MAKALAH KONSELING KELUARGA
"PERCERAIAN DAN DAMPAK PADA ANAK"
DISUSUN OLEH
MAYANG TAMARA
DOSEN PENGAMPU
ASNITI KARNI, M.Pd, Kons
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil'alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah, Tuhan seluruh alam atas segala berkat , rahmat, taufik serta hidayahnya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Perceraian dan Dampak pada Anak"
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konseling Keluarga di program studi Bimbingan Konseling Islam pada Institut Agama Islam Negeri Bengkulu (IAIN Bengkulu). Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya pada Ibu Asniti Karni, M.Pd, Kons selaku dosen pembimbing mata kuliahKonseling Keluarga.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini .
Bengkulu, Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama kali dikenal oleh anak (dikenal dalam kehidupan manusia). Oleh sebab itu keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga sangat memberikan pengaruh yang besar bagi berlangsungnya tumbuh kembang individu dari individu itu dilahirkan hingga ia tumbuh menjadi pribadi yang dewasa.
Untuk mewujudkan keadaan suatu keluarga yang utuh dan harmonis tentu saja membutuhkan kerjasama yang baik antara anggota keluarga dalam menjalankan fungsinya masing-masing.Hal ini di sebabkan karena, apabila masing-masing anggota keluarga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik,akan timbul adanya perpecahan dalam struktur keluarga yang tentu saja perpecahan itu dapat memberikan pengaruh atau dampak yang kurang baik bagi perkembangan anak.
Salah satu bentuk perpecahan dalam keluarga adalah terjadinya perceraian antara kedua orang tua dimana terjadinya perceraian ini bukanlah hal yang di inginkan oleh anak. Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamnya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan dari kejauhan hari, namun ternyata ada beberapa faktor lain yang secara sengaja atau tidak di sengaja penghambat keharmonisan hubungan keluarga tersebut. Salah satu akibat yang di timbulkan dengan adanya konflik tersebut ialah adanya perceraian, dimana perceraian bukan lagi hal yang asing di Indonesia namun perceraian bisa dikatakan sebagai hal yang lumrah dan sudah memasyarakat.
Perceraian tidak saja terjadi pada orang-orang kelas bawah tetapi terjadi pada orang-orang berkelas atas yang mempunyai perekonomian lebih dari cukup, bukan hanya rakyat biasa tetapi perceraian pun bisa terjadi pada seorang figur salah satunya artis, musisi, bahkan terjadi pada ustad-ustad.
Perceraian bukan saja akan merugikan beberapa pihak namun perceraian juga sudah jelas dilarang oleh agama (agama islam). Namun pada kenyataannya walaupun dilarang tetapi tetap saja perceraian di kalangan masyarakat terus semakin banyak bahkan dari tahun ketahun terus meningkat terutama contoh yang lebih konkrit yaitu terjadi kalangan para artis, dimana mereka dengan mudah kawin-cerai dengan tidak memperhitungkan akibat sikis yang di timbulkan dari perceraian tersebut, masalah kecilnya biaya perceraian mereka tidak jadi permasalahan. Kita sebagai pelajar mestinya tahu bahwa ada beberapa hal yang mesti diperhatikan bahwa akibat dari perceraian itu sangat fatal sekali salah satunya terhadap sibuah hati yang dimana pada saat orang tuanya terjadi perceraian si anak akan merasa terganggu dan merasa kurangnya perhatian bahkan kasih sayang dari orang tua.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan keluarga dan keutuhan keluarga ?
Apa sajakah tahapan sebelum terjadinya proses perceraian ?
Apa yang menjadi penyebab terjadinya perceraian ?
Apa sajakah yang menjadi dampak dan pengaruh negatif dari perceraian ?
Bagaimana kondisi perkembangan psikologis anak korban perceraian ?
Apa upaya yang dapat dilakukan oleh konselor ?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan keluarga dan keutuhan keluarga
Untuk mengetahui tahapan sebelum terjadinya proses perceraian
Untuk mengetahui penyebab terjadinya perceraian
Untuk mengetahui dampak dan pengaruh negatif dari perceraian
Untuk mengetahui kondisi perkembangan psikologis anak korban perceraian
Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh konselor
BAB II
PEMBAHASAN
Keluarga dan Keutuhan Keluarga
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan pada libido seksualis. Dengan demikian keluarga merupakan manifestasi dari pada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri. Durkheim berpendapat bahwa keluarga lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa kelaurga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Pengertian Keutuhan Keluarga
Yang dimaksud dengan Keutuhan Keluarga yaitu keutuhan dalam struktur keluarga.yakni di dalam sebuah keluarga terdapat ayah yang hidup berdampingan dengan ibu,dan terdapat pula anak-anak di dalamnya.
Tahapan Sebelum Terjadinya Perceraian
Individu yang bersangkutan (orang tua) mulai menemukan ketidakcocokan dalam pernikahan yang dijalani. Dan yang bersangkutan merasa gagal untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.kegagalan dalam mengatasi masalah tersebut pada umumnya, disebabkan oleh dua faktor yaitu individu yang bersangkutan tidak ingin berubah dan individu yang bersangkutan belum menemukan atau menguasai cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Upaya penyelesaian yang tidak kunjung berhasil,menimbulkan suatu siklus pertengkaran antara dua belah pihak yang tidak dapat terselesaikan (teratasi). Pada saat tak kunjung berhasil menemukan solusi pemecahan masalah,individu yang bersangkutan biasanya memutuskan untuk menyerah. Tidak diperolehnya jalan keluar menyebabkan individu itu bersikap masa bodoh terhadap pasangan(tidak menghiraukan pasangan). Munculnya rasa sakit yang berkepanjangan dan tak tertahankan lagi,sehingga menjadi pemicu individu tersebut untuk bercerai.
Tahap Persiapan
Bila seseorang telah berketetapan hati, untuk memutus tali perkawinan dan hubunganya sebagai suami-istri terhadap pihak lainnya maka ia dapat melakukan 'proses cerai' di Pengadilan. Sesuai dengan ketentuan hukum dalam Undang Undang Perkawinan yaitu UU no. 1 tahun 1974 pada pasal 39 ayat (1), maka 'proses cerai' hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan. Dengan demikian maka 'proses cerai' yang tidak dilakukan didepan sidang pengadilan adalah tidak sah sehingga perkawinan tersebut dianggap tidak putus ataupun tidak pernah terjadi 'perceraian'. Selanjutnya untuk melakukan 'proses cerai' di depan pengadilan dibutuhkan beberapa persiapan diantaranya adalah :
Persiapan Mental / Bathin.
Sebelum mengajukan permohonan 'cerai' ke pengadilan, perlu kiranya didahului dengan suatu pertimbangan yang matang. Apakah selama ini keadaanya sudah demikian rupa parahnya sehingga perlu memutus perkawinan yang merupakan ikatan sakral dunia dan akhirat antar dua manusia yang telah dipertemukan melalui perjodohan yang telah diatur oleh Yang Kuasa. Ataukah, masih ada harapan untuk memperbaiki kembali berbagai hal yang menjadi sebab keretakan dengan pihak suami/istri.
Tentunya kemungkinan ini bisa saja terjadi dengan usaha yang sungguh-sungguh dan kuat dari kedua belah pihak yang didukung pula oleh keluarga masing-masing. Selain itu yang perlu pula dipertimbangkan pula adalah segala sesuatu kemungkinan yang baik maupun yang buruk yang akan terjadi setelah adanya perceraian tersebut. Bukan hanya yang akan terjadi pada diri dan suami/istri sebagai akibat perceraian nanti, tetapi terutama dan wajib diutamakan dari segalanya adalah tentang masa depan dan kehidupan selanjutnya bagi anak-anak sekalian setelah terjadinya perpisahan orang-tuanya. Karena perceraian seperti apapun prosesnya pasti berakibat amat sangat berat bagi anak-anak sekalian. Sehingga sedapat mungkin sejak awal hal ini telah dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan baik.
Bila segala sesuatunya telah dipertimbangkan dengan baik dan dalam waktu yang cukup serta tidak dalam kondisi emosional, maka diharapkan keputusan untuk bercerai itu dapat menghasilkan kesiapan mental / bathin dalam menapaki langkah dan proses cerai selanjutnya. Dan semoga keputusan tersebut adalah keputusan terbaik yang tidak akan disesali dikemudian hari.
Persiapan Dokumen / Surat-surat.
Untuk melakukan 'proses cerai di pengadilan, dibutuhkan beberapa dokumen sebagai syarat, diantaranya adalah :
Salinan/fotocopy Kartu Identitas Diri suami-istri yaitu KTP atau pasport (bagi WNA).
Salinan/fotocopy Kartu Keluarga (KK)
Salinan/fotocopy Surat Keterangan Kelahiran / Akta Kelahiran dari anak-anak (bila sudah memiliki anak).
Salinan/fotocopy Buku Nikah (bagi umat Islam) atau Akta Perkawinan (bagi umat Kristen (Katholik & Protestan), Hindu dan Budha.
Salinan/fotocopy surat-surat lain yang berhubungan dengan alasan cerai. Misalkan bila alasan cerainya adalah karena salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun, maka perlu melengkapi dengan bukti surat putusan pengadilan yang menyatakan bahwa suami/istri telah dihukum 5 tahun atau lebih karena bersalah melakukan tindak pidana, dll.
Bila dalam proses cerai, salah satu pihak juga ingin mempermasalhkan / mempersengketakan tentang status harta bersama / gono-gini maka perlu pula dilengkapi dengan surat kepemilikan barang/harta, dan surat perjanjian hutang
Persiapan pengurusan cerai dengan bantuan 'Pengacara Perceraian'.
Apabila merasa perlu, maka untuk pengurusan proses cerai di pengadilan dapat dilimpahkan kepada 'pengacara perceraian'. Yang bisa meminta bantuan dari 'pengacara perceraian' ini tidak hanya si pemohon/penggugat saja tetapi bila berposisi sebagai Termohon/Tergugat dalam perkara itu juga berhak untuk didampingi oleh 'pengacara perceraian'. Dalam hal pengurusan 'cerai' akan dilimpahkan kepada 'pengacara perceraian' maka selain persyaratan dokumen tersebut diatas perlu pula siapkan :
Kronologis Permasalahan .
Kronologis permasalahan adalah uraian singkat tentang permasalahan yang setidaknya memuat alasan-alasan ingin 'bercerai'. Kronologis permasalahan ini dibuat secara tertulis (tetapi dalam prakteknya tidak semua pengacara meminta adanya kronologis permasalahan tertulis) yang menceritakan tentang peristiwa-peristiwa penting sehubungan dengan alasan cerai termasuk tempat dan waktu serta saksi-saksinya terjadinya peristiwa itu.
Surat Perjanjian Jasa Hukum.
Surat Perjanjian Jasa Hukum atapun sejenisnya adalah suatu bentuk perjanjian yang dibuat antara sebagai pengguna jasa/klien dengan si pengacara sebagai pemberi jasa. Dalam praktek tidak semua pengacara membuat surat perjanjian jasa hukum ini, tergantung dari sistem management si pengacara. Dalam surat perjanjian ini pada pokoknya diatur tentang tugas dan kewajiban masing-masing pihak dalam proses pengurusan cerai di pengadilan tentunya termasuk pula bersarnya fee lawyer / upah jasa si pengacara.
Surat Kuasa.
Dalam hal menggunakan jasa pengacara perceraian maka agar si pengacara itu dapat mewakili dalam mengurus perceraian di pengadilan, ia wajib mendapat kuasa dari selaku Pemohon/Penggugat maupun sebagai Termohon/Tergugat. Tanpa surat kuasa maka ia tidak berhak apa-apa di depan hukum. Jadi surat kuasa ini berfungsi sebagai bukti otentik adanya hubungan hukum pendelegasian kuasa dari sebagai pribadi yang berkepentingan terhadap urusan tersebut kepada seorang pengacara yang bertugas mewakili dan mengurus kepentingan hukum dalam hal tersebut.
Sebab-Sebab Perceraian
Terdapat banyak penyebab perceraian yang telah tampak dari kasus-kasus yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah :
Kurangnya berkomunikasi
Di zaman sekarang saat sudah banyak alat komunikasi yg canggih, masih banyak orang yang malah jarang saling berkomunikasi dengan suami/istri sendiri. Dalam rumah tangga, komunikasi sangat penting dan sangat dibutuhkan antara suami-istri. Sekecil apapun itu masalah harus memberitahu satu sama lain. Jika tidak, akan memicu terjadinya perceraian. karena dengan berkomunikasi membuat rasa saling percaya, saling mengerti, tidak ada kebohongan, dan tidak ada hal yang disembunyikan. Namun sebaliknya jika dalam rumah tangga gagal berkomunikasi, maka akan sering terjadi pertengkaran karena tidak saling percaya, tidak saling mengerti, banyaknya rahasia yang disembunyikan satu sama lain. Hal ini akan berujung pada perceraian jika kedua pihak kurang atau gagal berkomunikasi.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
KDRT adalah kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri yang berakibat timbulnya penderitaan fisik, seksual, psikis,dan ekonomi. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab utama perceraian.
Perselingkuhan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungnan seksual diluar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri dengan selingkuhannya. hal ini bisa terjadi dalam rumah tangga dikarenakan mungkin seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu kurangnya atau gagal berkomunikasi, ketidak harmonisan, tidak adanya perhatian atau kepedulian suami terhadap istri atau sebaliknya, saling sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, merasa tidak tercukupinya kebahagiaan lahir dan batin, ketidaksetiaan, atau hanya untuk bersenang-senang bersama orang lain.
Masalah ekonomi
Uang memang tidak dapat membeli kebahagiaan namun dalam kehidupan semuanya membutuhkan uang. Namun bagaimana lagi, uang termasuk kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, faktor ekonomi masih menjadi penyebab paling dominan terjadinya perceraian pasutri di masyarakat.
Krisis moral dan akhlak
Faktor-faktor terjadinya perceraian di atas seperti halnya masalah ekonomi, perzinahan, kurangnya atau gagal berkomunikasi, dan kekerasan dalam rumah tangga dapat menimbulkan landasan berupa krisis moral dan akhlak yang dilalaikan oleh suami mapun istri atas peran dan tanggung jawab.
Statistik menunjukkan bahwa sekitar 60 persen dari semua kasus perceraian terjadi dalam sepuluh tahun pertama perkawinan. Bahkan dengan maraknya perceraian yang dilakukan oleh kaum selebriti, membuat bercerai menjadi masalah pilihan gaya hidup semata. Angka perceraian terus melonjak.
Campur Tangan Orang Tua.
Ini masih cukup sering terjadi di Asia, termasuk Indonesia. Sebagian orangtua masih belum bisa menerima kenyataan kalo anaknya sudah menjadi milik orang lain, sehingga tanpa sadar suka intervensi terlalu jauh. Apalagi jika si anak kebetulan belum mandiri secara ekonomi atau masih dalam bantuan keluarga.
Pengaruh Negatif Perceraian
Anak menjadi korban
Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Anak dapat merasa ketakutan karena kehilangan sosok ayah atau ibu mereka, takut kehilangan kasih sayang orang tua yang kini tidak tinggal serumah. Mungkin juga mereka merasa bersalah dan menganggap diri mereka sebagai penyebabnya. Prestasi anak di sekolah akan menurun atau merekajadi lebih sering untuk menyendiri.
Anak-anak yang sedikit lebih besar bisa pula merasa terjepit di antara ayah dan ibu mereka. Salah satu atau kedua orang tua yang telah berpisah mungkin menaruh curiga bahwa mantan pasangan hidupnya tersebut mempengaruhi sang anak agar membencinya. Ini dapat mebuat anak menjadi serba salah, sehingga mereka tidak terbuka termasuk dalam masalah-masalah besar yang dihadapi ketika mereka remaja. Sebagai pelarian yang buruk, anak-anak bisa terlibat dalam pergaulan yang buruk, narkoba, atau hal negatif lain yang bisa merugikan.
Dampak untuk orang tua
Selain anak-anak, orang tua dari pasangan yang bercerai juga mungkin terkena imbas dari keputusan untuk bercerai. Sebagai orang tua, mereka dapat saja merasa takut anak mereka yang bercerai akan menderita karena perceraian ini atau merasa risih dengan pergunjingan orang-orang. Beberapa orang tua dari pasangan yang bercerai akhirnya harus membantu membesarkan cucu mereka karena ketidaksanggupan dari pasangan yang bercerai untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Bencana keuangan
Jika sebelum bercerai, suami sebagai pencari nafkah maka setelah bercerai Anda tidak akan memiliki pendapatan sama sekali apalagi jika mantan pasangan Anda tidak memberikan tunjangan. Atau jika pemasukan berasal dari Anda dan pasangan, sekarang setelah bercerai, pemasukan uang Anda berkurang. Jika Anda mendapat hak asuh atas anak, berarti Anda juga bertanggung jawab untuk menanggung biaya hidup dari anak Anda. Yang perlu diingat, setelah bercerai, umumnya banyak keluarga mengalami penurunan standar kehidupan hingga lebih dari 50 persen.
Masalah pengasuhan anak
Setelah bercerai, berarti kini Anda harus menjalankan peranan ganda sebagai ayah dan juga sebagai ibu. Ini bukanlah hal yang mudah karena ada banyak hal lain yang harus Anda pikirkan seorang diri. Terlebih, jika anak sudah memasuki masa remaja yang penuh tantangan, Anda harus dengan masuk akal menjaga atau memberikan disiplin kepada anak agar dapat tumbuh menjadi anak yang baik.
Masalah lain dalam hal pengasuhan anak adalah ketika harus berbagi hak asuh anak dengan pasangan karena bisa jadi Anda masih merasa sakit hati dengan perlakuan mantan Anda sehingga sulit untuk bersikap adil. Hal-hal yang harus dibicarakan seperti pendidikan atau disiplin anak mungkin dapat menyebabkan pertengkaran karena tidak sepaham dan rasa sakit hati dapat membuat hal ini semakin buruk.
Gangguan emosi
Adalah hal yang wajar jika setelah bercerai Anda masih menyimpan perasan cinta terhadap mantan pasangan Anda. Harapan Anda untuk hidup sampai tua bersama pasangan menjadi kandas, ini dapat menyebabkan perasaan kecewa yang sangat besar yang menyakitkan. Mungkin juga Anda ketakutan jika tidak ada orang yang akan mencintai Anda lagi atau perasaan takut ditinggalkan lagi di kemudian hari.
Perasaan lain yang mungkin dialami adalah perasaan terhina atau perasaan marah dan kesal akibat sikap buruk pasangan. Anda juga mungkin merasa kesepian karena sudah tidak ada lagi tempat Anda berbagi cerita, tempat Anda mencurahkan dan mendapatkan bentuk kasih sayang. Serangkaian problem kesehatan juga bisa disebabkan akibat depresi karena bercerai.
Bahaya masa remaja kedua
Pasangan yang baru bercerai sering mengalami masa remaja kedua. Mereka mencicipi kemerdekaan baru dengan memburu serangkaian hubungan asmara dengan tujuan untuk menaikkan harga diri yang jatuh atau untuk mengusir kesepian. Hal ini bisa menimbulkan problem baru yang lebih buruk dan tragis karena tidak mempertimbangkan baik-baik langkah yang dilakukan.
Perkembangan Psikologis Anak Korban Perceraian
Pandangan Anak terhadap Perceraian Orang Tua
Perceraian bagi anak adalah "tanda kematian" keutuhan keluarganya, rasanya separuh "diri" anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi.
Dalam sosiologi, terdapat teori pertukaran yang melihat perkawinan sebagai suatu proses pertukaran antara hak dan kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang terjadi diantara sepasang suami istri. Karena perkawinan merupakan proses integrasi dua individu yang hidup dan tinggal bersama, sementara latar belakang sosial-budaya, keinginan serta kebutuhan mereka berbeda, maka proses pertukaran dalam perkawinan ini harus senantiasa dirundingkan dan disepakati bersama.
Kondisi Psikologis Anak Akibat Perceraian
Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orangtua yang tidak tinggal bersama. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam bathin anak-anak. Pada masa ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya yang baru. Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orangtuanya bercerai adalah:
Merasa tidak aman (insecurity).
Tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya yang pergi.
Marah Sedih dan kesepian.
Kehilangan, merasa sendiri, menyalahkan diri sendiri sendiri sebagai penyebab orangtua bercerai.
Perasaan-perasaan ini dapat menyebabkan anak tersebut, setelah dewasa menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan dekat dengan orang lain. Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah menyadari dan mengerti bahwa orang tuanya sudah tidak lagi bersama dan tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua, dapat menerima rasa kehilangan, tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri, menjadi dirinya sendiri.
Upaya yang dapat dilakukan Konselor
Sebagai seorang konselor, sudah tentu individu dituntut untuk memiliki kemampuan di dalam memecahkan atau memberikan jalan keluar terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh kliennya.salah satunya adalah terjadinya suatu perceraian dalam sebuah keluarga.
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan guna meminimalisir dampak perceraian orang tua terhadap anak,antara lain adalah sebagai berikut :
Memberikan arahan dan pengertian kepada anak yang bersangkutan,bahwa perceraian yang dialami oleh kedua orang tuanya bukanlah suatu akibat dari kesalahan yang ia lakukan.melainkan karena ada alasan lain yang melatarbelakangi perceraian itu terjadi.
Memberikan motifasi pada anak yang bersangkutan agar tetap memiliki semangat untuk menjalani kehidupan/hari-hari berikutnya.karena perceraian yang dialami oleh orang tuanya bukanlah akhir dari segalanya.meski tak terpungkiri ada rasa sakit dan kecewa yang dirasakan oleh anak yang bersangkutan.
Memberikan arahan dan pengertian pada anak,bahwa sekalipun kedua orang tuanya telah berpisah ia tidak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.dan masih tetap dapat membina hubungan kekeluargaan yang baik dengan kedua orang tuanya.
Membimbing anak yang bersangkutan untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang mampu mengurangi kesedihan yang sedang ia rasakan.
Memberikan motivasi,arahan dan penjelasan agar anak yang bersangkutan mencoba untuk dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain yang ada di dalam masyarakat,agar anggapan bahwa orang yang ada disekitarnya memiliki sifat yang sama dengan orang tuanya,dapat berkurang sedikit demi sedikit, mengingat pentingnya kita hidup bersosialisasi dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keluarga sangatlah penting bagi perkembangan anak pada masa-masa yang mendatang, baik secara psikologis maupun secara fisik. Selain itu keluarga juga sebagai tempat untuk berlindung, dan memperoleh kasih sayang. Namun, bagaimana jika peran keluarga sebagai pelindung, dan tempat memperoleh kasih sayang itu tidak berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Tanpa keluarga anak akan merasa sendiri, dan tidak ada tempat untuk berlindung. Kemana mereka harus pergi jika tempat perlindungan saja mereka tidak punya. Anak adalah generasi penerus yang seharusnya di jaga dengan baik, oleh karena itu orang tua harus menjaga anak-anak mereka sebagaimana mestinya peran orangtua. Dan perceraian bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah. Perceraian adalah penerus masalah selanjutnya. Orangtua harus memilih antara ego mereka masing-masing atau masa depan anak mereka.
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian diantaranya adalah kurangnya berkomunikasi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perzinahan, masalah ekonomi, krisis moral dan akhlak.
Saran
Sebelum benar-benar memutuskan untuk bercerai, ada baiknya dilakukan upaya untuk menghindari perceraian. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan pihak-pihak yang mungkin akan tersakiti akibat perceraian itu.
Apabila perceraian benar-benar terjadi, upayakan hubungan silaturahmi tetap dapat terjaga dengan baik,guna mendukung kelancaran perkembangan dan pertumbuhan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Willis, Sofyan S. 2011. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta
Nurihsan, Juntika. 2011. Bimbingan dan Konseling, dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Sumber Internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian diakses pada 22 Maret 2016, 10.45 WIB
http://www.dishidros.go.id/buletin/umum/221-dampak-perceraian-bagi-perkembangan-psikologis-anak.html diakses pada 22 Maret 2016 , 10. 50 WIB