MAKALAH KONSERVASI ENERGI
DISUSUN OLEH:
1. Abdul Wahid Erlangga
0611 4041 1492
2. Ahmad Banuaji
0611 4041 1494
3. Ayu Difa Putri Utami
0611 4041 1495
KELAS: 4 EGA
Dosen Pembimbing: Tahdid, S.T, M.T
JURUSAN TEKNIK KIMIA PRODI TEKNIK ENERGI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TAHUN 2013
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Konservasi energi sebagai sebuah pilar manajemen energi nasional belum mendapat perhatian yang memadai di Indonesia. Manajemen energi di tanah air selama ini lebih memprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan antara lain melalui peningkatan eksploitasi bahan bakar fosil atau pembangunan listrik perdesaan. Konsumsi energi di sisi yang lain masih dibiarkan meningkat dengan cepat, lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Ini ditunjukkan misalnya oleh permintaan terhadap tenaga listrik. Konservasi energi akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk masyarakat yang konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga oleh negara yang konsumsi energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia. Dengan melakukan konservasi maka seolaholah kita menemukan sumber energi baru. Bila Indonesia dapat menghemat konsumsi BBMnya sekitar 10 persen saja, maka itu berarti “menemukan” lapangan minyak baru yang dapat memproduksi sekitar 150.000 barel per hari, yang dalam kenyataannya membutuhkan biaya yang cukup besar untuk eksplorasi dan memproduksinya. Biaya yang dapat dihemat dengan melakukan konservasi sangat besar. Konservasi energi bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan biaya konsumsi energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Sebagai dimaklumi, sumber utama pemanasan global yang dikhawatirkan masyarakat planet bumi kini adalah pembakaran bahan bakar fosil, atau aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan energi. Kegiatan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya yang ditunjukkan oleh kegiatan transportasi, menghasilkan berbagai polutan seperti CO , NO x
x
maupun SO di samping partikel debu yang mengotorkan udara. x
Salah satu faktor yang membuat konservasi energi tidak berkembang di Indonesia adalah adanya pandangan di kalangan masyarakat bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi dengan kekayaan sumberdaya energi yang berlimpah, dan karena itu menggunakan energi secara hemat tidak dianggap sebagai sebuah keharusan. Pemahaman konservasi energi sebagai tindakan praktis juga belum berkembang di kalangan masyarakat karena masih langkanya penyebarluasan informasi atau kampanye mengenai teknik-teknik konservasi energi. Peraturan perundang-undangan mengenai konservasi energi pun belum dikembangkan. Demikian pula, pembentukan Badan Khusus di kalangan pemerintah/ swasta yang menangani masalah konservasi energi juga belum didirikan. Kerugian karena tidak menerapkan program konservasi energi sebetulnya sudah dirasakan di tanah air. Berapa kerugian karena tidak melakukan konservasi energi dengan benar merupakan angka yang belum pernah kita hitung. Penyakit yang dilahirkan dari pola konsumsi BBM nasional yang tidak sehat (“subsidi BBM”, penyelundupan, pengopl osan, serta biaya politik yang ditimbulkannya) sedikit banyak dapat diatasi bila kita melakukan konservasi energi dengan ketat, khususnya di sektor transportasi. Rugi-rugi (losses) dalam pengusahaan listrik nasional
dapat ditekan bila kesadaran melakukan efisiensi dan konservasi energi telah berkembang di kalangan masyarakat dan perusahaan listrik itu sendiri. Banyak industri dapat menekan biaya produksi mereka bila perhatian mengenai bagaimana dapat menggunakan energi secara hemat dipraktekkan dalam kegiatan industri sehari-hari. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan konservasi energi? 2. Mengapa Perlu dilakukan konservasi energi? 3. Apa saja bentuk teknologi dalam konservasi energi? 4. Apa saja peraturan yang mengatur tentang konservasi energi? 5. Bagaimana teknologi konservasi energi di Indonesia? 1.3 Tujuan Pembuatan Makalah 1. Mengetahui pengertian konservasi energi 2. Mengetahui teknologi-teknologi dalam melakukan konservasi energi 3. Mengetahui peraturan perundangan tentang konservasi energi 4. Mengetahui konsep konservasi energi di Indonesia
BAB II Dasar Teori 2.1 Pengertian Konservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional. penggunaan energi yang optimal sesuai kebutuhan sehingga akan menurunkan biaya energi yang dikeluarkan ( hemat energi hemat biaya yang bertujuan untuk memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien, rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi
Usaha‐usaha konservasi energi ini dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan cara meningkatkan efisiensi dari energi yang digunakan, sehingga konsumsi energi yang digunakan dapat ditekan. Konservasi energi dapat mengurangi konsumsi energi dan kebutuhan energi per kapita. Selain itu, konservasi energi juga berperan penting dalam mengurangi kebutuhan impor energi maupun kebutuhan power plant .
2.2 Manfaat Konservasi Energi Apabila berhasil diaplikasikan, maka konservasi energi dapat meningkatkan pendapatan per kapita negara, kualitas lingkungan yang baik, kemanan nasional, kemanan personal, dan kenyamanan masyarakat. Dengan kemampuannya untuk mengurangi emisi, konservasi ener gi berperan penting dalam mereduksi laju perubahan iklim global. Beberapa isu terkait
konservasi energi dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari ‐hari yaitu diantaranya:
Teori ekonomi standar menyarankan perkembangan teknologi untuk lebih memfokuskan diri ke arah efisiensi energi, daripada pengurangan energi itu sendiri.
Studi kesehatan menunjukkan bahwa sakit kepala, stress, dan keabnormalan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh iluminasi berlebih dari tempat kerja. Maka, iluminasi dari daylight saja sudah cukup untuk meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini sekaligus dapat mereduksi pemakaian energi yang berasal dari lampu. Kegunaan dari telekomunikasi dapat mereduksi pemakaian energi, karena pekerjaan‐ pekerjaan tertentu terkait telekomunikasi dapat dilakukan di rumah.
Konsumen seringkali jarang mendapatkan penyuluhan tentang penghematan energi, maka sekarang beredar produk ‐ produk dengan ecolabel , produk bersertifikasi dalam efisiensi energi.
2.3 Teknologi Konservasi Energi Untuk menjalankan konservasi energi tersebut dilakukan teknologi konservasi energi. Yang dimana teknologi konservasi energi merupakan. pengembangkan melalui pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, serta memanfaatkan sumber daya alam yang berupa sumber energi alternatif
Contoh Pemanfaatan Energi Alternatif a. Energi Air ( mikrohidro ) b. Energi Angin c. Energi Surya d. Biodisel
A. Energi Air (mikrohidro)
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu dad instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Gambar 1. Komponen-komponen Besar dari sebuah Skema Mikro Hidro
B. Energi Angin Turbin Angin Merupakan kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dengan menggunakan prinsip konversi energi kinetik menjadi listrik.
Gambar 2. Sistem Pembangkit listrik tenaga angin
C. Energi Surya
Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan bar at dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6 MW.
Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu: • Teknologi energi surya fotovoltaik; • Teknologi energi surya termal. D.
Biodisel
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX % Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/e til asam-asam lemak. Dibuat dari minyaklemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 – XX) %-vol solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan diesel pada level B2 !. 2.4 Konservasi Energi Di Indonesia
Konservasi energi sebagai pilar manajemen energi nasional kini tidak mendapat perhatian yang memadai di tanah air. Indonesia – berdasarkan data intensitas energi adalah negara yang produktivitas pemanfaatan energinya sangat rendah dibandingkan banyak negara di Asia. Energi di Indonesia, termasuk BBM, digunakan secara boros. Potensi untuk melakukan konservasi energi sesungguhnya sangat terbuka di tanah air. Gambar 2 memperlihatkan pengunaan energi berdasarkan jenis dan sektor pemakai di Indonesia. Tampak jelas bahwa BBM merupakan jenis energi yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia dan bahwa sektor transportasi adalah pemakai utama BBM.
Gambar 3. Konsumsi energi final berdasar jenis dan sektor (2003)
Beberapa studi memperkirakan potensi Indonesia untuk melakukan efisiensi pemakaian energi berkisar 20 – 30 persen. Dari Gambar 2 terlihat bahwa bahwa transportasi merupakan sektor pemakai energi yang sangat potensial untuk ditingkatkan efisiensinya. Sektor lain seperti industri, perkantoran, rumah tangga maupun penyediaan tenaga listrik juga sangat terbuka untuk ditingkatkan efisiensi pemanfaatan energinya. Banyak teknik dapat dimanfaatkan untuk melakukan konservasi energi. Kesadaran untuk melakukan konservasi energi sebenarnya sudah pernah muncul di tanah air, khususnya pada periode Krisis Minyak Dunia akhir 1970-an. Resesi ekonomi dunia yang berkepenjangan sebagai akibat naiknya harga minyak dunia kala itu (walaupun berarti oil boom di Indonesia) cukup merisaukan sejumlah analis energi di tanah air, khususnya karena kekhawatiran bahwa kekayaan minyak bumi Indonesia tidak akan berumur lama, apalagi bila pola konsumsinya tidak dihemat. Instruksi Presiden tentang Konservasi Energi diterbitkan tahun 1982 (InPres No. 9/1982) yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1991. Di kalangan masyarakat muncul Lembaga Swadaya Masyarakat (Masyarakat Hemat Energi) yang menaruh perhatian terhadap konservasi energi. Sebuah ESCO didirikan oleh pemerintah yang kemudian menjadikannya BUMN di bidang energi (PT KONEBA). PLN melakukan beberapa proyek manajemen sisi permintaan (demand side management ) untuk menekan konsumsi listrik di sisi pemakaian. Departemen Energi melakukan sejumlah proyek percontohan konservasi energi, misalnya di gedung kantor pemerintah (hal serupa dilakukan di gedung kampus perguruan tinggi). Pemerintah bahkan sempat menerbitkan dokumen RIKEN (Rencana Induk Konservasi Energi) yang namun tidak diikuti dengan rencana tindak (action pan) yang jelas. Gerakan konservasi energi yang secara parsial dan skala kecil sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah dan elemen masyarakat tersebut tidak menimbulkan gaung yang cukup besar
atau diikuti dengan tindakan konservasi energi yang lebih luas. Bahkan, sejak 1990-an, ketika konsumsi energi di Indonesia sudah jauh membengkak, kegiatan konservasi energi bahkan nyaris dilupakan. Konsumsi energi cenderung makin boros, harga energi tidak disesuaikan dengan nilai ekonominya, dan beban subsidi yang ditanggung oleh APBN untuk membiayai pemakaian energi oleh masyarakat (dalam bentuk subsidi BBM dan listrik) semakin bengkak. Akibat lain lain adalah polusi yang makin parah karena kegiatan pemakaian energi, khususnya dalam transportasi perkotaan. Membiarkan pola konsumsi energi berlangsung dengan boros akan sangat merugikan, baik dari sisi ekonomi, lingkungan maupun upaya untuk mempertahankan manfaat dari sumberdaya energi itu sendiri. Karena “penyakit” yang ditimbulkan sebagai akibat mengabaikan upaya-upaya konservasi energi tersebut sudah cukup parah, maka konservasi energi sebagai keharusan sudah tak boleh ditunda lagi pelaksanaannya di Indonesia. Dengan demikian, perlu sekali menggalakkan konservasi energi untuk setiap sektor pemakai energi (transportasi, industri, perkantoran, rumahtangga) serta setiap jenis energi yang digunakan (khususnya BBM). Bagaimana “setengah memaksa” atau membangun kesadaran masyarakat/ pemerintah untuk menjadikan konservasi energi sebagai budaya baru perlu dikembangkan. Beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mengefektifkan gerakan konservasi energi, menurut hemat penulis, adalah:
Kampanye hemat energi, melakukan audit energi (cuma-cuma), menyebarkan teknikteknik konservasi energi, memberikan insentif untuk melakukan efisiensi pemanfaatan energi.
Menyiapkan Undang-Undang Konservasi Energi
Membentuk Pusat Konservasi Energi Nasional
BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan Dari Makalah yang telah dibuat dibuat dapat disimpulkan bahwa: 1. Konservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan ener gi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional. penggunaan energi yang optimal sesuai kebutuhan sehingga akan menurunkan biaya energi yang dikeluarkan ( hemat energi hemat biaya ) 2. Tujuan Konservasi Energi yaitu memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien, rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi 3. Teknologi Konservasi energi dapat berupa pemanfaatan sumber energi alternatif seperti mikro hidro, turbin angin, bio diesel dan lain lain. 4. Hal hal yang dapat dilakukan untuk menggalakan konservasi di Indonesia antara lain mengadakan kampanye hemat energi, membuat undang-undang konservasi energi serta membentuk pusat konservasi energi nasional.