12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PHBS
2.1.1 Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
2.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
2.1.3 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2.2 Tujuan PHBS
PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Dan dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS
Sasaran PHBS
Tatanan Rumah Tangga
Merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam :
Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah)
b. Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK
c. Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dll.
Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menurunkan resiko gangguan pasca persalinan dan mencegah infeksi neonatus.
b.Memberi ASI Esklusif
Asi ekslusif secara nyata mampu menekan angka kematian balita, memberikan Asi ekslusif tidak hanya memberikan manfaat bagi bayi namun bermanfaat juga bagi ibu. Ibu yang menyusui 20 persen terhindar dari resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim.
c. Menimbang balita setiap bulan.
Jika keluarga memiliki balita wajib membawanya ke pos yandu untuk dilakukan penimbangan. Menimbang berat badan merupakan parameter untuk menentukan status gizi balita, dengan melakukan penimbangan setiap bulan dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan balita serta dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi kekurangan gizi.
d.Menggunakan air bersih
Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak bersih. Jika kondisi air yang digunakan tidak jernih, keruh atau berbau sebaiknya air yang digunakan diolah terlebih dahulu agar menjadi air bersih dengan menggunakan saringan sederhana.
Mencuci tangan dengan air dan sabun.
Membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan dan ketika akan mengerjakan suatu pekerjaan hal ini secara nyata telah mencegah perpindahan kuman dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai bakteri penyebab infeksi antara lain hepatitis B, HIV/AIDS.
Menggunakan jamban sehat.
Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang sangat kompleks antara lain tipus, disentri, kolera, berbagai macam penyakit cacing, schisosomiasis dan sebagainya. Secara langsung kotoran ini dapat mengkontaminasi makanan, minuman, sumber air, tanah dan sebagainya.
g.Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Mencuci dan membersihkan bak mandi dan tempat-tempat penyimpanan air minimal seminggu sekali dan mengubur kaleng-kaleng bekas tindakan ini merupakan cara memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah. Karena nyamuk demam berdarah bertelur di tempat genangan/penampungan air jernih bukan air got atau sejenisnya.
h.Makan buah dan sayur setiap hari.
Sayur dan buah merupakan sumber gizi yang lengkap dan sehat serta mudah didapatkan. Dengan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi dapat terpenuhi.
i.Melakukan aktifitas fisik setiap hari.Aktifitas fisik, gerak badan atau melakukan pekerjaan di rumah akan meningkatkan kekuatan otot dan menyehatkan badan.
j.Tidak merokok didalam rumah.
Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga terhadap orang–orang disekelilingnya, untuk itu hindarilah untuk merokok di dalam rumah.
Tatanan Sekolah
Seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota
keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam :
Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau siswa dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah)
Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK
Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat dan orang tua siswa
Indikator PHBS di sekolah antara lain:
Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit, bila digunakan maka kuman dan bakteri berpindah ke tangan. Pada saat makan kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit antara lain diare, thypus, cacingan, flu burung dll.
b.Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan tambahan makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan bumbu penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak.
c.Menggunakan sampah pada tempatnya
Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara.Sampah menjadi media perkembangan kuman-kuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Dan sampah juga bisa menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.
d.Olah raga yang teratur dan terukur.
Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap penyakit lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung, osteoporosis, diabetes, stroke dan hipertensi.
e. Memberantas jentik nyamuk.
Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga nyamuk tidak berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya jentik nyamuk Aedes aeghypty yang menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana siswa sedang belajar.
Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-tempat penampungan air seminggu sekali seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat penampungan air dengan rapat dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan.
f. Tidak merokok.
Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain terjangkit penyakit kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan, katarak, kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok.
g.Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi. Agar pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.
h. Menggunakan jamban.
Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak berbau. Supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan sekitar.
Dan juga agar tidak mengundang datangnya serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor penyakit seperti diare, cholera, disentri, thypus, cacingan dll.
Tatanan Tempat Kerja
Merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam lingkungan tempat kerja yang akan dirubah perilakunya yaitu seluruh aspek yang ada dalam suatu perusahaan (karyawan dan pemilik perusahaan) yang bermasalah.
Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang bermasalah dalam lingkungan tempat kerja yaitu pemilik perusahaan, mitra kerja
c. Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS dalam lingkungan perusahaan, yaitu kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, tokoh masyarakat
Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :
Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian, tempat kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat pekerja di tempat kerja :
1. Tidak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6. Menggunakan air bersih.
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8. Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
Tatanan Tempat Umum
Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana, perdagangan, dsb. Disini kita berupaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.
Sasaran primer
Adalah sasaran utama di tempat umum yang akan dirubah perilakunya yaitu pengurus maupun pengunjung yang bermasalah dalam berprilaku hidup bersih dan sehat
Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu/ kelompok di tempat umum yang bermasalah yaitu prilaku masyarakat di sekitar tempat umum
Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Dinas kebersihan, guru, tokoh masyarakat.
PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
PHBS di Pasar
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di pasar, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
PHBS di tempat Ibadah
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di tempat ibadah, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
PHBS di Rumah Makan
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok di rumah makan, Menutup makanan dan minuman, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut dll)
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di angkutan umum, Tidak meludah Sembarangan
Tatanan Di Fasilitas Kesehatan
Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta. Sehingga dapat memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber-PHBS.
PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan yang sehat.
Sasaran primer
Adalah sasaran utama dalam institusi kesehatan yang akan dirubah perilakunya atau bermasalah (individu/kelompok) yaitu pengunjung, pengguna fasilitas, dan paramedis dalam institusi kesehatan.
Sasaran sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi kesehatan yang bermasalah misalnya, kelapa ruangan, dokter, dan kepala rumah sakit.
Sasaran tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi kesehatan misalnya, Dinas kesehatan
Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain :
1. menggunakan air bersih,
2. menggunakan jamban yang bersih & sehat,
3. membuang sampah pada tempatnya,
4. tidak merokok,
5. tidak meludah sembarangan,
6. memberantas jentik nyamuk.
Sasaran
Keluarga
Inst. Kesehatan
Tempat Kerja
Sekolah
Tempat Umum
Primer
Individu
Pasien
Pengantar/ Keluarga
Keluarga Pasien
Karyawan
Siswa
Pengunjung
Masyarakat Umum
Sekunder
KK
Ortu/ Mertua
Kader
Petugas Kes
Kader Kes
Manager
Serikat Buruh
Organisasi Profesi
Guru
BK
Karyawan
Osis
Pegawai
Karyawan
Manager
Tersier
KK
Ket RT
Ket RW
Kades
Pimp. Institusi di Institusi Kesehatan
Sasaran PHBS Menurut Tatanan
Strategi Kegiatan PHBS
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagaibantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
B. Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
C. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu "kebijakan" (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu
a. mengetahui atau menyadari adanya masalah.
b. tertarik untuk ikut mengatasi masalah.
c. peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternative pemecahan masalah.
d. sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah.
e. memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
e. Dikemas secara menarik dan jelas
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.
Manajemen PHBS
Selanjutnya sebelum melaksanakan langkah-langkah manajemen PHBS, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang meliputi :
Persiapan sumber daya manusia
Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program Promkes, bentuk kegiatannya yaitu :
1) Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
2) Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan
3) Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sektor
4) Pelatihan PHBS
5) Lokakarya PHBS
6) Pertemuan koordinasi dengan memanfaatkan forum yang sudah berjalan baik resmi maupun tidak resmi.
b. Persiapan teknis dan administrative
Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan sarana baik jumlah, jenis maupun sumbernya serta dana yang, diperlukan.
Persiapan administrasi, dilakukan melalui :
1) Surat menyurat, membuat surat undangan, dll.
2) Penyediaan ATK, transportasi, AVA, dana, dll.
3) Pencatatan dan pelaporan.
4) Pemantauan.
2.5.1 Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).
a. Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif
1) Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah. Data tersebut dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :
a) Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
b) Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
c) Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan, faktor penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi, organisasi.
2) Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan rumah tangga secara keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal ini disebabkan karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diambil sampel yang dapat mewakili populasi.
Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan rumah tangga adalah dengan rapid survai atau survai cepat (terlampir).
Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi.
Berikut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat kabupaten/kota.
Untuk mengukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan WHO yaitu :
30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster).
Di tingkat kabupaten/kota kluster dapat disetarakan dengan kelurahan atau desa. Ada 2 tahapan kluster yang digunakan untuk tatanan rumah tangga, tahap pertama dapat dipilih sejumlah kluster (kelurahan / desa), tahap kedua ditentukan rumah tangganya.
Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga
Langkah 1 : List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Langkah 2 : Tulis jumlah desa yang berada pada masing – masing kecamatan
Langkah 3 : Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
Langkah 4 : Hitung interval desa dengan cara total desa / 30 = X
Langkah 5 : Tentukan nomor Muster pertama desa. Dengan mengundi nomor unit desa. selanjutnya desa kedua dapat ditentukan dengan menambahkan interval. Demikian seterusnya hingga diperoleh 30 kluster.
Langkah 6 : Dan desa yang terpilih diambil secara acak 7 rumah tangga.
3) Analisis dan Pemetaan PHBS
Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara manual atau dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) dan nilai PHBS sehat I, sehat II. sehat III dan sehat IV. Berdasarkan hasil pemetaan, diharapkan semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan tepat dan terarah.
Pemetaan ini berguna sebagai potret untuk mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk meningkatkan klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang bersangkutan, lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya Pemda kabupaten / kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan Pemetaan PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan ditentukan alternatif intervensi penyuluhan.
4) Menentukan Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang ada kemudian dilakukan analisis yang akan menjadi dasar pembuatan rencana intervensi. Caranya dengan memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
a) Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah?
b) Mengapa terjadi demikian ?
c) Bagaimana penanggulangannya ?
d) Apa rencana tindakannya ?
e) Berapa sumber dana yang tersedia ?
f) Siapa yang mengerjakan ?
g) Berapa lama mengerjakannya ?
h) Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ?
Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara lain pesan dan media yang akan dikembangkan, metode apa saja yang digunakan. pelatihan yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi sektor mana saja yang dapat mendukung PHBS.
b. Pengkajian PHBS secara kualitatif
Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan pengkajian kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
Ada dua metoda untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif, yaitu:
1) Diskusi Kelompok Terarah (DKT).
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah perilaku PHBS.
Dalam DKT :
a) Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang untuk saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan dan pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
b) Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
c) Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
2) Wawancara Perorangan Mendalam (WPM).
Adalah wawancara antara pewancara yang trampil dengan perorangan selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanyajavvab (dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam.
Dalam WPM :
a) Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang masalah tertentu.
b) Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang masalah tertentu.
c) Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam
c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS, bentuk kegiatannya :
1) Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor.
2) Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral dalam jumlah dan sumbernya.
3) Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan sumbernya.
2.5.2 Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:
a. Menentukan Tujuan
Berdasarkan kegiatan pengkaj ian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil pengkajian sumber daya PKM ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang ditemukan.
Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah merokok pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.
Tujuan Umum : Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok selama satu tahun.
Tujuan Khusus : Menunuikan prosentase tatanan rumah tangga yang merokok. dari 40% menjadi 20%.
b. Menentukan jenis kegiatan intervensi
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang akan dilakukan. Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai alternatif intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan dengan dikaitkan pada ketersediaan sumber daya.
Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :
1) Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang sesuai dengan urutan masalah PHBS.
2) Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS hasil kajian rendah.
3) Penentuan tatanan yang akan diintervensi, yaitu menentukan tatanan yang akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain
4) Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu mengembangkan PHBS pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit pasar untuk tatanan tempat umum, satu unit industri rumah tangga untuk tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan intervensi terpilih pada intinya menipakan operasionalisasi strategi PHBS, yaitu :
a) Advokasi, kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan Wilayah.
b) Bina suasana, kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas program lima sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, swasta, dll.
c) Gerakan masyarakat, kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan sumber daya, mulai mempersiapkan petugas, pengadaan media dan sarana.
Kegiatan ini secara komprehensif harus ada dalam perencanaan, Namur untuk menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan dari hasil pengkajian.
Contoh, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan analisis data kualitatif melalui FGD ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada situasi ini kegiatan yang bernuansa bina suasana akan lebih banyak porsinya dibanding dengan kegiatan lainnya.
Contoh lain, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukan analisis kualitatif, diperoleh kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti manfaat pemeriksaan kehamilan. Kondisi seperti ini kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak dilakukan dibanding kegiatan lainnya.
Serangkaian alternatif lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil pengkajian PHBS adalah :
1) Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok
Penyuluhan massa dilakukan dengan topik umum, yaitu PHBS yang secara keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerja tersebut.
Penyuluhan kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah PHBS yang lokal sifatnya
2) Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan wilayah menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah, sehingga bisa dirancang "Paket Penyuluhan Terpadu" di wilayah tersebut. Misal: di desa A terdapat 3 masalah utama, yaitu JPKM, Air bersih dan KIA/KB, maka dapat dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut.
Disini petugas kesehatan berfungsi sebagai penggerak lintas program dan lintas sektor, untuk selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah tersebut.
2.5.3 Tahap Pelaksanaan
a. Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam berperilaku sehat, memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah Advokasi
1) Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau tersier
2) Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
3) Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
4) Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan metoda yang tepat.
5) Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
6) Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
b. Mengembangkan Dukungan Suasana
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/suami/bapak ibu, kakek, nenek, dan lain-lain.
Tujuannva adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita.
Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program Lembaga Swadaya Masyarakat, yang peduli kesehatan, para pembuat op dan media masa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dsb.
Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
1) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
2) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
3) Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan disempurnakan.
4) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.
c. Gerakan Masyarakat
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat. Caranya dengan penyuluhan perorangan. kelompok, membuat gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Ditingkat petugas strategi ini ditujukan kepada sasaran primer, meliputi pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dll.
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat
1) Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembinaan.
2) Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
3) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4) Mengembangkan metoda dan teknik serta media yang telah diujicoba dan disempurnakan.
5) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama dengan lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6) Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan, eksekutif).
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak; pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation) : penghargaan kepada para pelaksana kegiatan.
I (Involvement) : keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment) : kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan, tugasnya.
Hasil yang dicapai dalam tahap penggerakan pelaksanaan adalah adanya kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana, khususnya dalam :
1) Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat
2) Kegiatan pengembangan kemitraan dengan program dan sektor terkait serta dunia usaha.
3) Kegiatan pendekatan kepada pimpinan/pengambil keputusan
4) Kegiatan pembinaan, bimbingan dan supervisi.
5) Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan.
6) Melaksanakan pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor, organisasi kemasyarakatan dan kelompok profesi.
7) Mengembangkan pesan dan media spesifik.
8) Melaksanakan uji coba media dll.
2.5.4 Tahap Pemantauan dan Penilaian
2.5.4.1 Pemantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi penyuluhan PHBS.
2.5.4.2 Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan keluaran kegiatan. Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS media yang telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan.
Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil evaluasi PHBS.
Cara melakukan penilaian melalui :
1) Pengkajian ulang tentang PHBS
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
3) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota (SP2TP)
4) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada petugas, kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana
2) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4) Adanya peningkatan program PHBS
BENTUK- BENTUK KEGIATAN PHBS
Kegiatan PHBS dapat dilakukan oleh semua masyarakat secara mandiri baik oleh individu maupun kelompok. Kegiatan PHBS yang dapat dilakukan oleh masyarakat dapat dilakukan di beberapa bidang, yaitu :
Di bidang kebersihan perorangan, beberapa prilaku bersih dan sehat yaitu :
a. Seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun,
b. Mandi minimal 2x/hari
c. Gosok gigi minimal 2 x sehari
Di bidang Gizi dan Farmasi, beberapa perilaku bersih dan sehat yaitu :
a. Makan dengan gizi seimbang
b. Memberi bayi ASI eksklusif
c. Mengkonsumsi garam beryodium
d. Makan buah dan sayur tiap hari
e. Menimbang berat badan(BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan
Di bidang Kesling, beberapa perilaku bersih dan sehat yaitu:
a. Seperti membuang sampah pada tempatnya,
b. Menggunakan jamban,
c. Memberantas jentik
d. Rumah memiliki ventilasi
e. Menggunakan air bersih
f. Memiliki jamban yang telah memenuhi syarat kesehatan
Di Bidang KIA & KB, beberapa perilaku bersih dan sehat yaitu :
a. Memeriksakan kehamilan secara rutin
b. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
c. Mengimunisasi Balita dengan lengkap
Di Bidang Pemeliharaan Kesehatan, beberapa contohnya adalah:
a. Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan
b. Memiliki buku KIA untuk ibu hamil
c. Mendaftar sebagai pengguna pelayan kesehatan di suatu rumah sakit
d. Memanfaatkan Puskesmas/Sarana Kesehatan lain.
4