MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I (AQIQAH SETELAH DEWASA)
Oleh: Kelompok 1 Zakiry Suwardi Roni Sugara Marshall Prasetia Putra Anshoruddin Dicky Nurfikri Depi Wayati Asep Suratman Febby Antonius Zoe Agasi Pasar Fahdi Nugraha
(123030070) (123030075) (123030084) (133030013) (133030030) (153030028) (153030060) (153030132) (163030066)
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2017
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Aqiqah Setelah Dewasa”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang aqiqah sete lah dewasa ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, Oktober 2017 Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2 DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4 1.2
Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II ISI .................................................................................................................................. 5 2.1
Definisi Aqiqah (Akikah) ............................................................................................ 5
2.3
Bacaan Saat Menyembeliah Hewan Akikah ................................................................ 6
2.4
Hukum Aqiqah (Akikah) ............................................................................................. 6
2.5
Syarat Hewan Aqiqah (Akikah) ................................................................................... 7
2.6
Waktu Pelaksanaan Aqiqah (Akikah) .......................................................................... 7
2.7
Sunnah Dilakukan Saat Bayi Lahir .............................................................................. 7
2.8
Jumlah Kambing Untuk Aqiqah .................................................................................. 8
2.10
Pembagian Akikah Pada Fakir Miskin ........................................................................ 8
2.11
Aqiqah Ketika Dewasa ................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 10 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Aqiqah (akikah) merupakan salah satu ajaran islam yang dicontohkan rasulullah SAW,
yang mengandung hikmah dan manfaat positif didalamnya. Aqiqah di laksanakan pada hari ke tujuh dalam kelahiran seorang bayi. Dan aqiqah hukumnya sunnah muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian ulama menyatakan wajib. Aqiqah adalah salah satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah kepada anak yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan, kesehatan lahir dan batinnya dengan nilai-nilai ilahiyah. Aqiqah juga salah satu untuk menebus sang bayi yang tergadai. Aqiqah merupakan realisasi rasa syukur atas anugerah, sekaligus amanah yang di berikan Allah SWT. Aqiqah juga sebagai upaya menghidupkan sunnah rasulullah SAW, yaitu perbuatan yang terpuji.
1.2
Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam 1, dan memberi penjelasan kepada para pembaca mengenai Aqiqah Setelah Dewasa.
BAB II ISI 2.1
Definisi Aqiqah (Akikah) Aqiqah atau akikah (bahasa Arab,
) adalah menyembelih kambing sebagai rasa
syukur atas kelahiran anak yang baru lahir. Satu kambing untuk anak bayi perempuan dan dua kambing untuk anak laki-laki. Secara etimologis (lughawi) aqiqah adalah memotong (al-qat'u) atau nama untuk rambut pada kepala bayi yang dilahirkan (
).
Menurut terminologi syariah (fiqih) akikah adalah hewan yang disembelih sebagai wujud rasa syukur atas karunia Allah atas lahirnya seorang anak baik laki-laki atau perempuan. Al-Ghazi dalam kitab Fathul Qorib al-Mujib mendefinisikan aqiqah sbb: (
)
) Kambing yang disembelih untuk bayi pada
hari ketuju kelahiran.
2.2
Dalil Dasar Hukum Aqiqah (Akikah)
Hadits Riwayat Ahmad dan Imam Empat Hadits shahih menurut Tirmidzi.
Artinya: Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, maka pada hari ketujuh disembelih hewan, dicukur habis1 rambutnya, dan diberi nama
Hadits dalam sahih Bukhari
Artinya: Setiap anak bersama aqiqahnya, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah gangguan darinya
Hadits riwayat Abu Daud
,
Artinya: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar beraqiqah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan.
Hadits riwayat Malik dan Ahmad
.
Artinya: Fatimah Binti Rasulullah SAW (setelah melahirkan Hasan dan Husain) mencukur rambut Hasan dan Husain kemudian ia bersedekah dengan perak seberat timbangan rambutnya.
Hadits riwayat Abu Daud dan Nasai
Artinya: Barang siapa diantara kamu ingin beribadah tentang anaknya hendaklah dilakukan aqiqah untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama umurnya dan untuk anak perempuan seekor kambing
Hadits riwayat Abu Daud
Artinya: Nabi beraqiqah untuk Hasan dan Husein masing-masing seekor kambing kibas.
2.3
Bacaan Saat Menyembeliah Hewan Akikah
Sunnah membaca niat untuk aqiqah (akikah) sebagai berikut: Sebutkan nama Tulisan latin: Bismillah Allahumma laka wa ilaika aqiqatu ... (sebutkan nama)
2.4
Hukum Aqiqah (Akikah)
Ada tiga pendapat ulama dalam masalah status hukum akikah yaitu waj ib, sunnah mu'akkad dan sunnah. Menurut madzhab Syafi'i hukumnya adalah sunnah (mustahab) apabila mampu.
2.5
Syarat Hewan Aqiqah (Akikah) Adapun syarat hewan kambing yang dapat dijadikan aqiqoh i tu sama dengan
syarat hewan qurban (kurban) sebagai berikut:
Kambing: sempurna berusia 1 (satu) tahun dan masuk usia (dua) tahun.
Domba: sempurna berusia 6 (enam) bulan dan masuk bulan ke-7 (tujuh).
Tidak boleh ada anggota badan hewan yang cacat.
Dagingnya tidak boleh dijual.
2.6
Waktu Pelaksanaan Aqiqah (Akikah)
Waktu pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari ketujuh lahirnya anak sekaligus memberi nama.
Yang melaksanakan dan membeli kambing adalah orang tua anak yaitu ayah sebagai kepala rumah tangga.
Apabila aqiqah tidak dilakukan sampai anak mencapai akil baligh, maka gugurlah kewajiban aqiqah bagi orang tua.
Anak yang belum diaqiqahi sampai baligh boleh beraqiqah untuk dirinya sendiri dan boleh tidak melakukannya.
2.7
Sunnah Dilakukan Saat Bayi Lahir Menurut Al-Ghazi dalam kitab Fathul Qarib saat seorang anak lahir, maka
disunnahkan orangtuanya (bapaknya) melakukan hal-hal berikut untuk anak tersebut:
Segera setelah anak lahir ayah memperdengarkan adzan pada kuping kanan anak dan iqomah pada kuping kirinya.
Memberi sedikit kurma yang sudah dilembutkan pada mulut anak sampai tertelan. Apabila tidak ada kurma, maka bisa diganti dengan sesuatu yang manis.
Diberi nama pada hari ketujuh. Boleh memberi nama sebelum hari ketujuh ata u setelahnya.
Setelah penyembelilan hewan aqiqah, rambut bayi dipotong dan sunnah bersedekah dengan emas atau perak seberat timbangan rambut yang dipotong.
Catatan: Kalau seandainya anak tersebut meninggal sebelum hari ketujuh, sunnah hukumnya memberi nama.
2.8
Jumlah Kambing Untuk Aqiqah
Aqiqah untuk anak laki-laki adalah 2 ekor kambing sedangkan akikah untuk anak perempuan cukup satu ekor kambing. Apabila orang tua tidak mampu untuk memberi aqiqah anak laki-lakinya dengan 2 ekor kambing, maka 1 ekor kambing dianggap sah. Syekh Nawawi Banten dalam Hasyiyah Fathil Qarib yang lebih dikenal Tausyih ala Ibni Qasim mengatakan sebagai berikut:
Artinya: orang tua sudah terhitung mengamalkan sunah aqiqah bagi anak laki-lakinya kendati menyembelih hanya seekor kambing. Pasalnya, Rasulullah SAW sendiri mengaqiqahkan dua cucunya Hasan dan Husein dengan dua ekor domba. Masing-masing satu ekor. Abdullah bin Hijazi As-Syarqawi dalam Hasyiyatus Syarqawi ala Tuhfatit Thullab menyatakan:
Artinya: Sebenarnya satu ekor kambing menjadi batas minimal aqiqah untuk bayi lelaki dan bayi perempuan. Sementara dua ekor kambing merupakan batas minimal kesempurnaan aqiqah untuk bayi laki-laki. Agama sendiri tidak membatasi jumlah kambing untuk kesempurnaan aqiqah.
2.9
Fadhilah (Keutamaan) Dan Manfaat Akikah
Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah dengan lahirnya sang anak.
Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari'at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasululla h SAW pada hari kiamat.
2.10 Pembagian Akikah Pada Fakir Miskin
Pelaku aqiqah yakni orang tua bayi hendaknya memberi makan pada fakir miskin dengan memasak daging aqiqah sebagai lauknya.
Pemberian makan tersebut dapat berupa undangan ke rumah atau dihantarkan ke rumahnya.
2.11 Aqiqah Ketika Dewasa Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad. Aqiqah bagi anak laki-laki dengan dua ekor kambing, sedangkan bagi wanita dengan seekor kambing. Apabila mencukupkan diri dengan seekor kambing bagi anak laki-laki, itu juga diperbolehkan. Anjuran aqiqah ini menjadi tanggung jawab ayah (yang menanggung nafkah anak). Apabila ketika waktu yang dianjurkan aqiqah (misalnya tujuh hari kelahiran), orang tua dalam keadaan fakir (tidak mampu), maka ia tidak harus diperintahkan untuk aqiqah. Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “ Bertakwalah kepada Allah semampu kalian” (QS. At Taghobun: 16). Namun apabila ketika waktu dianjurkannya aqiqah, orang tua dalam keadaan berkecukupan, maka aqiqah masih tetap jadi perintah bagi ayah, bukan ibu dan bukan pula anaknya.” ( Liqo-at Al Bab Al Maftuh, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, kaset 214, no. 6)
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Aqiqah ketika dewasa tidak perlu ini ada beberapa alasannya sebagai berikut:
Aqiqah jadi gugur ketika sudah dewasa.
Mengakikahi diri sendiri tidaklah perlu karena tidak ada hadits yang mendukungnya, ditambah aqiqah menjadi tanggung jawab orang tua dan bukan anak.
Jika ingin mengaqiqahi ketika dewasa, maka tetap jadi tanggungan orang tua. Dilihat apakah saat kelahiran, orang tua dalam keadaan mampu ataukah tidak. Jika tidak mampu saat itu, maka tidaklah perlu ada aqiqah, karena aqiqah tidaklah ber sifat memaksa. Jika mampu saat itu, maka hendaklah orang tua menunaikan aqiqah untuk anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
https://dalamislam.com/dasar-islam/ketentuan-aqiqah
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-aqiqah-dalam-islam
https://rumaysho.com/3690-hukum-akikah-ketika-dewasa.html
http://www.alkhoirot.net/2013/03/aqiqah-akikah-dalam-islam.html