MAKALAH FITOKIMIA
DAUN MANGKOKAN (Nothopanax Scutellarium Merr.) DENGAN FORMULASI EMULGEL SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT
Disusun oleh :
Ade Yuli Budiharti
Kelas Konversi
SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON
DAUN MANGKOKAN
(Nothopanax scutellarium Merr.)
DESKRIPSI TANAMAN
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Araliaceae
Genus : Nothopanax
Spesies : Nothopanax scutellarium Merr.
Nama umum Indonesia : Mangkokan, cowekan
Nama asing Suku : Araliaceae
Nama Sinonim : N. cochlecltum (Lam.) Miq., Polyscias scutellaria (BurmJ.) Fosb., Panax cochleatum DC.
Nama daerah : mamanukan (Sunda), godong mangkokan (Jawa), puring (Madura). Nusa Tenggara: lanido, ndalido, ranido, ndari (Roti). Sulawesi: daun mangkok (Menado), mangko-mangko (Makasar). Maluku: ai lohoi, ai laun niwel, daun koin, d. papeda (Ambon), goma matari, sawoko (Halm.), rau paroro (Tern.), lanido (Roti). Melayu: daun koin, d. papeda, d. mangkok, memangkokan, pohon mangkok. Platitos (Tag.), saucer leaf, shell leaf (I). Nama simplisia Nothopanacis Scutellarii Folium (daun mangkokan)
Morfologi
Tanaman mangkokan merupakan perdu tahunan, tumbuh tegak, tinggi 1 - 3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua.
Bunga mangkokan merupakan bunga majemuk, bentuk payung, warnanya hijau. Buahnya buah buni, pipih, hijau. Biji kecil, keras, dan berwarna cokelat.
Habitat
Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar, walaupun dapat ditemukan tumbuh liar di ladang dan tepi sungai. Mangkokan di sini jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian 1 - 200 m dpl.
Zaman dahulu, dalam keadaan darurat daunnya digunakan sebagai piring atau mangkok untuk makan bubur sagu sehingga dinamakan daun mangkok. Daun muda dapat dimakan sebagai lalap, urapan mentah, atau direbus dan dibuat sayur. Daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Perbanyakan dengan setek batang.
KANDUNGAN KIMIA
Kandungan kimia tanaman mangkokan antara lain
Alkaloida
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.
Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non gula (aglikon).
Flavonoid
flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat dialam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kunig dalam tumbuhan.
Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.
Protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin A, B dan C.
Merupakan senyawa hasil dari metabolit primer dari suatu senyawa organik yang dapat terkandung dalam tumbuhan.
KHASIAT
Akar tumbuhan mangkokan berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik). Daun berkhasiat sebagai diuretik, anti-radang (anti-inflamasi). (Dalimarta. 1999)
Selain itu sumber lain mengatakan bahwa daun mangkokan juga berkhasiat untuk radang payudara, rambut rontok, bau badan, luka, dan melancarkan pengeluaran ASI.
LANGKAH PEMBUATAN SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.
Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:
Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:
Bagian tanaman yang digunakan
Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
Waktu panen
Lingkungan tempat tumbuh
Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang.
Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali.
Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang
METODE PENYARIAN
Ektraksi atau penyarian adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia dengan cara dan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Terdapat dua model ekstraksi, yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin meliputi maserasi, dan perkolasi. Sedangkan cara panas meliputi reflux, soxhlet, digest, infusa, dekokta.
Untuk daun mangkokan ekstraksi dapat dilakukan dengan cara perkolasi. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi dipilih karena dapat melindungi zat berkhasiat yang tidak tahan panas juga proses penarikan zat berkhasiat lebih sempurna.
Kelebihan perkolasi:
Dapat menyari lebih banyak zat karena ruang antar simplisia lebih besar dan ditekan dengan gaya gravitasi.
Pelarut ditambahkan terus menerus sehingga tidak jenuh.
Dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan panas.
Kelemahan cara perkolasi:
Pelarut yang digunakan relatif banyak
Waktu pengerjaan lebih lama karena diperlukan beberapa jam untuk mengambil perkolat.
Langkah Perkolasi daun mangkokan
Daun mangkokan kering sebanyak 180 gr dibasahi dengan 90 ml etanol 70% di dalam bejana tertutup selama 3 jam.
Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan dengan hati-hati.
Tuangi dengan etanol 70% secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari.
Tutup perkolator, biarkan selama 24 jam.
Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit.
Tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga di atas simplisia selalu terdapat selapis cairan penyari, sampai di dapat 1440 ml perkolat.
Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat.
Tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 1800ml.
Perkolat didestilasi dan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental
SKRINING FITOKIMIA
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Benedict, Biuret dan Ninhidrin. Metode uji ini berdasarkan Harborne (1984).
Alkaloid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff.
Pereaksi Meyer dibuat dengan cara menambahkan 1,36 HgCl2 dengan 0,5 gram KI lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 100 ml dengan labu takar. Pereaksi ini tidak berwarna.
Pereaksi Wagner dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat.
Pereaksi Dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut subnitrat ditambahkan dengan 10 ml asam asetat dan 40 ml air. Larutan ini dicampur dengan larutan yang dibuat dari 8 gram kalium iodida dalam 20 ml air. Sebelum digunakan, 1 volume campuran ini diencerkan dengan 2,3 volume campuran 20 ml asam asetat glasial dan 100 ml air. Pereaksi ini berwarna jingga.
Steroid/ triterpenoid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi yang kering. Lalu, ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.
Flavonoid
Sejumlah sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama) dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
Saponin (uji busa)
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
Fenol Hidrokuinon (pereaksi FeCl3)
Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70%. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.
Uji Molisch
Sebanyak 1 ml larutan sampel diberi 2 tetes pereaksi Molish dan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Uji positif yang menunjukkan adanya karbohidrat ditandai terbentuknya kompleks berwarna ungu diantara 2 lapisan cairan.
Uji Benedict
Larutan sampel sebanyak 8 tetes dimasukkan ke dalam 5 ml pereaksi Benedict. Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Terbentuknya warna hijau, kuning, atau endapan merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi.
Uji Biuret
Sebanyak 1 ml larutan sampel ditambahkan 4 ml pereaksi Biuret. Campuran dikocok dengan seksama. Terbentuknya larutan berwarna ungu menunjukkan hasil uji positif adanya peptida.
Uji Ninhidrin
Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambah beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,1 %. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10menit. Terjadinya larutan berwarna biru menunjukkan reaksi positif terhadap adanya asam amino.
Hasil
Uji Fitokimia
Sampel
Standar (warna)
Alkaloid:
a. Dragendorff
b. Meyer
c. Wagner
…
…
…
Endapan merah atau jingga
Endapan putih kekuningan
Endapan coklat
Steroid/triterpenoid
…
Perubahan dari merah menjadi biru/hijau
Flavonoid
…
Lapisan amil alkohol berwarna merah/kuning/hijau
Saponin
…
Terbentuk busa
Fenol Hidrokuinon
…
Warna hijau atau hijau biru
Molisch
…
Warna ungu antara 2 lapisan
Benedict
…
Warna hijau/kuning/endapan merah bata
Biuret
…
Warna ungu
Ninhidrin
…
Warna biru
Keterangan: +++ : sangat kuat, ++ : kuat, + : kurang kuat, - : tidak terkandung
PRODUK DAN FORMULASINYA
Daun mangkokan mempunyai khasiat salah satunya sebagai penumbuh rambut. Untuk dapat digunakan dengan nyaman dan praktis maka daun mangkokan yang telah diekstraksi dibuat dalam bentuk sediaan kosmetik yaitu emulgel.
Kelebihan sediaan dibuat emulgel adalah stabilitas sediaan yang lebih baik karena terdiri dari komponen emulsi dan gel dan lebih nyaman untuk digunakan.
Pembuatan Sediaan Emulgel
Tabel Formula Emulgel
Bahan
F1
Ekstrak Mangkokan (%)
5
HPMC (%)
2,5
Parafin Cair (%)
5
Tween 20 (%)
0,6
Span 20 (%)
0,9
Propilenglikol (%)
5
Metil Paraben (%)
0,03
Propil Paraben (%)
0,01
Aquadest ad (%)
100
Pembuatan sediaan :
Pembuatan sediaan gel
HPMC didispersikan sedikit demi sedikit ke dalam aquadest panas pada suhu 80° C.
Hasil dispersi didinginkan kurang lebih satu malam.
Pembuatan emulsi
Campurkan sebagian span 20 dengan parafin cair (fase minyak)
Campurkan sebagian tween 20 dengan sebagian air (fase air)
Campurkan metil dan propil paraben ke dalam propilen glikol kemudian campurkan dengan fase air
Fase minyak dan fase air dipanaskan dalam tangas air dengan suhu 70° hingga 80° C
Kemudian fase minyak ditambahkan ke dalam fase air sambil diaduk secara terus menerus hingga dingim ± 1 menit
Pembuatan emulgel
Tambahkan gel ke dalam emulsi dengan rasio 1 : 1 sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga terbentuk massa emulgel.
Campurkan mangkokan ke dalam basis emulgel hingga homogen.
1