BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nukleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. Untuk memulai anti retroviral therapy (ART), therapy (ART), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh penderita. Ada pun syarat ini harus dipenuhi untuk mencegah putus obat dan menjamin efektivitas pengobatan antara lain adalah infeksi HIV telah dikonfirmasi dengan hasil tes (positif) yang tercatat, memiliki indikasi medis, dan tidak memulai ART jika tidak memenuhi indikasi klinis, mengulangi pemeriksaan CD4 dalam 4 bulan jika memungkinkan, pasien yang memenuhi kriteria dapat memulai di pelayanan kesehatan, jika infeksi oportunistik telah diobati dan sudah stabil, maka pasien telah siap untuk pengobatan ART, adanya tim medis AIDS yang mampu memberikan perawatan kronis dan menjamin persediaan obat yang cukup.
1
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS ? 2. Bagaimana cara pengobatan HIV/AIDS ? 3. Bagaimana keuntungan dan kerugian dalam pengambilan keputusan tentang dilema etik yang terjadi pada perawat saat menangani pasien HIV/AIDS ?
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS. 2. Mengetahui cara pengobatan HIV/AIDS. 3. Mengetahui cara pengambilan keputusan tentang dilema etik yang terjadi pada perawat saat menangani pasien HIV/AIDS.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN HIV
HIV adalah virus yang menyebabkan terjadinya acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). HIV menyerang sistem imun dengan menyerbu dan menghancurkan jenis sel darah putih tertentu, yang sering disebut dalam berbagai nama seperti sel T pembantu (helper T cell ), ), sel T4 atau sel CD4. Sel CD4 ini juga diberi julukan sebagai panglima dari s istem imun. CD4 mengenali patogen yang menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih lainnya untuk segera membentuk antibodi yang dapat mengikat patogen tersebut. Sesudah diikat, patogen itu dilumpuhkan dan dan diberi ciri untuk selanjutnya dihancurkan. Lalu CD4 memanggil memanggil lagi jenis sel darah putih lainnya – sel sel T algojo (killer T cell), untuk memusnahkan sel yang telah ditandai tadi. HIV mampu melawan sel CD4. Dengan menyerang dan mengalahkan sel CD4, maka HIV berhasil melumpuhkan kelompok sel yang justru amat diandalkan untuk menghadapi HIV tersebut beserta kuman-kuman jenis lainnya. Itulah sebabnya mengapa HIV membuat tubuh kita menjadi sangat rentan terhadap infeksi kuman-kuman lainnya dan jenis-jeis kanker yang umumnya dapat dikendalikan. Tanpa adanya sistem imun yang efektif, penyakit penyakit ikutan ini, yang lazim disebut infeksi oportunistik, merajalela dan berakibat dengan kematian.
2.2 CARA PENGOBATA HIV/AIDS 1. Konsumsi obat
Membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.
2. Terapi Antiretroviral
Obat Antiretroviral (ARV) makin tersedia secara luas dan mengubah dengan cepat perawatan HIV/AIDS. Obat ARV tidak untuk m enyembuhkan HIV, tetapi dapat menurunkan kesakitan dan kematian secara dramatis, serta memperbaiki kualitas hidup pada orang dewasa maupun anak. Di Indonesia yang sumber dayanya terbatas dianjurkan orang dewasa dan anak 3
yang terindikasi infeksi HIV, harus segera mulai ART. Kriteria memulai didasarkan pada kriteria klinis dan imunologis dan menggunakan pedoman pengobatan baku yang sederhana yaitu Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Anak di Indonesia (Depkes RI-2008). Resistensi terhadap obat tunggal atau ganda bisa cepat terjadi, sehingga rejimen obat tunggal merupakan kontraindikasi. Oleh karena itu minimal 3 obat merupakan baku minimum yang direkomendasikan. Obat baru ARV mulai tersedia di pasar, tetapi seringkali tidak untuk digunakan pada anak, baik karena tidak adanya formula, data dosis, atau harganya yang mahal. a. Tujuan pemberian ARV ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :
Menghentikan replikasi HIV.
Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik.
Memperbaiki kualitas hidup.
Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.
b. Cara kerja ARV Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklus replikasi HIV, sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian. Jenis obat-obat ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV yaitu :
Entry (saat Entry (saat masuk). HIV harua masuk kedalam sel T untuk dapat memulai kerjanya yang merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian menyatukan membran luarnya dengan membran luar sel. Enzim reverse trascriptase dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim integrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang dikembangkan, enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat Saquinavir, Ritonivir, dan Indinivir.
Early replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T. Setelah bergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya ke dalam sel. Di sini HIV mmengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis dalam bentuk yang disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik tertulis dalam DNA. Untuk mengatasi masalah ini, HIV membuat enzim reverse transcriptase (RT) transcriptase (RT) yang menyalin RNA-nya ke dalam DNA. Obat Nucleose RT inhibitors (nukes) nukes) menyebabkan
4
terbentuknya enzim reverse transcriptase yang cacat. Golongan Nonnucleoside RT inhibitors inhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat enzim reverse transcriptase sehingga membuat enzim tersebut menjadi tidak berfungsi.
Late replication. replication. HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian memasukkan
DNA-nya
sendiri
ke
dalam
guntingan
tersebut
dan
meyambung kembali helaian DNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim integrase, maka obat integrase inhibitors diperlukan untuk menghalangi penyambungan ini.
Assembly (perakitan/penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan genetik sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran yang benar yang dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase ini, obat jenis Protease inhibitors inhibitors diperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini. ini.
c. Jenis Obat-obatan ARV Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse transcriptase inhibitors, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors, protease inhibitors, dan fussion dan fussion inhibitor. a) Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisa bereplikasi). b) Nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NtRTI). (NtRTI). Yang termasuk golongan ini adalah Tenofovir (TDF). c) Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI). Golongan ini juga bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. d) Protease inhibitor ( PI PI , menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir
5
(IDV), nelvinavir (NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan loponavir/ritonavir (LPV/r). e) Fusion inhibitor . Yang termasuk golongan ini adalah Enfuvirtide (T-20).
d. Saat Memulai Terapi ART Semakin cepat pengobatan dimulai, semakin baik hasilnya. Obat akan bekerja dengan baik bila sistem kekebalan juga bekerja dengan baik melawan virus. Namun demikian, waktu memulai terapi ARV harus dipertimbangkan dengan seksama karena ART diberikan dalam jangka panjang. Menurut WHO (2002), ART bisa dimulai pada orang dewasa berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Kriteria Inklusi Medis (WHO) :
HIV positif (3 (3 rapid tests: tests: protokol Indonesia yang baru).
Semua kasus Stadium Klinik WHO stadium IV tanpa memperhatikan hasil hitung CD4.
Stadium Klinik WHO II-III dan hitung limfosit total <1200/µl
Stadium Klinik WHO I-II-III dan CD4 <200µ
Hitung CD4 tidak selalu diperlukan untuk memulai ART, tapi diperlukan untuk tindak lanjut perkembangan pasien.
Kriteria Inklusi nonmedi
Kepatuhan.
Kesinambungan.
Pendampingan.
Dan lain-lain.
Sebelum mulai ARV, hal-hal berikut harus diperhatikan :
Tentukan HIV positif.
Lakukan evaluasi klinis : -
Tentukan stadium sesuai WHO.
-
Diagnosa dan pengobatan IO. 6
-
Profilaksis IO dan kepatuhan minum obat.
-
Pertimbangkan apakah perlu ARV.
Pertimbangkan kepatuhan.
3. MELAKUKAN TES DARAH 4. MEMASUKKAN PASIEN KE PANTI REHABILITASI ODHA Kementerian Sosial menyatakan Indonesia akan mempunyai tiga panti rehabilitasi orang dengan HIV-AIDS (Odha) pada tahun 2016 ini yang akan memberikan rehabilitasi sosial kepada mereka. Ketiga panti tersebut yaitu dua panti yang dialihfungsikan dan satu panti yang ditingkatkan statusnya. Ketiga panti itu adalah pertama, Panti Sosial Bahagia Medan yang sebelumnya memberikan pelayanan bagi penerima manfaat cacat tubuh. Ketiga panti tersebut yaitu dua panti yang dialihfungsikan dan satu panti yang ditingkatkan statusnya. Ketiga panti itu adalah pertama, Panti Sosial Bahagia Medan yang sebelumnya memberikan pelayanan bagi penerima manfaat cacat tubuh. Selama menjalani rehabilitasi, mereka akan diberi bimbingan fisik, mental, sosial serta vokasional sehingga memungkinkan mereka setelah keluar panti bisa mandiri dan produktif. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian Sosial mencoba memberikan penyadaran kepada masyarakat sehingga Odha bisa diterima kembali setelah dipulangkan. 5. PENGOBATAN TRADISIONAL Sementara banyak ilmuwan yang terus mengembangkan obat untuk HIV AIDS, maka beberapa pakar juga bergerak untuk mencoba menemukan obat tradisional. Beberapa bahan khusus yang ditemukan dari alam diyakini bisa menyembuhkan HIV. Namun cara mengobati HIV AIDS ini belum tentu efektif untuk semua penderitanya sehingga selama sel ama perawatan penderita tetap harus menjalankan terapi atau konsultasi dengan dokter. Berikut ini adalah beberapa jenis langkah perawatan tradisional : 1)
Terapi dengan Bawang Putih
Bawang putih dipercaya bisa mengendalikan perkembangan atau infeksi virus. Bahkan bawang putih juga bisa membuat berbagai gejala yang berhubungan
7
dengan sistem kekenalan tubuh menjadi lebih ringan. Penderita yang memilih perawatan medis dengan obat-obatan ARV atau ART bisa mengurangi berbagai efek samping dengan makan bawang putih. Bawang putih bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga kesehatan menjadi lebih baik. 2) Yoga
Yoga adalah salah satu latihan tubuh yang disarankan untuk penderita HIV AIDS. Yoga bisa menggerakan organ tubuh dengan baik hingga ke bagian semua syaraf tubuh. Selain itu, yoga juga bisa memberikan efek yang menenangkan untuk pikiran sehingga mengurangi stress dan depresi. Penderita HIV AIDS sangat disarankan untuk melakukan yoga mulai dari tahap awal. Latihan dengan seorang instruktus harus dilakukan untuk membantu menemukan jenis yoga yang paling baik bagi penderita. 3) Akupuntur
Akupuntur adalah tehnik perawatan dengan menggunakan jarum kecil yang ditusukkan ke titik dibagian tubuh tertentu. Perawatan ini memang tidak bisa menyembuhkan HIV AIDS tapi bisa mengendalikan rasa sakit akibat infeksi dari virus yang sudah masuk ke tubuh. Akupuntur juga bisa membantu peredaran darah menjadi lebih baik sehingga bisa mengurangi efek infeksi yang lebih cepat. 4)
Meditasi
Meditasi adalah salah satu perawatan yang dilakukan untuk mengendalikan pikiran, perasaan dan mendapatkan ketenangana batin.Meditasi mengatasi penderita HIV AIDS yang sering mengalami gangguan kecemasan, kesulitan tidur dan stres karena terus memikirkan tentang penyakit yang diderita. Banyak penderita HIV AIDS yang bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan melakukan meditasi. Meditasi bisa dilakukan di rumah , tempat latihan atau di tempat khusus yang bisa membuat tubuh dan pikiran menjadi rileks. Langkan ini bisa dilakukan dengan iringan musik dan instruktur.
8
2.3 Format Pengambilan Keputusan
Isu/masalah
: HIV/AIDS
Tujuan
: menyelesaikan masalah tentang dilema etik yang terjadi pada perawat saat menangani pasien HIV
Pilihan
:1. Konsumsi obat 2. Terapi Antiretroviral (ARV) 3. Melakukan tes darah 4. Memasukkan pasien ke panti rehabilitasi Odha 5. Pengobatan tradisional
Evaluasi dari pilihan :
Pilihan
1. Konsumsi obat
Keuntungan
Keberhasilan dapat
Kerugian
(sembuh) di
apabila
dilakukan
pengobatan secara teratur
Jika melewatkan satu dosis saja
efeknya
meningkatkan
bisa risiko
kegagalan seperti kelelahan, mual, ruam pada kulit, diare, satu
bagian
menggemuk
dan
tubuh bagian
tubuh lain kurus, perubahan
9
suasana hati. 2. Terapi Antiretroviral Memperlambat pertumbuhan (ARV)
virus
Sakit kepala, darah tinggi, seluruh badan terasa tidak enak, namun lambat laun gejala ini biasanya membaik dan hilang.
3. Melakukan tes darah
Memperlambat
Membutuhkan waktu hingga
perkembangan
virus
sebelum
satu minggu
memulai
pengobatan 4. Memasukkan pasien Selama
menjalani Membutuhkan
ke panti rehabilitasi rehabilitasi, Odha
diberi
mereka
akan mulai dari SDM, anggaran,
bimbingan
mental,
kelembagaan
serta
serta pelayanannya. sehingga
memungkinkan setelah
fisik,
sosial
vokasional
persiapan
keluar
mereka panti
bisa
mandiri dan produktif. 5. Pengobatan tradisional
1. Penggunaan bawang putih
dapat
mengendalikan perkembangan infeksi
atau
Pengobatan
tradisional
hanya
bersifat
sementara.
Selain
itu,
pengobatan
tradisional mayoritas hanya
virus, untuk
pencegahan
mengurangi
efek
samping
pada penyembuhan pasien yang
pengobatan ARV. 2. Yoga
untuk
untuk
bertujuan untuk mengurangi
dapat resiko kematian.
memberikan yang
sepenuhnya
tidak
efek
menenangkan pikiran
sehingga mengurangi
10
stress dan depresi 3. Akupuntur
dapat
membantu mengendalikan
rasa
sakit akibat infeksi dan dari virus yang sudah
masuk
ke
tubuh dan membantu peredaran
darah
menjadi lebih baik 4. Meditasi
membantu
mengendalikan pikiran, dan
perasaan,, mendapatkan
ketenangan batin
11
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Sampai kini belum ada pengobatan terhadap AIDS, maupun vaksin yang aman dan manjur. Peneliti di seluruh dunia terus berjuang mencari upaya mengobati orang yang tertular HIV. Namun saat ini sudah ditemukan terapi Antiretroviral (ARV) yang bertujuan untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kecacatan. Obat ARV kombinasi lebih efektif karena mempunyai khasiat ART yang lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih tinggi dibanding penggunaan satu jenis obat saja, serta kemungkinan terjadinya resistensi virus kecil. Dalam proses terapi ART, perawat memberikan konseling kepada penderita. Selain adanya kesadaranpasien untuk mematuhi peraturan ART, diperlukan juga adanya mentoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenang seperti perawat, konselor, dan dokter.
3.2
SARAN
Dalam pelaksaan terapi Antiretroviral (ARV) perawat perlu memonitor keberhasilan dan kegagalan terapi. Semakin sering pasien mengganti pengobatan, misal karena kegagalan terapi maka keberhasilan regimen berikutnya kurang efektif dibandingkan regimen sebelumnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Hutapea, Ronald. 1995. AIDS 1995. AIDS & PMS Dan Pemerkosaan Pemerkosaan.. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Mahasatya. Arifin, Muklis. (2012). Makalah (2012). Makalah ARV . Retrieved From https://www.scribd.c https://www.scribd.com/mobile/doc om/mobile/doc/115451275/Maka /115451275/Makalah-ARV lah-ARV
13