BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia. Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Ketuhan an Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup fahamfaham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena silasila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma n orma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama. Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
1
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Wacana gagasan strategis mengenai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu : NKRI, Pancasila, UUD’45, dan Bhineka Tunggal Ika di tengah hiruk pikuk reformasi Indonesia yang mengapung dan kehilangan arah, merupakan sebuah penemuan kembali (reinventing) jati diri ke-Indonesiaan kita. Karena gagasan itulah orang kemudian terkejut dan mulai menyadari bahwa reformasi bangsa Indonesia selama ini ternyata berjalan di atas rel yang salah, atau mengapung tak tentu arah. Reformasi yang sedang berjalan nyatanya keluar dari jalur yang pernah ditetapkan oleh para pendiri bangsa Indonesia dan tak menentu ujung akhirnya. Gagasan mengenai Empat Pilar bangsa ini, karenanya, menjadi semacam peringatan keras agar bangsa Indonesia menempatkan kembali arah reformasinya ke atas jalur sejarah, sebagaimana diletakkan oleh para pendiri bangsa, dan diteguhkan kembali oleh konsensus nasional oleh generasi-generasi sesudahnya. Dengan kata lain, gagasan mengenai Empat Pilar Bangsa merupakan titik strategis di mana reformasi Bangsa Indonesia harus ditempatkan kembali di dalam jalur sejarah, sesuai dengan apa yang sudah diletakkan dasar-dasarnya oleh para pendiri bangsa Indonesia.
1.2
Rumusan masalah
a.Bagaimana peran pancasila sebagai falsafah yang religious? b.Bagaimana peran pancasila sebagai konsensus politik?
1.3
Tujuan
a.untuk mengetahui peran pancasila sebagai falsafah yang religious b.untuk mengetahui pancasila sebagai konsensus politik
2
BAB II ISI A.
2.1. NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA TERHADAP SILA KE-1 Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang hanya ada di negara kita. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan hasil rumusan dari nilai-nilai dan norma-norma yang berakar dan tumbuh dalam dan dari kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh a gama yang hidup di negara ini. Dalam Pancasila telah dijamin kebebasan hidup beragama terutama pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Isi Pancasila telah diterima oleh umat beragama di Indonesia karena mengandung pengertian umum yang tidak bertentangan dengan dasar keyakinan masing-masing agama. Yang menjadi keharusan ialah setiap bangsa Indonesia mesti berketuhanan Yang Maha Esa. Apakah perlu beri man dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha E sa? Sesuai dengan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita manusia berada di dunia adalah ciptaan-Nya. Oleh karena itu, wajarlah bila manusia bertakwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita wajib mengakui dan meyakini, bahwa di luar alam semesta ini masih ada zat yang sempurna, yaitu Tuhan pencipta atau Al-Khalik. Yang paling utama dan pokok, yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Misalnya , sesuai agama yang kita anut dengan menjalankan ibadah sesuai dengan syariatnya. Tidak melakuakan hal-hal yang dilarang oleh agama, antara lain seperti mencuri, membunuh, bohong, dan sebagainya. Apabila kita telusuri sebab segala kejadian, kita akan sampai kepada kesimpulan, yaitu adanya penyebab pertama itu disebut Causa Pr ima , yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Adapun manusia diciptakan oleh Tuhan karena manusia adalah sebagai makhluk Tuhan ( K aelan dalam E nsiklopedia Pancasila,
1995:110-1150). Pengakuan bangsa I ndonesia terhadap Tuhan Yang Maha E sa, sebenarnya telah dinyatakan pula dalam UUD 1945, baik pada bagian pembukaan maupun pada bagian batang tubuhnya. Pada bagian pembukaan, terdapat dalam alinea ke-3 yang menyatakan bahwa “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…maka rakyat Indonesia menyatak an dengan ini kemerdekaannya”.
Pada bagian Batang Tubuh, tercantum pada pasal 29 ayat 1 dan 2, sebgai berikut:1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memluk 3
agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu. Pengaturan kehidupan beragama di Indonesia secara yuridis diperkuat oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercantum pada: Pasal 156 A : “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: 1. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia. 2. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang tidak bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 175 : “Barangsiapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan merintangi pertemuan agama umum yang diizinkan atau upacara penguburan mayat duhukum dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan”
2.2. KONSEP TENTANG NEGARA DAN AGAMA YANG DITENTUKAN OLEH DASAR ONTOLOGIS MANUSIA 1) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila Jika dirinci makna hubungan negara dengan agama menurut negara Pancasila adalah sebagai berikut: (1) Negara adalah berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa (2) Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa.Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. (3) Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan. (4) Tidak ada tempat bagi pertentangan agama,golongan agama,antar dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama. (5) Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga. (6) Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lai n dalam menjalankan agama dalam negara. (7) Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum positif maupun norma moral baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara. (8) Negara pada hakikatnya merupakan “…berkat rahmat Allah Yang 4
Maha Esa.(Bandingkan dengan Notonagoro, 1975) 2) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi Bahwa antara agama dengan negara tidak dapat dipisahkan. negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan. Dengan demikian agama menguasai masyarakat politis. Dalam praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara theokrasai, yaitu negara theokrasi langsung dan tak langsung.
a) Negara Theokrasi Langsung Dalam sistem negara theokrasi langsung, kekuasaan adalah otoritas Tuhan. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuhan. Dalam sejarah perang dunia II, rakyat jepang rela mati demi Kaisarnya, karena menurut menurut kepercayaan kaisar adalah anak Tuhan. Negara Tibet dimana pernah terjadi perebutan kekuasan antara Pancen lama dan Dalai lama, adalah sebagai penjelmaan otoritas Tuhan dalam negara dunia. Doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran berkembang dalam negara theokarasi langsung, sebagai upaya untuk memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara (Kusnadi, 1995;60). b) Negara Theokrasi Tidak Langsung Negara Theokrasi tidak langsung menyatakan bahwa pemerintahan bukan diperintah langsung oleh Tuhan, melainkan kepala Negara atau Raja, yang memiliki otoritas atas nama Tuhan (semuanya memerintah atas kehendak Tuhan). Kekuasaan dalam negara merupakan suatu karunia dari Tuhan. Raja mengemban tugas suci dari Tuhan untuk memakmurkan rakyatnya. Politik yang demikian inilah yang diterapkan Belanda terhadap wilayah jajahannya sehingga dikenal dengan nama politik etis (Ethische Politik). Kerajaan Belanda mendapat amanat dari Tuhan untuk bertindak seagai wali dari wilayah jajahan Indonesia (Kusnadi, 1995; 63). 3) Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Sekulerisme Sekulerisme berpandangan bahwa negara adalah hubungan keduniawian atau masalahmasalah keduniawian (hubungan manusia dengan manusia). Adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Konsekuensinya hukum positif sangat di tentukan oleh komitmen warga negara sebagai pendukunng pokok negara. Negara adalah urusan hubungan horizontal antar manusia dalam mencapai tujuannya, adapun agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam agama sekuler membedakan antara agama dengan negara, namun lazimnya warga negara di berikan kebebasaan dalam memeluk agama masing-masing. 4) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalis Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya nasing-masing. Namun Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan untuk menilai dan mengkritik agama misalnya tentang Nabi, Rasul, Kitab Suci bahkan Tuhan sekalipun. Misalnya Salman Rusdi yang mengkritik kitab suci dengan tulisan 5
ayat-ayat setan. Karena menurut paham liberal bahwa kebenaran individu adalah sumber kebenaran tertinggi. Keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh kesepakatan individu sebagai warga negaranya. Misalnya UU aborsi di Negara Irlandia tetap diberlakukan walaupun ditentang oleh gereja dan agama lainnya, karena UU tersebut merupakan hasil referendum. 5) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunis Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, agama adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme Marxis, agama adalah merupakan candu masyarakat (Marx, dalam Louis Leahy, 1992:97, 98). Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat etheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.
2.3. MENGEMBANGKAN SIKAP YANG DIDASARI PERCAYA DAN TAKWA TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mempunyai suatu kewajiban untuk beriman dan bertakwa dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak melakukan berbagai kegiatan. seperti berdagang, bertani, guru, pengusaha, dan sebagainya. selain itu, kita selalu mengadakan hubungan dalam bentuk komunikaasi dengan orang lain. Perbuatan yang kita lakukan tersebut, perlu dilandasi dengan iman dan takwa yang kuat. Mengapa? Sebab jika perbuatan itu tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas kendali. Bila keadaannya demikian, manusia cenderunng mempunyai sifat ingin mencari, berkuasa, dan sombong. Contoh: 1. Kita tahu, bahwa sekarang serba cangih. Salah satunya adalah diciptakannya pesawat ulangalik oleh bangsa Amerika. Pesawat ini dapat pergi ke bulan dengan waktu yang singkat dan dapat ditumpangi manusia. Dalam perbuatan dan penggunaan alat ini bila tidak dilandasi dengan rasa iman dan takwa, manusia cenderung bersifat sombong. Maka akan menimbulkan bencana untuk sendirinya. 2. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing dengan sungguh. Kita jangan sampai salah mengerti akan arti beribadah. Beribadah itu tidak hanya sekedar bersembahyang atau berdoa di tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja, kuil, pagoda, atau pura. Melainkan harus diimbangi dengan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan perintah Tuhan. Menjalankan perintah-Nya, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi larangan. 6
Jadi, apa pun yang kita hadapi, baik dalam keadaan suka atau duka harus diterima dengan rasa iman dan takwa. Dengan cara mengucapkan syukur kepada Tuhan. Sungguh disayangkan, bila ada orang yang mengaku beriman dan beragama, tetapi perbuatannya sehari-hari masih suka berjudi, menipu, memfitnah, membunuh sesama manusia, mencuri, merampok, memperkosa, dan sebagainya. untuk itu, kita harus mawas diri (intropeksi). Untuk mengenbangkan sikap percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu adanya pembinaan. Pembinan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut : 1. KETELADANAN Semua tindakan dan perilaku yang baik perlu kita teladani. Sebagai generasi muda khususnya pelajar, kita harus mampu berbuat baik, yang didasari rasa iman dan takwa. Perbuatan yang demikian merupakan teladan bagi adik-adik generasi penerus kita. Jadi, segala perbuatan yang kita lakukan harus dilandasi iman dan takwa sebab perbuatan ini akan diteladani oleh penerus kita. 2. MEMBERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN Bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan, penerangan, dan ceramah. Baik dari pemuka masyarakat, pemimpin atau tokoh agama. Dalam memberikan bimbingan ini, terutama kita harus berbuat baik. Melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Halhal yang diberikan dalm bimbingan dan penyuluhan adalah sebagai berikut. 1. Segala perbuatan yang kita lakukan, hendaknya berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Kita harus menjalankan ibadah sesuai dengan agmanya masing-masing 3. Antar pemeluk agama hendaknya saling menghormati 4. Kita tidak boleh merusak alam, karena alam dan lingkungan seperti gunung, hutan, laut, udara adalah ciptaan Tuhan 5. Sebagai manusia bertakwa, hendaknya selalu berusaha dan bekerja keras. Tidak boleh malas dan menerima takdir Tuhan 6. Tidak dibenarkan penyebaran ajaran/paham ateis yang mengingkari adanya Tuhan propaganda anti agama.
2.4. MEWUJUDKAN KEHIDUPAN YANG DIDASARI IMAN DAN TAKWA TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA, DALAM KEHIDUPAN KELUARGA, KAMPUS, DAN MASYARAKAT 1. DI DALAM KELUARGA Dalam keluarga yang beragama islam pada waktu akan makan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim. Demikian pula pada keluarga yang beragama lain sebelum dan
7
sesudah makan juga mengucapkan doa. Semua agama yang ada di negara kita mengajarkan bahwa setiap anak selalu mematuhi nasihat orang tuanya. 2. DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS Misalnya kita melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, karena kebersihan adalah sebagian daripada iman. Kita mengadakan acara memperingati hari-hari besar agama. Sesama teman harus saling menghormati. Dan juga kepada para dosen pengajar harus patuh dan juga menghormati. Yang muda dihargai dan yang tua dihormati. 3. DI DALAM MASYARAKAT Misalnya, kita harus tabah dalam menghadapi cobaan. Dalam melakuakn pekerjaan hendaknya tekun dan jujur. Bila sedang menerima nikmat dari tuhan kita wajib bersyukur. Sebagai orang yang bertakwa kita harus saling menghormati antar umat beragama. Hal-hal semacam ini perlu kita hayati dan kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat.
2.5. PEMAHAMAN DAN PELANGGARAN TERHADAP PANCASILA Ideologi Pancasila merupakan dasar-dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap agama. Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. Kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas. Jika hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan.
8
B . Pancasila sebagai Konsensus Politik dan Konsensus Filosofis/Moral Pancasila bukanlah sekedar suatu Konsensus Politik, melainkan juga sebagai suatu konsensus filosofis/moral yang mengandung suatu komitmen transendental yang menjanjikan persatuan dan kesatuan sikap serta pandangan kita dalam menyambut masa depan gemilang yang kita citacitakan bersama. Sebagai konsensus politik dan landasan ideal pembangunan nasional, Pancasila akan cendrung untuk diberikan aksentuasi segi pragmatiknya (suatu pandangan yang memang sesuai untuk memecahkan masalah-masalah yang praktis dan konkrit). Namun sebagai filsafat atau pandangan hidup, Pancasila bermakna jauh lebih luas dan lebih dalam daripada sekedar pragmatisme. Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah consensus politik, yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan masyarakat di Negara Indonesia. Dengan diterimanya Pancasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran bersedia bersatu dalam Negara kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknya, pancasila merupakan common platform, atau common denominator masyarakat Indonesia yang plural. Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia seka rang ini. Konsensus bahwa Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai moral bangsa ini secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang normal. Secara epistemologis bangsa Indonesia mempunyai keyakinan bahwa nilai dan yang terpancar dari asas pancasila ini, sebagai suatu hasil sublimasi, kristalisasi dari system nilai budaya bangsa dan agama yang seluruhnya bersifat vertical juga horizontal serta dinamis dalam kehidupan mayarakat. Selanjutnya, untuk menyinkronkan dasar filosofis-ideologis menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan konsekuen secara aksiologis, bangsa dan Negara Indonesia berkehendak untuk mengerti, menghayati, membudayakan, dan melaksanakan pancasila. Upaya ini dikembangkan melalui jalur keluarga, masyarakat dan sekolah. Konsep filsafat pancasila di jabarkan menjadi system etika pancasila yang bercorak normatif
9
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena dasar-dasar kepercayaan dan ketakwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa termuat dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, dan dalam Ketetapan-Ketetapan MPR. Seperti yang kita ketahui, Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang hanya ada di negara kita. Sebagai dasar negara, Pancasila merupkan hasil rumusan dari nilai-nilai dan normanorma yang berakar dan tumbuh dalam dan dari kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh agama yang hidup di negara ini. Dalam Pancasila telah dijamin kebebasan hidup beragama terutama pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Isi Pancasila telah diterima oleh umat beragama di Indonesia karena mengandung pengertian umum yang tidak bertentangan dengan dasar keyakinan masing-masing agama. Yang menjadi keharusan ialah setiap bangsa Indonesia mesti berketuhanan Yang Maha Esa.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. http://firmansyaahh.blogspot.co.id/2013/04/pancasila-yang-berketuhananyang-maha.html 2. http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2012/02/pancasila-sebagaikesepakatan-bangsa.html 3. http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2012/02/pancasila-sebagaikesepakatan-bangsa.html 4. http://stateup2007.blogspot.co.id/2010/01/filsafat-pncasila.html?m=1
5. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Rukiyati,%20 M.Hum./Materi%202%20-%20Pancasila %20sebagai%20Filsafat%20Bangsa.doc
11