BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Virus alami dari genital dari genital warts, warts, Venereal warts, verruca vulgaris, jengger ayam, kutil kelamin pertama kelamin pertama kali dikenal tahun 1907 oleh Ciuffo. Dengan berkembangnya teknik biologi molekuler, Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebagai penyebab kondiloma akuminata. Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum). Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala gejala penyakit. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan – bahan – bahan bahan purulen pada belahan – belahan – belahan, belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya abu – abu – abu, abu, kuning pucat atau merah muda. Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan – tonjolan tonjolan yang berbentuk bunga kol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar anus. Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa terssebar multifokal dan multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus posterior pada wanita. 1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang Pengertian Kondiloma Akuminata 2. Menjelaskan tentang Etiologi Kondiloma Akuminata 3. Menjelaskan tentang Epidemiologi Kondiloma Akuminata 1
4. Menjelaskan tentang Patofisologi Kondiloma Akuminata 5. Menjelaskan tentang Pemeriksaan Diagnostik Kondiloma Akuminata 6. Menjelaskan tentang Diagnosa Banding Kondiloma Akuminata 7. Menjelaskan tentang Penatalaksanaan Kondiloma Akuminata 8. Menjelaskan tentang Komplikasi Kondiloma Akuminata 9. Menjelaskan tentang Cara Pencegahan Kondiloma Akuminata 10. Menjelaskan tentang Prognosis Kondiloma Akuminata 11. Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Kondiloma Akuminata 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI CONDYLOMA ACUMINATUM
Kutil Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts. Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjenjot yang disebabkan oleh virus. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa (Zubier, 2009). Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri warts terdiri dari epidermis dan papula atau nodul dermal pada perineum, genitalia, genitalia, lipatan crural, crural, dan anus. Mereka Mereka bervariasi dalam ukuran dan dapat membentuk besar, b esar, exophytic, massa seperti kembang kol, terutama di
2
4. Menjelaskan tentang Patofisologi Kondiloma Akuminata 5. Menjelaskan tentang Pemeriksaan Diagnostik Kondiloma Akuminata 6. Menjelaskan tentang Diagnosa Banding Kondiloma Akuminata 7. Menjelaskan tentang Penatalaksanaan Kondiloma Akuminata 8. Menjelaskan tentang Komplikasi Kondiloma Akuminata 9. Menjelaskan tentang Cara Pencegahan Kondiloma Akuminata 10. Menjelaskan tentang Prognosis Kondiloma Akuminata 11. Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Kondiloma Akuminata 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI CONDYLOMA ACUMINATUM
Kutil Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts. Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjenjot yang disebabkan oleh virus. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa (Zubier, 2009). Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri warts terdiri dari epidermis dan papula atau nodul dermal pada perineum, genitalia, genitalia, lipatan crural, crural, dan anus. Mereka Mereka bervariasi dalam ukuran dan dapat membentuk besar, b esar, exophytic, massa seperti kembang kol, terutama di
2
lingkungan yang lembab perineum. Human perineum. Human papillomavirus (HPV) papillomavirus (HPV) adalah penyebab etiologi kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke dalam vagina, uretra, dan epitel perirectal. 2.2 ETIOLOGI
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11 yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil kelamin dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan klinis atau virologis virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit biasa juga mengalami kutil yang sama pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah diidentifikasi pada beberapa material kutil. Beberapa faktor-faktor resiko yang mempengaruhi : 1. Aktivitas Seksual Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai mempun yai pasangan seksual lebih dari 1 orang (multiple). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang sering bergontaganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, yang melibatkan wanita berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang berbeda berpotensi untuk terinfeksi HPV. 2. Penggunaan Kontrasepsi Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian k ejadian terjadinya kondiloma akuminata ak uminata masih menjadi perdebatan di dunia. 3. Merokok Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum jelas. Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi HPV pada 3
seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara pengukuran HPV DNA. 4. Kehamilan Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada saluran nafas) pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi akibat adanya kondiloma di vagina dan serviks, atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti jamur misalnya. 5. Imunitas Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (misal HIV). 2.3 EPIDEMIOLOGI
Jumlah infeksi HPV telah meningkat secara signifikan dalam dekade terakhir. Infeksi genital wart diakui sebagai STD virus yang paling umum di Amerika Serikat, dan salah satu dari tiga penyakit menular seksual yang paling sering diidentifikasi. Infeksi HPV sering pada pasien dengan penyakit menular seksual lainnya seperti klamidia, gonore, syphillis, dan trikomoniasis. Sebagian besar infeksi terjadi pada populasi yang aktif secara seksual, terutama yang berusia antara 20-24. Kehangatan tubuh, daerah mukosa lembab, dan kehamilan mempercepat pertumbuhan kutil kelamin. Pasien dengan infeksi subklinis dan baik imunosupressed oleh obat-obatan atau terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) yang rentan terhadap infeksi klinis yang signifikan. Kondiloma akuminata adalah penyakit yang diperkenalkan oleh infeksi HPV. Pola pembelahan enzim restriksi HPV DNA mendefinisikan jenis atau subtipe. Jenis HPV subtipe baru kurang dari 50% homologi DNA dengan jenis yang diketahui dan subtipe baru homologi DNA lebih dari 50% dengan jenis yang ada, tetapi mereka berbeda dalam pembatasan pola belahan endonuklease mereka. HPV adalah partikel yang melingkar, DNA untai ganda dengan diameter 45-55 mn dan mengandung 72 kapsomer, sekitar 7900 pasangan basa dengan berat molekul hampir 5x106 Dal. Infeksi HPV yang spesifik dan penyakit yang berhubungan dengan tipe HPV tertentu. HPV tipe 6 dan 11 telah terbukti menjadi jenis virus yang dominan klasik di kutil kondiloma acuminata. Jenis kondiloma akuminata yang terlibat telah meningkat 4
menjadi enam belas: 1-6,10,11,16,18,31,33,35,39,41, dan 42. HPV tipe 16,18,31,33,35,39, 41,45,51, dan 52 telah menunjukkan potensi onkogenik yang paling signifikan. Karena infeksi HPV tidak dilaporkan dan mungkin sulit untuk didiagnosa, tingkat kejadian yang akurat luar biasa. Antara 1975-1978 tingkat kejadian rata-rata kondiloma akuminata pada semua kelompok adalah 0,1%. Sebagian besar pasien yang berusia antara 1530 tahun dengan infeksi lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Menurut Centers for Disease Control (CDC) data nasional, 65% pasien adalah antara 15-29 tahun dengan tingkat kejadian terbesar dalam kelompok usia antara 20-24. Pasangan seksual laki-laki perempuan dengan kondiloma acuminata terlihat abnormal Masa inkubasi untuk pengembangan infeksi HPV klinis jelas bervariasi dari 3 minggu sampai 8 bulan. Transmisi seksual infeksi HPV terkait masalah dengan pemberantasan dan reinfeksi. Infeksi HPV menetap pada tingkat subklinis, menyediakan reservoir untuk penularan virus. 2.4 PATOFISIOLOGI
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual. HPV yang berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah dan resiko tinggi yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33, 45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan resiko tinggi. Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel, namun struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai dengan batas yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars papilare pada dermis memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali bila kutil telah ditemui pada waktu yang lama atau pengobatan yang tidak berhasil, dimana stratum korneum hanya mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis. Koibeytes terpancar – pencar keluar dari lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan sel skuamosa yang zona mature perinuclear yang luas dibatasi dari peripheral sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, dua atau lebih nuklei/inti bisa terlihat. Penelitian ultrastruktural menunjukkan adanya partikel – partikel virus 5
pada suatu bagian nuklei sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali suatu efek sitopatik spesifik dari HPV.
6
Hubungan seksual
Kontak dengan HPV
PV 6 & 11 masuk melalui mikro lesi
Penetrasi melalui kulit
Ditumpangi oleh patogen
Mikroabrasi permukaan epitel
HPV masuk lapisan basal Keputihan disertai infeksi
Bau, berwarna kehijauan
Gatal dan terasa terbakar
Respon radang
Merangsang mediator kimia:
Mengambil alih DNA
HPV naik ke epidermis Stimulasi saraf perifer
Menghantarkan pesan atal ke otak
Bereplikasi
Tidak terkendali
Tidak nyaman saat melakukan hubun an
Impuls elektronikimia (gatal) sepanjang nervus ke dorsal s inal cord
Gangguan pola fungsi
Thalamus Korteks (intensitas) dan lokasi gatal
Persepsi gatal Gangguan rasa n aman : Gatal
Nodul kemerahan di sekitar genitalia
Penumpukan nodul merah membentuk seperti bunga
Pecah/muncul lesi
Gangguan citra diri Gang. Integritas
Lesi terbuka, terpajan
Pelepasan virus bersama sel e itel Resti enularan
7
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS 2.5.1 Gambaran Klinis
Kondiloma pada permukaan kulit muncul sebagai papula lobus yang rata-rata 25 mm dalam ukuran, tetapi mereka mungkin berkisar dari mikroskopis beberapa sentimeter untuk diameter dan tinggi. Lesi sering multifokal. Banyak kutil kelamin mungkin muncul selama kehamilan. Kondiloma akuminata terjadi pada pria terutama penis atau sekitar anus. Pada wanita, lesi muncul di permukaan mukosa vulva, leher rahim, pada perineum, atau sekitar anus. Massa seperti kembang kol dapat berkembang di tempat lembab, daerah tersumbat seperti kulit perianal, vulva, dan lipatan inguinal. Sebagai hasil dari akumulasi materi purulen dalam celah, mungkin timbul bau busuk. Warna mereka umumnya abu-abu, kuning pucat, atau merah muda. Kutil kelamin adalah sexually transmitted disease (STD) dan STD lainnya dapat ditemukan pada pasien dengan kutil kelamin. Sejarah lengkap harus diambil dan pasien disaring untuk STD lainnya yang sesuai. Wanita dengan kutil kelamin eksternal harus dilakukan skrining sitologi servikal rutin untuk mendeteksi adanya displasia serviks.5
Gambar 1. Kondiloma akuminata pada penis.
8
Gambar 2. Kondiloma akuminata pada perianal. 2.5.2
Gejala dan tanda yang sering muncul
Kondiloma akuminata sering muncul disaerah yang lembab, biasanya pada penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah perianal
Berbau busuk
Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge
Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra
Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan
9
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Hampir semua kondiloma dapat didiagnosis dengan inspeksi. Pencaha yaan terang dan pembesaran harus digunakan ketika memeriksa untuk infeksi HPV genital. Flat, sessile dan lesi berpigmen mungkin disebabkan papulosis bowenoid dan mungkin memerlukan biopsi. Infeksi subklinis dan laten ada tidak lagi dicari atau diselidiki karena mereka sangat umum dan tidak ada strategi manajemen dikenal untuk memberantas bentuk-bentuk infeksi HPV. Perendaman dengan asam asetat umumnya tidak diperlukan, tetapi dapat membantu untuk mendeteksi lesi awal di bawah kulup. Pada pasien d engan beberapa kali kambuhan, perendaman asam asetat dapat menentukan tingkat infeksi dan membantu untuk menentukan daerah untuk penerapan terapi topikal. Prosedur ini dilakukan dengan merendam alat kelamin eksternal pada pria dan vagina dan leher rahim pada wanita dengan 3% sehingga 5% asam asetat hingga 10 menit. Kutil kelamin menjadi putih (acetowhitening ), membuat mereka mudah diidentifikasi. Proses apa saja yang mengubah epidermis akan menjadi acetowhite, namun (dermatitis, misalnya), sehingga hanya lesi khas acetowhite harus diperlakukan sebagai kutil. Dalam kasus atipikal, percobaan selama 2 minggu dilakukan dengan 1% hidrokortison ditambah krim topikal antikandidal imidazol. Jika acetowhitening tetap ada, dilakukan biopsi dan bukti histologi infeksi HPV dicari. Immunoperoxidase atau in situ hybridization methods dapat membantu dalam evaluasi. PCR sebaiknya tidak dilakukan pada specimen yang dibiopsi, kecuali mungkin dalam kasus kanak-kanak. Tingkat latar belakang infeksi laten (hingga 50 %) membuat interpretasi dari PCR positif mustahil. Sebaliknya, chromogenic in situ hybridization clearing menunjukkan lokalisasi inti positif dalam lesi. Pemeriksaan histologis menunjukkan kelainan pada epidermis, termasuk akantosis (menebalnya stratum spinosum), parakeratosis (retensi nuklei di sel stratum korneum), dan hiperkeratosis (menebalnya stratum korneum), menyebabkan pembentukan papillomatosis yang khas. Karakteristik lain yang ditemukan dari pemeriksaan jaringan yang dibiopsi adalah koilosit (sel epitel squamous dengan nukleus abnormal di dalam halo sitoplasma yang besar). Biopsi tidak tarlalu diperlukan untuk diagnosa kutil kelamin, mengingat tampilan klinisnya yang khas. Bagaimanapun, disarankan melakukan biopsi jika temuan 10
atipikal seperti pigmentasi, ulserasi, masa nodular, untuk menyingkirkan kemungkinan displasia tingkat tinggi atau malignansi. 2.5.4 Kondiloma Selama Kehamilan a. Kehamilan dan kondiloma acuminata/HPV
Wanita yang terpapar HPV selama kehamilan memiliki kekhawatiran bahwa virus ini akan membahayakan bayi mereka. Dalam kebanyakan kasus HPV tidak mempengaruhi perkembangan janin. b. Pengaruh kondiloma selama kehamilan
Jika seorang wanita terpapar kondiloma selama kehamilan, maka kondiloma akan cepat berkembang, kemungkinan karena terjadi pengeluaran cairan vagina berlebih yang membuat lingkungan yang baik untuk virus, perubahan hormonal atau penurunan kekebalan tubuh. c. Pengaruh kondiloma acuminata/HPV terhadap bayi
HPV tidak mempengaruhi kehamilan dan kesehatan bayi secara langsung. Resiko transmisi virus ini terhadap bayi sangat rendah. Jika bayi terpapar virus saat kehamilan atau saat melahirkan maka transmisi ini bisa menyebabkan terjadinya perkembangan wart/kutil pada korda vokalis dan kadang pada daerah lain pada infan atau anak-anak. Kondisi ini disebut recurrent respiratory papillomatous (RRP), hal ini sangat berbahaya, namun hal ini sangat jarang terjadi. d. Pengaruh kandiloma acuminata bagi persalinan
Menurut Sinal, Woods (2005), melahirkan melalui jalan lahir dari vagina yang terinfeksi dapat menyebabkan lesi (semacam luka) di pernafasan bayi. Kutil kelamin memang ditularkan ke bayi baru lahir atau pasangannya, dan ada kemungkinan untuk berulang (kambuh). Untuk alasan-alasan yang tidak diketahui, kutil genital sering meningkat jumlah dan ukurannya selama kehamilan, terkadang memenuhi vagina atau menutupi perineum sehingga pelahiran pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan
11
1. Kemungkinan keadaan basah daerah vulva pada saat kehamilan merupakan kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus 2. Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata Pada kehamilan trimester akhir, kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan berdarah. Selama hamil, virus bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan tumor 3. Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma akuminata meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan mengalami penurunan pada periode post partum. Pada persalinan dengan Condyloma genital, adanya candyloma beresiko : 1. Risiko penularan ke anaknya kalau dilahirkan melalui vagina. 2. Risiko terjadi perdarahan bila dilahirkan melalui vagina, yaitu bila jaringan yang mengalami infeksi condyloma itu mengalami ruptur (mudahnya robek), bisa menimbulkan perdarahan banyak. 2.6 DIAGNOSA BANDING
Papul dan nodul pseudoverucosa adalah suatu kondisi yang dapat dilihat berkaitan dengan ureterostomi dan pada daerah perianal yang berkaitan dengan defekasi yang tidak dapat ditahan juga bisa menyerupai kondiloma acuminata. Papul – papul yang terdapat didaerah anogenital seperti molusca dan skintag,
Veruka vulgaris yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu – abu atau sama dengan warna kulit.
Kondiloma latum atau sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosi,
Karsinoma sel skuamosa vegetasi yang seperti kembang kol mudah berdarah dan b erbau.
1. Bowenoid Papulosis Bowenoid papulosis terdiri dari papula merah-coklat atau konfluen, kadang-kadang plak leukoplakia-like pada pasien HIV-positif itu mungkin sulit untuk membedakan dari kondiloma akuminata. Lesi analog squamous intraepithelial hadir pada perianal dan pada leher rahim. 12
Gambar 3. Bowenoid papulosis.6
2. Giant Condyloma Acuminatum Giant condyloma acuminatum, atau Buschke – Löwenstein tumor , secara klinis dicurigai oleh ukuran dan atau adanya fistula. Gambaran histologi mungkin tampak sangat jinak, dan perbedaan dari kutil kelamin besar sehingga dapat menjadi sulit pada tahap awal. Namun, pencitraan resolusi tinggi mengungkapkan tingkat infiltrasi, dan biopsi besar dapat mendeteksi pertumbuhan destruktif lokal dan jarang berubah menjadi karsinoma sel skuamosa.
Gambar 4. Giant condyloma acuminatum.6
2.7 PENATALAKSANAAN
13
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada pribadi harus ditekankan karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. 2.7.1
Terapi 2.7.1.1 Farmakologis
a. Podophylin Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Podophylino yang paling aktif adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10 – 25 % dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan parafin cair.yang digunakan adalah tingtur podofilin 25 %, kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin at au pasta agar tidak terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari, setiap kali pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen gangguan alat napas dan keringat kulit dingin. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus. Respon pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk mencapai kesembuhan klinis, sementara pasien – pasien yang lain menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain harus dipertimbangkan. b. Podofilytocin Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia sebanyak 0,5 % dalam larutan etanol. Ini merupakan agen anti mitotis dan tidak disarankan untuk penggunaan pada masa kehamilan atau menyusui, jenis ini lebih aman dibandingkan podophylin. Apilkasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus – kasus keluhan yang sesuai. c. Asam Triklorasetik ( TCA )
14
Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil dengan konsentrasi 30 – 50 % dioleskan setiap minggu dan pemberian harus sangat hati – hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Bahan ini dapat digunakan pada masa kehamilan. d. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU ) Krim 5 FU dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil uretra dan vulva vagina, konsentrasinya 1 – 5 % pemberian dilakukan setiap hari sampai lesi hilang dan tidak miksi selama pemberian. Iritasi lokal bukan hal yang tidak biasa. e. Interferon Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjinkan bagi verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini dalam perawatan terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi parentral dan intra lesional terhadapa kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang berkisar antara 70 – 80 % pada laporan – laporan awal. Telah ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN dengan prosedur pembedahan abla tif lainnya menghasilkan tingkat kekambuhan ( relapse rate ) lebih rendah. Efek samping dari perlakuan inerferon sistemik meliputi panyakit seperti flu dan neutropenia transien 2.7.1.2 Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami. 2.7.2
Terapi pembedahan
1. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi ) Kuret atau Kauter (Elektrokauterisasi) dengan kondisi anastesi lokal dapat digunakan untuk pengobatan kutil yang resisten terhadap pengobatan topikal munculnya bekas luka parut adalah salah satu kekurangan metode ini. 15
2. Bedah Beku ( N2, N2O cair ) Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah. 3. Laser Laser karbondioksida efektif digunakan untuk memusnahkan beberapa kutil – kutil yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran mengenai ketidakefektifan karbondioksida yang dibangkitkan selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan jaringan parut. 4. Terapi Kombinasi Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil kelamin yang membandel, contohnya kombinasi interferon dengan prosedur pembedahan, kombinasi TCAA dengan podophylin, pembedahan dengan podophylin. Seseorang harus sangat berhati – hati ketika menggunakan terapi kombinasi tersebut dikarenakan beberapa dari perlakuan tersebut dapat mengakibatkan reaksi yang sangat serius.
2.8
KOMPLIKASI
KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit lain yaitu : a. Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Beberapa melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus infeksi KA selama 1 – 2 tahun. Risiko ini menurun pada infeksi KA selama < 1 tahun dan infeksi KA selama 2 – 3 tahun. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua pada perempuan karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11 kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus kanker serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian 7,10. b. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis
16
c. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV. d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi KA dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan KA pada janin secara tenggorokannya. 2.9
PENCEGAHAN
Penyakit ‘Condiloma Akuiminata’ merupakan salah satu pen yakit menular seksual yang sering dikeluhkan masyarakat. Oleh karena itu cara pencegahannya dilakukan berdasarkan program IMS (Infeksi Menular Seksual). 1. Pencegahan Primer
Perubahan perilaku
-
Memperbaiki gaya hidup seksual yang terkesan ‘bebas’ dan ‘cuek’ ke a rah yang lebih memperhatikan kesehatan pasangan masing – masing. Setia hanya pada 1 pasangan
-
Tanggap dan segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas bila terjadi hal yang abnormal di sekitar genitalia untuk menghindari kondisi yang parah
Akses kondom dan pengadaannya
-
Membiasakan penggunaan kondom saat berhubungan seksual
2. Pencegahan sekunder
Layanan IMS
-
Pemerintah daerah atau pusat sebaiknya membuat suatu lembaga yang bisa melayani masyarakat terkait penyakit – penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ).
Risiko untuk akuisisi infeksi HPV genital baru atau serviks berkorelasi dengan jumlah pasangan seksual. Risiko infeksi genital tampaknya lebih rendah pada laki-laki 17
yang disirkumsisi dan pasangan seksual mereka, dan ada bukti bahwa penggunaan rutin kondom sebagian dapat melindungi terhadap akuisisi infeksi HPV genital. Meluasnya skrining pap smear di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya telah sangat mengurangi kejadian kanker serviks invasif. Vaksin HPV profilaksis merupakan pendekatan terbaru untuk mencegah infeksi HPV genital. Vaksin yang tidak menular, didasarkan pada self-assembly dari protein L1 menjadi virus like particles ( VLPs ) yang morfologi dan antigennya men yerupai authentic capsids. Vaksin VLP profilaksis melindungi terhadap sebagian besar infeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks. 2.10
PROGNOSIS
Kondiloma akuminata dapat memberikan prognosis baik dengan perawatan yang teliti dengan memperhatikan higiene serta jaringan parut yang timbul sangat sedikit. Pengrauh terhadap kehamilan, perkembangan kehamilan, janin sangat minimal.
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN KONDILOMA
A. Pengkajian 1. Identitas pasien 2. Riwayat keluarga 3. Status kesehatan a)
Status kesehatan saat ini
b)
Status kesehatan masa lalu
c)
Riwayat penyakit keluarga
4. Pola fungsi kesehatan Gordon 1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan. 18
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual terlalu dini 2. Pola istirahat dan tidur. Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita. 3. Pola eliminasi Dapat terjadi disuria serta hematuria. 4. Pola nutrisi dan metabolik Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan. 5. Pola kognitif – perseptual Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap. 6. Pola persepsi dan konsep diri Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual. 7. Pola aktivitas dan latihan. Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus beristirahat total. 8. Pola seksualitas dan reproduksi Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri
19
yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina. 9. Pola manajemen koping stress Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri. 10. Pola peran – hubungan Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva. 11. Pola keyakinan dan nilai Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
B. Diagnosa Keperawatan 1.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktiF akibat pendarahan
2.
Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
3.
Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
4.
Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
5.
Ansietas b/d krisis situasional
6.
Defisit perawatan diri b/d kelemahan
7.
Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi
8.
Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit
9.
Risiko cedera b/d kelemahan
10. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
20
C. Perencanaan Dx 1
: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,diharapkan
keseimbangan volume cairan adekuat Kriteria Hasil 1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi : 1.
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
2.
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
3.
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
4.
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Membran mukosa lembab 3. Turgor kulit baik (elastis) 4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan ) 5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat
NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume
Memberikan pedoman untuk
darah yang keluar melalui pendarahan
penggantian cairan yang perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan janin.
2
3
Hindari trauma dan pemberian tekanan
Mengurangi potensial terjadinya
berlebihan pada daerah yang mengalami
peningkatan pendarahan dan trauma
pendarahan
mekanis pada janin
Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu
Kejadian perdarahan potensial kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia
4
Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan
Menunjukkan keadekuatan volume
pengisian kapiler
sirkulasi
21
6
Catat respon fisiologis individual pasien
Simtomatologi dapat berguna untuk
terhadap pendarahan, misalnya kelemahan,
mengukur berat / lamanya episode
gelisah, ansietas, pucat, berkeringat /
pendarahan. Memburuknya gejala dapat
penurunan kesadaran
menunjukkan berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan
7
Kaji turgor kulit, kelembaban membran
Merupakan indikator dari status hidrasi /
mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada
derajat kekurangan cairan
pasien 8
Kolaborasi :
Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi
derajat hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga digunakan untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker.
9
Kolaborasi :
Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan
memperbaiki jumlah darah dalm tubuh
trombosit sesuai indikasi
ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita kanker. Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanismepembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan dApat diminimalisir.
10
Dx 2
Kolaborasi :
Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya :
kebutuhan resusitasi cairan dan
Hb, Hct, sel darah merah
mengawasi keefektifan terapi
: Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva 22
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien
berkurang atau terkontrol Kriteria hasil 1. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun 2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek samping minimal 3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi : 1.
Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
2.
Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
3.
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
4.
Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis 5. Pasien tampak tenang (tidak gelisah) 6. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri NO
INTERVENSI
RASIONALISASI
1
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Membantu membedakan penyebab
[catat keluhan, lokasinyeri, frekuensi, durasi,
nyeri dan memberikan informasi
dan intensitas(skala 0-10) dan tindakan
tentang kemajuan atau perbaikan
penghilangan nyeri yang dilakukan]
penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
2
Pantau tanda - tanda vital
Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan padatanda - tanda vital
3
Dorong penggunaan keterampilan manajemen
Memungkinkan pasien untuk
nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik
berpartisipasi secara aktif untuk
distraksi, misalnyadengan mendengarkan
mengontrol rasa nyeri yang dialami,
musik,membaca buku, dan sentuhan terapeutik.
serta dapatmeningkatkan koping pasien
23
4
Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan
Memberikan rasa nyaman pada
pasien
pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.
5
Dorong pengungkapan perasaan pasien
Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.
6
Evaluasi upaya penghilangan nyeri /
Tujuan yang ingin dicapai melalui
kontrol pada pasien
upaya kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek samping yang minimum pada pasien.
7
8
Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan
Menurunkan gerakan yang dapat
perawatan diri yang penting
meningkatkan nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien
9
Kolaborasi untuk pengembangan rencana
Rencana manajemen nyeri yang
manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan
terorganisasi dapat mengembangkan
tim kesehatan yang terlibat
kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.
24
10
Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur
Mungkin diperlukan untuk
tambahan, misalnya pemblokan pada saraf
mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain
Dx 3
: Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas
seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnya Kriteria Hasil 1. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya 2. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Dengarkan pernyataan pasien / orang
Masalah seksualitas seringkali menjadi
terdekat
masalah yang tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang
2
Informasikan pada pasien tentang efek dari Pedoman antisipasi dapat membantu proses penyakit kanker serviks yang
pasien dan orang terdekat untuk memulai
dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
proses adaptasi pada keadaan yang baru
(termasuk di dalamnya efek samping dari pengobatan kanker yang akan dijalani) 3
Bantu pasien untuk menyadari / menerima
Mengakui proses kehilangan / perubahan
tahap kehilangan tersebut
pada fungsi seksual secara nyata dapat meningkatkan koping pasien
4
Dorong pasien untuk berbagi pikiran
Komunikasi terbuka dapat membantu
dengan orang terdekat
dalam identifikasi masalah dan meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah
25
Dx 4
: Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat
meningkat secara optimum / fungsi tercapai Kriteria Hasil 1. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang terdekat 2. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas,
Toleransi sangat bervariasi tergantung
misalnya perubahan tekanan darah dan
pada tahap proses penyakit, status
frekuensi jantung serta pernafasan
nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
2
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan
Menurunkan tegangan otot dan
punggung, perubahan posisi, atau penurunan
kelelahan serta meningkatkan rasa
stimulus dalam ruangan (misalnya lampu
nyaman
redup) 3
4
Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan
Menentukan derajat dari
kemampuan tidur / istirahat dengan tepat
ketidakmampuan pasien
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada
Mengidentifikasi kebutuhan individual
aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan
dan membantu dalam pemilihan intervensi
5
Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat
Mungkin mempunyai efek kumulatif
memperberat
terhadap kondisi fisik yang dapat terus berlangsung bila masalah tersebut belum diatasi
6
Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien
Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan
26
7
8
Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
Meningkatkan rasa membaik dan
ringan, bila mungkin. Tingkatkan tingkat
mencegah terjadinya frustasi pada
partisipasi pasien sesuai toleransi pasien
pasien
Rencanakan periode istirahat adekuat
Mencegah kelelahan berlebihan dan menghemat energi untuk proses penyembuhan
9
10
Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari
Memungkinkan berlanjutnya aktivitas
sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasien
yang dibutuhkan pasien
Dorong masukan nutrisi
Masukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan pertumbuhan serta perkembangan janin
Dx 5
: Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien dapat
berkurang / teratasi Kriteria Hasil 1. TTV dalam batas normal a. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit) b. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit) c. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg) d. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC) 2. Pasien melaporkan
bahwa ansietas / ketakutan yangdirasakannya menurun sampai
tingkat
yang dapat ditangani / dikontrol 3. Pasien tampak lebih tenang NO
1
INTERVENSI
RASIONALISASI
Observasi perubahan TTV, misalnya denyut
Perubahan pada TTV dapat
nadi, frekuensi pernafasan
menunjukkan tingkat ansietas /
27
gangguan psikologis yang dialami pasien 2
Obervasi respon verbal dan nonverbal pasien
Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien
yang menunjukkan adanya kecemasan
dengan komentar/ kemarahan yang ditunjukkan pasien kepada pemberi perawatan
3
Tinjau ulang pengalaman pasien / orang
Membantu dalam identifikasi rasa
terdekat sebelumnya dengan kanker
takut dan kesalahan interpretasi konsep pada pengalaman kanker sebelumnya
4
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran
Memberikan kesempatan untuk
dan perasaannya
mengidentifikasi rasa takut yang dialami serta kesalahan konsep tentang diagnosis
5
Dengarkan keluhan pasien dengan penuh
Menunjukkan rasa menghargai dan
perhatian
menerima pasien, dan dapat membantu meningkatkan rasa percaya pasien kepada pemberi perawatan.
6
7
Pertahankan kontak sering dengan pasien.
Memberikan keyakinan bahwa pasien
Berikan sentuhan terapeutik bila perlu
tidak sendiri atau ditolak.
Instruksikan pasien menggunakan teknik
Meningkatkan pelepasan endorfin pada
relaksasi
sistem saraf sehingga menimbulkan rasa tenang pada pasien dan dapatmengurangi ansietas yang dirasakan pasien
8
Berikan informasi yang akurat dan sesuai
Pengetahuan / informasi yang
mengenai diagnosa, pengobatan, dan
diberikan diharapkan dapat
konsistensi prognosis penyakit pasien
menurunkan ansietas, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan
28
kerjasama pasien dengan pemberi perawatan 9
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan yang
Memudahkan pasien beristirahat,
tenang
menghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping pasien
10
Dorong dan kembangkan interaksi pasien
Mengurangi perasaan isolasi. Bila
dengan sistem pendukung
sumber pendukung keluarga tidak adekuat, sumber luar dapat diberdayakan misalnya kelompok penderita kanker
11
Libatkan orang terdekat bila keputusan mayor
Menjamin sistem pendukung untuk
akan dibuat
pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat
D. Evaluasi Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria ha sil dalam intervensi keperawatan
29
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Human papillomavirus (HPV) merupakan infeksi menular seksual yang paling banyak dijumpai. Insidennya meningkat sejak 30 tahun terakhir. Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa. Hasil studi ini didapatkan kelompok usia produktif yaitu usia 16-30 tahun yang terbanyak menderita kondiloma akuminata yang merupakan kelompok usia seksual aktif. Kondiloma merupakan penyakit yang tidak life threatening . Jika tidak diobati kondiloma akuminata dapat hilang sendiri, tetap sama, atau berkembang dalan ukuran dan jumlahnya. Infeksi HPV umumnya transien tetapi persisten bergantung pada tipe HPV dan status imum host. Setiap tahun satu juta kasus baru didiagnosa, duapertiga diantaranya adalah wanita. Penegakan diagnosis kondiloma akuminata pada beberapa penelitian didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan gambaran klinis kondiloma akuminata yang tipikal. Pengaplikasian asam asetat 3%-5% yang menyebabkan perubahan warna menjadi putih (acetowhite) digunakan oleh beberapa layanan untuk mendeteksi infeksi HPV pada mukosa genital. Sensitivitas acetowhite pada infeksi HPV cukup baik. Pemeriksaan ini menolong dalam membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus. Tingkat rekurensi bervariasi mulai 20-50% setelah dilakukan berbagai jenis terapi. Tetapi terapi bedah dengan pemberian imiquimod terlihat lebih efektif. Meskipun banyak pilihan terapi namun belum diputuskan terapi yang optimal untuk kondiloma akuminata. 3.2 SARAN
Pengisian lembar catatan medik harus lengkap sehingga data dapat dievaluasi secara keseluruhan, pentingnya follow-up untuk mengetahui secara dini timbulnya rekurensi. Perlu dilakukan pemeriksaan pada pasangan seksual pasien yang menderita kondiloma akuminata, Anjuran untuk melakukan vaksinasi HPV profilaksis sebagai proteksi infeksi HPV.
30