MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA
KELUARGA SEJAHTERA
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA : ABSEN 10 SAMPAI 18
FITRIANI S. (1108.0382)
FITRIANI Z. (1108.0383)
IMELDA DAMAYANTI (1108.0384)
INDA PURNAMA SARI (1108.0385)
LICA OKTIZA (1108.0386)
LILIS SURYANI (1108.0387)
MAULANA KARSO (1108.0388)
MARYONO (1108.0389)
NINIK PRIHANTINI (1108.0390)
DOSEN PEMBIMBING : ERNAWATI, SKM., M.KES
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KONSEP KELUARGA
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh, apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah, nyamuk sebagai factor penyebab dapat menggigit keluarga tetangganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga sehat sesuai dengan budayany. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya. Dengan demikian, apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datangke pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan keluarga ssehingga tercapai Indonesia sehat.
Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau desa dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.
DEFINISI KELUARGA
Menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, seta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota kelurga dan masyarakat serta lingkungannya.
BENTUK KELUARGA
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak, baik karena kelahiran natural maupun adopsi.
Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi mulai dapat diterima.
Keluarga inses (incest family)
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal disebuah asrama.
STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA
Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga an pencari nafkah. Peran informal ayah adala sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.
Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social.
Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
TUMBUH KEMBANG KELUARGA
Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perkembangan.
Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan yang harmonis dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga yang baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan, dan keluarga.
Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun sampai dengan 6 tahun. Tugas perkemmbangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.
Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orangtua dengan anak-anak remaja.
Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewas, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.
ISTILAH DALAM KELUARGA
Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antarkeluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga sejahtera terdiri dari:
Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social yang tinggi.
Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Indikator-indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut.
Keluarga prasejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut.
Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.
Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari tanah.
Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB).
Keluarga sejahtera 1
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 5 tetapi belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.
Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut.
Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu.
Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2.
semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan fungsi mereka masing-masing.
Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas memiliki penghasilan yang tetap.
Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu membaca dan menulis latin.
Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.
Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan mempunyai dua anak atau lebih yang hidup.
Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi belum mampu melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut.
Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
Keluarga mempunyai tabungan
Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurangsekali dalam 6 bulan.
Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televise.
Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
Keluarga sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi belum mampu melaksanakan indicator sebagai berikut.
Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
Keluargaaktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah mampu melaksanakan semua indicator (23).
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA
Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Tujuan : mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan pengembangan perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat melakukan usaha ekonomi produktif untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut.
Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku usaha, dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang, studi banding, dan pendampingan.
Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera (UPPKS)
Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan keluarga sejahtera), Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha dan sector terkait.
Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam proses produksi.
Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector terkait koperasi.
Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan departemen koperasi dan PPKM.
Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi remaja, dan peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut.
Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif ( APE)
Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
Pusat-pusat konsultasi remaja
Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-kelompok.
Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan penyuluhan melalui media massa.
Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia (BKL).
Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
Beasiswa supersemar.
Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana) kegiatan lomba-lomba.
Pelayanan Keluarga Berencana
Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi, pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang ada hubungannnya dengan reproduksi.
Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap tahun, antara bulan Januari sampai Maret., dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera.
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian annggota keluarga.
Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.
PERAN PERAWAT KELUARGA
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (a) melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d) menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayana keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelyananan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi "entry point" bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:Bandung.
ROLE PLAY KELOMPOK 2
"KELUARGA SEJAHTERA"
Peran :
Fitriani S. : Bu Susi
Fitriani Z. : Lili
Imelda Damayanti : Dian
Inda Purnama Sari : Ovie
Licha Oktiza : Amanda
Lilis Suryani : Putri
Maulana Karso : Pak Narto
Maryono : Pak Andi
Ninik Prihantini : Bu Yuyun
Pak Narto yang tinggal di lingkungan kayuara sekayu adalah seorang yang kurang mampu. Ia mempunyai seorang istri yang bernama Bu yuyun dan 4 orang anak. Anak pertama bernama Lili kelas 3 SMA, Dian kelas 3 SMP dan Putri kelas 5 SD. Pak Narto bekerja sebagai seorang buruh bangunan yang gajinya pas-pasan dan yuyun hanya seorang buruh cuci. Lain halnya dengan keluarga Pak Andi yang kaya raya, dia adalah seorang pengusaha yang sukses. Ia yang mempunyai seorang istri yang bernama Bu Susi seorang ibu rumah tangga dan 2 orang anak. Pertama bernama Ovie yang sekelas dengan Lili kelas 3 SMA dan Amanda kelas 2 SMP.
Adegan 1
Pak Narto : oalah sekarang cari duet susah banget, udah banting tulang tiap malam, pengahasilan masih sedikit. (menggerutu)
Bu Yuyun : opo to pak,, seng sabar mungkin belum rejekinya. Tapi pak beras kita sekarang sudah habis, uang belanja yang bapak kasih sudah habis. Jadi besok anak-anak mau makan opo pak??
Pak Narto : ya makan mana yang ada aja bu, bapak udah pusing mikirinya. Bapak Cuma ada uang Rp. 10.000, pakai secukupnya saja bu.
Bu Yuyun : iya pak,, terima kasih.
(tiba-tiba anak-anak pak Narto tiba di rumah pulang dari sekolah)
Putri : Bapak-bapak, putri mau minta belikan boneka Barbie pak, seperti punya temen-temen putri di sekolah. (merengek minta dibelikan)
Dian : bapak, Dian butuh uang untuk bayar iuran kelas pak. Dian udah nunggak 2 bulan ini pak.. (wajah sedih)
Pak Narto : untuk Putrid an Dian, bapak belum ada uang sekarang. Jadi belum bisa mengabulkan apa yang kalian minta, kalau bapak sudah punya uang, tentu bapak akan kasih ke kalian tanpa kalian minta sekalipun. Maafkan bapak ya nak.
Lili : Dian, Putri harus mengerti dengan kondisi keluarga kita ya,, kita aja makannya pas-pasan, nanti kakak akan berusaha cari kerja apa aja buat keperluan kalian ya.. jangan sedih, semuanya pasti ada jalan keluarnya. (sambil memeluk kedua adiknya).
Adegan 2
Lain halnya dengan keluarga Pak Andi yang kaya raya.
Pak Andi : mama, ovie, Amanda, ayo kita sholat subuh dulu sebelum sarapan. (mengajak keluarganya untuk beribadah)
Ovie, Amanda : iya Pa! (serentak)
(setelah sholat subuh mereka pun sarapan pagi bersama)
Bu Susi : Papa, rencananya sore ini mama mau ke panti asuhan Cinta Kasih untuk menyumbangkan beberapa sembako. Papa bisa ikut tidak?
Pak Andi : iya ma, insya Allah akan papa usahain. (wajah tersenyum)
Bu Susi : terima kasih ya pa.
Ovie : Papa, libur semester nanti kan ada liburan sekolah tu, ovie mau ikut ya pa!!
Pak Andi : liburan kemana saying memangnya? Trus biayanya berapa?
Ovie : liburan ke Bandung dan Yogyakarta pa. biayanya Rp. 3.000.000 pa.
Pak Andi : ya sudah kalau mau ikut, silahkan. Tapi Ovie harus inget. Jaga diri selama liburan nanti. Jaga sikap kalau di tempat orang nanti.
Ovie : oke pa.
Amanda : papa, mama, Amanda boleh minta sesuatu?
Pak Andi, Bu susi : boleh sayang.. (serempak)
Amanda : Amanda mau hari ulang tahun Amanda nanti dirayain dengan meriah pa yah..Amanda mau undang semua temen-temen Amanda nanti. Boleh ya pa?
Pak Andi : iya udah kalau gitu, boleh sayang. Apa si yang tidak buat anak-anak papa yang tercinta ini. Kalau kalian senang.. papa juga senang, berarti uang yang papa cari sangat berguna untuk kehidupan kalian.
Ovie, Amanda : terima kasih banget pa ya, udah jadi papa yang baik untuk kami, dan juga untuk Mama. (tersenyum bahagia)
Mau seperti keluarga Pak Andi?? Semuanya itu ada caranya. Enggak mesti kaya raya, sejahtera aja sudah cukup. Begini caranya.
Jika memang kalian pacaran, pacaran aja terlebih dahulu tunda pernikahan di usia dini dan teruslah berdo'a untuk diberi kemudahan.
Carilah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kalian masing-masing, menabunglah untuk bekal keluarga anda nanti.
Setelah masing-masing dari kalian sudah mempunyai kehidupan yang mapan, pekerjaan yang mantap. Barulah kalian merencanakan sebuah pernikahan.
Setelah menikah kalian sudah mempunyai banyak tabungan dan sebuah rumah untuk kalian tempati nanti. Ketika kehidupan sudah mapan jangan lupa selalu berbagi dengan sesame yang membutuhkan dan tidak lupa selalu beribadah kepada Allah.
Setelah menikah, rencanakanlah ingin mempunyai anak berapa. Tapi sebaiknya ikutlah program pemerintah, yaitu keluarga berencana "dua anak lebih baik".
Untuk kehamilan anak pertama berilah asupan gizi yang baik untuk calon bayi agar perkembangan otaknya lebih baik.
Setelah kelahiran, berilah ASI kepada bayi selama 6 bulan, jangan diberi makanan lain selain ASI. Perhatikanlah tumbuh kembang si buah hati.
Begitu seterusnya untuk anak ke dua.
Kemudian, apabila anak sakit yang sudah melebihi batas 3 hari bawalah ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
Setelah mempunyai dua anak, ikutlah program KB.
Ciptakanlah keluarga yang harmonis, dan selalu mengingat Tuhan dalam setiap usahanya dan pekerjaannya.
Itulah keluarga yan sejahtera… terima kasih…
Salam kelompok 2…
pg. 15