1
FERTILISASI IN VINTRO , INSEMINASI ARTIFISIAL
disusun oleh :
kelompok : 3
Anggota :
DEDI IRFANDI : PO7120113005
FERINA RADILISTIA : PO7120113011
HARMAYANI : PO7120113016
MIFTAHUL JANNAH : PO7120113023
REVINA ISWARA : PO7120113031
RISKA RAMADHANA : PO7120113033
RIZA MAULINA : PO7120113036
TIARA SAFITRI : PO7120113039
Tingkat I Reguler A
Dosen Pembimbing:
Dra. MEUTIA YUSUF, M.Kes
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI ACEH
PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengertian mandul bagi wanita ialah tidak mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak mampu memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak mampu menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel spermatozoa sama sekali.
Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual yang normal. Tetapi sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian mengalami gangguan fungsi seksual sebagai akibat hambatan psikis karena menyadari kekurangan yang dialaminya.
Tetapi istilah mandul seringkali digunakan untuk menyebut pasangan suami istri yang belum mempunyai anak walaupun telah lama menikah. Padahal pasangan suami istri yang belum mempunyai anak setelah lama menikah tidak selalu mengalami kemandulan. Yang lebih banyak terjadi adalah pasangan yang infertil atau pasangan yang tidak subur. Tulisan tentang bayi tabung ini dimaksudkan agar masyarakat terutama dari kalangan agama memberikan tanggapan dan masukan tentang proyek/tim pengembangan Bayi tabung Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi tabung.
Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi yang canggih,maka teknologi bayi tabung juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi bayi tabung ini ditanagani oleh orang – orang yang kurang beriman dan bertaqwa,dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bisa merusak nilai – nilai agama ,moral dan budaya bangsa.
Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala – kendala kehidupan. Salah satunya adalah kesulitan mempunyai anak dengan berbagai faktor. Tetapi terkadang kecanggihan teknologi mempengaruhi etika – etika terhadap islam. Secara umum, makin muda usia makin baik hasilnya, kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah embrio yang dipindahkan.
Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang masalah yang berkaitan dengan fertilisasi in vitro, inseminasi artifisial.
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat :
Menjelaskan tentang arti fertilisasi in vitro.
Menjelaskan faktor – faktor terjadinya fertilisasi in vitro.
Menjelaskan macam – macam proses bayi tabung.
Menjelaskan teknik bayi tabung (In Vitro Fertilisasi).
Menjelaskan pandangan islam terhadap bayi tabung.
Menjelaskan manfaat dan akibat bayi tabung.
Menjelaskan hukum – hukum tentang bayi tabung.
Menjelaskan undang – undang bayi tabung.
Menjelaskan inseminasi buatan di pandang dari aspek medis, legal dan etik.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran sering dikenal dengan istilah fertilisasi – in – vintro yang merupakan pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat fahrenheit.
Pada mulanya program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pada yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
Faktor terjadinya
Faktor suami
Faktor yang terpenting dari terjadinya infertilitas dari suami adalah hasil analisis sperma. Faktor sperma ini berkisar 40-60% dari keseluruhan kasus infertilitas. Analisis sperma merupakan pemeriksaaan infertilitas yang mudah, murah dan aman tetapi memberikan informasi sangat esensial. Hasil pemeriksaan sperma mungkin sudah dapat menentukan arah penatalaksanaan selanjutnya pada awal kunjungan. Perlu diperhatikan bahwa hasil analisis sperma ini sangat bervariasi dari waktu ke waktu pada individu yang sama. Analisis sperma yang kurang baik sebaiknya diperiksa 2-3 kali dengan interval pemeriksaan 3-4 minggu.
Faktor istri
Usia Istri
Usia istri memegang peranan penting dalam infertilitas. Semakin muda usia wanita maka semakin mudah untuk mendapatkan keturunan.
Liang sanggama dan mulut rahim
Wanita dengan kelainan bawaan atau dapatan pada liang sanggama atau mulut rahim sulit diharapkan terjadinya konsepsi. Sering didapatkan sinekia,polip, dan kerusakan endoserviks pada mulut rahim. Di samping itu infeksi yang menahun dapat mengakibatkan reaksi imun yang mengganggu. Sumbatan psikogen dapat terjadi seperti vaginismus atau dispareuni. Disini perlu silakukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan inspekulo, uji pasca sanggama, uji lendir serviks, pemeriksaan dalam, pemeriksaan mikroskopis cairan vagina dan biakan bila perlu.
Rahim
Biasanya didapatkan sinekia, endometris,mioma dan cacat bawaan kavum uteri pada rahim. Infeksi menahun pada dinding rahim yang tidak mendapatkan pengobatan secara tepat mengakibatkan pelekatan dinding rahim di samping adanya polip ataupun tumor. Untuk kasus ini diperlukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan dalam, biopsiendometrium, histerosalpingografi, laparoskopi, dan biakan bila perlu.
Indung telur dan tuba
Faktor tuba ditemukan paling banyak dalam infertilitas. Hal itu disebabkan oleh peradangan rongga panggul dan endometriosis. Untuk mendapatkan kehamilan diperlukan sel telur yang masak dan indung telru yang mampu menghasilkan hormon progesteron yang mencukupi untuk mempertahankan kehamilan tersebut. Pada kasus ini diperlukan pemeriksaan yang meliputi pertubasi, histerosalpingografi dan laparoskopi.
Faktor indung telur sebagai penyebab infertilitas disebabkan oleh anovulasi, defek fase luteal dan amenore dengan pengaruh estrogen rendah. Untuk itu diperlukan pemeriksaan yang anatara lain meliputi anamanesis riwayat haid, perubahan lendir serviks, suhu basal badan, sitologi vagina, biopsi endometrium dan pemeriksaan hormonal.
Peritoneum
Faktor peritoneum sebagai penyebab infertilitas umumnya disebabkan antara lain pelekatan peritonium karena bekas peradangan dan endometriosis. Pemeriksaan dengan laparoskopi diagnostik merupakan pemeriksaan tahap akhir dalam pengelolaan infertilitas untuk memeriksa faktor peritonium.
Macam – macam Proses Bayi Tabung
Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami – Isteri.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami – istri dari pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro – kreasi manusia.
Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan – alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami – istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.
Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.
Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank – bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual – belikan benih – benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah – olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non – komersial. Sementara itu bank – bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.
Teknik Bayi Tabung (InVitro Fertilization)
Teknik bayi tabung atau pembuahan in vitro (in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Teknik bayi tabung pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya teknik bayi tabung bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit.
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
Dalam melakukan fertilisasi – in – virto transfer embrio dilakukan dalam tujuh tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :
Wanita diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
Pematangan sel – sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah dan pemeriksaan ultrasonografi.
Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sel sperma suami yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.
Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian diimplantasikan ke dalam rahim wanita. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Berdasarkan asal sumber sperma pada proses bayi tabung maka secara teknis teknik bayi tabung terdiri dari empat jenis, yaitu:
Teknik bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang dimasukkan kedalam rahim isterinya sendiri.
Teknik bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang dimasukkan ke dalam rahim selain isterinya. Atau disebut juga sewa rahim (Surrogate Mother).
Teknik bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari bukan suami/isteri.
Teknik bayi tabung dengan sperma yang dibekukan dari suaminya yang sudah meninggal.
Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung
Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah menjadi pasanagan umat
Menurut Al-Qur'an Surat Al-Isra ayat 70
Artinya: "Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut mereka didaratan dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
Hadist Nabi:
"Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).Hadist Riwayat Abu Daud,Al-Tirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban."
Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang mengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah.
Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul,sehingga kita tidak memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.Kita dapat menyadari bahwa inseminasi buatan / bayi tabung dengan donor sperma atau ovum lebih mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.
Manfaat dan Akibat Bayi Tabung
Masalahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur. Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah. Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:
Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya.
Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara alami
Surat Al-Lugman ayat 14
Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974:"Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah"maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah. Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang bertentangan dengan agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.
Hukum – Hukum tentang Bayi Tabung
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung):
Jika benihnya berasal dari suami istri
Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi – in – vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut.
Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.
Undang – Undang Bayi Tabung
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi:
Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu uami istri mendapat keturunan
Ayat 2
Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahimistri darimana ovum itu berasal.
Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu .
Ada sarana kesehatan tertentu
Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal, dan Etik
Aspek Medis
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin.
Aspek Legal
Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.
Pandangan Etika terhadap Sewa Rahim
Masalah ini di indonesia memang belum terlalu tenar. mungkin karena batasan-batasan dalam agama dan hukum yang membuat hal ini kurang terdengar. dalam beberapa agama, kasus ibu pengganti / rahim pinjaman ini oleh beberapa pendapat dianggap sebagai suatu hal yang haram dan harus dilarang. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kasus ibu pengganti sama dengan konsep "ibu penyusuan" yang memang diakui dalam agama. tetapi yang diperbolehkan hanyalah jika donor sel sperma dan sel telur berasal dari suami-istri yang sah. jika salah satu (sel telur atau sel sperma) bukan berasal dari suami-istri, hal itu tidak diperbolehkan.
Hukum di Indonesia sendiri tidak mempersoalkan apakah benih itu berasal dari orang lain, tetapi lebih kepada apakah anak itu lahir dari perkawinan yang sah. dengan kata lain seorang anak yang lahir diakui hanya dari ikatan perkawinan yang sah, tanpa mempersoalkan bagaimana terjadinya hal itu (dari siapa benihnya dan bagaimana caranya). tetapi di lain pihak, analisis dan tes DNA sering dipakai juga untuk menentukan siapa orangtua si anak. hal ini terjadi pada kasus laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab terhadap kehamilan seorang wanita.
Jika salah satu donor (sel sperma atau sel telur) bukan berasal dari pasangan suami istri yang sah, di indonesia hal itu masih dilarang. secara hukum, juga secara agama. secara moral itu disamakan dengan perzinaan, dan anak yang lahir tidak diakui secara hukum dan agama.
Di luar negeri (Usa, Inggris, dan Negara-Negara Eropa) juga mendapatkan payung hukum. bahkan keberadaan bank sperma / bank sel telur juga diakui oleh mereka. bahkan konstitusi Amerika menjamin hak konstitusional tiap orang untuk menentukan cara mereka memiliki anak kandung, baik melalui sanggama atau dengan cara lainnya. oleh karena itu tidak boleh ada yang melarang atau membatasi penggunaan cara-cara lain dalam memperoleh anak seperti ibu pengganti atau donor gamet dari orang lain. tetapi pada umumnya yang dilarang adalah komersialisasi dari cara-cara itu.(goldfriend, 2007).
Masalah Etik Keperawatan Terhadap Sewa Rahim
Bioetik adalah etika yang menyangkut kehidupan dalam lingkungan tertentu atau etika yang berkaitan dengan pendekatan terhadap asuhan kesehatan. Pada kasus sewa rahim, masalah etis yang mungkin terjadi di lihat dari pendekatan teoretis, yaitu:
Perawat yang menggunakan pendekatan teologik terhadap isu etis sewa rahim mempertimbangkan bahwa hal tersebut diperbolehkan untuk menolong pasangan sumi istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara ilmiah karena penyakit atau kelainan, dan mungkin bagi wanita yang secara sengaja menggunakanya untuk menghindari kehamilan demi menjaga kecantikan dan bentuk tubuhnya, yang mana hal tersebut merupakan hak pasien yang harus dihargai oleh perawat.
Perawat yang menggunakn pendekatan deontologik terhadap sewa rahim, mungkin akan mempertimbangkan bahwa secara moral penyewaan rahim tersebut merupakan hal yang buruk untuk dilakukan karena bila dipandang dari segi agama, hal tersebut mirip dengan kehamilan dan kelahiran melalui perzinaan walaupun tidak ada penetrasi langsung dari penis ke vagina, sehingga hukumnya haram karena akan terjadi pencampuran nasab. Sedangkan dari segi hukum, dapat menimbulkan masalah dalam kaitanya dalam hal kewarisan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teknologi reproduksi buatan merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada prinsipnya bersifat netral dan dikembangkan untuk meningkatkan derajat hidup dan kesejahteraan umat manusia. Dalam pelaksanaannya akan berbenturan dengan berbagai permasalahan moral, etika, dan hukum yang komplek sehingga memerlukan pertimbangan dan pengaturan yang bijaksana dalam rangka memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap semua pihak yang terlibat dalam penerapan teknologi reproduksi buatan dengan tetap mengacu kepada penghormatan harkat dan martabat manusia serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Inseminasi buatan atau bayi tabung ialah upaya pembuahan yang dilakukan dengan cara mempertemukan sperma dan ovum tidak melalui hubungan langsung (bersenggama). Dan sewa rahim adalah salah satu inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang dimasukkan ke dalam rahim selain isterinya. Menurut hukum di Indonesia tentang bayi tabung pada pasal 16 UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan keputusan menteri kesehatan no. 72/menkes/per/ii/1999 tentang penyelenggareaan teknologi reproduksi buatan, praktek sewa rahim di larang karena akan mengakibatkan masalah tentang status anak dan kaitannya dengan kewarisan. Sewa rahim memang belum terjadi di Indonesia tetapi untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya peraturan / undang-undang yang tegas tentang hal tersebut. Peran perawat adalah memberikan konseling pada orang-orang yang akan melakukan tindakan tersebut dalam mengidentifikasi bidang-bidang konflik, memilih dan menentukan berbagai alternatif, menetapkan tujuan, dan melakukan tindakan.
Saran
Dengan makalah ini Perawat harus lebih banyak berlatih mencoba menganalisis masalah – masalah etika yang dapat diperoleh dari pengsalaman pribadi, buku, jurnal, artikel, internet, maupun kasus-kasus yang terjadi disekitar.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut etika harus mempertimbamgkan nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik perawat Indonesia, konsep moral keperawatan, dan prinsip – prinsip etika.
Perawat dapat memahami tentang sewa rahim dan dapat mengambil langkah yang tepat jika menemukan kasus yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan .Jakarta:EGC
Setiawan, Zharfa. 2013. Makalah Bayi Tabung. www.slideshare.net/zharfashani/makalah –bayitabung
Suryani. 2012. Inseminasi dan Bayi Tabung Menurut Pandangan Agama. Suryani94.blogspot.com/.../inseminasi-dan-bayi-tabung
Anonim, 2011. Diskusi Terbuka "Bayi Tabung" dan aspek Moralnya. http://rumahfilsafat.com/2011/03/28/diskusi-terbuka-bayi-tabung-dan-aspek-moralnya/ 2012,Proses Terjadinya Bayi Tabung. www.anehdidunia.comproses-terjadinya-bayi-tabun-html