 6-8 tahun. Diperkirakan Fitri merupakan peliharaan warga yang melarikan diri karena memiliki bekas luka ikatan rantai di bagian perutnya. Observasi dilakukan dengan jarak 5 meter dari kandang. Observasi pertama menggunakan metode adlibitum yaitu mengamati setiap perilaku tanpa ada batasan apa dan
kapan aktivitas tercatat (Rees 2015). Perilaku yang terlihat dibuat menjadi ethogram. Ethogram adalah pola perilaku suatu hewan yang tergambarkan. Ethogram merupakan sebuah alat utama dalam etologi (ilmu perilaku) sebagai bentuk pendekatan terhadap perilaku binatang. Observasi selanjutnya menggunakan metode focal animal sampling (mengamati perilaku satu individu pada interval waktu yang telah ditentukan dan mencatat beberapa kategori perilaku (Rees 2015)). Pencatatan perilaku menggunakan instantaneous sampling (mencatat semua perilaku pada interval waktu yang telah ditentukan). Tiap observasi dilakukan selama 30 menit pada waktu tertentu, 15 menit pertama ad-libitum sampling sekaligus sebagai habituasi (pembiasaan objek pengamatan dengan kehadiran pengamat) dan 15 menit lainnya pencatatan perilaku dengan focal animal sampling yang dilakukan sebanyak 12 kali pengambilan sampel. Data kemudian diolah berdasarkan waktu dan perlakuan. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka.
3 PENGAMATAN PERILAKU MONYET EKOR PANJANG ( Macaca fascicularis) DI KARANTINA PUSAT PENYELAMATAN SATWA CIKANANGA 3.1 Perilaku Monyet Ekor Panjang (Fitri)
Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga menyediakan tiga kandang karantina besar yang diisi berbagai jenis hewan. Salah satunya adalah monyet ekor panjang bernama Fitri. Fitri dipilih menjadi objek pengamatan dikarenakan menurut catatan rekam medis, kondisi mental dari monyet ekor panjang (Fitri) sangat stres. Berdasarkan pengamatan adlibitum sampling didapatkan Tabel 1 ethogram monyet ekor panjang (Fitri) dikarantina Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga adalah sebagai berikut. Tabel 1 Ethogram perilaku Fitri No Perilaku 1 Eating
2.3 Teknik Analisis Data
Data primer dari hasil pengamatan ditampilkan dalam persentase berdasarkan waktu dan kondisi. Sampel yang didapatkan merupakan frekuensi banyaknya perilaku yang dilakukan oleh hewan selama pengamatan. Perhitungan persentase perilaku dengan cara membagi frekuensi rerata perilaku dengan total frekuensi rerata perilaku dikalikan dengan 100%. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif pada laporan Praktik Kerja Lapang I.
2
Self grooming
3
Looking outside
Deskripsi Perilaku meliputi kegiatan untuk melihat dan memilih pakan, mengambil, memasukan ke dalam mulut, mengunyah dan menelan suatu sumber pakan dalam posisi duduk, berdiri ataupun berjalan Perilaku mencari kutu atau kotoran pada rambut dalam posisi duduk Perilaku mengamati lingkungan sekitar dari dalam kandang meliputi mengamati hewan lain di kandang karantina, melihat seseorang berada di luar kandang ataupun
4
Looking at observer
5
Shaking cage
6
Self-biting
7
Pacing
8
Shaking head
9
Moving bowl
mengamati kondisi luar kandang saat mendengar suara dari luar kandang baik dari orang-orang atau hewan lain Perilaku mengamati atau tatapan fokus pada observer , ekspresi muka atau menggunakan isyarat sebagai cara berkomunikasi pada observer Perilaku menggoncangkan box kandang atau jeruji kandang menggunakan kedua tangannya untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang Perilaku menggigiti bagian dari anggota tubuh seperti kaki kanan-kiri ataupun tangan kanan-kiri Perilaku berjalan mondarmandir di dalam kandang Perilaku memutar kepala dan leher secara lateral berulang tanpa tujuan apapun Perilaku memindahkan tempat air minum yang menghalangi perilaku pacing (mondar-mandir)
3.2 Persentase Perilaku Monyet Ekor Panjang (Fitri)
Menurut Rees (2015) jenis pengukuran perilaku dibagi menjadi latensi, frekuensi, intesitas dan durasi. Frekuensi merupakan jumlah kejadian perilaku tertentu per satuan waktu. Frekuensi yang diukur diambil dari focal animal sampling dengan memusatkan perhatian pada satu hewan dalam satu waktu. Data diolah dari frekuensi menurut waktu dan kondisi. Aktivitas setiap hewan dapat bervariasi antara hari ke hari (Rees 2015). Berdasarkan hal inilah pengamatan dilakukan pada hari dan waktu dan kondisi yang berbeda.
Pengamatan dibedakan menjadi pengamatan pagi, sore, dengan orang dan dengan enrichment . Setiap waktu dan kondisi memiliki tiga sampel perilaku yang diamati selama 15 menit tiap sampelnya. Berdasarkan persentase perilaku (Gambar 1) monyet ekor panjang (Fitri) tidak munculnya perilaku makan pada pagi hari dikarenakan pengambilan sampel pada pagi hari dilakukan sekitar pukul 07.00-09.00. Kandang karantina tiga di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga biasanya dibersihkan dan diberi pakan pada pukul 10.30. Pengamatan di sore hari dilakukan pada pukul 14.0016.00. Pemberian makan sore dilakukan pada pukul 13.00. Pada sore hari persentase eating sebanyak 15%. Fitri merespon enrichment yang diberikan dengan baik ditandai dengan perilaku eating paling tinggi persentasenya sebanyak 42% dibandingkan dengan orang 3%. Di alam liar, monyet menghabiskan waktu 20-40% dalam sehari untuk mencari pakan (Hambali et al. 2012). Perilaku self-grooming dilakukan Fitri sebanyak 16% di pagi hari. Self grooming pada sore hari sebanyak 12%. Hal ini sesuai dengan Nugraha (2006) dan Wibowo (2017) bahwa perilaku grooming lebih sering dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00-11.00) dan sore hari (pukul 15.00-17.00). Perilaku self-grooming dilakukan Fitri sebanyak 13% saat berada dengan orang sementara self grooming tidak muncul disaat dengan enrichment. Hal ini sesuai dengan Nugraha (2006) dan Wibowo (2017) bahwa self-grooming cenderung menurun pada siang hari.
Gambar 1 Persentase Frekuensi Perilaku Pengambilan sampel dengan orang diambil saat Fitri berada di lingkungan yang ramai orang di luar kandang karantina dan saat keeper membersihkan kandangnya. Pengambilan sampel dengan enrichment (pengayaan) diambil saat keeper memberikan enrichment yang dibuat oleh pengamat berupa bola plastik berisi buah-buahan potong atau daun kaliandra. Pemberian enrichment dilakukan sebelum Fitri diberi makan oleh keeper . Monyet ekor panjang adalah hewan yang cerdas dan memiliki tingkat penasaran yang tinggi. Pemberian enrichment memberikan kesempatan untuk mereka mengkesplorasi lingkungan. Namun pemberian enrichment harus sesuai dan diawasi dengan baik. Enrichment yang diberikan juga perlu bervariasi agar monyet ekor panjang tidak bosan. Enrichment yang diberikan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga umumnya dibuat oleh volunteer .
Berdasarkan pada Gambar 1, perbandingan perilaku looking outside di pagi hari sebanyak 31%, sementara di sore hari sebanyak 21%. Perilaku looking at observer di pagi hari sebanyak 5% dan di sore hari sebanyak 3%. Dominasi looking outside dan looking at observer di pagi hari menunjukan interaksi Fitri terhadap lingkungan lebih banyak di pagi hari hal ini berkaitan dengan lebih banyaknya aktivitas di luar kandang karantina baik dari orang yang berlalu-lalang ataupun suara dari hewan lain. Perilaku looking outside dilakukan Fitri dengan orang sebanyak 24% sementara dengan enrichment sebanyak 29%. Perilaku looking at observer yang Fitri lakukan dengan orang sebanyak 4% dan dengan enrichment sebanyak 3%. Perilaku looking outside dengan enrichment lebih tinggi karena Fitri tetap mengamati lingkungan ketika makan. Perilaku looking at observer
lebih tinggi dengan orang karena Fitri mencoba menarik perhatian termasuk kepada pengamat. Semua hewan memiliki kencenderungan untuk memeriksa lingkungannya jika ia dipindahkan ke tempat baru yang dilakukan tergantung oleh panca inderanya (Sukarsono 2012). Persentase perilaku shaking cage pada pagi dan sore hari sama banyaknya yaitu 4%. Perilaku shaking cage paling tinggi dilakukan saat dengan orang sebanyak 6% dibandingkan dengan enrichment sebanyak 3%. Hal ini terjadi dikarenakan Fitri mencoba menarik perhatian orang-orang di luar kandang. Perilaku shaking cage dilakukan dalam bentuk interaksi untuk mencari perhatian apabila ada orang di luar kandang. Berdasarkan pengamatan perilaku shaking cage paling banyak dilakukan saat perlakuan dengan orang sebanyak 6% dibandingkan dengan enrichment sebanyak 3%. Hal ini terjadi dikarenakan Fitri mencoba menarik perhatian orang-orang diluar kandang. Perilaku looking outside yang dilakukan Fitri dengan orang sebanyak 24% sementara dengan enrichment sebanyak 29%. Perilaku looking outside dengan enrichment lebih tinggi karena Fitri tetap mengamati lingkungan ketika makan. Perilaku looking at observer yang Fitri lakukan dengan orang sebanyak 4% dan dengan enrichment sebanyak 3%. Perilaku looking at observer lebih tinggi dengan orang karena Fitri mencoba menarik perhatian termasuk kepada pengamat. Perilaku stereotipe cenderung menurun disaat monyet ekor panjang Fitri dengan enrichment dibandingkan dengan orang. Perilaku pacing dilakukan sebanyak 13% dengan enrichment dibandingkan dengan
orang sebanyak 23%. Perilaku moving bowl dilakukan sebanyak 3% dengan enrichment dibandingkan dengan orang sebanyak 6%. Perilaku shaking head dilakukan sebanyak 3% dengan enrichment dibandingkan dengan orang sebanyak 4%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan enrichment efektif mengalihkan perhatian Fitri dari perilaku stereotipe. Perilaku stereotipe meningkat pada saat Fitri berada dengan orang dapat menunjukan bahwa Fitri merasa stres ketika berada dengan orang. Pemberian enrichment dalam bentuk pakan merupakan enrichment yang paling umum digunakan dalam usaha merawat tingkah laku (Rees 2015). Persentase perilaku self-biting berdasarkan Gambar 13 lebih banyak dilakukan di pagi hari sebanyak 16% dibandingkan di sore hari yaitu sebanyak 7%. Menurut Novak (2003) perilaku self-biting paling tinggi terjadi di pagi hari saat kandang rutin dibersihkan dan diberi pakan, paling rendah saat siang hari diberi pakan oleh keeper , dan menengah saat sore hari setelah diberi pakan. Persentase self-biting tertinggi terjadi pada saat Fitri berada pada kondisi ramai orang baik di luar ataupun di dalam kandang karantina yaitu 17%. Hal ini dapat menjadi salah satu tanda bahwa Fitri stres ketika berada dengan orang. Sementara perilaku self-biting terendah pada perlakuan dengan enrichment yaitu 4%. Hal ini sesuai dengan Reinhardt dan Rossell (2001) yang menyatakan pemberian pendamping sosial ataupun pengayaan lingkungan dapat mengalihkan perhatian hewan yang cukup dapat menghambat perilaku self-biting . Persentase perilaku stereotipe pacing lebih banyak dilakukan oleh
Fitri pada sore hari yaitu 27% dibandingkan pagi hari yaitu 21%. Perilaku stereotipe shaking head lebih banyak dilakukan di sore hari yaitu 8% dibandingkan di pagi hari yaitu 3%. Perilaku moving bowl pada pagi hari sebanyak 4% sementara sore hari 3%. Perilaku stereotipe di sore hari dapat terjadi karena bosan ataupun stres. Frekuensi dan tingkat keparahan perilaku stereotipe yang ditunjukan oleh seekor hewan sering digunakan sebagai ukuran kesejahteraannya, terutama pada hewan yang sangat cerdas seperti primata (Rees 2015). Menurut Mallapur et al. (2005) hewan yang tidak menghabiskan waktu mereka sesuai perilaku alamiahnya dapat beresiko menjadi bosan, depresi, frustasi, agresif dan stres. Perilaku stereotipe cenderung menurun disaat Fitri dengan enrichment dibandingkan dengan orang. Perilaku pacing dilakukan sebanyak 13% dengan enrichment dibandingkan dengan orang sebanyak 23%. Perilaku moving bowl dilakukan sebanyak 3% dengan enrichment dibandingkan dengan orang sebanyak 6%. Perilaku shaking head dilakukan sebanyak 3% dengan enrichment dibandingkan dengan orang sebanyak 4%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan enrichment efektif mengalihkan perhatian Fitri dari perilaku stereotipe. Perilaku stereotipe meningkat pada saat Fitri berada dengan orang dapat menunjukan bahwa Fitri merasa stres ketika berada dengan orang. Pemberian enrichment dalam bentuk pakan merupakan enrichment yang paling umum digunakan dalam usaha merawat tingkah laku (Rees 2015).
4 SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis) di Pusat penyelamatan Satwa Cikananga menunjukan perilaku normal yaitu eating dan self grooming. Perilaku looking outside, looking at observer dan shaking cage merupakan bentuk interaksi sosialnya dengan lingkungan. Perilaku tidak normal yang muncul seperti selfbiting dan stereotipe yaitu pacing, shaking head, dan moving bowl . Perilaku tidak normal lebih banyak muncul pada kondisi dengan orang. Berdasarkan pengamatan dengan enrichment perilaku tidak normal muncul lebih sedikit dibandingkan waktu dan kondisi pengamatan lain.
4.2 Saran
Berdasarkan pengamatan perilaku monyet ekor panjang (Fitri) di kandang karantina, penempatan tempat minum perlu dipindah dan diikat di kandang agar Fitri tidak dapat memindahkan tempat minum ataupun menumpahkannya. Fitri perlu direhabilitasi di kandang grup yang berada jauh dari keramaian. Pemberian enrichment berkala dan bervariasi diperlukan untuk mengalihkan perilaku self-biting dan stereotipe pada Fitri.
DAFTAR PUSTAKA Hambali K, Ismail A, Md-zain BM. 2012. Daily activity budget of long-tailed macaques ( Macaca fascicularis) in Kuala Selangor Nature Park. International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJNES. 12(4):47-52. Nugraha K. 2006. Aktivitas Grooming (Selisik) Monyet Ekor Panjang Di Situs Ciung Wanara, Ciamis Jawa Barat[Skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Novak MA. 2003. Self-injurious behavior in rhesus monkeys: new insights into its etiology, physiology, and treatment. Am J Primatol . 59(1):3-19. Mallapur A, Waran N, Sinha A. 2005. Factor influencing the behaviour and welfare of captive lion-tailed macaques in Indian zoos [Internet]. [diunduh 2017 Okt 19]; 91:3-4 337-353. Tersedia pada https:doi.org/10.1016/j.applani m.2004.10.002.
Rees PA. 2015. Studying Captive Animals: A Workbook of Methods in Behaviour, Welfare and Ecology. Chichster(UK): Jhon Wiley & Sons. Reinhardt V, Rossel M. 2001. SelfBiting in Caged Macaques: Cause, Effect, and Treatment[Internet]. [diunduh 2017 Jul 28]; 4:4 285-294, DOI: 10.1207/S15327604JAWS0404 _05. Tersedia pada: http://dx.doi.org/10.12707/S153 27604JAWS0404_05. Sukabudhi G. 1993. Studi Penampilan Monyet Ekor Panjang ( Macaca Fascicularis) di Unit Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata[Skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan: Konsep, Perilaku, Psikologi dan Komunikasi. Malang(ID): UMM Press. Wibowo M. 2017. Pola perilaku berselisik ( grooming behaviour ) monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis, Raffles 1821) di Suaka Margasatwa Paliyan, Gunung Kidul, Yogyakarta. Jurnal Prodi Biologi. 6(2): 1117.