MENGEKSPLORASI TEKS AKADEMIK DALAM GENRE MAKRO
A. Membangun Teks Akademik secara Bersama-sa ma ali dan Mengevaluasi Le bih Jauh Ciri-ciri Teks Akademik 1. Menggali dan Teks-teks ak ademik yang di pi pilih untuk pembahasan pembahasan pada buku ini adalah ulasan buku, proposal, laporan, dan ar tikel ilmiah Meskipun setiap setiap genre makro itu mempunyai ciri-ciri khusus, secara umum teks akademik dalam berbagai genre makro mempunyai ciri-ciri yang sama. Pada bagian ini, secara bersama-sama bersam a-sama Anda An da akan menggali men ggali sekaligus sek aligus mengevalua me ngevaluasi si lebih jauh lagi la gi ciri-c iri itu, serta menyajikan menya jikan teks akademik dalam berbagai berbagai genre makro dan membangun argumen yang terbentuk terbentuk di dalam masing jauh lagi dapat anda cermati poin-poin yang disajikan pada Tabel 1.2 masing genre tersebut. Cir i-cir i lebih ja beserta pembahasan yang menyertai m enyertai selanjutnya. Tabel 1. Perbedaan antara teks akademik dan nonakademik Teks akademik (tulis, ilmiah)
Teks nonakademik (lisan, nonilmiah)
1
sederhana sederhana dalam hal struktur kalimat; kalimat;
1
rumit dalam struktur kalimat;
2
padat informasi;
2
cenderung tidak padat informasi;
3
padat akan kata-kata kata-kata leksikal; leksikal;
3
padat akan kata-kata struktural;
4
banyak memanfaatkan nominalisasi;
4
5
banyak memanfaatkan metafora gramatika, dan karenanya banyak mengandung ungkapan yang in- kongruen;
5
cenderung sedikit memanfaatkan nominalisasi; cenderung sedikit memanfaatkan metafora gramatika, dan karenanya tidak banyak mengandung ungkapan yang inkongruen;
6
banyak memanfaatkan istilah teknis;
6
7
bersifat taksonomik dan abstrak;
7
8
banyak memanfaatkan sistem pengacuan esfora;
8
tidak menunjukkan pengacuan esfora sebagai ciri penting;
9
banyak memanfaatkan proses relasional identifikatif untuk membuat definisi atau identifikasi dan proses relasional atributif untuk membuat deskripsi;
9
tidak menonjol pada salah satu jenis proses;
cenderung sedikit memanfaatkan istilah teknis; lebih konkret dan cenderung tidak bersifat taksonomik;
10
bersifat monologis, dan untuk itu, lebih 10 banyak mendayagunakan jenis kalimat indikatif-deklaratif;
bersifat dialogis, dan untuk itu, mendayagunakan jenis kalimat yang lebih bervariasi;
11
memanfaatkan bentuk pasif untuk 11 memberikan tekanan kepada pokok persoalan yang dikemukakan, bukan kepada pelaku; dan akibatnya, teks akademik menjadi objektif, bukan subjektif; seharusnya tidak mengandung kalimat 12 minor;
memberikan tekanan kepada pelaku dalam peristiwa dialog; sehingga pelaku peristiwa yang menjadi lebih penting tersebut menimbulkan sifat subjektif.
12
sering mengandung kalimat minor;
13
seharusnya tidak mengandung kalimat takgramatikal; takgramatikal;
14
biasanya mengambil genre faktual, 14 seperti deskripsi, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi, bukan penceritaan fiktif.
13
sering mengandung kalimat takgramatikal;
mengambil genre yang lebih bervariasi dan dapat faktual atau fiksional.
Ciri-ciri yang dapat membedakan membedakan teks akademik dan nonakademik nonakademik tersebut tidak lain adalah ciri-ciri leksikogramatika – kata-kata kata-kata dalam susunan beserta makna yang dihasilkan – yang yang ada di tingkat leksis (kata), kalimat, dan wacana. Ciri-ciri itu terlihat antara lain dari pemilihan leksis, kelompok kata, kompleksitas kalimat, dan struktur teks. Pada subbab ini, pembahasan dipusatkan dipusat kan pada persamaan dan perbedaan perbedaan yang tecermin dari ciri-ciri ciri-ciri keilmiahan keilmiahan teks-teks tersebut dalam mengungkapkan mengungkapkan makna metafungsional yang meliputi makna ideasional, interpersonal, dan tekstual. Perlu Anda catat bahwa ciri yang yang satu sering sering berkaitan dengan ciri yang yang lain. Hal Hal itu tidak dianggap sebagai sesuatu yang tumpang tindih, tetapi sesuatu yang saling melengkapi. Dengan demikian, satu bukti dapat digunakan untuk menjelaskan lebih dari satu ciri.
a. Teks Ak ademik Bersif at Sederhana dalam Struktur K alimat Kesederhanaan teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang sederhana melalui penggunaan kalimat simpleks. simpleks. Perbedaan Perbedaan antara kalimat simpleks simpleks dan kalimat kompleks kompleks tidak diukur diukur dari panjang panjang pendeknya, tetapi dari jumlah aksi atau peristiwa yang dikandung. Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya mengandung satu aksi atau peristiwa, sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat yang mengandung lebih dari satu aksi atau peristiwa dan dapat dinyatakan dengan hubungan parataktik atau hipotaktik. Betapa pun panjang sebuah kal kalimat sim pl pleks, seper ti ter lihat pada Contoh (1.1), secara struktural kal kalimat tersebut hanya tersusun tersusun dar i tiga unsur secara linier , yaitu unsur subjek (dicetak tebal), tebal), unsur predikator (digar isbawahi), dan unsur pelengkap pelengkap dan atau keterangan (dicetak mir ing) (1.1)
Stu di ini mengu ji ngu ji keterka keterkaitan [antara usia dan kinerja manager] . (Teks Ekon omi om i, Su pr iy ono , 2006)
K esederha esederhanaan aan struktur pada k alimat simpleks tersebut mendukung cir i keilmiahan keilmiahan teks enyataan ak ademik. K eny aan tentang penggunaan kal kalimat simpleks yang lebih banyak dar pa i da kalimat kompleks secara ideasional menun jukk an logika kesederhanaan. Hal yang mem bua buat kal kalimat simpleks masi Namun kadang-kadang panjang, sehingga terkesan tidak seder hana, adalah pemadatan infor ma demikian, kenyataan kenyataan tersebut tidak berarti bahwa pada teks-teks teks-teks akademik kalimat kompleks kompleks tidak digunakan. Pada teks-teks teks-teks tersebut, jenis kalimat kalimat kompleks kompleks tertentu tertentu tetap digunakan. Ternyata Ternyata jenis jenis kalimat kalimat kompleks yang cenderung cenderung dipilih dipilih adalah kalimat kompleks yang berhubungan secara hipotaktik (dengan konjungsi seperti apabila, apabila, karena, karena, dan ketika), ketika), bukan kalimat kalimat kompleks yang berhubungan secara secara parataktik (dengan konjungsi konjung si seperti dan, kemudian, dan lalu). Secara logikosemantik, logikoseman tik, kalimat kompleks hipotaktik yang demikian itu menunjukkan nilai logis dalam hal persyaratan (untuk konjungsi apabila), sebab-akibat (untuk konjungsi konjung si karena), dan sebab-akibat dan atau urutan peristiwa (untuk konjungsi ketika). Di pihak lain, kalimat kompleks parataktik – sebagaimana sebagaimana terlihat pada konjungsi yang digunakan – berfungsi sebagai ekstensi informasi yang lazim dijumpai dijumpai pada gaya nonakademik-lisan. nonakademik-lisan. Buku itu ditulis oleh ilmuwan terkenal terkenal dan digunakan di banyak universitas di dunia adalah contoh kalimat kompleks parataktik, dan Buku itu menjadi buku wajib wajib di banyak banyak universita universitas, s, karena buku itu memuat teori-teori teori-teori mutakhir mutakhir adalah contoh kalimat kompleks hipotaktik.
b. Teks Ak ademik Padat Padat Inf orma ormasi Yang dimaksud padat pada teks ak ademik adalah padat akan infor masi dan padat akan kata-kata leksikal. Pemadatan infor masi yang lain hanya ter ja jadi pada unsur subjek ur subjek atau pelengkap sa ja ja. Secara berturut-turut berturut-turut Contoh (1.2) dan Contoh (1.3) menun jukk an pemadatan infor masi (dicetak tebal) yang berupa kalimat sematan untuk memperluas kelompok nomina pada nomina pada unsur su unsur sub b jek dan pelengkap dan pelengkap.. berupa Contoh (1.4) dan Contoh (1.5) menun ju jukk an pemadatan infor masi (dicetak tebal) yang berupa kelompok adverbia untuk memperluas kelompok nomina pada unsur subjek dan pelengkap. pelengkap.
(1.2) Jadi genotipe klon karet PB 260 ialah AaBB [[yang bersifat tahan terhadap PGDC]]. (Teks Biologi, Har tana tana & Sinaga, 2004) 2004) ontoh k an an dalam studi ini]] adalah k om omitmen organisas i (1.3) Var ia be bel perantara [[yang dicontoh 2006) dan par tis tis pas ipasi penganggaran. (Teks Ekonomi, Su pr iyono, 2006) (1.4) Secara teoretis, pe an sumbangan [ dalam memperkaya penelitian ini dapat mem be ber ik an khasanah k eilmuan muan [mengenai tenaga k er ja wanita] ] . (Tek s Sosial, Wahyuningsih & 2004) Poerwanto, 2004) as i lintas budaya] . (Teks omunik as onse p makna akan mengawali (1.5) K onse ali uraian [tentang k omun 2004) Bahasa, Ber atha, 2004) Pada sisi nominalisasi, pemadatan pemadatan infor masi ter ja jadi di tingk at leksis. Seper ti akan dibahas pada Poin 1.4, nomina lisasi adalah upaya pembendaan dar i, misalnya, pr oses (verba), kondisi (adjektiva), sirkumstansi (adverbia), dan logika (konjungsi). konjungsi). Buk ti bahwa nominalisasi berdampak pada pemadatan infor masi dapat ditunjukkan dengan ilustr asi sebagai ber ikut. K ata komunikasi atau interaksi pada interaksi pada Teks Bahasa (Beratha, 2004) sesungguhnya merupakan pemadatan da dar i ser angk aian pr oses tentang akti ktivitas seseorang (orang pertama) yang y ang sedang berbicara b erbicara kepada or ang lain (orang kedua), dan orang kedua tersebut mendengarkan sambil member ikan ikan tanggapan, sehingga orang pertama yang sebelumnya berperan sebagai penutur kemudian berperan sebagai pendengar yang juga akan mem ber ikan tangga ngga pa pan untuk didengarkan kem bali oleh orang kedua . A pa bila proses tersebut diungkapkan dengan kal kalimat, akan dibutuhkan dibutuh kan sejumlah kalimat, tetapi sejumlah kal kalimat tersebut dapat diungkapkan dengan hanya satu kata, komunikasi atau interaksi. interaksi. “
”
Pemadatan infor masi melalui nominalisasi seper ti i tu ser ing mer upak upak an pengungkapan leksis secara uen yang meli ibatkan metafora gr amatika, yang akan dibahas pada Poin 1.5. Selain itu, inkongr uen el ba nominalisasi juga relevan dengan penamaan aan substansi benda mela elalui penggunaan istil stilah teknis, yang akan dibahas pada Poin 1.6.
c. Teks Ak ademik Padat Padat Kata L ek sik a K epa epadatan leksikal dapat dapat dijelaskan sebagai ber ikut. Teks akademik lebih bany ak mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, dar pa i da kata nomina, verbaverba- predikator predikator , adjektiva, adjektiva, dan adverbia tertentu) da struktural (konjungsi, kata sandang , preposisi, dan sebagainya). Pada Contoh (1.6) sam pai dengan Contoh (1.9), kata-kata yang dicetak dicetak tebal adalah adalah kata-kata struktural dan kata-kata kata-kata yang tidak dicetak dicetak tebal adalah kata- kata leksikal. Halli lliday (1985 b:61; 1993 b:76; 1998:207) menyatakan bahwa semakin kin ilmiah suatu teks, semakin besar pula kandungan kata-kata leksikalnya. Semua teks ak ademik yang yang dikuti kut p ip sebagai contoh di bawah ini memilik i leksis yang pa padat. an oleh dua (1.6) K esim pul al ik an pulan bahwa sifat ketahanan ketahanan tanaman karet terhadap PGDC dik endali pasang gen utama mematahkan mematahkan dug aan sebelumnya yang menyebutkan bahwa sifat tersebut dik endali ologi, Hartana & Sinaga, 2004) alik an an secara poligenik . (Teks Biologi, 2004) untuk men jawab pertanyaan mengenai hubungan usia dan k iner ja manajer (1.7) Dasar teor i untuk me beserta var iabel perantaranya, yaitu k om omitmen organisasi dan p ar tisi tisi pas pasi penganggaran
ologi, psik ol ologi sosial, antropologi, ilmu pada dasarnya berakar pada teor i: psik psik ologi, sosiologi, 2006) politik , ek on onomi, dan akuntansi k e pe per ilakuan. (Teks Ekonomi, Su pr iyono, 2006) (1.8) Salah satu faktor, yang menyebabkan naiknya jumlah tenaga k er ja wanita dalam memasu asuk i lapangan k er ja, adalah muncul dan berkembangnya sektor industr i, jasa dan perdagangan yang merupakan peluang bagi tenaga k er ja wanita untuk memasu asuk i ang sektor publ publik , terutama sektor industr i yang masih berpusat pada sektor-sektor yang 2004) ta. (Teks Sosial, Wahyuningsih & Poerwanto, 2004) diangga p sebagai sektor wanita. omunik as atny a pemahaman terhadap (1.9) K aj ajian k om asi lintas budaya mengharapkan mengharapkan juga ter dapatny konsep metabahasa sebagai sebuah sistem univ er sal sal yang digunakan untuk mem bandingkan kaidah budaya pada masyarakat tutur yang berbeda agar para omunik as penuturnya mengerti dan membuat sentuhan yang berbeda dalam be ber k k om asi. (Teks Bahasa, Beratha, 2004) 2004)
ipun juml ahny a lebih kecil, kata struktural lebih sering muncul da d ari pa p ada kata lek sik al. Mesk pun bila kata yang sama dihitung sek ali, pada Contoh (1.6) untuk Teks Bi ologi ogi kata lek sik al A pa bi berjumlah 16 (72,8%) dan kata struktural ber juml um lah 6 (27,2%), pada Contoh (1.7) untuk Teks juml um lah 6 (18,7%), pada onomi kata lek sik al berjumlah 26 (81,3%) dan kata struktural ber Ek onom uk Teks Sosial kata lek sik al berjumlah 20 (63%) dan kata struktural berjumlah Contoh (1.8) untuk Teks 12 (47%), serta pada pada Contoh (1.9) untuk Teks Bahasa kata lek sik al berjumlah 22 (68,8%) dan kata struktural berjumlah 10 (31,2%). Persentase tersebut menunjukkan bahwa kandungan kata lek sik al pada teks -teks ak ademik yang dicontohkan lebih besar daripada tur al, sehingga dari segi kepadatan lek sik al teks-teks tersebut kandungan kata str uk uk tu eilmiahan. mem puny ai ciri k ei epadatan lek sik al jug bentuk dari rangk aian juga a dapat di dilihat dar i kelompok nomina yang ter K epada tural apa pun, seperti diambil dari dua kata lek sik al atau lebih tanpa disis pi ipi oleh kata str uk uk tura pangan kerja”, “berkembangnya “berkembangnya Contoh (1.8) di atas: “naik ny a juml ah tenaga kerja wanita ”, la pa sektor industr i”, “sektor “sektor pu blik ”, ”, dan “sektor “sektor wanita”. wanita”. Kelompok Kelompok nomina akan menjadi semak in ibatkan kata-kata struktural dalam kelompok padat a pa bi bila unsur pen jelas yang meli el ba ibatny a, kelompok nomina yang digunakan un tuk memadatkan perhitungk an. Ak batny tersebut di perh informa nformas – i – seperti telah dipaparkan pada Poin 1.2 di atas – menjadi menjadi pan ja jang dan kompleks. “
c. Teks Ak ademik Banyak Memanfaatkan Nominalisasi Ditemukan bahwa dalam r eal ealisasi leksis pada teks-teks ak ademik yang dico ntohk an nominalisasi si. Sebagai upaya pembend pembendaan, nominalisasi ditem puh dengan digunakan untuk memadatkan infor masi. mengubah leksis nonbenda (antara lain verba, verba, adjektiva, adverbia, konjungsi) menjadi leksis benda akademik ditu jukan jukan untuk mengungkapkan pengetahuan p engetahuan dengan (nomina ). Nominalisasi pada teks akademik lebih r ingk as da d an padat (M ar tin, 1991). Oleh karena itu, nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting pada teks ak ademik (M ar tin, 1992:138; Halli lliday, 1998:196-197; Rose, 1998:253- 258, 260-263; Wiratno, 2009). Pada K alimat (1.10), (1.11), (1.12), dan (1.13), contoh- contoh nominalisasi yang dimaksud dicetak tebal.
gendalian PGDC dengan cara penyemprotan fungisida terbukti k ur an ang bermanfaat, (1.10) Pengend ... (Teks Biologi, Har tana tana & Sinaga, 2004) 2004)
(1.11) Analisis regresi regresi sederhana sederhana digunakan untuk mengu ji se bab-ak ibat antara satu v ar iabel 2006) dengan satu v ar iabel lainnya. (Teks Ekonomi, Su pr iyon o, 2006)
(1.12) Oleh karena itu, sumbangan wanita terhadap kelangsungan k eluarga sangatlah besar. 2004) (Teks Sosial, Wahyuningsih, & Poerwanto, 2004) asi lintas buday a menim bul (1.13) K ete rbat as an pengetahuan tentang k omun omunik as an bulk an ketidakwajaran dalam be o 2004) ber k kom munik as asi. (Teks Bahasa, asa, Ber atha, 2004)
Contoh-contoh yang diambil dar i teks-teks ak ademik tersebut mengandung nominalisasi: pengendalian, pengendalian, penyemprotan, penyemprotan, analisis, analisis, sumb angan, pengetahuan, pengetahuan, komunikasi (yang secara beturut-turut dibendakan dar i ver ba: mengendalikan, mengendalikan, menyemprot , menganalisis, menganalisis, menyumbang , meng etahu etahuii atau tahu, tahu, berkomunikasi); sebab-akibat (yang dibendakan dar i ut kelangsungan, keterbatasan, keterbatasan, k etid ak wa wa jaran (yang secara beturut-tur ut konjungsi: seb ab ); dan kelangsungan, etid ak ibatkan dibendakan dar i ad jek tiv terbatas, wa jar ). tiva: langsung , terbatas, ). Nominalisasi ter se se but mengak ba pemadatan informa nform asi. Da pat dijelask an bahwa masing - masing nomina ter sebut – atas – merupakan merupakan serangk aian kegiatan yang sebagaimana telah dinyatakan pada Poin 1.2 di atas – sesungguhnya diungkapkan dengan se juml ah kalimat teta pi pi dapat diringk as hanya dengan satu lek sis. Pemadatan inf or masi akan menjadi semak in kompleks a pa bi bila dua atau lebih lek sis hasil nominalisasi tersebut dihimpun dalam satu gugusan pada kel om pok nomina. Has Hasil penghimpuna penghimpunan n yang d iam bil dar i Contoh (1.10) sam pai dengan Contoh (1.13) di atas adalah ungisida , Analisis r egr es rhana , esi sederha Pengendalian PGDC dengan cara penyemprotan f ungi sebab-ak ibat antara satu variabel dengan dengan satu variabel lainny a , sumbangan wanita terhadap k el unik asi lintas omuni elangsunga n k eluar ga , K ete rbatasan pengetahuan tentang k om buda buday a , da dan k eti unik asi”. o etidak wa jaran dalam ber k kom muni “
”
“
“
”
”
”
”
“
“
“
2008:49) disebut cluster , y aitu gugusan yang Gugusan lek sis sejenis itu oleh Hyland (2008: 2008:41merupakan satu kesatuan yang terdiri atas dua sam pai dengan empat kata (Hyland, 2008: 62). Menurut Hyland, pada teks ak ademik sebagian besar gugusan berupa kelompok nomina atau kelompok adverbia yang (dengan bersandar pada teori Halli lliday ) dapat berfungsi sebagai sarana untuk memolakan makna teks secara ideasional, interpers onal, dan tekstual (Hyland, 2008: 2008:48-49). Ak an teta pi pi, pada teks-teks ak ademik yang dicontohkan, gugusan lek sis cenderung berupa kelompok nomina, nomina, dan lebih banyak berkenaan dengan realisasi makna edua makna yang lain. Dengan demik ian, dapat di ideasional daripada realisasi k edua dik atak tak an bahwa dar i sudut pandang nominalisasi teks-teks tersebut menunjukkan ciri k ei eilmiahan seca ecara ideasional.
e. Teks Ak ademik Banyak Ink ongruen ongruen
Memanfaatkan
or a Metaf or
Gr amatik a
mel ela alui Ungk a p pa an
Metafora gramatik a adalah pergeseran dari satu jenis lek sis ke j ke jenis lek sis lain atau dari tataran gramatika yang lebih tinggi ke tataran gr amatik a yang lebih rendah. Metafora gr amatik a ter ja jadi day , pada ungkapan yang ink ongruen ungkapan yang kongruen (Halli lliday ongruen, sebagai k ebal ebalik an dar i ungkapan 1985a:321; 321; Ma rtin, 1992: 1992:6-7, 406-417). Realisasi secara kongruen adalah realisasi yang direalisasik an sebagai nomina, jar - wa ja jarny a sesuai dengan realitas, misalny a benda direa nomina, sewa ja direalisasik an sebagai verba, direalisasik an sebagai ad jek tiv proses direa verba, kondisi direa tiva, dan sirkumtansi direa direalisasik an sebagai adverbia. adverbia. Sebali Sebalik ny a, pada realisasi secara ink ongruen, ongruen, proses tidak diungkapkan dengan verba teta pi dengan nomina, nomina, kondisi tidak diungkapkan dengan ad jek tiv nomina, dan se bagainy a. tiva tetapi dengan nomina, Pada Contoh (1.14) berikut ini, bagian yang dicetak tebal menunjukkan lek sis - lek sis yang mengalami pergeseran, dari sebelum bergeser (kongruen) menuj enuju setelah bergeser ongruen). (ink ongruen (1.14) K ong an): K ar et berhenti tumbuh sebab PGDC geser an ongr uen (sebelum ter j adi per gese menyerang . K ar ar et memproduk si si se dik it getah sebab PGDC menyerang . Getah karet tur un . an): Serangan PGDC dapat menyebabkan geser an Ink ongrue ongruen (setelah ter j adi per gese terhentinya pertumbuhan dan penurunan produk si ... (Teks Biologi, Har tana tana & Sinaga, 2004) 2004)
Tampak bahwa ber hent hent i bergeser menjadi terhentinya, terhentinya, tumbuh menjadi pertumbuhan, pertumbuhan, sebab menyebabkan, menyerang menjadi serangan menjadi serangan,, mem prod uksi uksi menjadi prod uksi uksi, dan menjadi menyebabkan, turun penurunan. Ternyata, pergeseran tersebut sek aligus merupakan menjadi penurunan. penyederhanaan struktur k alimat dan penurunan tataran gramatika. Penyederhanaan tersebut ibatkan tidak hanya pergeseran jenis lek sis (m isalny a dari verba menjadi nomina), el ba nomina), tetapi meli nomina ), dan dar i 3 k alimat juga pergeseran tataran (misalny a dari k alimat menjadi kelompok nomina), (2 k alimat kompleks dan 1 k alimat sim plek s) menjadi 1 k alimat simpleks. ongruen Teks ak ademik banyak memanfaatkan metafora gramatik a dalam ungk a pan yang ink ongruen 219; Martin, 1993c:226-228, 235-241; 241; Halli 82; Halli lliday, 1993 b:79-82; lliday , (Martin, 1993 b:218-219; 1998: 1998:188-221). Jelas bahwa dar i segi metafora gramatik a teks-teks ak ademik menunjukkan eilmiahan ba baik secara ideasi deasional maupun tekstual. Secara ideasional, melalui metaf ciri k ei etaf ora gramatika isi mater i yang disam paik an menjadi lebih padat, dan secara tekstual, cara ibatkan pergeseran tatar an tersebut jug paian mater i yang meli el ba juga a berdampak pada penyam pa perbedaan tata orga organisasi di tingkat kelompok kata atau kalimat. f.
Teks Ak ademik Banyak M emanfaatk an Istilah Teknis
Pada pr ins pn ipny a istilah teknis merupakan merupakan penamaan kepada sesuatu dengan menggunakan nomina yang antara lain dibangun mela elalui proses nominalisasi. Istilah teknis merupakan bagian day, & Martin, 1993b:4), karena istilah teknis yang esensial pada teks ak ademik (Halli lliday 1998:119-139; 139; White, 1998: 1998:268-291; 291; digunakan sesuai dengan tuntutan bidang ilmu (Veel, 1998:
1998:298-323), tataran keilmuan (Rose, 1998: 1998:238-263), dan latar ( setting Wignell gnell, 1998: setting ) 1998:119-139) yang disa jik an di dalamnya. pokok persoalan (Veel, 1998: digar is bawahi Terk ait dengan bidang ilmu tempat istilah teknis digunakan, perlu diga wahi bahwa istilah yang sama mungk in mengandung makna y ang berbeda apabila istilah itu digunakan pada bi bidang ilmu yang berbeda. berbeda. Seba gai contoh, a pa bi bila istilah morfolo g i digunakan di bidang lingui nguistik , istilah ter sebut mengandung makna ilmu yang berkenaan dengan pembentukan bila istilah yang sama digunakan di bidang bi b iologi ogi/ pertanian/f kata”, teta pi a pa bi n/f isik a, istilah itu mengandung makna “str uktur, uktur, susunan, k om ”, seperti terlihat pada om posisi, atau tata letak ”, kata yang y ang dicetak tebal pada K alimat (1.15). “
(1.15) Penelitian di lapangan dimulai dar i pengamatan dan koleksi langsung terhadap famili an pencatatan data atau infor masi yang ... berupa karakter Balanophoraceae ... , dilakuk akuk an morfologi yang mungkin hilang setelah pengawetan seperti ada/tidaknya getah, warna daun, warna batang, tumbuhan inangnya, k etin ggian lok as asi di atas permukaan laut. (Teks Biologi, Syamsuar di, & Chair ul, 2012) 2012) ologi, Mukhti, Sya (1.16) M enur ut mor fol fologi G unung K elud dapat d b ibagi men jadi 5 unit, yaitu puncak dan kawah asitik K elud, kaki dan dataran K elud. Gunung G unung K elud, badan K elud, cekungan par as K elud mempunyai k etinggian le bih dar i 1731 meter dpl, dan mempunyai morfologi yang an adany a erupsi yang bersifat eksplosif yang dii k uti tidak teratur. Hal ini dise babk an alim, & Ar mi, pembentukan kubah lava. (Tek s Fisik a, a, Santosa, M ashu ashur i, Sutr isno, Waf i, Sali 2012) 2012) Dua hal perlu dicatat tentang istil ah teknis. Pertama, istil stilah teknis merupakan alat yang ba baik untuk untuk membuat taksonomi atau klasifikasi terhadap pokok persoalan yang disa ji kan di dalam teks, yang akan sa jikan edua, istilah teknis per lu didefinisikan untuk meningk atkan pemahaman dibahas pada Poin 1.7. K edua sonomi terhadap isi secara keseluruhan, yang akan dibicarakan pada Poin 1.9. Secara ideasional, tak so maupun definisi yang jel jela as dapat meningkatkan der a ja jat keterbacaan teks. Seba Sebaliknya, apabila pokok persoalan yang disa ji sa jikan kan di dalam teks tidak dapat dapat diklasif ikasikan secara taksonomik dan istil stilah-istilah teknis tidak didefinisikan baik secara langsung maupun tidak langsung, teks tersebut cenderung lebih sulit di mi oleh pembaca. K esul esulitan y ang ber kai d paha i kaitan dengan istil stilah teknis dapat diatasi dengan dengan mengecek kamus istilah teknis di bi bidang ilmu yang dimaksud.
g. Teks Ak ademik Bersif at Tak sonomik dan dan Abstrak Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasif ikasi terhadap sesuatu. Taksonomi men ja jadi salah satu ciri teks akademik (Halli lliday, 1993b:73-74). Oleh 1993b:73-74). Oleh Wignell gnell, M ar tin, ibahas dalam konteks bahwa dan Eggi ggins (1993:136-165), masalah taksonomi pada teks akademik d ba perpindahan dar i pema par an per istiwa duniawi dengan bahasa sehar i-har i menuju penyusunan ilmiah sistematis dengan bahasa yang lebih teknis adalah perpindahan da yang siste d ar i desk r ju r psi ipsi menu ju si. Dengan berkonsentrasi klasif ikasi. berkonsentr asi pada penelitian terhadap wacana cana geogr afi-fisika, ketiga ilmuwan tersebut berkesimpulan bahwa untuk mengubah bahasa sehar i-har i menjadi bahasa ilmiah sonomi (Wignell diperlukan istilah teknis yang disusun ke dalam tak so gnell, M ar tin, & Eggi ggins,1993:165). K esi esim pulan yang sama berlaku pula tidak sa j sa ja a bagi wacana fisika tetapi jug juga a bagi wacana biologi (M ar tin, 1993:166-202). Sementara itu, Wignell gnel l, M ar tin, dan Eggi ggins (1993:136-165), M ar tin (1993b:203-220), Wignell gnell ( 1998:301) mengga r isbawahi bahwa wacana IPA lebih bersifat taksonomik dengan memanfaatkan istil stilah teknis, sedangkan wacana humaniora lebih ber sifat abstrak dengan memanfaatkan metafora gr amatika.
Teks ak ademik dikatak an abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan di dalamnya dalamnya ser ingk ali merupakan hasil dar i pemfor mulasian pengalaman nyata men ja jadi teor i (Halli lliday, 1993a:57-59; Halli lliday, 1993 b:70-71; M ar tin, 1993 b: 211.212; M ar tin,1993c:226-228). Pemformulasian yang demik ian itu sesungguhnya merupakan proses abstraksi yang antara lain dica pai dengan nominalisasi dalam kerangka metafora gr amatika. Proses abstraksi tersebut digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan menginterpretasikan r eal ealitas. Pada teks akademik, pokok k, pokok persoalan dapat diungkapkan diungkapkan melalui taksonomi dan abstraksi. Seba Sebagai ilustr asi, dapat dinyatakan se bagai ber ikut. Pengalaman nyata (misal salny a tentang tanaman karet dan penyakit yang menyerangnya, menyerangnya, pada sebuah teks teks di bidang biologi) diorganisasikan diorganisasikan sebagai benda secara taksonomik dengan menggunakan istil stilah teknis. Di pi pihak lain, pengalaman nyata (misal salnya tentang pengangkutan dan pembakaran batu gamping gamping di tobong, pada sebuah teks di bidang sosial, atau interaksi secara ksi secara lintas budaya, pada sebuah teks di bidang bahasa) bahasa) da pa pat digambarkan sebagai akti ktivitas yang diker ja jakan oleh manusia tanpa banyak memanfaatkan istil stilah teknis, tetapi memanfaatkan pengabstraksian per istiwa. Pengabstraksian tersebut digunakan untuk memaknai peker ak tivitas yang dikerjakan oleh peker ja ja di tobong gamping pada teks sosial itu, dan untuk memaknai knai si yang dilakukan oleh pengguna interak si pengguna bahasa yang mem puny ai latar belakang budaya yang berbeda pada teks bahasa tersebut.
h. Teks Ak ademik Banyak Memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora tem Pengacuan Sebagai pengacuan pengacuan di dalam KN, pengacuan esfora dimanfaatkan dimanfaatkan pada teks ak ademik untuk menun juk kan kan pr ins p ip gener alitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan benda benda yang mengacu mengacu kepada penye butan sebelumnya (M ar tin, 1992: 138). Contoh pengacuan esfora di dalam kelom pok nomina disa ji sa jikan kan pada Gambar 1.3. Benda yang diacu berupa kalimat sematan yang diletakkan di dalam tanda [[...]], atau kelompok adverbia yang diletakkan di dalam tanda [...].
penyakit gugur daun corynespora (PGDC) [[yang menyerang beber a pa tanaman karet ...]] (Teks Biologi, Har tana & Sinaga, 2004)
pasi penganggaran] (Teks hubungan [antara ko mitmen organisasi dan pa par tisi pa Ek onomi, Supr iy ono, 2006)
wanita pekerja [di tobong gamping] (Teks Sosial, Wahyuningsih & Poer wanto, 2004)
perspektif komunikasi semantik/makna [dalam perspekt komunikasi lintas budaya] (Teks Bahasa, Ber atha, 2004)
Pada Gambar 1.3 di atas, arah anak panah menun jukk an arah pengacuan. Tampak jel jela as bahwa penyakit gugur daun corynespora (PGDC)” mengacu kepada [[yang menyerang beberapa tanaman [antar a ko mitmen organisasi dan par tisi pa pasi karet ...]]” , hubungan” mengacu kepada pengangga nggar an] , wanita pekerja mengacu kepada “[di tobong gamping]”, dan semantik/makna “
“
“
“
”
“
”
“
”
[dalam perspektif komunikasi lintas budaya] mengacu kepada budaya ]”. Da pat digar isbawahi bahwa pengacuan hanya ditujukan kepada substansi yang berada di dalam kelompok nomina yang dimaksud. pan yang ditemukan Sebagian besar par tisi pa ditemukan pada teks-teks tersebut adalah par tisi pa pan benda umum, pendapat M ar tin pada paragraf di atas, bukan par tisipan benda manusia. Selain itu, sejalan dengan pendapat benda yang disebut sesudahnya sesudahnya bukan selalu merupakan benda yang di disebut sebelumnya, enyataan terutama dalam pengacuan y ang ber jenis esfora. K eny aan tersebut menun jukk an makna bahwa benda-benda yang dimaksud pada teks-teks tersebut adalah benda-benda yang memenuhi konsep gener alitas, yaitu benda-benda yang sudah diabstrakkan untuk meny enyatak an gener alisasi, si, bukan sper iensial berada di sekitar manusia. benda-benda benda-benda yang secara ek sper Pada teks-teks akademik yang dicontohkan, sekitar 50% dar i ju jumlah kelom pok nomina pok nomina yang ada ber i pen jel mengandung penegas, y aitu benda pada kelompok nomina tersebut di ber jelasa asan n yang berupa si. Hal ini ber ar ti bahwa sejumla kualif ikasi. sejumlah besar kelompok nomina pada nomina pada teks-teks teks-teks tersebut merupakan merupakan kelompok nomina yang memberlakukan pengacuan esfora. Berdasarkan kenyataan ke nyataan bahwa kelom pok nomina (dengan penegas sebagai pengacuan esfora) men ja jadi ciri penting pada teks ak ademik, dan ter bukti bukti bahwa teks-teks akademik yang dicontohkan pada pembahasan pembahasan ini persentase gi , menggunakan pengacuan esfora dengan yang ting dapat disimpulkan disimpulkan bahwa bahwa teks-teks tersebut menunjukkan ciri keilmiahan a pa bila dilihat dar i segi penggunaan pengacuan esf or a. “
Teks Ak ademik Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identif ik atif dan Proses Relasional Atri b butif i.
ibutif. Terdapat dua j dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional relasional identif ikatif dan dan pr oses relasional atr but Proses relasional identif ikatif merupakan alat yang baik untuk untuk membuat membuat definisi atau identifi dentifika kasi ibuti f merupakan alat yang baik untuk membuat terhadap sesuatu, sedangkan proses r ela elas ional atr buti deskri ps psi dengan menam pilkan sifat, ciri, atau keadaan benda yang didesk r r psi ipsikan tersebut.
M engenai pentingnya proses relasional identif ikatif untuk untuk membuat definisi pada teks ak ademik, Wignell gnell, M ar tin dan Eggi ibuat terhadap istilah teknis. ggins (1993: 149-152) menyatakan bahwa biasanya definisi di d bua terdapat di teks-teks akademik, terutama istil stilah eknis yang terdapat Namun demikian, tidak semua istil ah teknis teknis yang belum umum, didefinisikan atau diidentif ika ikasikan. Padahal mela elalui proses relasional identif ikatif, definisi semacam itu dapat dibuat dengan ba baik. Selain itu, mela elalui proses r ela elasional identif ikatif itu, definisi j uga berfungsi untuk mentransfer pengetahuan umum ke dalam pengetahuan pengetahuan enyataan yang lebih khusus (M ar tin, 1993b:209-210). K eny aan tentang sedikitnya istil stilah teknis yang didefinisikan pada teks-teks ak ademik i enye ba k itu meny ba bk an teks-teks tersebut, secara ideasional cenderung na. suli sulit di dicer na enya jikan Tabel 1.3 meny jikan contoh-contoh definisi istilah teknis (dicetak tebal). Pada contoh-contoh tersebut, mela elalui proses relasional identif ikatif, istil ah tekni eknis di posi posisikan sebagai token (yaitu sesuatu yang didefinisikan) dan definisi itu sendir i (yaitu yang terkandung di dalam dalam istilah teknis tersebut) balik, sehingga di posi posisikan sebagai nilai. nilai. K alimat definisi tersebut dapat di ba k, sehingga token yang berada di depan depan da pat di pi pindahkan ke belakang, dan sebaliknya nilai yang berada di belakang da da pat di pi pindahkan ke depan. Tabel 1.3 menyajikan contoh-contoh definisi istilah teknis (dicetak tebal). Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004
Metode s andwic h
Subjek
adalah
cara inokulasi dengan meletakkan potongan agar yang mengandung miselium cendawan pada helaian daun
Finit
Pelengkap
Proses: Relasional
Token
Nilai
Identifikatif
Teks Ekonomi, Supriyono, 2006 Usia Subjek Token
adalah
(1) bagian dari eksistensi yang dihitung dari awal kel ahiran sampai titik waktu tertentu;
Finit
Pelengkap
Proses: Relasional Identifikatif
Teks Sosial, Wahyuningsih & Poerwanto, 2004 (adalah) lapangan pekerjaan Subjek Token/
Nilai
tempat untuk mencari nafkah. Pelengkap
Proses: Relasional Identifikatif
Nilai
Teks Bahasa, Beratha, 2004
… kajian wacana
adalah
Subjek Token
Finit Proses: Relasional Identifikatif
studi tentang bahasa dalam penggunaan (language ( language in use). use). Pelengkap Nilai
Di pihak lain, mengenai pentingnya ibuti f untuk mem buat desk r r psi ipsi pada teks pentingnya proses relasional relasional atr buti akademik, dapat dinyatakan dinyata kan bahwa bahwa menam pi pilkan sifat, ciri, atau keadaan pokok persoalan yang r psi ipsi tentang enya jik diketengahkan ber ar ti membuat desk r entang pokok persoalan persoalan tersebut. Tabel 1.4 meny jik an contoh-contoh desk r yang diambil dar i teks-teks akademik yang yang r psi ipsi dengan proses relasional atr buti ibuti f yang ipsikan (dicetak tebal) diposisikan dicontohkan. Pada contoh-contoh contoh-contoh tersebut benda yang didesk r r ps sebagai penyandang , dan deskri ps psinya itu sendir i di d posi iposisikan sebagai sandan g an an.
r p Pada contoh-contoh tersebut tampak bahwa benda yang d p iposisik an se ba bagai pen pen yandan g didesk r i sik an r p dalam hal ciri, sif at, dan keadaannya. Denga ngan cara de demik ian, benda benda yang yang di didesk r i sik an men ja jadi le bi bih je jelas r p dan lugas atau tampak se pe per ti adanya. Hal ini be ber ar ti pul pula bahw bahwaa sesu sesuatu atu yang yang didesk r i psik an itu adalah sesuatu yang ditam pi pilk an secara o b je jek tif . K e je jelasan tersebut tidak sa ja ja ter tu ju ju pada pada kelas atau atau kelompok kelompok benda benda yang yang men ja jadi o b je jek pe pem bi bicar aan aan teta pi pi jug juga a pada pada caku cakupa pan n wilayah pengetahua pengetahuan n yang dij dija angk ngk au. Di sinilah antara lain letak pe pen je jelasan bahwa teks ak ademik i k itu o b je jek tif dan dan lugas. Pemilihan pr oses r elasional atr bu ibutif dapat dapat meningk ngk atk an der a ja jat k eo b je jek tif an dan kelugasan kelugasan teks ak ademik . Di pihak lain, mengenai pentingnya ibuti f untuk mem buat desk r r psi ipsi pada teks pentingnya proses relasional relasional atr buti akademik, dapat dinyatakan dinyata kan bahwa bahwa menam pi pilkan sifat, ciri, atau keadaan pokok persoalan yang r psi ipsi tentang enya jik diketengahkan ber ar ti membuat desk r entang pokok persoalan persoalan tersebut. Tabel 1.4 meny jik an r psi ipsi dengan proses relasional atr buti ibuti f yang contoh-contoh desk r yang diambil dar i teks-teks akademik yang yang r ps ipsikan (dicetak tebal) diposisikan dicontohkan. Pada contoh-contoh contoh-contoh tersebut benda yang didesk r sebagai penyandang , dan deskri ps psinya itu sendir i di d posi iposisikan sebagai sandan g an an.
r p Pada contoh-contoh tersebut tampak bahwa benda yang d p iposisik an se ba bagai pen pen yandan g didesk r i sik an r p dalam hal ciri, sif at, dan keadaannya. Denga ngan cara de demik ian, benda benda yang yang di didesk r i sik an men ja jadi le bi bih je jelas r p dan lugas atau tampak se pe per ti adanya. Hal ini be ber ar ti pul pula bahw bahwaa sesu sesuatu atu yang yang didesk r i psik an itu adalah sesuatu yang ditam pi pilk an secara o b je jek tif . K e je jelasan tersebut tidak sa ja ja ter tu ju ju pada pada kelas atau atau kelompok kelompok benda benda yang yang men ja jadi o b je jek pe pem bi bicar aan aan teta pi pi jug juga a pada pada caku cakupa pan n wilayah pengetahua pengetahuan n yang dij dija angk ngk au. Di
pen je jelasan bahwa teks ak ademik i k itu o b je jek tif dan dan lugas. Pemilihan pr oses r elasional sinilah antara lain letak pe atr bu ibutif dapat dapat meningk ngk atk an der a ja jat k eo b je jek tif an dan kelugasan kelugasan teks ak ademik . Tabel 1.4 Definisi dengan proses relasional atributif sebagai ciri teks akad emik
Teks Biologi (Hartana, & Sinaga, 2004) Pengendalian PGDC dengan cara penyemprotan fungisida Subjek
Terbukti
kurang bermanfaat
Finit/Predikator
Pelengkap
Proses: Relasional
Penyandang
Sandangan
Atributif
Teks Ekonomi (Supriyono, 2006) Usia
Merupakan
Subjek
salah satu faktor demografi yang mempengaruhi diferensiasi tenaga kerja dalam sikap dan perilaku.
Finit
Pelengkap
Proses: Relasional
Penyandang
Sandangan
Atributif
Teks Sosial (Wahyuningsih & Poerwanto, 2004) ... jumlah ... jumlah wanita yang yang bekerja
auh lebih sedikit.
Subjek
Finit/Pelengkap
Penyandang
Proses: Relasional Atributif/Sandangan
Teks Bahasa (Beratha, 2004) Bahasa
terdiri atas Subjek Penya
ndang
Finit/Predikator Proses: Relasional Atributif
tanda (sign (sign), ), signal (signal ( signal ), ), dan simbol (symbol). symbol). Pelengkap Sandangan
j. Teks Ak ademik Bersif at Monolog ogiis dengan Banyak Mendayagunakan ndiik atif -Dek laratif K alimat Ind Sifat monologis pada teks ak ademik mengandung ar ti bahwa teks ter se se but member ikan infor masi kepada pembaca dalam satu arah. Untuk memenuhi sif at monologis tersebut teks ak ademik mendayagunakan kal ka limat Indikatif -Dek lar atif yang berfungsi sebagai Pr o posisi-M em ber i, berbeda dengan kal kalimat Indik atif - Interogatif yang berfungsi sebagai Pr o posisi-Memi nta atau kal ka limat Imper atif oposal-M emi nta. Pada teks ak ademik penulis tidak meminta kepada yang berfungsi sebagai Pr opos si, tetapi member i infor masi. si. pembaca pembaca untuk melakukan melakukan sesuatu ( ja jasa), dan j dan juga tidak meminta meminta infor masi,
ber ikan oleh penulis berkenaan dengan pokok persoalan yang dibahas di dalam Infor masi yang di ber teks. Secara interpersonal, melalui kal kalimat -kal kalimat Indikatif - Dek lar atif, penulis teks akademik member ikan infor masi dan pembaca mener im imany a. Sebagai penyedia infor masi, si, penulis teks ak ademik ipada pembaca. tidak menun jukk an posisi yang lebih tinggi dar pa pembaca. Hal ini ber keba kebalikan dengan kalimat penulis yang lebih imperatif yang berfungsi sebagai Pr o posal-Meminta yang mencerminkan posisi penu ipada pembaca. Sela elain itu, apabila sebuah teks banyak mengandung mengandung kal kalimat imperatif dan tinggi dar pa batnya, pencipta teks seolahkalimat Indi ndikatif -Interogatif, dampak f, dampak yang ter ja jadi adalah nada dialogis. Aki ba olah melakukan percakapan dengan pener ima teks.
M eski pun pun kalimat Indikatif -Interogatif masih di ditemukan pada teks ak ademik dalam ju jumlah yang lain r ela elatif kecil, jenis kalimat tersebut mengemban fungsi sebagai Pr o posisi-M emi nta. Namun demikian, perlu di digar isba isbawahi bahwa per tanyaan aan tersebut tidak selalu ditujukan kepada pembaca, meskipun potensi ke arah hal itu besar (Hyland, 2005:173-192), tetapi dia jukan jukan sebagai pembatas atau alat untuk mengambil porsi dalam menga jukan jukan pendapat terhadap pokok masalah y ang dibicarakan di dalam teks tersebut (M ar tin, & White, 2005:97-98)
k. Teks Ak ademik Memanfaatkan Memanfaatkan Bentuk Pasif untuk untuk Menekankan Pokok Persoalan, bukan ibatnya, Teks Ak ademik ek tif b j jek ek tif Pelaku; dan Ak ba k Menjad Menjad i Ob j jek tif , bukan Su b ibahas (Ma rtin, 1985a:42 bahwa teks ak ademik memanfaatkan bentuk pasif sudah lama di d ba Cir i bahwa 43; 43; Halli day , 1993a:581; 581; Banks, 1996: 1996:15), tetapi k eny eny ataan ini hendaknya tidak di pa lliday pahami ebalik anny a bahwa teks ak ademik tidak memanfaatkan memanfaatkan bentuk aktif. Penggunaan sebagai k eba bentuk pasif pada tek s ak ademik dimaksudkan untuk menghilangkan pelaku manusia, ijadik an pokok persoalan y ang sehingga unsur k alimat yang berperan sebagai sub jek dija dibicarakan di dalam teks tersebut. Dengan menganggap pelaku itu tidak penting, sub penting, sub jek atau pokok pembicaraan yang bukan pelaku di d iangga p lebih penting, dan karenanya ditemakan. Pemilihan tema seperti ini sanga ngat diperlukan, karena teks ak ademik tidak membahas para pelaku atau ilmuw an, teta pi pi membahas pokok poko k persoalan tertentu yang disa jik an di dalamnya. Pokok persoalan tersebut ditempatkan sebagai tema pada k alimatda; dan penggunaan bentuk pasif dimaksudkan sebagai str ategi pemetaan tema ategi peme k alimat y ang ada; tersebut (Ma rtin, 1993a:193-194). Pada konteks jenis proses, pelaku yang dihilangkan tersebut adalah pelak u yang melakukan oses mater ial, mental, verbal, dan perilaku, perbuatan f isik atau nonfisik , khususnya pada pr os bukan pada proses rela relasional atau ek sistensial, mesk ipun dimungk ink an. Pelaku dapat es k pun berupa aktor (untuk proses mater ial), pengindera (untuk proses mental), pewicara (untuk oses verbal), dan pemerilaku (untuk proses perilaku). Pada Contoh (1.17) sam pai dengan pr os Contoh (1.19), pelaku yang dimaksud tidak tampak, dan melalui bentuk pasif (dicetak diton jolk an adalah sub jek k alimat (dicetak miring). tebal) tebal) yang diton (1.17) I solat solat C. cas siicola ola yang diketahui pal ing virulen (dari?) hasil pengujian sebelumnya tana & Sinaga, 2004) 2004) (Suwarto et al .1996 ) digunakan sebagai inok ulum. (Tek s Biologi, Har tana an pada gagasan bahwa k om omitmen or ga ganisasi (1.18) Studi ini didasa rk an sasi mendorong 2006) manajer be ber par tis tis pas ipasi dalam proses penganggaran. (Tek s Ekonomi, Su pr iyono, 2006)
at akan masuk d al am stereotip (1.19) ... ak tiv tivitas tas wanita di tobong gamping ini dapat dik at 2004) pe pek er j aan laki-laki. (Teks Sosial, Wahyuningsing & Poer wanto, 2004)
(1.20) Studi tentang l intas bahasa/budaya an . (Teks ntas bahasa/budaya (cross culture under stand stand ing) sangat diperluk an 2004) Bahasa, Ber at atha, 2004)
Sesungguhnya pelaku dapat dii d iidentif ik asi dar i Finit/Predik ator pada masing - masing contoh tersebut (digunakan, didasarkan, dapat dikatakan, dan diperlukan), a pa bi bila k alimat-k alimat tersebut di ja jadik an k alimat ak tif . Pada Contoh (1.17), pelaku yang menggunakan isolat untuk neliti, pada Contoh (1.18), pelaku yang mendasarkan studinya pengujian ter se se but adalah peneli pada gagasan tentang k om partis pa ipasi penganggaran ter sebut adalah omitmen organisasi dan pa peneli neliti, pada Contoh (1.19), pelaku yang mengatakan aktivitas wanita tersebut sebagai pekerjaan lak i-lak i adalah penulis, serta pada Contoh (1.20), pelaku yang memandang perlu ti, penul studi lintas budaya adalah ilmuw an. Ak an teta pi pi, a pa bi bila peneliti, pe nulis, atau ilmuw an tersebut di ja jadik an sub jek , sub jek tersebut akan berfungsi sebagai tema topikal , yang tidak lain adalah pokok pembicar aan aan yang dikemukan di dalam k alimat-k alimat tersebut. Padahal, pokok pembicaraan pada teks-teks tersebut bukan peneli eliti, penulis, atau ilmuwan. Terbukti bahwa teks-teks ak ademik yang dicontohkan menun juk k eilmiahan mela elalui k an cir i k ei ibahas di atas. Terutama untuk proses mater ial, mental, verbal, dan bentuk pasif s f sebagaimana d baha pelak u cenderung dihilangk an dengan menggunakan bentuk per ilak u, u, pada teks-teks tersebut pela pasif yang yang cukup besar. Dengan menghilangk an pelaku dan lebih mementi entingk an per istiwa y ang ter ja jadi, teks ak ademik menunjukkan sif at objektif. Pada konteks ini, bentuk pasif eny a jik an ak si, k ualitas, dan peri stiwa dengan menganggap bahwa merupakan sarana untuk meny ualitas, dan per istiwa tersebut sebagai ob j day , 1993a:58). Dengan demik ian, ak si, k ua ob jek ek (Halli lliday pada teks ak ademik , tidak ter k e cuali teks-teks ak ademik yang yang dicontohkan, ter ja jadi objektifikasi. kec Teks Ak ademik Seharusnya Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Mi nor K alimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap. lengkap. K alima t minor berkekurangan sal salah satu dar i unsur batnya, k alimat tersebut da pat dianalisis dar i sudut pandang init / pred ika ikat or pengisi subjek pengisi subjek atau f init or . Aki ba eber adaan leksikogr amatika, serta tidak dapat pula dianalisis menurut jenis dan fungsinya. K eber aan kal kalimat l.
minor pada teks ak ademik tidak sa j sa ja a menyebabkan tidak dapat diidentif ikasinya unsur-unsur leksikogr amatika secar a ideasional dan interpersonal, tetapi juga menyebabkan terhentinya arus masi secara tekstual. infor ma Secara ideasional, karena tr ansitivitas pada k alimat minor tidak dapat dapat dikenali, makna yang bersifat ibatkan par tisi pa pan, proses, dan sir kum eksper iensia ensial yang meli el ba kumsta nsi pada kal kalimat tersebut tidak dapat diungkapkan. Selain itu, karena hubungan interdependensi pada kal kalimat minor tidak dapat si, makna diidentifikasi, makna logikosemantik pada kalimat tersebut juga tidak dapat diungkapkan. Dar i sini, dapat digar isbawahi bahwa secara ideasional der a ja jat keilmiahan teks akademik yang mengandung kur ang. kal kalimat minor ber kur Secara interpersonal, karena kal kalimat minor tidak dapat digolongkan ke dalam kal kalimat indikatifdekalaratif /interogatif atau imperatif , kal kalimat tersebut tidak mengungkapkan fungsinya sebagai -m em inta. inta. Padahal, infor masi pada teks ak ademik perlu proposisi proposisi-m emberi atau prop proposal osal -m penggunaan kal disam paikan melalui pengguna kalimat indikatif-deklaratif yang mengemban fungsi sebagai proposisi proposisi-m emberi. Dar i sini, dapat digar isbawahi bahwa secara interpersonal teks ak ademik y ang mengandung kalimat minor minor tampak sebagai teks lisan, dan karenanya, menun jukk an ciri nonakademik.
Dem ik ian pula, secara tekstual, t ekstual, paragraf yang yan g mengandung kal kalimat minor tidak kohesif secara si, pola hiper-tema elain pola tema-rema pada kal kalimat minor tidak da pat diidenti diidentif ikasi, tematis. Sela dan hiper-rema pada paragraf paragraf yang mengandung kal kalimat tersebut juga tidak dapat ditentukan.
Secara keseluruhan, infor masi pada paragraf tersebut tidak dapat dapat mengalir menu ju ju atau da dar i kalimat minor tersebut. Dar i sini dapat ditegaskan bahwa kal ka limat minor mengganggu tematisasi baik di tingk at kal kalimat maupun paragraf (wacana), dan karenanya secara tekstual, der a ja jat keilmiahan teks ak ademik kur ang. yang mengandung mengandung kalimat minor ber kur Dengan menganalogikan istilah nonk alimat untuk menyebut kal kalimat tidak lengka p” yang masih ser ing diju dijum pai pada teks akademik dalam bahasa Indonesia (Lumi Lumintaintang, 1983), kalimat minor dapat dikatakan sebagai nonk alimat ; dan karena teks ak ademik masih mengandung banyak menun jukk an ciri ragam bahasa nonbaku ( ba baca: nonilmiah). kal kalimat minor, teks ter se se but menun “
“
”
“
”
gramatik al m. Teks Ak ademik Seharusnya Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Tak gram K alimat takg r amatikal kal adalah k alimat yang secara gr amatikal kal mengandung kekurangan atau kelebihan unsur-unsur tertentu, misal salnya kata-kata leksikal seper ti nomina (yang berfungsi sebagai subjek ) dan si dan verba (yang berfungsi sebagai finit/predikator ), ), atau kata-kata struktural, seper ti k on on jun g ber i tanda tanya preposisi. preposisi. Pada Contoh (1.21) sam pai dengan Contoh (1.24), kekurangan tersebut di ber (?) dan kelebihan tersebut ber i tanda aster ik (*) yang masing-masing d tersebut di ber diicetak te bal dan diletakkan di dalam tanda kurung. Contoh (1.21) adalah kalimat yang berkekurangan kata struktural (konjungsi (konjungsi kalimat yang berkekurangan kata leksikal (verba menun jukk an”), “yang”) dan Contoh (1.22) adalah kal eka ) dan sedangkan Contoh (1.23) adalah kal kalimat yang berkelebihan kata leksikal ( pronomina mer eka kalimat yang berkekurangan berkekurangan kata struktural ( preposisi preposisi bagi ). Contoh (1.24) adalah kal “
“
“
”
”
ngu jian tersebut menghasilkan data 28 nomor semai [[ (y ang? ) me mp er lihatk an (1.21) P engu ji an sifat tahan, 4 nomor moderat, dan 14 nomor r entan]]. (Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004) an? ) [[v ar iabel bilitas (keandalan) [[berdasar k oe onba ch]] (menun jukk an (1.22) Uji r elia bi oefisien alpha Cr onb b atas 0.50), seh sehingga andal]], sedangkan uji v aliditas v ar ia bel ini sebesar 0.8438 (di atas batas sahihan) ber dasar analisis faktor m enun j nun ju ukk an sahih (di atas batas atas batas an [[semua pertanyaan tersebut sah (ke sah 0.30)]]. (Teks Ekonomi om i, Su pr iy ono, 2006)
(1.23) Wan Wanita [[yang b ek er ja di tobong gamping [dalam kenyataan hi h idup seh sehar i-har iny a (mereka *)] ]] disi bukk bukk an an dengan b ek er ja mencar i naf k k ah ah dan m enger jakan jakan p ek er jaan rumah tangga. (Teks uningsing & Poerwanto, 2004) Sosial, al, Wahy uni ibat dalam suatu p er istiwa tutur]] per lu menguasai fu ngsi-fu ngsi (1.24) (Bagi* ) mereka [[yang ter l bat tuturan budaya barat serta fu ngsi -fu ngsi tuturan budaya timur. (Teks Bahasa, asa, Ber atha, 2004)
Teks akademik yang mengandung kal kalimat tak gr gr amatikal kal, baik yang berkekurangan berkekurangan maupun yang berkelebihan berkelebihan unsur tertentu, adalah teks yang menun jukk an ciri bahasa takbaku. Oleh karena karena itu, der a ja jat keil keilmiahan teks tersebut berkurang. Secara tekstual, ketakg r amatikal kalan pada teks ak ademik menun jukk an ciri ketidakilmiahan atau ciri lisan. Selain suli sulit ditabulasikan ke dalam stuktur kalimat, ketakg r amatikal kalan juga mengganggu pemahaman pembaca, yang pada akhirnya juga mengurangi tingk at keterbacaan teks tersebut.
n. Teks Ak ademik Tergolong ke dalam Genre Faktual bukan Genre Fik sional Sebagian besar teks akademik yang dikuti kut p ip sebagai tugas pada poin - poin di atas adalah ar tikel ilmiah. Teks akademik yang demik ian itu tergolong ke dalam genr e faktual, bukan bukan genre fiksional. Teks-teks tersebut dikatakan faktual, karena teks-teks tersebut ditulis berdasarkan berdasarkan pada kenyataan em pir is, bukan pada rekaan atau khayalan (M ar tin, 1985b; M ar tin, 1992:562-563) Dilihat dar i segi genre makro dan genre mikro, teks-teks akademik yang yang dijadikan tugas tersebut dapat digolongkan digolongkan nal. Sebagai ar tikel ilmiah, teks-teks tersebut ke dalam genre makro ar tikel ilmiah atau ar tikel jur jur na mengandung beberapa genre mikro sekaligus, antara lain deskripsi, eksplanasi, prosedur, eksposisi, dan
diskusi. Terda pat kecenderungan bahwa setia p subbab atau setia p tahap dalam struktur teks pada ar tikel mengandung genre mikro yang berbeda, sesuai sesuai dengan k ar ak ter istik stik subbab-subbab ter se se but.
2. Menyajikan Teks Akademik dalam Berbagai Genre Makro penelitian atau proposal kegi Pernahkah Anda mempertanyakan bahwa ulasan buku, proposal penel kegiatan, penelitian atau laporan kegiatan, serta ar tikel ilmiah ditata menurut struktur teks dan pilihan laporan penel leksikogr amatika tertentu? Pada Makalah ini, Anda dia ja jak untuk mencermati contoh-contoh cuplikan dar i masing-masing genre itu dengan mengenali struktur teksnya dan genre-gere mikro yang terkandung di dalamnnya
a. Ulasan Buk u Buku dapat dikelompokkan men ja jadi buku ajar dan buku referensi. Buku yang sedang Anda baca ini efer ensi adalah buku yang digunakan termasuk ke dalam buku a ja jar . Sesuai dengan namanya, buku r efer ungan akadem sebagai referensi atau bahan rujukan pada saat or ang menyusun karya ilmiah. Di lingk unga a kademik, ik, buku ser ing diulas untuk mengetahui keunggulan dan kelemahannya. Pada subbab ini, Anda akan menelusur i bagaimana ulasan buku disusun dengan dengan struktur teks sesuai sesuai dengan konvensi yang berlaku.
Ulasan buku yang j yang juga ser ing disebut timbangan buku adalah tulisan san yang ber isi tentang kritik terhadap buku yang dimaksud eny a jikan di maksud.. Ulasan semacam ini A nda perlukan pada saat Anda meny jikan ka ji ka jia an pustaka penelitian, laporan penelitian dalam proposal penel ian (yang (yang dapat berupa skripsi, tesis, dan disertasi), atau ar tikel ilmiah. Pernahkah Anda menanya bahwa ulasan buku ditata dengan struktur teks dan leksikogr amatik a ter tentu? itas^orient asi taf f Ulasan buku memi lik i struktur teks id ent itas siran isi^ evaluasi rangkuman evaluasi asi t a (Tanda ^ ber ar ti diikut diikutii oleh). Masing-masing tahapan pada struktur teks itu mengandung genre mikro yang berbeda-beda, berbeda-beda, bergantung kepa kepada fungsi r et tahapan itu. Anda akan mem pela pela ja jar i cara etor is setia p tahapan menyusun ulasan buku pada Bab II ^
^
b. Proposal Proposal merupakan tulisan yang ber isi rancangan penelitian atau r ancanga ncangan kegi kegiatan. Proposal penelitian penelitian memiliki struktur dapat berupa proposal penel ian atau proposal kegiatan. Proposal penel aka met odol og teks pendahuluan^landasan pendahuluan^landasan teori dan t injauan pu pu st aka og i penelitian. penelitian. Ada pun proposal kegi kegiatan memiliki struktur teks pendahuluan^tata pendahuluan^tata laksana kegiatan^penutup kegiatan^penutup.. Masing-masing tahapan pada struk tur teks proposal mengandung genre mikro yang berbeda-beda, sesuai sesuai dengan fungsi penelitian etor is masing-masing tahapan tersebut. Anda akan mem pela r et enyusun proposal penel pela ja jar i cara meny dan proposal kegi kegiatan pada Bab III. ^
c. La poran penelitian dan laporan kegi Laporan dapat dikelompokkan menjadi laporan penel kegiatan. Laporan peneli elitian ditata dengan struktur teks: pendahuluan^landasan pendahuluan^landasan teoretis d an an tinjauan pu pu st aka^ met od olog i penelitian^hasil^pembahasan^penut up. up. A da pun laporan kegi kegiatan mem puny ai struktur teks yang lebih fleksibel, sesuai sesuai dengan cakupan kegiatan yang dilaporkan itu. Ak an tetapi, pada umumnya, struktur laporan kegi kegiatan adalah pendahuluan^deskripsi pendahuluan^deskripsi kegiatan pelaksanaan teks kegiatan^penu kegiatan^penut u p. M asing-masing tahapan tahapan pada struktur teks tersebut mengandung genre mikro yang etor is masing-masing berbeda-beda, berbeda-beda, sesuai sesuai dengan fungsi r et ^
penelitian dan laporan kegiatan tahapan tersebut. Anda akan mempela ja jar i cara menyusun laporan penel pada Bab IV.
d. Artik el el Ilmiah Ar tikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi artikel penel penelitian dan ar tikel ko nseptual. A nda akan ny a ar tikel penelitian adalah laporan mem pela pela ja jar i cara menyusun ar tikel ilmiah pada Bab V. Pada da dasar ny kel. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila struktur penel penelitian yang disusun dalam bentuk ar tikel. penel penelitian, yaitu: teks ar tikel penelitian sama dengan struktur teks laporan ak a^ a^ met od ol og abstrak ^ pendahuluan^tinjauan pendahuluan^tinjauan pu st ak od ol og i penelitian^hasil^pembahasan^simpulan. penelitian^hasil^pembahasan^simpulan. Di pi pihak lain, ar tikel konseptual adalah ar tikel sebagai hasil pemik pemik ir an mengenai sesuatu secara konseptual. Ar tikel konseptual disusun dengan struktur teks yang lebih fleksibel, bergantung ke pada cakupun pokok persoalan dan konsep atau teor i yang digunakan untuk membicarakan pokok persoalan berbedatersebut. Setia p tahapan pada struktur teks ar tikel ilmiah mengandun mengandung g genre mikro yang berbedaetor is masing-masing tahapan tersebut. beda sesuai sesuai dengan fungsi r et