1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mengapa terdapat relief alam berupa gunung, bukit, lereng dan lain sebagainya? Semua dikarenakan adanya tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme, dan seisme atau gempa bumi. Memang kita mengakui bahwa dampak dari gejala vulkanisme adalah Gempa Bumi yang dapat ditimbulkanya dapat merusak bangunan. Awan panas dan lava pijar dari gunung berapi (Gunung berapi berapi atau gunung atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran saluran fluida panas fluida panas batuan dalam wujud cair atau lava atau lava yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km 10 km di bawah permukaan bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat sa at meletus). dapat menyebabkan men yebabkan kebakaran hutan, matinya hewan ternak dan bahkan tebaran abu yang sangat tebal dan meluas dapat merusak kesehatan dan mengotori sarana yang ada. Akibat gejala vulkanisme sehingga esensi dari sifat membangun tenaga endogen untuk kehidupan terus terjadi, karena itu sudah gejala alam untuk menyeimbangankan energi bumi yang bersifat membangun bagi kehidupan dan bumi itu sendiri.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah : 1. Dapat menambah pengetahuan tentang gunung berapi. 2. Dapat mengetahui bagaimana pembentukkan Gunung Api. 3. Dapat mengetahui lebih dalam tentang gejala-gejala dari gunung merapi.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Gunung Api
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Purwodadi, Jawa Tengah. Masyarakat sekitar menyebut fenomena di Kuwu tersebut dengan istilah Bledug Kuwu. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
3
*Aliran lava.
*Abu.
*Gelombang tsunami
*Letusan gunung berapi.
*Kebakaran hutan.
*Gempa bumi
*Aliran lumpur.
*Gas beracun
2.2
Gunung Api Berdasarkan Bentuknya a.
Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
b.
Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
c.
Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
d.
Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
4
2.3
Tipe Letusan (Erupsi) Gunung Api
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi: a. Tipe Hawaiian
Yaitu jenis erupsi eksplosif dari magma bersifat basalt, umumnya merupakan semburan lava pijar dan sering diikuti leleran lava secara berkesinambungan tejadi pada celah dan kepundan yang relatif kecil. Contoh: Mount Kilauea, Maona Loa.
b. Tipe Strombolian
Erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api sering aktif di tepi benua atau di tengah benua. Contoh: Gunung Raung.
c. Tipe Plinian
Yaitu tipe erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batu apung dalam jumlah besar.
d. Tipe Sub Plinian
Yaitu erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrite.
e. Tipe Ultra Plinian
Yaitu erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batu apung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa.
5
f.
Tipe Vulkanian
Yaitu erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
g. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian
kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Letusan-letusan gunung berapi kemudian dapat juga dikelompokkan berdasarkan tipe lavanya, yaitu seperti dibawah ini:
6
2.4
Proses Pembentukan Gunung api
Gunung api terbentuk akibat pergerakan lempeng yang menimbulkan empat busur gunung api berbeda sebagai berikut: Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak
benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua. Kerak
benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan te rsebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. Penipisan
kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunung api perisai.
Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunung api terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll.
2.5
Bahaya Gunung Api
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. a) Bahaya Primer
Leleran lava Merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin
7
jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 8000C – 12000C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunung api, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
Aliran piroklastik (awan panas) Dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 - 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.
Jatuhan piroklastik Terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan. Hujan abu dapat merusak tanaman, merobohkan rumah, mengganggu pernafasan dan membahayakan jalur penerbangan pesawat.
8
Lahar letusan Terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
Gas vulkanik beracun Gas beracun umumnya muncul pada gunung api aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.
b) Bahaya Sekunder
Lahar Hujan Terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunung api yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.
Banjir Bandang Terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunung api karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
Longsoran Vulkanik Dapat terjadi akibat letusan gunung api, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunung api sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempa bumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi
9
di gunung api secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat Longsoran vulkanik.
2.6
Manfaat Gunung Api Bagi Manusia
Sebagai tempat wisata Gunung api mampu menyuguhkan kepada kita keadaan alam yang unik. Topografinya yang menjulang memberikan kepada kita pemandangan yang luas didaerah sekitarnya. Contohnya Gunung Bromo, Matahari terbit disini amat menakjubkan karena dapat dipandang lepas dari ketinggian, lalu dipuncak gunung api kita bisa menyaksikan alam yang gersang, berbatu - batu, alam yang keras. Sangat berbeda dengan pemandangan yang lembut, yang terdapat di sekitarnya. Dikaki dan lereng gunung api lubang kawah yang menganga yang ditingkahi dengan letupan - letupan yang tak kenal henti membuat setiap insan bergetar, bau belerang yang menyeruak kesegaran hawa pegunungan akan memberikan kenangan tersendiri kepada setiap pendaki atau wisatawan.
Sebagai Tempat Petualangan Menjelajahi gunung api memang banyak resiko batuan yang tajam terkadang dapat merenggut nyawa dan itulah tantangan bagi pendakian gunung api. Petualangan digunung api di Indonesia masih memerlukan pengembangan karena masih sering terdengar pemuda pemuda kita yang tersesat dalam petualangan menjelajahi gunung api antara lain Gunung Gede - Pangrango, Gunung Salak, Gunung Semeru, Gunung Ceremai atau Gunung Slamet seringkali menjadi berita karena telah menelan korban. Gunung api memang bisa buas bila kita tidak siap berkawan dengannya, bukan saja pengetahuan dan kemampuan fisik yang cukup, tetapi juga lapangannya disiapkan termasuk kebutuhankebutuhan berpetualang di gunung api.
10
Sebagai pengobatan dan tempat peninggalan sejarah Air panas acapkali terdapat disekitar gunung api, oleh karena panas gunung api merambat kedalam air tanah. Dalam perjalannya ke permukaan air yang panas tersebut melarutkan berbagai mineral yang berguna untuk kesehatan. Air panas yang keluar dapat dipergunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit antara lain koreng sampai kolesterol, tetapi sebelum berendam di air panas gunung api harus tetap waspada akan kandungan racun yang ada.
2.7
Gunung Api di Indonesia
Gunung api di Indonesia merupakan bagian dari Busur Sunda yang membentang sepanjang hampir 3000 km dari ujung utara Sumatera sampai Laut Banda. Kebanyakan gunungapi tersebut merupakan produk subduksi lempeng India-Australia di bawah lempeng Eropa-Asia. Indonesia memiliki gunung api yang aktif sejak tahun 1600 paling banyak (sekitar 76 gunung api) dengan jumlah aktivitas erupsi sekitar 1200-an. Jika jumlah tersebut digabung dengan jumlah erupsi di Jepang (sekitar 1300-an) maka hal tersebut merupakan sepertiga dari seluruh aktivitas erupsi/letusan. Berdasarkan ada/tidaknya aktivitas erupsi sejak tahun 1600, maka klasifikasi gunung berapi di Indonesia adalah sebagai berikut: Tipe A
Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurangkurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Tipe B
Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. Tipe C
Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
11
Gunung api yang akan meletus biasanya memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut: a) Suhu di sekitar gunung naik. b) Mata air menjadi kering. c) Sering mengeluarkan suara gemuruh dan kadang-kadang disertai getaran (gempa). d) Tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Adapun beberapa tingkat bahaya gunung api di Indonesia yaitu: Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia Status
Makna
AWAS
Menandakan guung berapi yang segera
Wilayah yang terancam
atau sedang meletus atau ada keadaan
bahaya
kritis yang menimbulkan bencana .
direkomendasikan
Letusan pembukaan dimulai dengan
untuk dikosongkan.
abu dan asap.
Tindakan
Letusan berpeluang terjadi dalam
Koordinasi dilakukan secara harian.
waktu 24 jam.
Piket penuh.
Menandakan gunung berapi yang
Sosialisasi di wilayah
sedang bergerak kea rah letusan atau menimbulkan bencana.
terancam.
Penyiapan sarana
Peningkatan intensif kegiatan seismic.
Semua data menunjukkan bahwa
Koordinasi harian.
aktivitas dapat segera berlanjut ke
Piket penuh.
SIAGA
letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana.
Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu.
darurat.
12
WASPADA
Ada aktivitas apapun bentuknya.
Terdapat kenaikan aktivitas diatas level
Penilaian bahaya.
normal.
Pengecekan sarana.
Peningkatan aktivitas seismik dan
Pelaksanaan piket
kejadian vulkanis lainnya.
Penyuluhan/sosialisasi.
terbatas.
Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal.
NORMAL
2.8
Tidak ada gejala aktivitas tekanan
Pengamatan rutin.
magma.
Survei dan
Level aktivitas dasar.
penyelidikan.
Penyebaran Gunung Berapi di Indonesia
Jumlah gunung api aktif
= 129 bh
Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 th terahkir = 70 bh
2.9
Luas daerah yang terancam
= 16.670 km
Jumlah jiwa yang terancam
= 5.000.000 orang
Sumatra
= 30 buah
Jawa
= 35 buah
Bali dan Nusa Tenggara
= 30 buah
Maluku
= 16 buah
Sulawesi
= 18 buah
Jumlah
= 129 buah
Penganggulangan
dan
Pertolongan
pertama
yang
diberikan
pemerintah
Dalam menanggulangi bencana gunung merapi, pemerintah menempatkan tingkatan-tingkatan aktifitas gunung yang dibagi dalam 4 tingkat. Diantaranya:
13
a) Aktif Normal (Level I) Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan. b) Waspada (Level II) Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya. c) Siaga (Level III) Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan. d) Awas (Level IV) Menjelang
letusan
utama,
letusan
awal
mulai
terjadi
berupa
abu/asap.Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama . Sedangkan upaya yang di lakukan pemerintah setelah terjadi bencana gunung meletus adalah sebagai berikut :
2.10
Menjauhkan para korban dari tempat bencana
Mendirikan posko pengungsian bagi masyarakat yang terkena bencana
Mendirikan dapur umum darurat / penyedian bahan makanan
Menyediakan posko kesehatan
Konseling Untuk Korban Bencana Gunung Merapi
Selain pertolongan pertama, pemerintah pun mengupayakan pemulihan mental para korban, Salah satunya dengan cara konseling yang diberikan oleh para konselor baik itu yang ditinjuk langsung oleh pemerintah, maupun para sukarelawan. Upaya konseling terhadap korban bencana selayaknya diberikan. Para korban memerlukan bantuan mengatasi perasaan kehilangan orang yang dicintai. Mereka butuh menata masa depan yang tak menentu akibat lingkungan baru. Banyak orang yang kehilangan, dan hancur semangatnya ketika orang dekat
14
mereka meninggal. Upaya konseling singkat berfokus pada solusi menjadi alternative menolong orang-orang yang cemas dan penuh rasa takut ditengah bencana. Bagaimana bentuk konseling
15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gunung merapi yaitu tempat-tempat di bumi di mana batuan cair dan panas menyembur melalui permukaannya. Tempat-tempat ini disebut gunungapi. Di bawah gunung api terdapat ruang raksasa yang dipenuhi batuan panas (cair), yang disebut ruang magma. Di dalam ruang magma tekanan bertambah seperti tekanan dalam kaleng minuman bersoda yang digoncang-goncang. Abu, uap panas, dan batuan cair yang disebut lava keluar dari puncak gunung api inilah yang disebut letusan Dari penjelasan yang telah disanpaikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya bencana alam yang terjadi dapat merugikan banyak pihak. Selain itu, bencana yang terjadi pun bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Tapi menjadi tanggung jawab semua pihak. Dan konseling untuk para korban bencana sangat dibutuhkan untuk memulihkan trauma yang terkena dampak letusan gunung merapi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Evendy, R. 2013. Makalah Gunung Berapi di Indonesia. ( pendiks.blogspot. com/2013/05/makalah-gunung-berapi-di-indonesia.html ., diakses 18 November 2013) Goeslow, R. 2012. Pengertian Gunung Api. ( rolandgoeslaw.wordpress.com/ 2012/04/05/pengertian-gunung-api/ ., diakses 18 Novemver 2013) Habib, M. 2013. Jenis Gunung Berapi Berdasarkan Bentuknya. (volcanoblogs.blog spot.com/2013/02/jenis-gunung-berapi-berdasarkan.html ., diakses 18 November 2013) Lusdiana, H. 2012. Makalah Mitigasi Bencana (Gunung Api). (herdilusdianaspd. blogspot.com/2012/03/makalah-mitigasi-bencana-gunung-api.html ., diakses 18 November 2013) Priyanti, Anna., dkk. 2012. Gunung Berapi. ( pendidikanipa.wordpress.com/2012/ 06/10/gunung-berapi/ ., diakses 18 November 2013)