PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN Judul Pendidikan Pendidikan Kesehatan Kesehatan : Inseminasi dan bayi tabung Sasaran
: Pasangan suami istri dan ibu infertilitas
Waktu
: 09.00 WIB - Selesai
Hari/Tanggal
: 30 Oktober 2017
RS/Puskesmas
: RSU Binawan
Karakteristik Peserta 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan penyuluhan klien atau keluarga diharapkan dapat memahami tentang inseminasi dan bayi tabung. 2. Tujuan Khusus Setelah mendapatkan pengajaran diharapkan ibu mampu : 1. diharapkan ibu mengetahui definisi inseminasi dan bayi tabung 2. diharapkan ibu mengetahui kontraindikasi inseminasi 3. diharapkan ibu mengetahui keuntungan dari inseminas 4. diharapkan ibu mengetahui factor yang mempengaruhi inseminasi 5. diharapkan ibu mengetahui waktu pelaksaan diinseminasi 6. diharapkan ibu mengetahui prosedur inseminasi 7. diharapkan ibu mengetahui alasan dilakukan bayi t abung 8. diharapkan ibu mengetahui proses bayi tabung 9. diharapkan ibu mengetahaui dampak positif neggatif dari bayi tabung 3. Materi Pendidikan Kesehatan Inseminasi dan Bayi tabung 4. Uraian Tugas a. Penanggung jawab Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
b. Moderator
Membuka acara
Memperkenalkan mahasiswa dan pembimbing
Menjelaskan topic dan tujuan penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu
Memberikan kesempatan pada presenter untuk memberikan materi
Mengarahkan alur diskusi
Memimpin jalannya penyuluhan
Menyimpulkan penyuluhan
Menutup acara
c. Fasilitator
Memotivasi audience agar berperan aktif
Membuat absensi penyuluhan
Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu penyuluhan
d. Observer
Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
Membuat laporan yang telah dilaksanakan
5. Kegiatan Pendidikan Kesehatan No
Acara
1.
Pembukaan
Waktu 5 mnt
Kegiatan penyuluhan 1) Mengucap salam dan
Evaluasi Menjawab salam,
terimakasih atas
mendengarkan dengan
kesediaan ibu.
seksama.
2) Memperkenalkan diri dan apresiasi.
2.
Inti
25 mnt
1) Menyampaikan materi tentang pengertian
Mendengarkan dan memperhatikan.
inseminasi dan bayi tabung 2) Menjelaskan tentang tujuan dari inseminasi dan bayi tabung 3) Menjelaskan tentang kontra indikasi dari inseminasi dan bayi tabung 4) Menjelaskan keuntungan dan factor yang mempengaruhi tekhnik IIU 5) Menjelaskan waktu melakukan teknik IIU 6) Menjelaskan teknik prosedur IIU 7) Menjelaskan alas an dilakukan bayi tabung 8) Menjelaskan proses bayi tabung 9) Menjelaskan dampak postif dan negative dari bayi tabung 10) Menjelaskan resiko dengan bayi tabung
3.
Demonstras
15 mnt
i 4.
Diskusi
10 mnt
Memberikan video tentang
Memperhatikan video
ineminasi dan bayi tabung
yang diberikan oleh
Meminta peserta
Peserta mengajukan
untukmengajukan
pertanyaan
pertanyaan jika belum jelas 5.
Penutup
5 mnt
1) Menyimpulkan hasil penyuluhan 2) Memberi saran-saran 3) Memberi salam dan meminta maaf bila ada kesalahan 4) Mengucapkan terima kasih atas perhatian dan mengucapkan salam.
6. Metode Pendidikan Kesehatan 1) Ceramah 2) Diskusi dan Tanya jawab 7. Media Pendidikan Kesehatan 1) Leaflet 2) Power Point 3) Laptop 4) Video 5) Proyektor 6) Speaker 8. Evaluasi
Peserta menjawab salam.
Dengan memberikan pertanyaan : 1. Jelaskan tentang pengertian inseminasi dan bayi tabung 2. Apa kontraindikasi dilakukan inseminasi? 3. Factor- factor apa saja yang mempengaruhi inseminasi? 4. Mengapa dilakukan bayi tabung? 5. Sebutkan dampak positif dan negative dilakukan bayi tabung? 9. Alokasi Waktu Hari
: Senin, 30 Oktober 2017
Jam
: 09.00 – selesai
Waktu
: 60 menit
Tempat
: aula RSU Binawan
:
10. Setting Tempat
Keterangan : : observer : moderator 11. Buku Sumber
: pembimbing :p
: presentator
: peserta
:
: fasilitator
Corabian, P. (1997). In vitro fertilization and embrio transfer as a t reatment for infertility - Technology Assessment Report. Alberta Heritage Foundation for Medical Research. Hanafiah, Jusuf. 1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:EGChttp://bayi tabung.com Henkel, R. R. and Schill, W. B., (2003). Sperm preparation for ART. Reprod Biol Endocrinol . 1, 108. Paladin, (1971). Human Reproduction from the ScienceJournal . Granada London. 12. Lampiran Materi Terlampir
MATERI PENYULUHAN INSEMINASI 1. Definisi Inseminasi intra uteri merupakan teknik bantuan reproduksi dengan cara memasukkan secara langsung spermatozoa yang bergerak ke dalam kavum uteri pada waktu yang tepat dari siklus menstruasi pasien, dimana sebelumnya telah dilakukan preparasi terhadap sperma ekitar 2 minggu sesudah dilakukan inseminasi, maka akan dilakukan tes kehamilan untuk mengetahui keberhasilan inseminasi. Prosedur IIU terdiri dari pencucian spesimen semen hasil ejakulasi dengan maksud untuk menghilangkan prostaglandin dan faktor-faktor lainnya, mengkonsentrasikan sperma ke dalam medium kultur sehinggameningkatkan kapasitasinya, dan reaksi akrosom.Prosedur IIU ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh factor yang menghalangi fungsi sperma, misalnya keasaman vagina dan pengaruh lendir serviks yang tidak menguntungkan. 2. Kontraindikasi Yang dimaksud dengan kontraindikasi adalah keadaan yang tidak dianjurkan untuk dilakukan IIU karena angka keberhasilannya rendah. Berikut ini adalah berbagai kontraindikasi: a. Tuba nonpaten atau patologi tuba lainnya b. Infeksi traktus genitalia pada salah satu pasangan c. Parameter semen abnormal berat d. Kelainan genetik pada suami e. Perdarahan traktus genitalis tidak terjelaskan f. Massa di pelvis g. Wanita usia tua h. Etiologi infertilitas multipel bersamaan i.
Pembedahan panggul
j.
Kontraindikasi hamil
k. Penyakit berat pada satu atau kedua pasangan l.
Dalam terapi kemoterapi atau radioterapi
m. Kegagalan berulang inseminasi
3. Keuntungan teknik Inseminasi intra uteri IIU mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: a. Lebih banyak sperma yang dimasukkan langsung ke dalam kavum uteri sehingga terhindar dari proses penghancuran di vagina. b. Jarak yang ditempuh sperma untuk mencapai daerah fertilisasi di tuba falopii lebih pendek. c. Dalam pelaksanaannya, IIU tidak seinvasif fertilisasi in-vitro (IVF) dan teknik ini memungkinkan lebih banyak oosit yang berada di tuba falopii sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya fertilisasi, paling tidak salah satu di antaranya berhasil dibuahi. Pada akhirnya, adanya lebih dari satu embrio akan meningkatkan kemungkinan implantasi salah satu di antaranya. d. Teknik yang digunakan relatif sederhana dan biayanya cukup murah. e. IIU lebih diterima oleh kelompok umat beragama. 4. Factor yang mempengaruhi keberhasilan inseminasi intra uteri a. Usia wanita sehat pada usia 20-an mempunyai kemungkinan hamil 2025% secara alamiah tiap bulannya, tetapi wanita pada usia 40-an kemungkinan hamil tiap bulannya menurun secara drastis di bawah 5%. b. Durasi infertilitas Lama
infertilitas
perlu
dipertanyakan
untuk
memberikan
gambaran tentang prognosis fertilitasnya. Jika lama infertilitas kurang dari 2 tahun, mempunyai kesempatan lebih baik untuk hamil.Akan tetapi jika lama infertilitas lebih dari 3 tahun, ada kemungkinan terdapat problem biologis yang berat. c. Ketebalan endometrium Saat ini ketebalan endometrium telah dianggap berpengaruh pada keberhasilan dari terapi infertilitas.Meskipun penilaian endometrium dengan menggunakan USG telah menjadi prosedur standar dalam penegakkan diagnosa dan terapi wanita infertil, perbedaan ketebalan endometrium yang dinilai dalam hal ini masih dianggap kontroversi.
d. Sperma yang diinseminasikan Probabilitas kesuksesan IIU meningkat dengan meningkatnya jumlah total sperma motil yang diinseminasikan. Hasil terbaik dapat dicapai bila jumlah total sperma motil melebihi batas kira – kira 10 juta. Jumlah
yang
lebih
besar
tidaklah
lebih
lanjut
meningkatkan
kemungkinan untuk sukses dan IIU sangat jarang sukses bila jumlah sperma total yang motil kurang dari 1 juta yang di inseminasikan. Sebelum memulai program IIU, setiap pasien harus melakukan analisa sperma 2 kali dengan selang waktu 3 minggu dan 1 kali pencucian sperma (sperm washing) dalam waktu 2 tahun terakhir. 5. Waktu melakukan inseminasi intra uterine Tujuan menentukan waktu inseminasi adalah memadukan saat ovulasi dengan penempatan sperma dalam kavum uteri. Ovulasi biasanya terjadi 38-42 jam sesudah awal terjadinya lonjakan LH atau penyuntikan HCG, dengan kemungkinan sebagai berikut: a. Tidak ada lonjakan LH, berikan injeksi HCG 5000 IU/IM, jadwalkan inseminasi 34-36 jam pasca penyuntikan. b. Ada lonjakan LH, tetapi progesterone belum meningkat, berikan injeksi HCG 5000 IU/IM dan jadwalkan inseminasi 28-32 pasca penyuntikan HCG c. Terjadi lonjakan LH, Dan progesterone mulai meningkat, injeksi HCG boleh diberikan boleh tidak. Jadwalkan inseminasi 24-26 jam sesudah pemeriksaan darah d. Jika hormon LH dan estrogen tidak diperiksa maka lakukan inseminasi 34-36 jam pasca penyuntikan HCG.
6. Teknik kerja a. Pasien berbaring dengan posisi dorso litotomi b. Speculum cocor bebek dibilas dengan NaCl hangat c. Masukkan speculum tersebut ukuran standar ke dalam vagina sampai serviks Nampak dengan jelas.
d. Serviks diusap dengan NaCl hangat dilanjutkan dengan sedikit medium untuk inseminasi memakai kapas yang sudah disediakan. e. Sementara pasien disiapkan, sperma yang sudah preparasi di laboratorium dimasukkan ke dalam kateter tom cat atau Edward Wallace. f. Volume medium inseminasi yang akan dimasukksn ke dalam cavum uteri adalah 0,2 – 0,4 ml (rata – rata 0,3 ml) g. Masukkan kateter tom cat yang sudah berisi medium dan sperma melalui ostium uteri eksternum, kanalis servikalis, sampai kedalam kavum uteri sesuai dengan arah yang dicatat sewaktu trial sounding. h. Jika ditemui kesulitan, terkadang diperlukan pemasangan tenakulum untuk menarik serviks pada saat memasukkan kateter tom cat i.
Jarang diperlukan anastesi (paraservikal blok) pada waktu
j.
Prosedur inseminasi ini harus dilakukan secara perla han dan hati – hati untuk mengurangi cedera pada endometrium yang dapat mengakibatkan perdarahan sehingga mengurangi viabilitas dari sperma.
k. Setelah ujung kateter mencapai fundus, tarik keluar sekitar 1 cm sehingga ujung kateter berada pada cavum uteri yang terluas. Selanjutnya, medium dan sperma disemprotkan ke dalam kavum uteri l.
Tarik kembali kateter perlahan – lahan sambil memutarnya
m. Pasien diminta tetap berbaring terlentang selama 20 – 30 menit pasca inseminasi. Selanjutnya, diperbolehkan pulang dan melakukan aktivitas seperti biasa. n. Hubungan seksual dianjurkan 24 jam pasca inseminasi.
MATERI PENYULUHAN BAYI TABUNG 1. Definisi Bayi tabung
Menurut Wikipedia,
Bayi tabung atau pembuahan in vitro( bahasa
Inggris : in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya
terdiri
dari
mengendalikan
proses
ovulasi
secara
hormonal,pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair Menurut sumber lain, bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi di luar tubuh wanita atau sering dikenal dengan istilah In Vitro Fertilization (IVF). In Vitro berasal dari Bahasa Latin yang berarti di dalam.Sedangkan fertilization adalah bahasa Inggris yang berarti pembuahan. Sehingga bayi tabung atau In Vitro Fertilization adalah proses pembuahan atau bertemunya sel telur dengan sperma terjadi di dalam cawan petri. Hasil dari pembuahan ini kemudian ditanamkan kembali ke dalam Rahim 2. Alasan dilakukan bayi tabung Hal ini biasanyadisebabkan oleh beberapa halberikut : a. Masalah saluran telur, dimana saluran telur pada istri tidak berjalan dengan baik atau tidak memungkinkan terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma, sehingga pembuahan tidak dapat terjadi. Walaupunpembuahan bisa terjadi, kemungkinan embrio tidak masuk ke rongga rahim sehingga terjadi kehamilan di luar kandungan. Untuk menghindari resiko ini, maka pasangan suami istri mencari jalan aman yang memungkinkan terjadinya kehamilan yaitu melalui praktik bayi tabung. b. Masalah sperma, dimana masalah ini meliputi:
Jumlah sel sperma yang sangat sedikit (<10juta/cc)
Sebagian besar sperma tidak bergerak (30%)
Gerakan sperma sangat lambat (Astenozoospermia)
Sperma tidak keluar besama air mani (Azoozpermia)
c. Mengalami endometriosis berat, dimana kelenjar dinding rahim tumbuh abnormal. Pada endometriosis berat kecil kemungkinan bisa terjadi kehamilan alami d. Unexplained infertility, yaitu ketidaksuburan yang tidak diketahui penyebabnya. Pembuahan normal sebenarnya bisa dilakukan, tapi tidak kunjung berhasil karena tidak bisa diketahui apakah sperma dapat bertemu dengan sel telur, atau sperma dapat menembus sel telur untuk melakukan pembuahan. e. Antibody Antisperma, dimana terdapat antibodi terhadap sperma suami pada istri atau adanya antibodi pada sperma itu sendiri (sperma seoerti memakai “helm”, sehingga tidak bisa menembus sel telur) sehingga menghambat terjadinya pembuahan. 3. Proses bayi tabung Secara teknis, IVF dibagi menjadi 4 (empat) tahap berikut: a. Tahap pertama, yaitu tahap induksi ovulasi
Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur sebanyak mungkin yang dilakukan dengan pemberian Follicle Stimulating Hormone (FSH).Saat ini, FSH telah dimurnikan dan diperbanyak dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya nama dagang Gonal, sehingga dapat digunakan untuk membantu stimulasi pertumbuhan sel telur pada perempuan yang kekurangan hormon FSH. Setelah dihasilkan cukup banyak sel telur, diberikan hormon human Chorion Gonadotropin (HCG) untuk menstimulasi pelepasan sel telur yang matang. Seperti halnya FSH, HCG juga telah diproduksi dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya Ovidrel yang dapat diinjeksikan langsung ke jaringan di bawah kulit. Jika tidak terdapat sel telur yang matang, maturasi satu atau lebih sel telur dapat dilakukan dengan menggunakan metode OS (Ovarian Stimulation). b. Tahap kedua, yaitu tahap pengambilan sel telur
Pada tahap ini, hasil pematangan sel telur dari ovariumdiamati, misalnya dengan menggunakan metode laparoskopiatau metode vaginal ultrasonik Sel telur yang telah matang akan diambil dari ovarium dengan menggunakan jarum
yang runcing, kemudian dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan. c.
Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur
Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metode swimup (Henkel dan Schill, 2003) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel telur, kemudian disimpan di dalam inkubator. Pemeriksaan gamet dilakukan pada interval waktu antara fertilisasi dan maturasi Setelah terjadi fertilisasi, embrio dibiarkan di dalam inkubator selama 3 – 5 hari. d. Tahap keempat, yaitu transfer embrio
Tahap ini merupakan tahap akhir, berupa pengembalian embrio hasil fertilisasi yang telah mencapai tahap blastula Embrio ditransplantasikan ke dalam rahim melalui kateter Teflon tanpa pembiusan. Dengan cara ini pasien dapat kembali ke rumah segera setelah transfer embrio. Untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, maka beberapa embrio ditransplantasikan ke dalam rahim (Corabian, 1997). 4. Dampak positif dan negative dari bayi tabung a. Dampak Positif a) Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak atau mandul. b) Membantu orang lain yang mengidap penyakit. c) Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak bagi penderita kelainan organ reproduksi ataupun lainnya d) Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia. e) Menghindari
penyakit
(seperti
penyakit
menurun/genetis,
sehingga untuk kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan. f) Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru. g) Tidak perlu melakukan hubungan suami istri berulang kali untuk mendapatkan anak, melainkan hanya cukup memberikan sel telur dari sang wanita dan sperma dari sang pria
b. Dampak Negative a) Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami (pembuahan dilakukan secara buatan). Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma. Artinya, dampak bayi tabung memang berisiko menimbulkan cacat bawaan pada bayi. Cacat bawaan ini mencakup cacat yang terlihat maupun yang tidak, semisal kelainan pada ginjal, jantung, maupun organ tubuh lainnya. b) Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya (menyewa rahim ibu yang lain). Benih istri (ovum) disewakan dengan benih suami (sperma), kemudian dimasukkan kedalam rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan istri memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan, kecacatan yang terus, akibat penyakit yang kronik atau sebabsebab yang lain. Ovum istri disewakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan istri ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih istri dalam keadaan baik. Sperma suami disewakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila keadaan istri ditimpa penyakit pada ovary dan rahimnya. Sperma dan ovum istri disewakan., kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain sanggup mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil. c) Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan. d) Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.
e) Dampak bayi tabung yang lain adalah risiko bayi terlahir kembar. Pada proses bayi tabung, pembuahan dilakukan terhadap beberapa sel telur sekaligus. Dari beberapa sel telur tersebut kadang-kadang berkembang secara bersamaan di dalam rahim. Akibatnya, terjadi kehamilan kembar yang bisa lebih dari dua. Jika ini terjadi, peluang janin untuk bisa terus berkembang di dalam rahim akan semakin sedikit. f) Memerlukan biaya yang cukup besar dan tentunya juga memerlukan perawatan yang intensif untuk menjaga kesehatan sang bayi tabung. g) Tingkat keberhasilan bayi tabung masih 25% saja dan proses cukup panjang, sehingga memerlukan kesabaran yang cukup tinggi dalam proses pembuahan bayi tabung. h) Adapun dampak negatif bayi tabung yang sudah diketahui adalah efek samping bagi ibu dan anak akibat dari penggunaan obatobatan pemicu ovulasi yang digunakan selama proses bayi tabung. Selain itu, proses bayi tabung juga berisiko menyebabkan pendarahan saat tahap pengambilan sel telur (Ovum Pick-Up). Meskipun pada faktanya jarang terjadi, namun penggunaan jarum khusus
yang
dimasukkan
ke
dalam
rahim
saat
proses
pengambilan sel telur, tetap membuka peluang terjadinya pendarahan. i) Dampak negatif bayi tabung lainnya antara lain: kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik), kemungkinan terjadinya sebesar 5%; ibu terserang infeksi, rhumatoid arthritis (lupus), serta alergi; mengalami risiko keguguran sebesar 20%; terjadinya Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS). OHSS merupakan komplikasi dari perkembangan sel telur sehingga dihasilkan banyak folikel. Akibatnya, terjadilah akumulasi cairan di perut. Cairan ini bisa sampai ke dalam rongga dada. Karena keberadaan cairan tersebut bisa mengganggu fungsi tubuh maka harus
dikeluarkan. Hanya saja risiko terjadinya OHSS relatif kecil, hanya sekitar 1% saja. j) Merupakan Tindakan Pembunuhan Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang diperlukan yang dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan pembunuhan. k) Status bayi dikaburkan yang sering terjadi pada penderita penyakit yang sudah tidak memiliki harapan sembuh pada janinnya lalu menyuruh dokter untuk menggugurkan kandungan dan meminta bayi lain dengan mengubah status janin dan sebagainya. l) Percampuran
nasab,
padahal
islam
sangat
menjaga
kesucian/kehormatan kelamin dan kemurnian nasab, karena nasab ada kaitannya dengan kemahraman dan warisan. m) Bayi tabung lahir tanpa melalui proses tidak alami, terutama bagi bayi tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami istri yang punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami n) Resiko bayi tabung:
Pertama, terjadinya
stimulasi
indung
telur
yang
berlebihan memungkinkan terjadinya penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa keluhan, seperti rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera makan.
Kedua, saat pengambilan sel telur dengan jarum
menimbulkan risiko terjadinya perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih, usus, dan
pembuluh darah. Dengan persiapan yang baik dan panduan
teknologi
ultrasonografi,
keadaan
tersebut
umumnya dapat dihindari.
Ketiga, risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan
meningkat dengan banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan memberikan risiko akan persalinan prematur yang memerlukan perawatan lama. Dengan mempertimbangkan usia istri dan pembatasan jumlah embrio yang akan dipindahkan ke dalam rahim dapat mengurangi risiko tersebut.
Keempat, risiko akan keguguran dan kehamilan di luar
kandungan. Melalui pemberian hormon dan pemindahan embrio dengan panduan ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi.
Kelima, risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang
dikeluarkan, kelelahan fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.