Ilmu Kesehatan Kesehatan Anak
CATATAN TUTORIAL OPTIMA Anak
Ikterus Neonatorum Kejang Demam Penyakit Jantung Bawaan Eksantema Akut Pemantauan Pertumbuhan Sindrom Distress Nafas Neonatus Diare Anak Pneumonia, Bronkiolitis Paralisis Bahu Newborn Baby Imunisasi Resusitasi Neonatus
Ikterus Neonatorum •
•
Ikterus (jaundice) adalah diskolorasi diskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin serum >2 mg/dL, sedangkan pada neonatus bila kadar bilirubin >5 mg/dL. Kramer membagi derajat ikterus menjadi 5 skala, yaitu –
1 Kadar bilirubin serum 4-8 mg/dL mg /dL : kulit kepala dan leher, leher,
–
2 Kadar bilirubin serum 5-12 mg/dL mg /dL : kulit tubuh diatas pusar
–
3 Kadar bilirubin serum 8-16 mg/dL mg /dL : kulit tubuh di bawah pusat dan paha
–
4 Kadar bilirubin serum 11-18 mg/dL mg /dL pada ikterus lengan dan tungkai tungkai
–
5 Kadar bilirubin serum >15 mg/dL mg /dL pada ikterus telapak tangan dan telapak kaki
•
Ikterus fisiologis: – – –
•
Awitan terjadi setelah 24 jam Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB) Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus non fisiologis: –
Awitan terjadi sebelum sebelum usia 24 jam • • •
– – –
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB Ikterus bertahan> 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB • • • •
–
•
Penyakit hemolitik pada BBL: Inkompatibilitas Rh,ABO Infeksi ; TORCH, malaria, bakteri Defisiensi enzim G6PD
Sepsis, Hematoma sefal, Hepatitis neonatal Atresia biliaris Breastmilk jaundice Kelainan metabolik
Tanda penyakit lain
Gangguan obstruktif menyebabkan menyebabkan hiperbilirubinemia direk. Ditandai bilirubin direk > 2 mg/dl. mg /dl. Penyabab: Penyabab: kolestasis, atresia bilier, bilier, kista duktus koledokus.
Penyebab Hemolisis Penyakit
Keterangan
Inkompatibilitas ABO
Adanya aglutinin ibu yang bersirkulasi di darah anak terhadap aglutinogen ABO anak. Ibu dengan golongan darah O, memproduksi antibodi IgG Anti-A/B terhadap gol. Darah anak
Inkompatibilitas Rh
Adanya antibodi ibu yang bersirkulasi di darah anak terhadap antigen Rh anak. Jarang pada anak pertama.
Hematoma darah ekstravaskuler
Akibat proses persalinan.
Defisiensi G6PD
Penyakit terkait kromosom X. Enzim G6PD berfungsi untuk melindungi eritrosit dari kerusakan oksidatif.
Sferositosis herediter
Terdapat defek protein membran yang menyebabkan instabilitas eksoskeleton eritrosit
Polisitemia
Peningkatan pembentukan eritrosit yang menyebabkan peningkatan destruksi eritrosit
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
fisiologis non- fisiologis
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 •
Ikterus yang berkembang cepat pada hari ke-1 –
•
Kemungkinan besar: inkompatibilitas ABO , Rh, penyakit hemolitik, atau sferositosis. Penyebab lebih jarang: infeksi kongenital, defisiensi G6PD
Ikterus yang berkembang cepat setelah usia 48 jam –
Kemungkinan besar: infeksi, defisiensi G6PD. Penyebab lebih jarang: inkompatibilitas ABO , Rh, sferositosis.
Ikterus ec hemolisis –
inkompatibilitas ABO •
•
•
•
•
Antibodi anti A dan anti B yang masuk ke dalam sirkulasi fetus, dan bereaksi dengan antigen A atau B yang terletak pada permukaan eritrosit. Anti A dan anti B yang berturut-turut terdapat pada golongan darah B dan A, secara alami terbentuk sebagai IgM yang tidak dapat melewati plasenta.
–
inkompatibilitas rhesus •
•
•
•
Berbeda dengan golongan darah O yang memiliki anti A dan anti B dalam bentuk IgG yang dapat melewati plasenta. Oleh karena itu inkompatibilitas ABO terjadi pada anak dengan golongan darah A atau B, dengan ibu yang memiliki golongan darah O. Proses ini tidak memerlukan sensitisasi, dan berlangsung jauh lebih ringan dibandingkan inkompatibilitas rhesus.
•
•
Anak dengan rhesus positif yang dikandung ibu dengan rhesus negatif. Diperlukan proses sensitisasi. Tidak ada ketetapan besarnya jumlah darah fetus yang diperlukan untuk menghasilkan sensitisasi, namun 90% terjadi pada saat persalinan. Setelah tersensitisasi diperlukan waktu kira-kira 1 bulan untuk antibodi rhesus yang dibentuk ibu masuk ke dalam sirkulasi fetus. Oleh karena itu anak pertama tidak terpengaruh. Risiko dan parahnya respon sensitisasi meningkat sesuai dengan kehamilan berikutnya bila bayi rhesus positif
Ikterus yang Berhubungan dengan ASI Breast Feeding Jaundice (BFJ) •
Disebabkan oleh kurangnya asupan ASI sehingga sirkulasi enterohepatik meningkat (pada hari ke-2 atau 3 saat ASI belum banyak) Indikator
Breast Milk Jaundice (BMJ) •
Berhubungan dengan pemberian ASI dari ibu tertentu dan bergantung pada kemampuan bayi mengkonjugasi bilirubin indirek
BFJ
BMJ
Awitan
Usia 2-5 hari
Usia 5-10 hari
Lama
10 hari
>30 hari
Volume ASI
Kurang sering diberi ASI atau ASI masih sedikit
Tidak tergantung dari volume ASI
BAB
Tertunda atau jarang
Normal
Kadar Bilirubin
Tertinggi 15 mg/dl
Bisa mencapai >20 mg/dl
Pengobatan
Tidak ada, Teruskan ASI disertai monitor dan evaluasi pemberian ASI
Fototerapi, Hentikan ASI jika kadar bilirubin > 16 mg/dl selama lebih dari 24 jam (untuk diagnostik)
•
•
•
Tatalaksana Fototerapi dilakukan dengan cara meradiasi bayi ikterik dengan lampu energi foton sehingga merubah struktur molekul bilirubin supaya mudah diekskresi ke empedu atau urin tanpa membutuhkan glukoronidase hepatic seperti biasanya. Biasanya pada bilirubin total >15 Transfuse tukar merupakan metode tercepat untuk menurunkan kadar bilirubin serum. Biasanya pada bil total > 20
Kejang Demam • •
•
•
Definisi Kejang yang terjadi akibat demam (suhu rektal di atas 38°C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat (SSP) atau gangguan elektrolit akut, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelunya. Kejang demam terjadi pada 2-5% anak dengan umur berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun, insidens tertinggi pada umur 18 bulan. Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. –
–
Kompleks : kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Sederhana : kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 24 jam.
Etiologi •
Terdapat interaksi 3 faktor : 1. imaturitas otak dan termoregulator 2. Demam ----> kebutuhan O2 me – ningkat 3. Predisposisi genetik > 7 lokus kromosom ( poligenik, autosomal dominan )
Lanjutan •
Penyebab demam : ISPA 38% Otitis media 23% Pneumonia 15% Gastroenteritis 7% Pasca vaksinasi ( DTwP, campak ) 25 per 100 000 anak yang di vaksinasi
•
•
•
•
•
Klinis Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang penyebab kejang diluar SSP Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakakadik, orangtua) Singkirkan penyebab kejang yang lain
Tatalaksana •
Antipiretik –
•
Anti kejang –
•
Berikan asetaminofen 10-15 mg/kg/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kg/hari tiap 4-6 jam. Berikan diazepam oral 0,3 mg/kg/hari tiap 8 jam saat demam atau diazepam rektal 0,5 mg/kg/kali setiap 12 jambila demam di atas 38°C.
Pengobatan jangka panjang –
Bila dijumpai salah satu keadaan di bawah ini: • •
• •
–
Kejang demam lebih dari 5 menit. Adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang (misalnya palsi serebral, retardasi mental, atau mikrosefal). Kejang demam fokal Adanya riwayat epilepsi dalam keluarga
Dipertimbangkan bila: • • •
Kejang demam pertama pada umur di bawah 12 bulan Kejang berulang dalam 24 jam Obat antikonvulsan yang diberikan adalah asam valproat 15-40 mg/kg/hari atau fenobarbital 3-5 mg/kg/hari, selama satu tahun.
TATA LAKSANA •
Penanganan secara umum –
–
–
–
–
–
–
Pakaian ketat dibuka Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung Menjaga jalan nafas agar oksigenasi berjalan baik Jangan menahan kejang dengan paksaan Bila Suhu tinggi, berikan kompres dengan air biasa Berikan Oksigen Sungkup bila perlu Potong kejang dengan obat obatan
Di Rumah Dilakukan oleh orang tua yang telah terlatih menggunakan diazepam rektal .Dosis diazepam rektal : 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun, atau 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg, atau 0,5 – 0,75 mg/kgBB/kali. maksimum diberikan 2x berturutan dengan jarak 5 menit. Jika masih kejang bawa ke instansi kesehatan terdekat Di Rumah Sakit Dapat diulang diazepam rektal 1 kali, Diazepam juga dapat diberikan dengan suntikan intravena 0.2 – 0,5 mg/kgBB. Berikan perlahan 0,5 – 1 mg/menit Bila kejang berhenti, hentikan penyuntikan. Dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam jangan diberikan secara intramuskular. •
•
•
• •
•
• •
•
Pemberian obat saat demam •
Antipiretik Pemberian antipiretik dianjurkan meskipun tidak ada bukti antipiretik dapat mencegah terjadinya kejang demam. Camfiel et al,1980 ; Uhari et al, 1995
Antikonvulsan •
•
Diazepam oral 0,3 mg/kg, 3x sehari efektif dapat menurunkan kejang demam. Efek samping hampir selalu ditemukan : somnolen dan ataxia Phenobarbital, phenytoin atau carbamazepin yang diberikan saat demam tidak efektif untuk mencegah kejang demam
Pengobatan antikonvulsan rumat menerus ) •
•
•
( terus
Phenobarbital 4 – 5 mg /kg BB dibagi 2 dosis, maksimal 200 mg/hari, atau Asam Valproat 20-40 mg/kgBB/hari efektif menurunkan risiko berulangnya kejang demam. Efek samping phenobarbital berupa gangguan perilaku/hiperaktif dan penurunan IQ sulit diterima Efek samping Asam Valproat pada usia muda dapat menyebabkan gangguan fungsi hati
Rekomendasi Profilaksis •
Dengan pengetahuan bahwa kejang demam merupakan keadaan benigna dan pertimbangan efek samping obat, profilaksis diberikan dalam jangka pendek kecuali pada kasus yang sangat selektif dapat diberikan profilaksis terus menerus
AAP. Cpmmittee on drugs. Behavioural & cognitive effect of anticonvulsant therapy. AAP. Practice parameter: longterm treatment of the child with simple febrile seizure.
Indikasi Pengobatan Rumat •
•
•
Kejang lama Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang Kejang fokal atau parsial
Penyakit Jantung Bawaan • •
•
Definisi Merupakan masalah jantung dimana terjadi malformasi organ tersebut selama masa embriogenik, sehingga saat kelahiran terdapat kelainan anatomis pada organ tersebut. Terdapat 2 macam : sianotik dan asianotik Sianotik – right-to-left shunt – penurunan aliran darah pulmonal: –
• • •
–
Darah kaya CO2 masuk ke ventrikel kiri sistemik Tetralogy of fallot (ToF) TGA
Asianotik – left-to-right shunt – peningkatan aliran darah pulmonal: • • • •
Darah ventrikel kiri masuk ke ventrikel kanan paru Patent ductus arteriosus (PDA) continuous murmur Atrial septal defect (ASD) Ventricular septal defect (VSD) pansystolic murmur
PJB
Eksantema Akut • • • • • •
Morbilli Infeksi Paramyxovirus Faktor resiko : Anak sekolah, Belum pernah vaksin Inkubasi: 8-12 hari Infeksius: 1-2 hari sebelum prodrome hingga 4 hari setelah keluar rash Pre-eruptive Stage – –
–
•
– – –
Exanthem sign – Erupsi di kulit Maculopapular Rashes Dengan demam tinggi Bercak koplik
Stage of Convalescence –
–
•
konjungtiva (konjungtivitis) orofaring
Eruptive Stage –
•
demam Catarrhal – dimulai dari kavitas nasal (rhinitis) bronkus(bronkhitis) Respiratory Symptoms --> batuk
Rashes – menghilang sama dengan urutan munculnya (muka lalu ke tubuh bag bawah) membekas kecoklatan Demam akan perlahan menghilangsaat erupsi di tangan dan kaki memudar
Komplikasi: Otitis Media, Bronchopneumonia, Encephalitis, Pericarditis, Subacute sclerosing panencephalitis – late sequellae due to persistent infection of the CNS
Rubella • • • • •
Infeksi Togavirus Faktor resiko : remaja belum pernah vaksin Inkubasi: 14-21 hari Infeksius: Infeksius: 5-7 hari sebelum rash hingga 3-5 hari setelah keluar rash Prodromal – –
•
Enanthem –
•
Anak: ringan Remaja & Dewasa: demam, malaise, nyeri tnggorok, nausea, anorexia, limfadenopati Forschheimer’s spots Forschheimer’s spots
Komplikasi:Arthralgias/arthritis, Peripheral neuritis, encephalitis, thrombocytopenic purpura –
Congenital rubella syndrome •
IUGR, buta, tuli, jantung, anemia, thrombcytopenia, nodul di kulit
Pemantauan Pertumbuhan • •
Interpretasi Pengukuran TB/U Z Score –
– –
•
•
>2 SD: Tergolong sangat tinggi. •
–
•
–
Rujuk anak jika dicurigai adanya gangguan endokrin (tinggi tidak sesuai perkiraan tinggi kedua kedua orang tua, atau atau cenderung terus terus meningkat)
2 sd (-2) SD : Normal <-2 SD : Stunted <-3 SD : Severly stunted
– – –
•
CDC-NCHS – – –
90-110% : Baik/normal 70-89% : Tinggi kurang <70% : Tinggi sangat kurang kurang
Interpretasi Pengukuran BB/U Z Score
CDC-NCHS – – –
•
> 2 SD : Memiliki masalah pertumbuhan, lebih baik dinilai dari pengukuran berat terhadap tinggi atau BMI/U 2 sd (-2) SD : Normal <-2 SD : Underweight <-3 SD : Severly underweight >120% : Gizi lebih 80-120% : Gizi baik 60-80% : Gizi kurang, buruk
dengan edema –
<60% : Gizi buruk
• •
Status Nutrisi BB/TB Cara penilaian status nutrisi: –
Z-score Z-score → menggunakan kurva WHO weight-for-height • • • • •
–
>3 – >3 – obesitas obesitas >2 – >2 – overweight overweight >1 – >1 – possible possible overweight <-2 – <-2 – moderate moderate wasted <-3 – <-3 – severe severe wasted
BB/IBW (Ideal Body Weight) → menggunakan kurva CDC • • • • • •
≥120% obesity ≥110 -120% overweight ≥90-110% ≥90-110% normal ≥80-90% ≥80-90% mild malnutrition ≥70-80% ≥70-80% moderate moderate malnutrition ≤70% severe malnutrition. malnutrition.
Malnutrisi •
Definisi
•
KEP : ringan, sedang, berat
•
KEP severe :
•
–
Kwashiorkor: protein deficiency
–
Marasmus: energy deficiency
–
Marasmic/ Kwashiorkor: kombinasi energy deficiency & protein deficiency
Klinis
•
Indikasi rawat – –
BB sangat rendah : BB/TB < 70%; BB/U < 60% disertai salah satu : • • • • • • • • •
edema dehidrasi berat diare persisten sangat pucat, hipotermia, syok tanda infeksi sistemik / lokal Hb , 5 g/dl ikterus tidak nafsu makan usia < 1 thn
•
nutrisi –
–
–
•
Defis.vit A : h-1,2 dan 14 / perburukan : –
–
–
•
fase stabilisasi F75 fase transisi F100 fase rehabilitasi F150 umur < 6 bln : 50.000 SI umur 6-12 bln : 100.000 SI umur > 1 thn : 200.000 SI
Infeksi : –
–
–
tanpa komplikasi : kotrimoksasol berat : Ampisilin IV Amoksisilin oral + Gentamisin Spesifik : OAT
Sindrom Distress Nafas Neonates •
PENYAKIT MEMBRAN HIALIN – –
– –
Aterm surfaktan cukup mencegah kolaps alveolus saat akhir ekspirasi Prematur surfaktan kurang alveolus kolaps saat akhir ekspirasi bayi akan mengalami sesak napas Makin muda usia kehamilan makin tinggi risiko PMH Kelainan pd paru : • • •
• •
•
Kolaps alveolus Cairan yang mengandung protein tinggi Penyempitan arteri pulmonalis
membran
hialin
Semua keadaan di atas gagal napas Foto Ro: Pola retikulogranular (PRG), PRG dan bronkogram udara (BGU), PRG + BGU + batas jantung kabur, Kolaps seluruh paru (white lung) Pencegahan – – – –
Pencegahan persalinan prematur Pemberian betametason/dexamethasone pada ibu (prematur < 34 minggu) Resusitasi adekuat Mencegah hipotermi, hipoglikemia dan hipoksia
•
WET LUNG SYNDROME/TRANSIENT TACHYPNEU NEWBORN – –
–
•
Klinis: – – –
–
•
Alveolus dan bronkus janin terisi cairan Cairan dalam paru terperas Beberapa bayi proses di atas tidak terjadi sal. napas masih terisi cairan sesak napas FR: Bedah kaisar, Hipoksia janin atau asfiksia berat, Ibu mengalami sedasi, Polihidramnion Cukup bulan/kurang bulan Sesak napas saat atau segera setelah lahir Sesak akan membaik dalam 24 jam pertama, menghilang dalam 72 jam Foto torak: usia <6 jam ~ PMH
Tatalaksana – –
Observasi. Tidak ada penanganan khusus Makanan per oral setiap 3 jam melalui sonde lebih dianjurkan
TTN
SINDROM ASPIRASI MEKONIUM (SAM) •
•
Hipoksia janin Mekonium keluar & janin gaspingCairan amnion yang terkontaminasi mekonium terhirup ke larings dan trakhea Mekonium masuk saluran napas lebih kecil dan alveolus Kerusakan paru Klinis –
–
–
Mekonium tampak/dapat dihisap dari saluran napas atas (bantuan laringoskop) Kulit bayi diwarnai mekonium
–
Sesak napas Foto toraks : hiperinflasi paru disertai banyak daerah paru yang kolaps
Pencegahan –
•
Cairan amnion terkontaminasi mekonium
–
–
•
Cukup/lebih bulan, jarang sekali kurang bulan
Pembersihan saluran napas atas sebelum bayi bernapas saat lahir
Tatalaksana –
Tidak ada pengobatan spesifik
–
Kasus berat ventilator / ECMO
PNEUMONIA •
•
•
Saat lahir : komplikasi korioamnionitis Setelah lahir : infeksi nasokomial Klinis –
–
•
Pus cells dan bakteri pada cairan lambung
Foto toraks : daerah paruparu yang kolaps dan konsolidasi
Tata laksana –
–
Suportif Antibiotika
PNEUMOTORAKS •
•
• •
•
Terkumpulnya udara di dalam rongga pleura Alveolus pecah udara keluar dari paru-paru menekan paru-paru paru-paru tidak dapat berkembang pada saat inspirasi Unilateral/bilateral Faktor risiko: Bayi yang menderita sesak napas, menderita SAM, memerlukan resusitasi saat lahir, mendapat bantuan napas dengan ventilator Tatalaksana –
–
– –
Sesak napas ringan & tidak sianosis dg O2 sungkup pengawasan ketat Bayi dirawat di RS yang mempunyai fasilitas level 2 atau 3 Sesak napas hebat/ventilator WSD Tindakan darurat aspirasi pleura
DIARE PADA ANAK
Definisi •
•
Diare adalah buang air besar yang tidak normal dimana terjadi perubahan konstruksi tinja dengan frekuensi yang lebih dari 3 kali dalam 24 jam, disertai atau tanpa darah. Diare akut adalah diare yang terjadi tidak lebih dari 14 hari.
•
Penyebab Diare akut : –
Infeksi •
Virus
•
Bakteri
•
Parasit
–
Malabsorbsi
–
Alergi
–
Keracunan makanan
Patomekanisme Diare 1. Diare Sekretorik –
–
Akibat aktifnya enzim adenilil siklase mengubah ATP menjadi cAMP akumulasi cAMP intrasel menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, Na, K, dan HCO3 ke dalam lumen usus Adenilil siklase diaktifkan atau dirangsang oleh toksin atau mikroorganisme •
• • • •
Vibrio toksin yang paling kuat mengaktifkan adenilyl siklase ETEC Shigella Clostridium Campylobacter
2. Diare Invasif Invasi mikroorganisme ke dalam mukosa usus sehingga menimbulkan pada mukosa usus Penyebab diare Invasif berdarah, kecuali Rotavirus
•
•
–
–
–
Rotavirus (tidak berdarah) Bakteri : Shigella, Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia Parasit : Amoeba
3. Diare osmotik Diare osmotik adalah diare karena tingginya tekanan osmotik di lumen usus sehingga menarik cairan intraseluler ke dalam lumen, sehingga menimbulkan watery diarrhea Paling sering disebabkan malabsorbsi karbohidrat
Anamnesis •
• •
• •
Diare: Frekuensi BAB anak Lamanya diare (berapa hari) Apakah terdapat darah dalam feces Apakah ada muntah Laporan setempat mengenai KLB (kolera) Pengobatan antibiotika yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya Gejala invaginasi (ta ngisan keras dan kepucatan bayi)
Pemeriksaan Fisik Cari tanda-tanda berikut : Rewel atau gelisah Letargis/kesadaran menurun Mata cekung Cubitan kulit perut kembalinya lambatatau sangat lambat Darah dalam tinja Tanda invaginasi Tanda gizi buruk Perut kembung Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare
–
–
–
–
Diagnosis
Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut
•
Diare >3x sehari berlangsung kurang dari 14 hari Tidak mengandung darah •
Kolera
Diare air cucian beras yang sering dan banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi berat atau Diare denga dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholera O1 atau O139 •
•
•
Disentri
Diare berdarah
Diare persisten
Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk
Diare jenis apapun dengan gizi buruk
Diare terkait dengan antibiotik
Mendapat pengobatan antibiotika oral dengan spektrum lias
Invaginasi
Dominan darah dan lendir dalam tinja, massa intra abdomen, tangisa keras +pucat
Klasifikasi
Tanda atau gejala
Pengobatan
Dehidrasi Berat
Terdapat dua atau lebih tanda 1. Berikan cairan IV segera berikut : a. Umur <12 bulan 1. Letargis /tidak sadar 30 ml/kgBB dalam 1 jam 2. Mata cekung 70 ml/kgBB dalam 5 jam 3. Tidaj bisa minum atau b. Umur >=12 bulan malas minum 30 ml/kg BB dalam 4. Cubitan kulit perut kembali 30menit sangat lambat (>= 2 detik) 70 ml/kgBB dalam 2 ½ jam • •
•
•
Dehidrasi Ringan/ sedang
Tanpa Dehidrasi
Terdapat dua atau lebih tanda : 1. rewel, gelisah 2. Mata cekung 3. Minum dengan lahap, haus 4. Cubitan kulit kembali lambat
Rencana terapi B Setelah rehidrasi nasihati ibu untuk penanganan di rumah Kunjungan ulang dalam jangka waktu 5 hari
Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau sedang
Rencana terapi A Nasihati ibu kapan kembali Kunjungan ulang dalam 5 hari jika tidak membaik
TERAPI
Mulai
Dapatkah memberi cairan IV ?
YA
Beri cairan Ivm jika bisa minum beri oralit melalui mulut sementara infus disiapkan, Beri 100 ml/kgBB cairan RL (atau NaCl) : a. Umur <12 bulan 30 ml/kgBB dalam 1 jam 70 ml/kgBB dalam 5 jam b. Umur >=12 bulan 30 ml/kg BB dalam 30menit 70 ml/kgBB dalam 2 ½ jam Ulagi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba Periksa kembali anak tiap 15-30 menit, Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan IV lebih cepat Juga beri cairan oralit (kira2 5 ml/kg/jam) atau 1-2 ham (anak) dan beri tablet Zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan dehidrasi, Kemudian pilih terapi yang sesuai. • •
•
TIDAK
Rencana Terapi C
•
Apakah terdapat fasilitas pemberian cairan IV terdekat (dalam 30 menit)
Rujuk SEGERA untuk pengobatan IV, Jika anak bisa minum beri ibu larutan oralit dan tunjukan cara menimumkan pada anak sedikit-sedikit selama dalam perjalanan
YA
Mulai lakukan rehidrasi dengan oralit dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam ( total 120 ml/kg) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam Jika anak muntah terus menerus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan IV Setelah 6 jam, periksa kembali anak, Klasifikasikan dehidrasi kemudian tentukan rencana terapi •
TIDAK
•
•
Apakah saudara terlatih menggunakan pipa nasogastrik untuk rehidrasi
TIDAK
•
YA
Apakah anak masih bisa minum?
YA
IDEM tabel sebelumnya
TIDAK
RUJUK ke RS untuk pengobatan IV
CATATAN: Jika mungkin, amati anak sekurang-kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral
Rencana Terapi B •
Beri oralit di klinik sesuai anjuran selama periode 3 jam –
Tentukan jumlah oralit untuk 3 Jam pertama
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kgBB
Umur
Sampai 4 bulan
4-12 bulan
12-24 bulan
2-5 tahun
Berat badan
< 6 kg
6-10 kg
10-12 kg
12-19 kg
Jumlah cairan
200-400
400-700
700-900
900-1400
•
Tunjukan kepada ibu cara memberi larutan Oralit –
–
–
•
Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat Lanjutkan ASI selama anak mau
Berikan tablet zinc selama 10 hari
•
Setelah 3 jam –
–
Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
Jika Ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai : –
–
Tunjukan cara penyiapan larutan oralit di rumah Tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatanBri bungkusan tera[I yang cukup untuk rehidrasi
Jelaskan 4 aturan oerawatan di rumah : •
Beri cairan tambahan
•
Kanjutkan oemberian makan
•
Beri tablet Zinc selama 10 hari
•
Kpan harus kembali
Rencana Terapi A Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah : beri cairan tambahan, beri tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali 1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
•
– –
< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BABA >= 2 tahun 100 sampai 200 ml setiap BAB
2. Beri tablet Zinc Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
3. Lanjutkan pemberian makanan
Pneumonia • • •
Untuk definisi, etiologi, klasifikasi lihat bag peny dalam Klinis Kriteria diagnosis WHO –
Nafas cepat (tachypnea) • • • •
–
• • • •
–
•
Retraksi (otot bantu nafas)
Tatalaksana Pneumonia berat Rawat inap Antibiotik: –
•
Umur < 2 bulan 2 - 12 bulan 1 - 5 tahun
Procain Pennicilline, Chloramphenicol Amoxycillin + Clavulanic Acid
Cairan IV Oxygen
RR/menit 60 50 40
Bronkiolitis •
•
•
Bronkiolitis adalah Infeksi virus akut saluran pernapasan bawah yang menyebabkan obstruksi inflamasi bronkiolus. Bronkiliotis sering mengenai anak usia di bawah 2 tahun dengan insiden tertinggi pada bayi umur 6 bulan.Pada daerah yang penduduknya padat insiden bronkiolitis oleh karena RSV terbanyak pada usia 2 bulan. Faktor resiko terjadinya :jenis kelamin laki-laki, status sosial ekonomi rendah, jumlah anggota keluarga yang besar, perokok pasif, rendahnya antibodi maternal terhadap RSV, dan bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu (ASI).
Etiologi RSV adalah penyebab utama bronkiolitis dan merupakan satu-satunya penyebab yang dapat menimbulkan epidemi.1 Virus RSV lebih virulen daripada virus lain dan menghasilkan imunitas yang tidak bertahan lama. Penyebab: (RSV), 45-80 %. Parainfluenza Virus (PIV) 3 25-50% kasus, PIV tipe 1 dan 2, adenovirus tipe 1,2 dan 5, Rinovirus, virus influenza, enterovirus, herpes simplex virus, dan Mycoplasma pneumoni sedikit kasus (< 25%). •
•
•
•
Manifestasi klinis –
Rhinorrhea, cough,
–
lowgrade fever 1-2 days
–
fast breathing
–
chest retraction
–
WheezingQ
–
feed poorly
–
irritable
•
Physical examination : –
Fast breathing
–
↑ pulse rate
–
Fever
–
Mild conjungtivitis
–
Chest retraction
–
Prolonged expiration
–
Rales
•
Radiographic appearance : –
•
Findings : –
– –
– – –
• • • • •
Non specific
Diffuse hyperinflation of the lung Flatting of diaphragma Prominence of retrosternal space Patchy / peribronchial infiltrate Patchy atelectasis Normal findings
Tatalaksana Rawat inap Antibiotik Cairan IV Oxygen
Paralisis Bahu • • •
•
Paralisis Erb Erb-duchenne palsy Paralisis saraf perifer C5 dan C6 (bagian dari plexus brachialis bagian atas/ brachial monoparesis) Manifestasi: kehilangan mobilitas lengan atas Posisi: lengan adduksi dengan pronasi lengan bawah
•
•
•
Paralisis Klumpke Paralisis parsial dari pleksus brachialis bagian bawah C8-T1 Manifestasi: paralisis lengan bawah dan tangan
Newborn Baby •
•
• •
•
•
Neonatus Kurang Bulan (Pre-term infant) : Usia gestasi < 37 minggu Neonatus Lebih Bulan (Post-term infant) : Usia gestasi > 42 minggu Neonatus Cukup Bulan (Term-infant) : Usia gestasi 37 s/d 42 Small for Gestational Age (SGA, Kecil Masa Kehamilan) : Berat lahir dibawah 2SD / persentil 10th dari populasi usia gestasi yang sama Large for Gestational Age (LGA, Besar Masa Kehamilan) : Berat lahir diatas persentil 90 untuk populasi usia gestasi yang sama Appropriate for Gestational Age (Sesuai Masa Kehamilan) : Diantaranya
Imunisasi
Imunisasi
Resusitasi Neonatus
Pada saat bayi lahir harus dilakukan penilaian awal. Jika pada penilaian didapatkan satu jawaban TIDAK, maka dilakukan LANGKAH AWAL resusitasi, meliputi: 1. Berikan kehangatan dengan menempatkan bayi di bawah pemancar panas. 2. Posisikan kepala bayi sedikit tengadah agar jalan napas terbuka kemudian jika perlu bersihkan jalan napas dengan melakukan pengisapan pada mulut hingga orofaring kemudian hidung. 3. Keringkan bayi dan rangsang taktil, kemudian reposisi kepala agar sedikit tengadah. •
•
•
•
•
Jika ketuban tercampur mekonium lakukan penilaian apakah bayi bugar atau tidak bugar. Tidak bugar ditandai dengan depresi pernapasan dan atau tonus otot kurang baik dan atau frekuensi jantung < 100 kali /menit. Jika bayi bugar, tindakan bersihkan jalan napas sama seperti bayi normal, tetapi jika bayi tidak bugar lakukan pengisapan dari mulut dan trakea terlebih dahulu, kemudian lengkapi dengan LANGKAH AWAL.
•
•
•
•
•
bayi kebutuhan akan resusitasi dapat diantisipasi dengan melihat faktor risiko, a.l.: bayi yang dilahirkan dari ibu yang pernah mengalami kematian janin atau neonatal, ibu dengan penyakit kronik, kehamilan multipara, kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan lama, prolaps tali pusat, kelahiran prematur, ketuban pecah dini, cairan amnion tidak bening.
•
•
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal didapatkan salah satu
•
keadaan berikut:
•
a. Apnu
•
b. Frekuensi jantung < 100 kali/menit
•
c. Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran bebas.
•
•
•
•
Sebelum VTP diberikan pastikan posisi kepala dalam keadaan setengah tengadah. Pilihlah ukuran sungkup. Ukuran 1 untuk bayi berat normal, ukuran 0 untuk bayi berat lahir rendah (BBLR). Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, tidak menekan mata dan tidak
•
menggantung di dagu (lihat gambar).
•
Tekan sungkup dengan jari tangan (lihat gambar). Jika terdengar udara
•
•
•
•
•
•
keluar dari sungkup, perbaiki perlekatan sungkup. Kebocoran yang paling umum adalah antara hidung dan pipi (lihat gambar). VTP menggunakan balon_sungkup diberikan selama 30 detik dengan kecepatan 4060 kali/menit ~ 20-30 kali/30 detik. Pastikanlah bahwa dada bergerak naik turun tidak terlalu tinggi secara simetris. Lakukan penilaian setelah VTP 30 detik
VTP + Kompresi dada • • • • • • • • • • • • • •
Apabila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung < 60 detik maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan ventilasi selama 30 detik dengan kecepatan 3 kompresi : 1 ventilasi selama 2 detik. Kompresi dilakukan dengan dua ibu jari atau jari tengah_telunjuk / tengah_manis. Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakkan jari sepanjang tepi iga terbawah menyusur ke atas sampai mendapatkan sifoid, letakkan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada sedikit di atas sifoid. Berikan topangan pada bagian belakang bayi. Tekan sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada.
Intubasi •
•
•
•
•
•
Intubasi Endotrakea dilakukan pada keadaan berikut: 1. Ketuban tercampur mekonium & bayi tidak bugar 2. Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif 3. Membantu koordinasi VTP & kompresi dada 4. Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung 5. Indikasi lain: sangat prematur & hernia diafragmatika.
• •
• • •
•
• • •
• • • •
Obat-obatan Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir adalah epinefrin dan cairan penambah volume plasma. Epinefrin Indikasi : Setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jantung tetap < 60 kali/menit. Cara pemberian & dosis : o Persiapan: 1 mL cairan 1:10 000 (semprit yang lebih besar diperlukan untuk pemberian melalui pipa endotrakea) o Melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0.1-0.3 mL/kgBB o Melalui pipa endotrakea : 0.3-1.0 mL/kgBB Kecepatan pemberian: secepat mungkin