35
MAKALAH PERSALINAN PATOLOGI
ATONIA UTERI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Persalinan Patologi
Disusun oleh :
Kelompok 4
Yuni Wiwid Resti Roliyah (120166)
Elani Wibowo (120173)
Theresia Rambu Leki (120194)
Eka Ria Novita (120200)
Dyah Laela Nuraeni (120204)
Rizky Amalia Widayanti (120211)
Izza Mufida (120224)
Dewa Ayu Putu A.S.P (120234)
Pramisti Tiara Maulidina (120248)
Indah Widi Astutik (120257)
Kelas IV C
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia yang luar biasa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Persalinan Patologi yang berjudul "Atonia Uteri".
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pembimbing kami Ibu Istri Bartini, S.SiT, MPH yang telah membimbing kami serta kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada kami sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami berikan kepada orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada kami putri-putrinya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Tentu banyak kekurangan yang masih luput dari pencermatan kami, semata-mata kekurangmampuan kami dalam hal bahasa ataupun penguasaan materi. Kritik, masukan, dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh kami demi perbaikan makalah ini.
Yogyakarta, 10 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I: PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Tujuan 4
BAB II: TINJAUAN TEORI 5
Pengertian 5
Etiologi 6
Gambaran Klinis 7
Manifestasi Klinis 8
Pencegahan Atonia Uteri 8
Manajemen Atonia Uteri 10
BAB III: TINJAUAN KASUS 15
BAB IV: PEMBAHASAN 32
BAB V: PENUTUP 34
Kesimpulan 34
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
Atonia uteri dapat disebabkan oleh overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua. Multipara dengan jarak keahiran pendek.Partus lama / partus terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang perdarahan post partum akibat atonia uteri, baik dari pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan dan penanganannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta, 2002).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).
a bGambar 1: a. Kontraksi uterus normal b: Atonia uteriAtonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
a b
Gambar 1: a. Kontraksi uterus normal b: Atonia uteri
Gambar 2: a: Uterus tidak berkontraksi b: uterus berkontraksiUterus berkontraksi, miometrium menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot yang keluar dari bekas implantasi
Gambar 2: a: Uterus tidak berkontraksi b: uterus berkontraksi
Uterus berkontraksi, miometrium menjepit anyaman pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot yang keluar dari bekas implantasi
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2009).
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain: overdistention uterus seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi, umur terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran pendek, partus lama atau partus terlantar, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Grandemultipara: uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar berat badan lebih dari 4000 gr, kelainan uterus (miom uteri, bekas operasi), plasenta previa dan solusio plasenta (perdarahan antepartum), partus lama, partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan, infeksi uterus, anemia berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus), riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya atau riwayatmanual plasenta, pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong uterus sebelum plasenta terlepas, IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban, tindakan operatif dengan anastesi umum terlalu dalam (Ai Yeyeh, Lia, 2010). Pasien yang mengalami atonia uteri bisa mengalami syok. Terdapat tanda-tanda syok meliputi nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih), tekanan darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg, pucat, keriangat/ kulit terasa dingin dan lembab, pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih, gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran, urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam).
Gambaran Klinis
Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan akhirnya coma serta meninggal dunia. Situasi yang berbahaya adalah kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan untuk beberapa saat karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler. Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi, denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan pasien dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang cukup banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit. Bahaya perdarahan post partum ada dua, pertama : anemia yang berakibat perdarahan tersebut memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infekol nifas. Kedua: Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian (Human labor and birth, 1996).
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll (2009), di antaranya:
Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
Fundus uteri naik
Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
pucat
keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)
Manifestasi Klinis
Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.
Pencegahan Atonia Uteri
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah bayi lahir (Prawiroharjo, 2011).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan post partum lebih dari 40 %, dan juga dapat mengurangi kebetulan obat tersebut sebagai terapi. Memejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan tranfusi darah (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pembrian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada menejemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-500 cc/jam (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum dini. Karbetosin merupakan obat obat long-action dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian oksitosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Pemberian ASI awal
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi. Pemberian ASI awal dengan cara Inisiasi Menyusu Dini. Langkah Inisiasi menyusu Dini (IMD)
Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera lahir selama sedikit satu jam. Dianjurkan agae tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya w/alaupun bayi telah berhasil menghisap putting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.
Bayi harus menggunakan naluri alamiyahnya untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
Menunda semua prosedur lainnya harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga menyusu selesai dilakukan, proseedur tersebut seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin K1 dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sendini mungkin dan secara ekslusif (Asuhan Persalinan Normal, 2008).
Manajemen Atonia Uteri
Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen atonia uteri meliputi :
Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah.
Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera.
Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina, masuk ke miometrium ke luar bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan post partum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
Kompresi bimanual (boleh dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman)
Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi merupakan tindakan terakhir.
Peralatan yang digunakan meliputi sarung tangan steril dan keadaan sangat gawat lakukan dengan tangan telanjang dengan tangan yang telah dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna dengan lakukan desinfektan dalam kedaruratan tidak diperlukan. Eksplorasi dengan tangan kiri sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina, tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap dari belakang atas, tamgan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus tetapi juga meregangkan pembuluh aferen sehingga menyempitkan lumennya.
Alasan dilakukan KBI adalah atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain seperti :
Berikan 0,2 ergometrin secara IM atau misoprostrol 600-1000 mcg dan jangan berikan ergometrin pada ibu dengan hipertensi karena ergometrin bisa menaikkan tekanan darah.
Gunakan jarum dengan ukuran besar (16 atau 18). Pasang infus dan berikan 500 cc larutan RL yang mengandung 20 IU oksitosin.
Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit seger rujuk ibu karena ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu memebutuhkan tindakan gawat darurat difasilitas kesehatan rujukan mampu melakukan operasi dan transfusi darah.
Teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.
Infus 500 ml perjam pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit dan berikan tambahan 500 ml per jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc / jam.
Jika cairan infus tidak cukup, infuskan cairan 500 ml (botol ke 2) cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan cairan secara oral untuk rehidarasi.
Berikut merupakan cara kompresi bimanual eksterna (hanya boleh dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010) seperti :
Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian uterus seluas mungkin.
Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGI
NY A G5P4A0 UK 9 BULAN DENGAN ATONIA UTERI
No Register : 1236
Tanggal Masuk : 20 Juli 2013 Pukul 19.00 WIB
Pengkajian
Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.05 WIB
Data Subyektif
Identitas Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. A
Umur : 35 thn 36 thn
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat : Pleret Bantul
Anamnesa
Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan nyeri pada punggung menjalar pada bagian perut bagian bawah sejak pukul 15.00 WIB hari ini, serta mengeluarkan lendir bercampur darah.
Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, sah. Lama menikah sudah 11 tahun.
Riwayat menstruasi
Menarche umur 15 tahun, siklus teratur, lama 6-7 hari, keluhan tidak ada. Ganti pembalut 4 kali/hari.
HPHT : 17-10-2012 HPL : 24-07-2013
Riwayat obstetric
No
Thn
Jenis Persalinan
Penolong
Tempat
H/M
JK
BB lahir
Komplikasi
Ket
2003
Spontan
Bidan
BPS
H
L
2900 gr
Tidak ada
-
2007
Spontan
Bidan
BPS
H
P
3300 gr
Tidak ada
-
2009
Spontan
Bidan
BPS
H
P
3100 gr
Tidak ada
-
2010
Spontan
Bidan
BPS
H
L
2800 gr
Tidak ada
-
Hamil ini
Riwayat KB
Ibu mengatakan sejak lahir anak pertama menggunakan alat kontrasepsi pil.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS maupun TBC.
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS maupun TBC.
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun suami tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS maupun TBC.
Pola kebutuhan sehari-hari
Nutrisi
Makan : 2 kali/hari
Jenis : nasi, sayur, lauk pauk dan buah
Makan pantang : tidak ada
Alergi : tidak ada
Minum : 6 gelas/hari
Masalah/keluhan: tidak ada
Eliminasi
BAK : 3 kali, warna kekuningan, keluhan : tidak ada
BAB : ibu mengatakan belum BAB, keluhan : tidak ada
Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6 jam
Aktivitas
Ibu merasa lemah sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-hari masih perlu dibantu.
Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan keramas 2-3 kali/minggu.
Riwayat psikososial
Ibu mengatakan sangat mengharapkan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat.
Ibu mengatakan walaupun ini kehamilan yang ke lima ibu dan keluarga sangat bahagia.
Ibu mengatakan tetap rajin beribadah.
Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama suami dan ke-empat anaknya.
Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran: composmentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg S : 36oC N: 83x/mnt R: 23x/mnt
BB : Sebelum hamil : 55 kg
Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
Tinggi Badan : 162 cm
Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, tidak ada ketombe
Wajah : simetris, tidak ada oedem
Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva merah tidak anemis
Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih
Gigi dan mulut: tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih
Telinga : simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar tiroid dan vena jogularis
Dada : simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada benjolan abnormal
Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya sedikit
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum, pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan
Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada varises
Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
Punggung : tulang belakang sedikit lordosis
Rectum : tidak ada hemoroid
Palpasi : Leopold 1 : TFU : 30 cm
Fundus teraba bulat, lunak yang berarti bokong
Leopold 2 : pada perut ibu sebelah kanan teraba keras panjang berarti puka, sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil berarti ekstremitas
Leopold 3 : pada perut ibu bagian bawah teraba keras bulat melenting, kesimpulan kepala
Leopold 4 : kedua ujung tangan pemeriksa tidak menyatu bagian terendah janin berarti divergen.
TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
DJJ : 142 kali/menit, HIS : 3x/10' 30'' sedang
Pemeriksaan dalam : v/u normal, dinding vagina licin, porsio tebal lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, tidak ada molase dan bagian menumbung, STLD +
Pemeriksaan penunjang
Tidak ada
INTEPRETASI DATA
Diagnosa kebidanan
Ny A G5P4A0 dalam persalinan kala 1 fase laten
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 17-10-2012
Ibu mengatakan HPL nya tanggal 24-7-2013
Ibu mengatakan hamil ke lima, usia kehamilan 9 bulan
Ibu mengatakan perutnya mulas, nyeri pada pinggang menjalar ke perut bagian bawah
DO :
KU : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg S : 36oC N: 83x/mnt
R: 23x/mnt
BB : Sebelum hamil : 55 kg
Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
Tinggi Badan : 162 cm
Palpasi : Leopold 1 : TFU : 30 cm
Fundus teraba bulat, lunak yang berarti bokong
Leopold 2 : pada perut ibu sebelah kanan teraba keras panjang berarti puka, sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil berarti ekstremitas
Leopold 3 : pada perut ibu bagian bawah teraba keras bulat melenting, kesimpulan kepala
Leopold 4 : kedua ujung tangan pemeriksa tidak menyatu bagian terendah janin berarti divergen.
TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
DJJ : 142 kali / menit, HIS : 3x / 10' 30'' sedang
Pemeriksaan dalam : v/u tenang, dinding vagina licin, porsio tebal lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, tidak ada molase dan bagian menumbung, STLD +
Masalah
Tidak ada
DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
ANTISIPASI MASALAH
Tidak ada
PERENCANAAN
Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.10 WIB
Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini.
Observasi keadaan ibu.
Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri
Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis, ibu serta persiapan bidan dan penolong
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
Periksa semua peralatan sebelum dan sesudah asuhan.
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan makanan dan minum selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
Anjurkan ibu untuk elaksasi seperti duduk santai, menarik napas atau mendengarkan music.
Ajarkan pada ibu untuk cara mengejan yang efektif.
Beri dukungan ibu dukungan psikologis
Siapkan oksigen
Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes/menit
Dokumentasikan
PELAKSANAAN
Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.20 WIB
Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini baik.
TD : 110/70 mmHg S : 36oC N: 83x/mnt R: 23x/mnt. Pemeriksaan dalam : v/u tenang, dinding vagina licin, porsio tebal lunak, pembukaan 3 cm, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, tidak ada molase dan bagian menumbung, STLD +
Mengobservasi keadaan ibu kala I dengan partograf.
Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri.
Menyiapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis, ibu serta persiapan bidan dan penolong
Memastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Menyiapkan ruangan yang hangat dan bersih dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Memeriksa semua peralatan sebelum dan sesudah asuhan.
Menganjurkan ibu untuk mendapat asupan makanan dan minum selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
Menganjurkan ibu untuk relaksasi seperti duduk santai, menarik napas atau mendengarkan music.
Mengajarkan pada ibu untuk cara mengejan yang efektif yaitu ibu meneran mengikuti dorongan alamiah selama kontraksi. Memberitahu ibu untuk tidak menahan nafas saat meneran. Gunakan waktu disela kontraksi untuk beristirahat, minta ibu untuk tidak memgakat bokong saat meneran.
Memberikan dukungan ibu dukungan psikologis bahwa ibu bisa melewati persalinan dengan lancer, dan damping ibu saat bersalin.
Menyiapkan oksigen untuk mencegah bayi asfiksia ketika lahir.
Memberikan cairan infus RL dengan 20 tetes/menit.
Mendokumentasikan tindakan.
EVALUASI
Tanggal : 20 Juli 2013 Jam : 19.25 WIB
Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.
Telah di lakukan observasi keadaan ibu.
Telah dianjurkan ibu untuk tidur miring kiri
Telah disiapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis, ibu serta persiapan bidan dan penolong
Telah dipastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
Telah diperiksa semua peralatan sebelum dan sesudah asuhan.
Telah dianjurkan kepada ibu untuk mendapat asupan makanan dan minum selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
Telah dianjurkan kepada ibu untuk elaksasi seperti duduk santai, menarik napas atau mendengarkan music.
Telah diajarkan pada ibu untuk cara mengejan yang efektif dan iu mengerti cara mengejan yang efektif.
Telah diberi dukungan psikologis kepada ibu
Telah disiapkan oksigen dan sudah terpasang
Telah terpasang cairan infus RL dengan 20 tetes/menit
Telah didokumentasikan semua tindakan.
Pengawasan kala I
Tgl
Wkt
Pemb-
servik
Kondisi ibu
Kondisi janin
TD
N
R
S
Obt yg diberikan
His
DJJ
Penurunan kepala
Ketuban/ penyusupan
20/07/13
19.00
3cm
110/70
83
20
36
2x setiap 10 menit lama 20 detik
134
4/5
+/0
19.30
110/70
83
20
36
3x setiap 10 menit lama 20 detik
135
-
-
20.00
120/70
80
20
36
3x setiap 10 menit lama 45 detik
134
-
-
20.30
110/70
88
24
36
150 cc
3x setiap 10 menit lama 45 detik
134
-
-
21.00
110/70
90
25
36,3
3x setiap 10 menit lama 45 detik
135
-
-
21.30
110/70
92
25
36,5
3x setiap 10 menit lama 45 detik
134
-
-
22.00
120/70
92
27
36,8
3x setiap 10 menit lama 45 detik
135
-
-
22.30
120/70
92
27
36,8
80 cc
4x setiap 10 menit lama 45 detik
134
-
-
23.00
6cm
110/70
90
25
36,8
4x setiap 10 menit lama 40 detik
134
4/5
+/0
KALA II (Tgl: 21 Juli 2013 Jam: 01.45 WIB)
S:
Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa seperti BAB
Ibu mengatakan rasa sakit semakin berkurang
O:
Keadaan umum : baik
His ada dengan frekuensi 4x/10 menit lamanya 40 detik
DJJ: frekuensi 138x/menit, kuat dan teratur
Pada pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam didapatkan
Vulva dan anus membuka dan perineum menonjol
Portio tidak teraba
Pembukaan 10 cm
Air ketuban (+)
Presentasi kepala
Penurunan kepala di hodge IV
A:
Diagnosa
NY. A G5P4A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, inpartu kala 2.
Dasar :
Ibu mengatakan ingin mengedan dan merasa ingin BAB
His ada dengan frekuensi 3x/10 menit lamanya 40 detik.
Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 10cm, ketuban sudah pecah, penurunan kepala di hodge IV.
Masalah
Ibu cemas menghadapi persalinan
Dasar :
Ibu mengatakan cemas dan gelisah dalam menghadapi persalinan meskipun ini sudah merupakan persalinan keenam bagi ibu.
Ibu memasuki kala 2 persalinan dengan his yang sudah mulai dirasakan ibu.
Kebutuhan
Pemantauan kesejahteraan ibu dan janin
Pemenuhan dan nutrisi cairan tubuh.
Atur posisi yang nyaman, cara dan kapan ibu mengejan
Berikan rangsangan taktil pada puting susu agar memperkuat kontraksi. Jika belum berhasil berilah injeksi oksitosin 1M
Menolong persalinan dan pemberian asuhan
P:
Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu
Observasi DJJ
Atur posisi ibu
Berikan rangsangan taktil pada payudara dan injeksi oksitosin bila kontraksi belum membaik .
Bimbing ibu untuk meneran saat ada his dan diselingi nafas panjang , meneran seperti ingin BAB
Pastikan kandung kemih ibu dalam keadaan kosong
Anjurkan ibu untuk makan minum disaat tidak ada his
Lahirkan bayi dengan menolong kelahiran kepala, memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi, melahirkan bahu dan anggota badan seluruhnya.
Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.30 dengan jenis kelamin laki-laki, BB : 3200 gram, PB : 44cm, lubang anus ada, bayi lahir normal.
Setelah bayi lahir segera keringkan, potong dan ikat tali pusat , bungkus bayi dengan kain kering dan bersih.
Periksa abdomen ibu untuk memastikan tidak ada janin berikutnya.
KALA III (Tgl: 21 Juli 2013 Jam: 02.30 WIB)
S:
Ibu mengatakan merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya.
Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
Ibu mengeluh badan terasa lemas
O:
Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.30, jenis kelamin laki-laki, BB=3200gr, PB= 49cm, lubang anus ada, tidak ada kelainan.
Plasenta belum lahir plasenta
Bentuk uterus berubah jadi bulat/globuler
Uterus naik
Tali pusat memanjang
Ada pengeluaran darah , baik semburan/mengalir
Perdarahan 150cc
Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.
Keadaan kandung kemih kosong
A:
Diagnosa
Ny. A P5A0 partus spontan pervaginam kala III
Dasar:
Bayi lahir pukul 02.30 WIB
Plasenta belum lahir
Pada palpasi : kontraksi uterus baik, TFU 1 jari diatas pusat.
Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
Masalah
Mules pada perut bagian bawah
Dasar : mules pada perut bagian bawah karena plasenta belum lahir
Kebutuhan
Management aktif kala III
Lahirkan plasenta
Pemenuhan kebutuhan cairan
P:
Periksa abdomen ibu untuk memastikan tidak ada janin berikutnnya
Lakukan management aktif kala III
Berikan oksitosin 10 IU secara IM
Lakukan peregangan tali pusat terkendali
Letakkan tangan diatas simpisis dan lakukan PTT saat ada his dan posisi tangan dorso kranial
Lahirkan plasenta, periksa kelengkapan plasenta, kotiledon dan selaput ketuban, plasenta lahir pukul 02.35 WIB
Kotiledon dan selaput utuh
Panjang tali pusat 45cm
Lebar plasenta 14cm
Insersio plasenta sentralis
Observasi kontraksi uterus dan perdarahan kala III
Lakukan masase fundus setelah plasenta lahir selam 15 detik
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu
Periksa apakah ada robekan jalan lahir dan ada perdarahan atau tidak.
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak terdapat robekan jalan lahir dan ternyata ada perdarahan.
KALA IV (Tgl: 21 Juli 2013 Jam: 02.35 WIB)
S:
Ibu mengatakan senang dan bahagia atas kelahiran anaknya.
Ibu mengatakan banyak darah yang keluar setelah anaknya lahir
Ibu mengeluh badan terasa lemas dan berkeringat dingin
O:
KU : lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda –tanda vital :
TD : 90 / 60 mmHg
R : 35x / menit
N : 128x / menit
S : 35,2 0C
Plasenta lahir spontan dan lengkap pukul 02.35 WIB
Melakukan pemeriksaan jalan lahir, tidak terdapat robekan tetapi terjadi perdarahan, uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta lahir uterus tidak berkontraksi.
Perdarahan 500cc
Keadaan kandung kemih kosong
Tidak terdapat luka jalan lahir
A:
Diagnosa
NY. A P5A0 partus spontan pervaginam kala IV dengan atonia uteri.
Dasar :
Bayi lahir spontan pervaginam pukul 02.30 WIB
Plasenta lahir lengkap pukul 02.35 WIB
Uterus terasa lembek, kontraksi uterus tidak baik
Perdarahan 500cc
Masalah
Gangguan rasa nyaman
Dasar :
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri pada perut bagian bawah.
Banyaknya darah yang keluar melalui jalan lahir
Keterbatasan aktivitas
Dasar :
DS : badannya terasa lemas
DO: ibu tampak lemah
Perdarahan kala empat
Dasar :
Ibu mengeluh badannya terasa lemah dan keluar keringat dingin
Ibu mengatakan darah banyak yang keluar dari jalan lahir
Ada pengeluaran darah yang terus mengalir dari uterus
Uterus teraba lembek, kontraksi uterus jelek
Perdarahan 500cc
Kebutuhan
Penghentian perdarahan dengan kompresi bimanual internal (KBI), kalau stidak timbul kontraksi, lakukan kompresi bimanual eksterna (KBE)
Berikan injeksi ergometrin
Penggantian cairan tubuh yang hilang
Pemenuhan nutrisi dan cairan tubuh
Pemantauan kala IV
P:
Lakukan masase fundus setelah plasenta lahir (maksimal 15 detik).
Pasang infus RL 500 + 20 unit oksitosin dengan menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan atur tetesan secepat mungkin
Hentikan perdarahan dengan kompresi bimanual interna (KBI) selama 3 menit.
Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina
Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
Letakkan kepala tangan pada forniks anterior, tekan dinding anteriors, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam .
Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi keberhasilan
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara merekat selama kala empat.
Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus berlangsung. Periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.
Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan. Alasan: atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan ini.
Apabila uterus berkontraksi teruskan KBI selama 3 menit. Dan bila uterus tidak berkontraksi anjurkan keluarga untuk mulai melakukan KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL (KBE).
Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus , tepat di atas simfisis pubis
Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri).
Letakkan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah dinding uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua tangan tersebut, ini akan membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus
Berikan injeksi metal ergometrin 0,2 mg secara IM
Lakukan resusitasi dengan oksigenasi
Awasi jumlah perdarahan kala IV
Awasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital ibu.
BAB IV
PEMBAHASAN
Atonia uteri merupakan kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir. Berdasarkan kasus di atas yaitu Ny. A umur 35 th melahirkan melahirkan anak kelimanya pada tanggal 21 Juli 2013 pukul 02.30. Kala I berlangsung selama 10 jam 45 menit, Kala II 45 menit, dan Kala III 10 menit. Pada saat pemantauan Kala IV uterus terasa lembek dan uterus tidak berkontraksi dengan baik setelah 15 detik plasenta lahir. Ibu merasa lemas dan keadaan umumnya berubah menjadi lemah. Kandung kemih ibu kosong dan tidak ada laserasi jalan lahir. Perdarahan pada Kala IV sebanyak 500cc.
Pada kasus di atas, untuk penanganan atonia uteri yaitu dengan dilakukan KBI dan juga KBE. KBI dilakukan selama 3 menit. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, KBI dilanjutkan selama 2 menit dan setelah 2 menit KBI dihentikan dengan mengeluarkan tangan dari vagina ibu secara perlahan-lahan. Jika kontraksi uterus tidak membaik dalam waktu 5 menit, maka keluarga diajarkan untuk melakukan KBE dan dilanjutkan untuk persiapan rujukan. Sebelum dilakukan rujukan, diberikan injeksi ergometrin 0,2 mg secara IM dan memasang infus RL 500 ml + 20 IU oksitosin dengan menggunakan jarum 16 atau 18 untuk mengganti cairan.
Berdasarkan teori, jika uterus tidak berkontraksi maka bekuan darah atau selaput ketuban di vagina dan lubang servik segera dibersihkan, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, dan lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM, pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yangmenyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Atonia uteri banyak disebabkan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, kelelahan saat persalinan, grande-multipara, anak terlalu besar, dan ada riwayat atona uteri pada persalinan yang sebelumnya.
Atonia uteri dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III pada semua ibu yang bersalin. Sedangkan manajemen atonia uteri dilakukan dengan masase dan kompresi bimanual yang akan menstimulasi kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan.
Saran
Diharapkan bidan serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor resiko dari atonia uteri demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak. Selain itu, mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan kepada masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Benson Ralph C, Pernoll Martin L, 2009, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta
Manuaba .I.G.B, dkk, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta
Marmi, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Prawiroharjo, 2011, Ilmu Kandungan, Bina Pustaka, Jakarta
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan), Trans Info Media, Jakarta