LAPORAN KASUS PENYAKIT HIV/AIDS
DISUSUN OLEH: Abang Dedi Setiyadi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK 20010/2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR«««««« BAB 1 PENDAHULUAN A. B. C. D.
LATAR BELAKANG««««««««««««««««« TUJUAN PENULISAN«««««««««««««««« RUANG LINGKUP PENULISAN«««««««««««« METODE PENULISAN««««««««««««««««««
SISTEMATIKA PENULISAN«««««««««««««««««. BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian HIV/AIDS«««««««««..6 B. Patofisiologi........................................................6 C. Manifestasi klinik..................... klinik............................. .................. ..................8 ........8 D. Etiologi«««««««««««««««««.9 E. Komplikasi«««««««««««««««10 F. Penatalaksanaan............... Penatalaksanaan......................... .................. .................. ...............11 .....11 G. Pencegahan AIDS«««««««««««..1 AIDS«««««««««««..13 3 BAB IIIPROSES KEPERAWATAN A.
Pengkajian««««««««««««««..15
B.
Diagnose keperawatan««««««««««16
C.
Intervensi«««««««««««««««..18
D.
Evaluasi««««««««««««««««.21
BAB IV PENUTUP PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN Daftar Pustaka
K ATA PE
ANTAR
Assalamualaikum wr.wb Segala Segala puji puji syuku syukurr kehad kehadira iratt Allah Allah SWT yang yang telah telah membe memberika rikan n rahmat, rahmat, kekuat kekuatan, an, dan kesemp kesempatan atan sehing sehingga ga saya dapat dapat menye menyeles lesaikan aikan Lapor Laporan an Kasus Kasus Penyakit HIV/AIDS. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini mengalami beberapa kesul kesulit itan, an, namun namun karena karena bantuan bantuan,, dukung dukungan an serta serta doron dorongan gan dari berbag berbagai ai pihak pihak akhirnya dapat terselesaikan. terselesaikan. Dalam Dalam laporan laporan ini ini saya saya menyad menyadari ari banyak banyak kesal kesalahan ahan dan masih masih jauh jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga laporan ini dapat menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. umumnya. Akhirnya sayahanya bisa berharap agar laporan ini dapat berguna baik bagi saya sebagai penulis pihak-pihak pihak-pihak yang ya ng berkepentingan khususnya. khususnya.
Pontianak, Januari 2011
Abang Dedi Setiyadi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Latar Belakang
MenurutPrice & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Menurut Muma et al (1997) Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) ke protein) pada pada umumnya. Menurut Samsuridjal
Djauzi (2004). AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, ³wasting syndrome´, atau sarkoma kaposi ( pada pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi ( misalnya, TB) (Doengoes, 2000).
B.
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Meningkatakan kemampuan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. 2. Memberi gambaran pelakasanan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS. 3. Agar makalah Agar makalah ini dapat dipergunakan dalam proses dalam proses keperawatan.
C.
Ruang Lingkup Penulisan Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan dengan pasien dengan pasien HIV/AIDS.
D.
Metode penulisan Metode penulisan Metode penulisan yang di gunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggunakan metode studi kepustakaan dan bahan dari internet yaitu degnan mempelajari dan membaca literature yang berhubungan yang berhubungan dengan makalah ini.
E.
Sistematika Penulisan Adapun sistematika dari penulisan dari penulisan makalah ini adalah
BAB II
TINJAUAN TE
RITIS
A. Pengertian 1. HIV MenurutPrice & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Menurut Muma et al (1997) Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya. 2. AIDS Menurut Samsuridjal Djauzi (2004). AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, ³wasting syndrome´, atau sarkoma kaposi ( pada pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi (misalnya, TB) (Doengoes, 2000).
B. Patofisiologi Virus memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4 yang mengatur reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrit, sel langerhans dan sel mikroglia. Setelah mengikat molekul CD4 melalui transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru yang baru terbentuk saling terbentuk saling bergabung bergabung dan masuk ke dalam sel target dan membentuk provirus. membentuk provirus. Provirus dapat menghasilkan protein virus baru, yang bekerja menyerupai pabrik untuk virus-virus baru. Sel target normal akan membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga ikut menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini berarti ini berarti orang tersebut terinfeksi untuk seumur hidupnya. seumur hidupnya. Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV), virus EpsteinBarr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma dalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan pengambil alihan sel T4 mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya neoplasma dan infeksi opportunistik. Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung akan berlangsung terus sepanjang perjalanan sepanjang perjalanan infeksi HIV; tempat primernya adalah jaringan limfoid. Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang tidak sedang menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV/AIDS yang simptomatik dalam simptomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.
Virus HIV menular melalui menular melalui enam cara penularan, cara penularan, yaitu : 1. Hubungan seksualitas dengan pengidap dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan seksual secara vaginal, anal, oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, lendir vagina, penis, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk kedalam aliran darah. 2. Ibu pada Ibu pada bayinya bayinya Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC amerika, prevelansi amerika, prevelansi penularan HIV dari ibu kebayi adalah 0,01% 0,7%. Bila ibu baru ibu baru terinfeksi HIV dan belum dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20%-35%, sebanyak 20%-35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas sudah jelas pada pada ibu kemungkinannya mencapai 50% . 3. Darah dan produk dan produk darah darah yang tercemar HIV/AIDS tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar keseluruh menyebar keseluruh tubuh. 4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril tidak steril Alat pemeriksaan Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang untuk orang lain yang tidak terinfeksi tidak terinfeksi bisa bisa menularkan HIV. 5. Alat-alat untuk menoreh untuk menoreh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum, seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu. 6. Menggunakan jarum Menggunakan jarum suntik secara suntik secara bergantian bergantian Jarum suntik yang suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupin yang digunakan oleh para pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU (injecting drug user) secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan. untuk menularkan.
C. Manifestasi klinik Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupaiflu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah klinik telah membagi beberapa membagi beberapa fase infeksi HIV yaitu : 1. Infeksi HIV Stadium Pertama Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh. 2. Persisten Generalized Limfadenopati Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur oleh jamur kandida kandida di mulut. 3. AIDS Relative Complex (ARC) Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai terjadi berbagai terjadi berbagai jenis jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada timbul pada fase kedua. 4. Full Blown AIDS Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru pneumocytik, paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya meninggal sebelum waktunya.
D. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya dan punya afi nita nit as yang kuat terhadap limfosit T
E. Komplikasi 1. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human
Immunodeficiency
(HIV),
Virus
leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, badan, keletihan dan cacat. 2. Neurologik a. kompleks
dimensia
AIDS
karena
serangan
langsung
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada HIV) pada sel saraf, berefek saraf, berefek perubahan perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. b. Enselophaty
akut,
karena
reaksi
terapeutik,
hipoksia,
hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, demam, paralise, total / parsial. c. Infark serebral Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. d. Neuropatikarena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) 3. Gastrointestinal a. Diare
karena bakteri
dan
virus, pertumbuhan
cepat
flora
normal,
limpoma,dansarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, berat badan, anorksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan siare. 4. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafaspendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. 5. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. 6. Sensorik a. Pandangan
: Sarkoma Kaposi pada Kaposi pada konjungtiva berefek konjungtiva berefek kebutaan kebutaan
b. Pendengaran :
otitis
eksternal
pendengarandengan efek nyeri. efek nyeri.
akut
dan
otitis
media,
kehilangan
F. Penatalaksanaan Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa HIV), bisa dilakukan dengan : 1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi. tidak terinfeksi. 2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi. tidak terlindungi. 3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya. 4. Tidak bertukar bertukar jarum jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya. 5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru bayi baru lahir. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu : a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuanmenghilangkanmengendalikan, dan pemulihan dan pemulihan infeksiopurtunistik,nasokomial, atau sepsis.Tindakan pengendalian sepsis.Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah untuk mencegah kontaminasi bakteri kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi dipertahankan bagi pasien pasien dilingkungan perawatan dilingkungan perawatan kritis. b. Terapi ARV (anti retroviral theraphy) ARV dapat menghentikan replikasi HIV, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi opportunistik. Obat ARV terdiri ats beberapa golongan antara lain 1) nucleoside reverse transcriptase inhibitor ( NRTI), NRTI), obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA, contoh obat golongan ini adalah zidovudine (ZDV), (ZDV), stavudine (d4T), dan lamivudine (3TC). 2) nucleotide reverse transcriptase inhibitor ( NtRTI), yang termasuk golongan ini adalah tenofovir ( tenofovir (TDF).
3) protease inhibitor ( inhibitor (PI) menghalangi kerja enzim protease enzim protease yang yang berfungsi yang berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk benar untuk memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah Indinavir (IDV), nelvinavir ( NFV), NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan loponavir/ritonavir (LPV/r). 4) Fusion inhibitor, yang termasuk obat termasuk obat golongan ini adalah enfuvirtide (T-20). B Nama obate
Jenis obat
kali/hari
d4Tr
RTI
Kapsul :30 mg, 40 2 X/hari
Dapat
mg
dengan/tanpa makan
3TC
Sediaan
Berapa
150
mg,
Dapat
larutan oral 10 mg NRTI
diminum
2 X/hari
RTI Tablet
DDI
Dengan/tanpa makan
Tablet kunyah 100 mg
diminum
dengan/tanpa makan 2 X/ hari
Dapat
diminum
dengan/
tanpa makan
c. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat maka perawat unit khusus perawatan khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian dan penelitian untuk menunjang untuk menunjang pemahaman pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. d. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Pencegahan AIDS
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk pencegahan penularan HIV/AIDS. Langkah pertama Langkah pertama adalah mempelajari dan mengetahui fakta tentang AIDS yang benar. yang benar. Semakin banyak Semakin banyak yang yang Anda ketahui tentang AIDS, semakin kecil resiko Anda untuk ketularan. untuk ketularan. Yang terpenting adalah melakukan perilaku melakukan perilaku bertanggungjawab. 1. Pencegahan AIDS melalui SEKS: Tidak melakukan Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Untuk yang Untuk yang sudah aktif secara seksual, Anda dapat mengurangi resiko dengan: hanya melakukan hubungan seks dengan mitra tunggal menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks mengobati penyakit kelamin jika ada. Perlu dipertimbangkan apakah perilaku apakah perilaku kita telah sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat yang ada. 2. Pencegahan AIDS melalui DARAH Hanya menerima tranfusi darah yang bebas HIV. Dalam situasi darurat, memilih donor darah yang sudah Anda kenal dan mempunyai resiko HIV yang cukup rendah. Pastikan bahwa Pastikan bahwa jarum yang akan kamu pakai sudah steril:gunakanlah jarum steril:gunakanlah jarum suntik yang baru, atau,lakukan sterilisasi dengan membersihkanjarum menggunakan alkohol atau pemutih.Untuk perempuan pemutih.Untuk perempuan yang mengidap HIV, sebaiknya mempertimbangkan resiko HIV pada HIV pada bayi bayi sebelum hamil.
BAB III
PROSES K EPERAWATAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASEIN
DENGAN
ACQUARED
IMMUNODEFISIENCY IMMUNODEFISIENC Y SY NDROM (AIDS) A. PENGKAJIAN 1.Aktifitas /istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif yang progresif
Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas
2.Sirkulasi
Proses penyembuhan Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lambat, perdarahan lama bila lama bila cedera
takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun, pengisian kapiler memanjang kapiler memanjang
3.Integritas ego
Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan dgn org lain, pengahsilan lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu
Menguatirkan penampilan: Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat menurunnya berat badan badan
Merasa tdk berdaya, putus berdaya, putus asa, rsa bersalah, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan depresi
Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata kurang
4.Eliminasi.
Diare, nyeri pinggul, nyeri pinggul, rasa terbakar saat terbakar saat berkemih berkemih
Faeces encer disertai encer disertai mucus atau darah
Nyerio tekan abdominal, lesi pada lesi pada rectal, perubahan rectal, perubahan dlm jumlah dlm jumlah warna urin.
5.Makanan/cairan :
Tidak ada Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
Penurunan BB yang cepat
Bising usus yang hiperaktif
Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mucosa mulut
Adanya gigi yang tanggal. Edema
6.Hygiene Tidak dapat Tidak dapat menyelesaikan ADL, memeperlihatkan penampilan memeperlihatkan penampilan yang tidak rapi. tidak rapi. 7.Neurosensorik
Pusing,sakit kepala.
Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
Kelemahanotot, tremor, penurunan tremor, penurunan visus.
Bebal,kesemutan pada Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
Gayaberjalan ataksia.
8.Nyeri/kenyamanan
Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada pada kaki.
Sakit kepala, nyeri dada pleuritis. dada pleuritis.
Pembengkakan pada Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan tekan, penurunan ROM, pincang. ROM, pincang.
9.Pernapasan Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,sesak batuk produktif/non,sesak pada dada, takipnou, bunyi takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning. 10.Keamanan
Riwayat jatuh, Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, terbakar, pingsan, lauka lambat proses lambat proses penyembuhan penyembuhan
Demam berulang Demam berulang
11.Seksualitas Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang tidak konsisten, tidak konsisten, lesi pd lesi pd genitalia, keputihan. 12.Interaksi social Isolasi, kesepian,, perubahan kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir tdk terorganisir
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif tidak efektif b/d penurunan b/d penurunan ekspansi paru, ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan otot pernafasan 2. Defisit volume cairan tubuh b/d tubuh b/d diare berat, diare berat, status hipermetabolik. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik. 4. perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab lesi penyebab patogen patogen 5. Resiko terjadinya infeksi b/d infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir tdk terorganisir 6. Berduka disfungsional berhubungan dengan kematian atau perubahan gaya hidup yang segera terjadi, kehilangan fungsi tubuh perubahan penampilan, dan ditinggal mati oleh orang yang berarti. yang berarti.
C. INTERVENSI Dx. 1.Pola nafas tidak efektif tidak efektif b/d penurunan b/d penurunan ekspansi paru, ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan. otot pernafasan. Tujuan: klien akan mmempertahankan pola mmempertahankan pola nafas yang efektif Tindakan: 1. auskultasi bunyi auskultasi bunyi nafas tambahan R/ bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan sekresi. 2. catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan penggunaan otot asesoris. 3. berikan posisi berikan posisi semi fowler 4. lakukan section bila section bila terjadi retensi sekresi jalan sekresi jalan nafas 5. Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, bunyi nafas, batuk nafas, batuk dan dan karakterostik sputum. karakterostik sputum.
Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d tubuh b/d diare berat, diare berat, status hipermetabolik. Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat Tindakan : 1. Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP termasuk CVP bila bila terpasang. R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi. 2. Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan. R/ Suhu badan Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme. 3. Kaji turgor kulit, turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus. R/ Indikator tanda-tanda Indikator tanda-tanda dehidrasi. 4. Timbang BB setiap hari R/ penurunan R/ penurunan BB menunjukkan pengurangan menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.
5. Catat pemasukan Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr. R/
Mempertahankan
keseimbangan,
mengurangi
rasa
hausdan
melembabkan
membrane mucosa.
Dx 3.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik. Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan menunjukkan peningkatan BB ideal. Tindakan: 1. auskultasi bising usus karena Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan tingkat penyerapan usus. 2. timbang BB setiap hari BB sebagai indicator kebutuhan indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat 3. hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan. yang berlebihan. 4. berikan perawatan berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur yang mengandung alcohol. R/ Pengeringan mucosa, lesi pada lesi pada mulut dan bau dan bau mulut akan menurunkan nafsu makan. 5. Berikan makanan yang mudah dicerna dan tdk merangsangPeningkatan tdk merangsangPeningkatan peristaltic peristaltic menyebabkan penyerapan menyebabkan penyerapan cairanpd dinding usus akan kurang. 6. rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat. Barikan makan sesuai keinginannya ( bila bila tdk ada tdk ada kontraindidkasi) 7. sajikan makanan yang hangat dan berikan dan berikan dalam volume sedikit 8. dorong klien untuk duduk untuk duduk saat saat makan. 9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian tentang pemberian makanan R/ menyediakan diet erdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat 10. Kolaborasi berikan Kolaborasi berikan NPT NPT (hiperalimentasi/intralipid) sesuai petujuk sesuai petujuk R/ kadang-kadang nutrisi parenteral diperlukan apabila pemberian makanan melalui oral tidak mungkin tidak mungkin dilakukan 11. Berikan obat-obatan sesuai petujuk sesuai petujuk misalnya misalnya suplemen vitamin R/ kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan atau kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam sistem gastrointestinal.
Dx 4. perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab lesi penyebab patogen. patogen. Tujuan: untuk memperbaiki untuk memperbaiki atau mempertahankan keutuhan mukosa oral Tindakan: 1. Kaji membran mukosa/ catat seluruh lesi oral. Perthatikan keluhan myeri, bengkak dan bengkak dan sulit mengunyah atau menelan. 2. Berikan peawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir. 3. Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida hidrogen peroksida 4. Dorong pemasukan Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari R/ mempertahankan dehidrasi, mencegah pengeringan mencegah pengeringan rongga mulut. 5. Dorong pasien Dorong pasien untuk tidak untuk tidak merokok merokok R/ rokok akan rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa
Dx 5: Resiko terjadinya infeksi b/d infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir tdk terorganisir Tujuan : Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada tdk ada demam, sekresi tdk purulent) Tindakan : 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn kontak dgn pasien pasien R/. Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur melalui prosedur yang yang dilakukan 2. Ciptakan lingkungan yang bersih yang bersih dan ventilasi yang cukup R/. Lingkungan yang kotor akan kotor akan mneingkatkan pertumbuhan mneingkatkan pertumbuhan kuman pathogen kuman pathogen 3. Informasikan perlunya Informasikan perlunya tindakan isolasi
R/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung kontak langsung dgn kuman pathogen kuman pathogen 4. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu termasuk suhu badan. badan. R/. Peningkatan suhu badan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder. 5. Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna 6. bersihkan kuku setiap hari R/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka 7. Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi R/ Panas kemerahan pembengkakan kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi 8. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri. R/ Tindakan prosuder Tindakan prosuder dapat dapat menyebabkan perlukaan menyebabkan perlukaan pada pada permukaan permukaan kulit.
Dx 6. Berduka disfungsional berhubungan dengan kematian atau perubahan atau perubahan gaya hidup yang segera terjadi, kehilangan fungsi tubuh perubahan penampilan, dan ditinggal mati oleh orang yang berarti. yang berarti. Tujuan: memahami maasalah HIV AIDS pada AIDS pada keluarganya. Tindakan: 1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan untuk mengungkapkan perasaan. perasaan. 2. Menegaskan tentang pentingnya tentang pentingnya pasien pasien bagi bagi orang lain. 3. Mendorong agar pasien pasien mengungkapkan perasaan mengungkapkan perasaan negatif. 4. Memberikan unpan balik unpan balik terhadap terhadap perilakunya. perilakunya. 5. Memberikan rasa percaya rasa percaya dan keyakinan 6. Memberikan informasi yang diperlukan 7. Memberi dukungan moral, material (khusunya keluarga) dan spritual
8. Menghargai penilaian Menghargai penilaian individu yang cocok terhadap cocok terhadap kejadian
D. EVALUASI 1.Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada tdk ada demam, sekresi tdk purulent) 2.Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat 3.Klien akan menunjukkan peningkatan menunjukkan peningkatan BB ideal. 4.Klien akan mmempertahankan pola mmempertahankan pola nafas yang efektif.
BAB IV PENUTUP
A.
KESIMPULAN HIV MenurutPrice & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). AIDS Menurut Samsuridjal Djauzi (2004). AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif antibodi positif terhadap terhadap HIV. AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T
B.
SARAN Buat Para remaja jangan mudah terpengaruh dengan zaman sekarang karena kita harus jaga-jaga terhadap lingkungan ini. Jangan pernah mencoba nikmatnya dunia terutama pergaulan terutama pergaulan bebas. bebas.