BAB I PENGERTIAN
1.1 Definisi Kesehatan Masyarakat
Ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat dengan secara kronologis dimulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini, dapat diringkas diri ngkas sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan diketemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi. Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan sebagai
1
berikut : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usahausaha pengorganisasian masyarakat untuk : a. Perbaikan sanitasi lingkungan b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang
hidup
dan
meningkatkan kesehatan
penduduk
(masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada
hakekatnya
adalah
menumbuhkan,
membina
dan
mengembangkan
partisipasi masyarakat di bidang pembangunan kesehatan. Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan pengertian, kesadaran, dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalahmasalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. m asyarakat. Jadi pendekatan utama yang diajukan oleh Winslow
2
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kesehatan masyarakat sebenarnya adalah salah satu strategi atau pendekatan pendidikan kesehatan. Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan masyarakat itu mencakup a) sanitasi lingkungan b) pemberantasan penyakit c) pendidikan kesehatan (higiene) d) manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan dan e) pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dari 5 bidang kegiatan kesehatan masyarakat tersebut, 2 kegiatan diantaranya yakni kegiatan pendidikan higiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi, pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan sesungguhnya tidak sekedar penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja tetapi perlu upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak disertai dengan upaya-upaya ini maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan tersebut tidak atau kurang berhasil serta optimal. Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
3
BAB II ISI
2.1 Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi : 1. Epidemiologi 2. Biostatistik 3. Kesehatan Lingkungan 4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku 5. Administrasi Kesehatan Masyarakat 6. Gizi Masyarakat 7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 8. Kesehatan Reproduksi masyarakat 9. Sistem Informasi Kesehatan
2.3.1 Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti pada atau tentang, demos yang berati penduduk dan kata terakhir adalalah logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinat
masalah
kesehatan
pada
sekelompok
orang/masyarakat
serta
Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya). Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut.
4
1. Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar epidemiologi, beberapa diantaranya adalah : 1. Greenwood ( 1934 ) Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit. 2. Brian Mac Mahon ( 1970 ) Epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab terjadinya Distribusi dari suatu penyakit. 3. Wade Hampton Frost ( 1972 ) Mendefinisikan Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena massal
( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (
Natural History ) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa. 4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 ) Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. 5. Gary D. Friedman ( 1974 ) Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.
5
6. Abdel R. Omran ( 1974 ) Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
7. Barbara Valanis Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ; demos = people ; logos = science ).
8. Last ( 1988 ) Epidemiology is study of the distribution and determinants of health – related states or events in specified population and the application of this study to control of problems.
9. Elizabeth Barrett Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.
10. Hirsch ( 1883 ) Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis – jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal
11. Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and injuries in groups of people and with the factors which influence their distribution.
12. Robert H. Fletcher ( 1991 ) Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
6
13. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn Epidemiology is the description and explanation of the differences in accurence of events of medical concern in subgroup of population, where the population has been subdivided according to some characteristic believed to influence of the event.
14. Lilienfeld ( 1977 ) Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.
15. Moris ( 1964 ) Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu penduduk.
16. Mac Mohan(1986) : ilmu yg mempelajari distribusi dan determinan penyakit.
17. Gerstman (1998) : “The core science of public health “ bahwa epidemiologi adalah inti dari disiplin ilmu Public Health(kesehatan masyarakat).
2. Pengertian Epidemiologi menurut center of disease control (cdc) 2002 Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000 menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “ Studi yang mempelajari Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah kesehatan “. Dari pengertian ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah Riset. Menurut
Leedy (1974), Riset
adalah “ a
systematic
quest
for
undiscovered truth”. ( Artinya : Pencarian sistematis terhadap kebenaran yang belum terungkap ).
7
3.
Pengertian Epidemiologi Menurut WHO “Studi ttg distribusi dan determinan kesehatan yg berkaitan dgn
kejadian di populasi danaplikasi dari studi utk pemecahan masalah kesehatan. Secara etimologis epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidemi. Kata “epidemiologi” digunakan pertama kali pada awal abad kesembilanbelas (1802) oleh seorang dokter Spanyol bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk Epidemiología Española (Buck et al., 1998). Tetapi gagasan dan praktik epidemiologi untuk mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh “Bapak Kedokteran” Hippocrates
sekitar
2000
tahun
yang
lampau
di
Yunani.
Hippocrates
mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit. Dengan menggunakan Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit terjadi karena “keracunan” oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air. Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilanbelas (Susser dan Susser, 1996a) Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi. Kini epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit epidemik (penyakit yang “berkunjung” secara mendadak dalam jumlah banyak melebihi perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang “tinggal” di
dalam
populasi
secara
konstan
dalam
jumlah
sedikit
atau
sedang). Epidemiologitidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit
non-infeksi.
Menjelang
pertengahan
abad
keduapuluh,
dengan
meningkatnya kemakmuran dan perubahan gaya hidup, terjadi peningkatan insidensi penyakit kronis di negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu dilakukan untuk menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi penyakit kronis menggunakan paradigma “Black box”, yakni meneliti hubungan antara paparan di tingkat individu (kebiasaan merokok, diet) dan risiko terjadinya
8
penyakit kronis, tanpa perlu mengetahui variabel antara atau patogenesis dalam mekanisme kausal antara paparan dan terjadinya penyakit. Upaya pencegahan penyakit meramalkan terjadinya penyakit, dan menemukan strategi yang tepat untuk mengontrol terjadinya penyakit pada populasi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting (Slattery, 2002). Metode ilmiah meliputi perumusan masalah penelitian, pengujian hipotesis, pengumpulan data melalui pengamatan dan eksperimentasi, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan yang logis. Metode ilmiah berguna untuk menarik kesimpulan yang benar (valid) dan dapat diandalkan dalam jangka panjang (reliable, consistent, reproducible).
2.3.2 Biostatistik
Biostatistik merupakan ilmu statistika terapan yang mengenalkan perhitungan statistik kehidupan, baik konsep dasarnya, penyajian data, pemusatan dan penyebaran data, kemiringan dan distribusinya dalam kurve normal serta konsep estimasi, sampling, uji hipotesis dan uji-uji statistik deskriptif, korelasi maupun komparasi. Hal-hal tersebut akan sangatlah berguna dalam melakukan analisis data penelitian kuantitatif.
2.3.3 Kesehatan Lingkungan
1. Menurut WHO (World Health Organization) Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. 2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. 3. Prof.Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok
penduduk atau masyarakatdengan segala macam
perubahan komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies kehidupan,
9
bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman atau berpotensi menimbulkan ganggua terhadap kesehatan masyarakat serta mencari upaya-upaya pencegahannya. 4. Menurut dr. Azrul Azwar, MPH Ilmu Kesehatan lingkungan merupakan bagian ilmu dari kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan perhatiannya
pada
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penialaian dari semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kelangsungan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat lebih ditingkatkan. 5. Menurut Slamet Riyadi Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah bagian integral dari ilmu kesehatan masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan membina dan meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang optimal. 6. Menurut H.J. Mukono Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
2.3.4 Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharap kan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: 1.
Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku pendidik)
2.
Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
3.
Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan didalam bidang kesehatan.
10
PERILAKU KESEHATAN Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup 4 (empat) : a.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespons, baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya maupun di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan penyakit, misalnya : perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra.
b.
Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatan, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c.
Perilaku
terhadap
makanan (nutrition
behavior),
yakni
respons
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll. d.
Perilaku
terhadap
lingkungan
kesehatan (environmental
behavior) adalah respons seseorang terhadap
health
lingkungan sebagai
determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (dengan air bersih, pembuangan air kotor, dengan limbah, dengan rumah yang sehat, dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.
11
Masalah
kesehatan
masyarakat
adalah
multi
kausal,
maka
pemecahannya harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu kesehatan masyaakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitative) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan air limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan sarang nyamuk, lalat, kecoa dan sebagainya. Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut : 1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular. 2. Perbaikan sanitasi lingkungan 3. Perbaikan lingkungan permukiman 4. Pemberantasan vector 5. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat 6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak 7. Pembinaan gizi masyarakat 8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum 9. Pengawasan obat dan minuman 10. Pembinaan peran serta masyarakat dan sebagainya.
12
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat
Dari skema yang digambarkan oleh Blum, maka dapat dijelaskan bahwa kesehatan manusia terdiri dari 3 dimensi yaitu : fisik, mental dan sosial. Ketiga dimensi di atas bersifat integrative, artinya ketika salah satu dimensi di atas tidak dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sehat sepenuhnya. Dari paparan di atas maka Blum menyatakan bahwa derajat kesehatan seseorang / masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu 1. Environment (lingkungan) Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia), dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Contohnya : manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk mejaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk
13
memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat akan sema kin baik.
2.
Life Styles Gaya hidup
individu/masyarakat
sangat
mempengaruhi
derajat
kesehatan. Contohnya : dalam masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat
tradisional
menuju
masyarakat
modern,
akan
terjadi
perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya ; pada masyarakat tradisonal dimana sarana transportasi masih sangat minim maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Pada masyarakat modern dimana sarana transportasi sudah semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota tubunya (berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada masyarakat modern karena kurang berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta di atas akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.
3. Heredity Faktor genetic ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetic, seperti leukemia. Faktor hereditas sulit untuk diintervensi karena hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika dapat diintervensi maka harga yang dibayar sangat mahal.
4. Health Care Sevices Pelayanan kesehatan juga mempengaruhi derajat kesehatan. Pelayanan kesehatan disini adalah pelayanan kesehatan yang paripurna dan intregatif antara
14
promotif,
preventif,
kuratif
dan
rehabilitatif.
Semakin
mudah
akses
individu/masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka derajat kesehatan masyarakat akan semakin baik.
Contoh 4 Faktor yamg mempengaruhi Derajat Kesehatan : Environment. 1. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2. Semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan akan cara hidup sehat akan semakin baik. 3. Ada norma agama pada umat Islam tentang konsep haram terhadap alcohol akan menurunkan tingkat konsumsi alcohol.
Life Styles 1. Perilaku merokok sejak usia dini akan meningkatkan resiko kanker paru 2. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur, menutup) pada pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi DBD. 3. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan meningkatkan resiko obesitas yang beresiko pada penyakit jantung.
Heredity 1. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan leukemia. 2. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetic
Health Care Services 1. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan menurunkan prevalensi HIV/AIDS. 2. Tersedianya sarana & prasaran kesehatan yang baik akan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
15
3. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan individu/masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan. Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna. Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah. Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit
upaya
meingkatkan
derajat
kesehatan.
Oleh
karena
itu
perlu
adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus
16
diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketersediaan
fasilitas
dengan
mutu pelayanan yang
baik
akan
mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota. Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain. Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit. Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau
17
budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain. Sumber: Hendrick L. Blumm;dengan bukunya The Environment of Health.
2.3
Sasaran kesehatan masyarakat
2.3.1 Sasaran
Sasaran adalah merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan tindakan yang akan dilakukan secara operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran yang ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai. Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagian dari proses perencanaan strategis dengan focus utama berupa tindakan pengalokasian sumberdaya organisasi kedalam strategi organisasi. Oleh karenanya penetapan sasaran harus memenuhi criteria specific, measurable, agresive but attainable, result oriented dan time bond. Guna memenuhi criteria tersebut maka penetapan sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakni keterangan, gejala atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan upaya pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran. Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir tahun 2010, dinkes menetapkan sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya kunjungan ibu hamil K4. b. Meningkatnya pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. c. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi dirujuk. d. Meningkatnya kunjungan neonatus / KN2. e. Meningkatnya kunjungan bayi dan balita.
18
f. Meningkatnya bayi berat badan lahir rendah yang ditangani 2. Meningkatnya pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah. b. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil. c. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat kelas 1 oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil. d. Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja.
3. Pelayanan keluarga berencana, dengan indikator sasaran sbagai berikut : a. Meningkatnya peserta KB aktif.
4. Meningkatnya pelayanan imunisasi, dengan indikator sasaran sebagai berikut: a. Meningkatnya desa atau kelurahan Universal Child Immunization hingga 100%.
5. Meningkatnya pelayanan pengobatan dan perawatan, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat jalan. b. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat inap.
6. Meningkatnya pelayanan kesehatan jiwa, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya pelayanan kesehatan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum.
7. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal.
19
8. Meningkatnya pelayanan kesehatan usia lanjut, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut.
9. Meningkatnya pemantauan pertumbuhan balita, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya balita yang naik berat badannya ( N/D ). b. Menurunnya balita bawah garis merah ( BGM ).
10. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat, dengan
indikator sasaran
sebagai berikut : a. Meningkatnya ibu hamil mendapat 90 tablet Fe. b. Meningkatnya balita mendapat kapsul Vitamin A 2 (dua) kali per tahun. c. Seluruh bayi BGM dari keluarga miskin diberi makanan pendamping ASI. d. Seluruh balita gizi buruk mendapat perawatan kesehatan. e. Meningkatnya wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium.
11. Meningkatnya pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar dan komprehensif, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonates b. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani. c. Meningkatnya neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.
12. Meningkatnya pelayanan gawat darurat, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya
sarana
kesehatan
dengan
kemampuan
kegawatdaruratan yang dapat diakses masyarakat.
20
pelayanan
13. Meningkatnya
penyelenggaraan
penyelidikan
epidemiologi
dan
penanggulangan KLB dan Gizi Buruk, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya desa/kelurahan yang mengalami KLB ditangani < dari 24 jam. b. Meningkatnya kecamatan bebas rawan gizi.
14. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Tercapainya penemuan seluruh penderita Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.
15. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif.
16. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Seluruh balita penderita pneumonia mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
17. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Seluruh darah donor disekrening terhadap HIV/AIDS. b. Seluruh
penderita
HIV/AIDS
mendapat
penanganan
pelayanan
kesehatan. c. Seluruh penderita Infeksi Menular Seksual ( IMS ) diobati. d. Seluruh lokalisasi mewajibkan penggunaan kondom.
18. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
21
a. Seluruh penderita DBD mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
19. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Diare, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Seluruh balita penderita Diare mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
20. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Malaria , dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Seluruh penderita Malaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
21. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Kusta , dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya penderita Kusta yang selesai berobat ( RFT Rate ).
22. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit Filaria , dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Seluruh penderita Filaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
23. Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Lingkungan, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya institusi yang dibina kesehatan lingkungannya.
24. Meningkatnya pelayanan pengendalian vektor, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes.
25. Meningkatnya pelayanan hygiene sanitasi tempat- tempat umum dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.
22
26. Meningkatnya penyuluhan perilaku sehat, dengan indikator sasaran sebagai berikut : a. Meningkatnya rumah tangga sehat. b. Meningkatnya bayi yang mendapat ASI Eksklusif. c. Meningkatnya desa dengan garam beryodium baik. d. Meningkatnya posyandu purnama e. Meningkatnya desa dengan program PHBS f. Meningkatnya peserta dana sehat / JPKM
Sasaran kesehatan masyarakat 1. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga. 2. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas. 3. Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat. 4. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat. 5. Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan pra upaya.
23
BAB III KESIMPULAN
3.1
Kesimpulan
kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalahmasalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi : 1. Epidemiologi 2. Biostatistik 3. Kesehatan Lingkungan 4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku 5. Administrasi Kesehatan Masyarakat 6. Gizi Masyarakat 7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja 8. Kesehatan Reproduksi masyarakat 9. Sistem Informasi Kesehatan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat 1. Environment (lingkungan) 2. Life Styles 3. Heredity 4. Health Care Sevices
3.2
Saran
3.2.1
Bagi penulis selanjutnya
Kepada penulis selanjutnya diharapkan agar dapat lebih melengkapi lagi materi tentang makalah konsep dasar kesehatan masyarakat.
24
3.2.2
Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan makalah ini bisa menjadi bacaan bagi mahasisswa DIII Kebidanan Stikes Syedza Siantika sehingga menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penulisan makalah selanjutnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/10/22/kesehatan-masyarakat/ http://bushido02.wordpress.com/2011/03/15/ruang-lingkup-kesehatanmasyarakat/ http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-epidemiologi.html http://irenejeshikap.blogspot.com/2012/09/pengertian-epidemiologi-menurut para.html http://idahceris.wordpress.com/2012/04/10/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan/
26