MAKALAH FARMAKOLOGI HORMON PROGESTERON DAN KONTRASEPSI HORMONAL
Desember 3, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pada manusia dan beberapa binatang, progesteron diproduksi di ovarium (khususnya setelah ovulasi di corpus luteum), pada otak, selama kehamilan, dan pada plasenta.
Pria dan wanita sama-sama memproduksi progesteron, namun wanita tercatat memproduksi hormon progesteron dua kali lebih banyak dibanding pria.
Wanita menggunakan progesteron bersama dengan hormon wanita lain seperti estrogen untuk memfasilitasi proses reproduksi. Progesteron ditemukan di ovarium, kelenjar adrenal, dan plasenta.
Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli dengan bebas.
Pil kontrasepsi dipergunakan oleh kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini tampaknya akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak dibandingkan IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta para medis. Oleh karena itu perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih yang terdapat dalam masyarakat sendiri. Sehubungan dengan ini diperlukan pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana pelayanan tersebut, baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang ditemukan
BAB II
HORMON PROGESTERON DAN KONTRASEPSI HORMONAL
1. Hormon Progesteron
A. Definisi Hormon Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang berperan dalam siklus menstruasi wanita, mendukung proses kehamilan, dan embriogenesis. Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan merupakan hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami.
Tanaman Dioscorea mexicana mengandung senyawa steroid diosgenin, yang dapat diubah menjadi progesteron di laboratorium. Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan untuk mensintesis progesteron adalah Dioscorea pseudojaponica dan Dioscorea villosa.
Pada manusia dan beberapa binatang, progesteron diproduksi di ovarium (khususnya setelah ovulasi di corpus luteum), pada otak, selama kehamilan, dan pada plasenta.
Pria dan wanita sama-sama memproduksi progesteron, namun wanita tercatat memproduksi hormon progesteron dua kali lebih banyak dibanding pria.
Wanita menggunakan progesteron bersama dengan hormon wanita lain seperti estrogen untuk memfasilitasi proses reproduksi. Progesteron ditemukan di ovarium, kelenjar adrenal, dan plasenta.
Progesteron juga disimpan dalam sel lemak tertentu. Di luar tubuh manusia, progesteron dapat ditemukan dalam satu jenis ubi tertentu.
Wanita yang telah mengalami menopause dan gadis remaja prapubertas memiliki tingkat progesteron yang sangat rendah.
Seorang wanita yang memiliki tingkat rendah progesteron selama masa aktif reproduksi disebut mengalami defisiensi atau kekurangan progesteron.
Gejala kekurangan progesteron meliputi menstruasi yang tidak teratur, kista ovarium, dan keguguran. Seorang wanita yang diduga mengalami kekurangan progesteron akan diminta untuk melakukan pemeriksaan sampel darah.
Sebelum melakukan pemeriksaan sampel darah, pasien diminta untuk tidak mengambil pil KB, suplemen estrogen, atau suplemen progesteron setidaknya satu bulan sebelum pengujian agar hasil pemeriksaan akurat.
B. Progesteron memiliki efek fisiologis
a) Efek Pada Sistem Reproduksi
a. Menyiapkan uterus (rahim) untuk kehamilan
b. Selama kehamilan, progesteron juga menurunkan respon kekebalan tubuh ibu, untuk menerima janin.
c. Menurunkan pergerakan otot halus uterus (rahim)
d. Menghambat laktasi selama kehamilan
e. Penurunan kadar progesteron selama masa kehamilan mungkin menjadi awal mula proses kelahiran bayi.
f. Mempertebal dinding endometrium setelah terjadi ovulasi
g. Menghambat produksi LH agar korpus luteum mengalami degenerasi saat tidak terjadi fertilisasi
h. Menghambat laktasi saat kehamilan
i. Mempersiapkan endometrium untuk implantasi zigot
b) Efek Pada Sistem Saraf
Progesteron termasuk hormon neurosteroid, berperan meningkatkan kemampuan belajar dan daya ingat
c) Efek Pada Sistem Lainnya
a. Menurunkan kejang otot polos
b. Menururunkan kerja empedu dan kandung kemih
c. Memiliki efek antiinflamasi dan mengatur respon kekebalan tubuh
d. Menormalkan pembekuan darah, kadar seng dan tembaga, kadar oksigen sel, dan lemak yang disimpan untuk energi.
e. Mempengaruhi kesehatan gusi, meningkatkan risiko gingivitis dan kerusakan gigi.
f. Mencegah kanker endometrium, dengan cara mengatur efek estrogen.
Oleh karena ketersediaan hayati progesteron sangat buruk ketika digunakan secara oral, maka hormon ini banyak disintesis sebagai progestin, akan tetapi progestin tidak mampu menggantikan peran progesteron alami karena pada banyak kasus progestin hanya diproduksi untuk menyerupai efek progesteron pada uterus.
C. Progesteron Selama Perkembangan Payudara
Pubertas seorang wanita ditandai oleh menstruasi dan perkembangan payudara. Payudara mulai tumbuh beberapa tahun sebelum menstruasi yang didorong oleh estrogen, prolaktin, dan hormon lainnya.
Setelah ovulasi dan menstruasi pertama, tubuh mulai memproduksi progesteron. Bersama dengan estrogen dan hormon lainnya, progesteron membantu melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan payudara.
Saat terjadi kekurangan progesteron, seorang wanita berpotensi mengalami hambatan perkembangan saluran air susu dan kelainan perkembangan bentuk payudara.
D. Progesteron Selama Konsepsi
Infertilitas atau sulit hamil adalah akibat lain dari defisiensi progesteron. Progesteron memberi sinyal pada payudara dan rahim untuk mempersiapkan konsepsi.
Payudara kemudian akan membesar untuk memproduksi lebih banyak air susu. Progesteron juga akan merangsang lapisan rahim menjadi lebih tebal dan leher rahim untuk mengeluarkan lendir lebih banyak.
Progesteron juga akan memberi tahu sistem kekebalan tubuh untuk menyesuaikan diri sehingga memungkinkan tubuh menerima sel telur yang dibuahi.
Jika konsepsi tidak terjadi, level progesteron akan menurun dan memicu dimulainya siklus menstruasi.
Tubuh seorang wanita dengan kadar progesteron rendah tidak akan mengalami perubahan untuk mempersiapkan pembuahan sehingga sulit untuk hamil.
E. Progesteron Selama Kehamilan
Selama kehamilan, progesteron membuat uterus menebal dan menstabilkan posisi janin. Progesteron juga terus merangsang pertumbuhan jaringan payudara untuk memproduksi air susu.
Hormon ini berperan pula memperkuat dinding panggul dan mendorong produksi lendir yang menyumbat leher rahim untuk mencegah masuknya infeksi. Semua hal ini akan melindungi janin.
Seorang wanita yang kekurangan progesteron menjadi lebih berpotensi mengalami keguguran. Level progesteron yang rendah juga membuat seorang wanita yang berhasil melahirkan akan kesulitan memberikan ASI secara efektif.
2. Kontrasepsi Hormonal
A. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone.
Keuntungan kontrasepsi hormonal sangat luas disamping mencegah terjadinya kehamilan, menurut sebuah buletin yang dikeluarkan olehAmerican College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan diterbitkan dalam Obstetrics & Gynecology edisi Januari 2010.
"Kami sudah mengenal selama bertahun-tahun bahwa kontrasepsi hormonal memiliki keuntungan kesehatan diluar mencegah kehamilan," kata penulis Robert L. Reid, MD, dari Kingston, Ontario, Kanada sebagai penulis utama, dalam suatu rilis berita.
Selama tahun-tahun reproduksi, lebih dari 80% wanita di Amerika Serikat menggunakan beberapa bentuk kontrasepsi hormonal, seperti kontrasepsi oral atau pil, patch, single-rod progestin dan implan lainnya, suntikan, cincin vagina, dan intrauterine device (IUD). Selain untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan, kontrasepsi hormonal digunakan untuk mengobati gangguan menstruasi termasuk dismenore dan menoragiadengan efektif.
Laporan menunjukkan, sampai 90% wanita muda dismenore, yang merupakan penyebab utama absen sekolah dan bekerja. Jika tidak diobati, menoragia dapat menyebabkan anemia. Sekitar tiga perempat wanita dengan dismenore menanggapi dengan positif kombinasi pengibatan dengan kontrasepsi oral, dan cincin vagina mungkin sama efektifnya.
Kontrasepsi hormonal dapat diberikan secara oral dalam bentuk pil atau injeksi. Pil kontrasepsi mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron. Sedangkan sediaan injeksi hanya mengandung progesteron saja. Estrogen menghambat ovulasi dengan menekan hipotalamus dalam menskresi FSH releasing factor, LH releasing factor, dan selanjutnya mengurangi skresi FSH dan LH. Progesteron menghambat pergerakan sperma dengan meningkatkan kekentalan muskus pada servik, memperlambat transpor ovum, menghambat aktivasi enzim penghidrolisa sperma yang diperlukan untuk fertilisasi, menghambat aktivasi enzim penghidrolisa sperma yang diperlukan untuk fertilisasi, menghambat inflamasi, dan ovulasi melalui pengurangan skresi FSH dan LH.
Kedua hormon tersebut diperlukan untuk pematangan folikel gravida dalam ovarium, karena hambatan tersebut menyebabkan ovulasi terhambat yang mengakibatkan pembuahan tidak dapat terjadi. Selain itu, estrogen dan progesteron juga akan menyebabkan perubahan endometrium sehingga terjadi perubahan lendir serviks dan motilitas tuba falofi yang mengganggu pergerakan sperma.
B. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:
Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.
Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter): penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
C. Macam – Macam Kontrasepsi Hormonal
Alat kontrasepsi modern yaitu bisa berupa Pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntik, implant (susuk), Tubektomi dan Vasektomi.
Alat kontrasepsi hormonal yang paling banhyak di jumpai di masyarakat yaitu ,suntik, pil kombinasi, IUD dan susuk(implant).
1. Kontrasepsi Suntikan
Tersedia suntik 1 bulan (estrogen + progesteron) dan 3 bulan (depot progesteron, tidak terjadi haid). Cukup praktis tetapi karena memasukkan hormon sekaligus untuk 1 atau 3 bulan, orang yang sensitif sering mengalami efek samping yang agak berat.
1) Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
2) Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
3) Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan (Hartanto H.2004)
a. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
b. Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.
c. Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari hasil konsepsi.
Keuntungan dan Kerugian
1) Keuntungan ( Hartanto.H,2004 )
a. Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
b. DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
c. Tingkat efektifitasnya tinggi
d. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
e. Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
f. Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
g. Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.
h. Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau keluarga lain.
i. Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga dapat menekan produksi ASI.
2) Kerugian ( Hartanto,2004).
a. Perdarahan yang tidak menentu
b. Terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
c. Berat badan yang bertambah
d. Sakit kepala
e. Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
f. Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.
g. Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.
h. Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
i. Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
j. Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
Saat Pemberian Yang Tepat ( Wiknjosastro,2001)
a. Pasca persalinan
1) Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post partum dan sebelum berkumpul dengan suami.
2) Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b. Pasca Abortus
1) Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
2) Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c. Interval
1) Hari kelima menstruasi
2) Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.
Cara Penggunaan ( Saifuddin AB,2003).
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular tiap 12 minggu dengan kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.
Efek Samping dan Penanggulangannya ( Hartanto,H.2004)
Efek samping ( Hartanto,H.2004)
1) Gangguan Haid :
a. Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
b. Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan.
c. metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2) Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa mengganggu ( jarang terjadi)
3) Perubahan berat badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntikan.
4) Pusing dan sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
5) Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit.
Penanggulangannya ( Saifuddin,A.B,2003)
1) Gangguan haid
a) Konseling
Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama
b) Pengobatan
Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB hari I sampai ke II masing masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat dilaksanakan "tepering off" ( 1 x 1 tablet ).
2) Keputihan
a) Konseling :
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang terjadi keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di berikan pengobatan.
b) Pengobatan :
Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana cairan berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti extrabelladona 10 mg dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.
3) Perubahan Berat Badan
a) Konseling :
Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah salah satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat badan.
b) Pengobatan :
Pengobatan diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.
4) Pusing dan Sakit Kepala
a) Konseling:
Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.
b) Pengobatan
Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal 500mg, 3 x 1 tablet/hari.
5) Hematoma
a) Konseling
Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek samping
b) Pengobatan
Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.
2. Kontrasepsi Oral ( Pil )
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk mencegah hamil. Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu :
1) Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik yang diminum 3 kali seminggu. Pil kombinasi terdapat 3 tipe jenis berdasarkan variasi dosis, yaitu monofasik,bifasik dan trifasik.
2) Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama 14 – 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi progestrone dan estrogen selama 5 – 7 hari terakhir.
3) Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat haid.
4) Once a moth pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang " Long acting " yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
5) Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor.
Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi Oral ( Pil ).
a. Nousea
b. Nyeri payudara
c. Gangguan Haid
d. Hipertensi
e. Acne
f. Penambahan berat badan.
Keuntungan Kontrasepsi Oral ( Pil )
a. Mudah menggunakannya
b. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur muda.
c. Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi
d. Dapat mencegah defesiensi zat besi (Fe)
e. Mengurangi resiko kanker ovarium.
3. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi.
Efek samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya. Yang paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah beberapa bulan kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan.
Keuntungan Implant.
a. Efektifitas tinggi setelah dipasang
b. Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun
c. Tidak mengandung estrogen
d. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
e. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant, sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi
f. Dapat mencegah terjadinya anemia
Kerugian Implant
a. Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih
b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant
c. Lebih mahal
d. Sering timbul perubahan pola haid
e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
4. IUD
IUD ditempatkan setinggi mungkin dalam rongga rahim waktu pemasangan yang paling baik adalah 40 hari setelah persalinan.
Cara Kerja
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
Keuntungan Kontrasepsi IUD
a. Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan)
b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
h. Dapat digunakan sampai manopouse
i. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
j. Membantu mencegah kehamilan ekktopik
Kelemahan Kontrasepsi IUD
Efek samping umum terjadi:
a. perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
j. Tidakmencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Yang Boleh Menggunakan
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metoda hormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
k. Perokok
l. Gemuk ataupun kurus
m. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan
n. Sedang hamil
o. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
p. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
q. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
r. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
s. Penyakit trofoblas yang ganas
t. Diketahui menderita TBC pelvik
u. Kanker alat genital
v. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
D. Contoh Sediaan Kontrasepsi Hormonal
Estrogen Progestin Jumlah Pil
MONO FASIK
EES 20 µg
EES 30 µg
EES 50 µg
Desogestrel 150 µg
Gestodem 75 µg
Desogestrel 150 µg
Levonogestrel 150 µg
Linestrenol 2,5 mg
Linestrenol 1 mg
28
28
28
28
21
28
TRIFASIK
EES 30 µg
EES 40 µg
EES 30 µg
EES 30 µg
EES 40 µg
EES 30 µg
Levonogestrel 50 µg
Levonogestrel 75 µg
Levonogestrel 125 µg
Noretindron asetat 1 mg
Noretindron asetat 1 mg
Noretindron asetat 1 mg
6
5
10
6
5
10
PIL MINI Noretindron asetat 0,35 mg
Noretindron asetat 0,35 mg 28
28
INJEKSI MPA 50 mg/ml & 150 mg/ml
Keterangan : µg = mikrogram
EES = Etinil Estradiol
MPA = Mesroksi Progesteron Asetat
E. Tanda – Tanda Bahaya atau Potensial Bahaya Pada Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Tanda-Tanda Kemungkinan Penyebab
1. Nyeri lambung hebat
2. Nyeri dada hebat
3. Sakit kepala hebat
4. Pandangan kabur,flashing setelah kena sinar, dan kebutaan
5. Nyeri kaki hebat (betid & paha) 1. Sakit pd kandung kemih, adenoma hepatik,pembekuan darah,dan pankreatis
2. Pembekuan darah pd paru-paru dan infark jantung
3. Stroke,migren,hipertensi
4. Stroke,hipertensi,masalah pembuluh darah temporer
5. Terjadinya pembekuan darah pada hepar
F. Contoh Kasus
1. Seorang pasien ingin mengetahui cara untuk mencegah kehamilan namun pasien tersebut memiliki penyakit genetik atau gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak aman, maka metode yang sesuai untuk pilihan pasien tersebut adalah dengan menjalani sterilisasi melalui cara tuba, yaitu mengikat/ memotong tuba fallopi atau pasien tersebut dapat juga menggunakan metode selain sterilisasi yaitu dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (spiral KB/IUD). Cara ini memiliki efektifitas 95-98% tetapi membutuhkan tindakan pemasangan yang benar/tepat dan dapat menyebabkan iritasi.
2. Ada seorang ibu yang memutuskan untuk hamil kembali,dan bertanya alat kontrasepsi apa yang sesuai untuknya agar cepat kembali subur dan bisa hamil ?
Solusinya dengan menggunakan pil Kb, karena Salah satu keuntungan dari pil KB adalah cepat mengembalikan kesuburan. Setelah berhenti mengkonsumsi pil KB, hanya membutuhkan waktu 2 minggu sebelum kembali berevolusi. Haid akan mulai sekurang-kurangnya 4-6 minggu stelah konsumsi pil KB yang terakhir.
BAB III
KESIMPULAN
Progesteron adalah hormon steroid yang berperan dalam siklus menstruasi wanita, mendukung proses kehamilan, dan embriogenesis. Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan merupakan hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami. Progesteron ini mempunyai efek terhadap sistem reproduksi, saraf, maupun sistem lainnya.
Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:
Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.
Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter): penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.
Alat kontrasepsi modern yaitu bisa berupa Pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntik, implant (susuk), Tubektomi dan Vasektomi.
Alat kontrasepsi hormonal yang paling banhyak di jumpai di masyarakat yaitu ,suntik, pil kombinasi, IUD dan susuk(implant).
Semua jenis kontrasepsi tersebut tentunya memiliki mekanisme yang berbeda. Namun pada keuntungan dan kerugianya terdapat beberapa kesamaan di antara alat kontrasepsi pil, suntik, IUD, implant. Dari ke empat jenis kontrasepsi tersebut kerugian/efek samping yang sering terjadi dari ke empatnya yaitu seperi gangguan haid, terjadinya perdaraha, timbulnya jerawat, keputihan, serta terjadinya peningkatan berat badan.
INTERAKSI KONTRASEPSI ORAL
KONTRASEPSI ORAL
1. PENDAHULUAN
Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma mencapai ovum matang(metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang dibuahi tertanam pada endometrium (mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus yang tak cocok). Kegagalan metode (perfect-use failure) adalah kegagalan inheren penggunaan yang baik kontrasepsinya. Kegagalan pengguna (typical use failure) kegagalan yang berkaitan dengan kemampuan pengguna mengikuti petunjuk secara baik dan konsisten.
2. PENGERTIAN
Kontrasepsi oral mengandung kombinasi estrogen dan progesteron sintetik atau hanya progestin.
- estrogen menekan folicel stimulating hormon (FSH) dan mencegah perkembangan folikel dominan .estrogen juga menstabilisasi bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja progestin
- progestin menekan peningkatan liutenizing hormon(LH) sehingga mencegah evaluasi progestin juga menyebabkan penebalan mucus leher rahim dan atrofi endometrium
3. PEMBAGIAN OBAT-OBATAN
- Medroksiprogesteron asetat
- Linestrenol
- Desogestrel
- Levonorgestrel
- Etonogestrel
- Gastoden
- Drospirenon
4. MEKANISME KERJA
Menghambat sperma mencapai ovum matang(metode yang mencegah ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang dibuahi tertanam pada endometrium (mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus yang tak cocok).
Ada beberapa mekanisme kontrasepsi preparat hormonal dengan penggunaan estrogen dan progestin terus menerus terjadi penghambatan sekresi GnRh dan gonadotropin sedemikian rupa hingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi ovulasi: progestin akan menyebabkan bertambah kental mucus serviks sehingga penetrasi sperma terhambat:terjadi gangguan keseimbangan hormonal dan hambatan progesterone,menyebabkan hambatan nidasi,gangguan pergerakan tuba.
5. TABEL INTERAKSI OBAT
INTERAKSI KONTRASEPSI ORAL DENGAN OBAT LAIN
OBAT YANG BERINTERAKSI
EFEK SAMPING
(KEMUNGKINAN MEKANISME)
KOMENTAR DAN REKOMENDASI
ASETAMINOFEN
Mungkin menurunkan efek penghilangan rasa sakit( meningkatkan metabolisme)
Periksa respon penghilangan rasa sakit
ALKOHOL
Mungkin meningkatkan efek alkohol
Gunakan dengan perhatian
AMPISILIN
Penurunan efek kontrasepsi
Kejadian rendah tapi tidak dapat diprediksi,gunakan metode kontrasepsi lain
ANTIKOAGULAN (ORAL)
Penurunan efek antikoagulan
Gunakan dengan perhatian periksa INR
ANTIKONVULSAN
Mungkin menurunkan efek kontrasepsi
Hindari penggunaan serempak,gunakan metode kontrasepsi lain untuk penderita seizure
ANTIDEPRESAN
Mungkin meningkatkan efek farmakologi
Periksa efek samping
BENZODIAZEPIN
Mungkin meningkatkan atau menurunkan efek penenang termasuk gangguan psikomotorik
Gunakan dengan perhatian gangguan terbesar pada minggu pertama bebas obat pada dosis KO
β-bloker
Mungkin meningkatkan atau menurunkan efek farmakologi β-bloker
Periksa status kardiovaskular
KORTIKOSTEROID
Mungkin meningkatkan toksisitas kortikosteroid
Signifikansi klinik tidak ada
GRISEOVULVIN
Menurunkan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
HIPOGLISEMIK
Mungkin menurunkan efek hipoglisemik
Periksa tekanan darah
METILDOPA
Mungkin menurunkan efek antihipertensi terutama KO dosis besar
Periksa tekanan darah
INHIBITOR TRANSKRIPTASE BALIK NON-NUKLEOSIDA
Penurunan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
FENITOIN
Penurunan efek kontrasepsi mungkin meningkat efek fenitoin
Menggunakan metode kontrasepsi lain,periksa kadar fenitoin
PIOGLITAZON
Penurunan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
INHIBITOR PROTEASE
Penurunan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
RIFAMPICIN
Penurunan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
SULFONAMIDA
Penurunan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
TETRASIKLIN
Penurunan efek kontrasepsi
Menggunakan metode kontrasepsi lain
TROLEANDOMICIN
Sakit kuning (Additive)
Hindari penggunaan serempak
VITAMIN C
Peningkatan kadar serum dan mungkin peningkatan efek samping estrogen pada konsumsi vitamin C 1 g atau lebih
Hindari vitamin C dosis tinggi
6. CONTOH OBAT DI PASARAN ( NAMA DAGANG)
a. Medroksiprogesteron asetat
Cyclofem (Tunggal Idaman Abadi), cyclogeston(Trivasa),depogeston (Triyasa),deponeo(Triyasa),depo-progestin(Harsen),depo provera(Pharmacia),prothyra(Sunthi Sepuri)
b. Linestrenol
Exluton(Organon),lyndiol(Organon),ovosat(Organon)
c. Desogestrel
Gracial (Organon),marvelon (organon),mercilon(Organon)
d. Levonorgestrel
Indoplant(Triyasa),mikrodiol(Kimia Farma),microcynon(Schering),nordette(sunthi sepuri,wyeth),Pilkab(harsen),pil Kb(schering Indonesia),planotab (triyasa),trinordiol(sunthi sepuri,wyeth),triquiler ED (schering)
e. Etonogestrel
Implanon(organon)
f. Gestoden
Gynera (schering)
g. Drospirenon
Yasmin(schering indonesia)
DAFTAR PUSTAKA
- Joyce L Kee,Evelyn R.Hayes.1994.farmakologi.Penerbit buku kedokteran EGC:Jakarta.
- Katzung G Bertram. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi 6.Alih Bahasa.Staf dosen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Jakarta: EGC,1994.
- Tjay Tan Hoan,Rahardja Kirana. Obat obat penting khasiat penggunaan dan efek sampingnya. Edisi 5 cetakan kedua. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Gramedia,2002.
Interaksi obat kontrasepsi oral
TUGAS INTERAKSI OBAT – KONTRASEPSI ORAL OLEH:
LENY (091501099)
MAGGIE (091501162)
HERMAWATY (081501070)
IKRAM BERUTU (091501030)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
1. PENDAHULUAN
Kontrasepsi memiliki peranan dalam setiap fase reproduksi, yaitu untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi fertilitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain penggunaan kontrasepsi oral (pil KB).
Pil KB adalah obat pencegah kehamilan yang diminum secara oral yang berisi hormon steroid (estrogen dan progestin) dalam bentuk pil atau tablet. Pil ini diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegahan kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.
Pada awal tahun 1930-an para peneliti mengumpulkan cukup banyak informasi mengenai siklus haid dalam hubungannya dengan waktu senggama yang mungkin sekali menghasilkan konsepsi. Tahun 1934 Comer dan Beard menemukan dan mengisolasi struktur progesteron. Tahun 1937 Makepeace menemukan bahwa progesterone mempunyai daya menghambat evolusi pada kelinci. Walaupun demikian, barulah pada pertengahan tahun 1950-an setelah Pincus, Chang, dan Rock menemukan bahwa pemberian progesterone peroral pada hari ke 5 sampai ke 25 daur haid dapat menghambat ovulasi, hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama pemakaian.kontrasepsi oral dengan oretinodrel dan mestranol di Puerto Rico pada tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi. Sejak saat itu
sampai sekarang terdapat kecenderungan makin rendahnya dosis dari komponen estrogen dan progesterone di dalam pil.
Perkembangan kontrasepsi hormonal atau pil kontrasepsi berlangsung terus. Tahun 1960 pil kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan. Tahun 1963 pil selcuensial diperkenalkan. Sejak tahun 1965 sampai sekarang banyak diadakan penyesuaian dosis atau penggunaan progesteron saja, sehingga muncul pil mini, dan lain-lain. Perkembangan ini pada umumnya bertujuan mencari suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna yang tinggi, efek samping yang minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.
Pil kontrasepsi dipergunakan oleh kurang lebih 50 Juta akseptor di seluruh dunia. Kenaikan jumlah akseptor terlihat terutama dalam 20 tahun terakhir ini. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor menggunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini tampaknya akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara kontrasepsi yang lain.
2. PENGERTIAN
Kontrasepsi oral sering disebut juga dengan pil KB. Dengan cara meminum pil KB ini, wanita bisa menunda kehamilan untuk jangka waktu tertentu. Selain praktis, pil KB relatif mudah didapat dan untuk mendapat hasil yang maksimal tentu harus seizin dengan dokter kandungan serta diminum secara teratur. Jika Anda sudah melakukan konsultasi dengan dokter kandungan untuk menunda kehamilan.
3. JENIS-JENIS
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
b. Bifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (EIP) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Keuntungan penggunaan pil kombinasi :
- Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari
- Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
- Tidak mengganggu hubungan seksual.
- Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
- Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
- Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
- Mudah dihentikan setiap saat.
- Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
- Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
- Membantu mencegah: . kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, akne dan lain-lain
Kerugian pil kombinasi :
- Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
- Mual, terutama pada 3 bulan pertama
- Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.
- Pusing.
- Nyeri payudara.
- Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.
- Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui (mengurangi ASI)
- Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
- Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.
- Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.
5. MEKANISME KERJA
Mekanisme pil kontrasepsi adalah meniru proses-proses alamiah. Pil kontrasepsi akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil kontrasepsi akan menekan ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing-factors di otak dan akhirnya menekan ovulasi.
Sebelum mengetahui mekanisme dari pil kontrasepsi kita perlu mengetahui terlebih dahulu siklus reproduksi wanita. Siklus repoduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk menyiapkan dan melepaskan ovum pada
pertengahan siklu , mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi, maka terjadi peluruhan dinding endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan yang dikenal dengan menstruasi (haid).
Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron. Kadar kedua hormon ini di kontrol oleh Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang bersal dari hipotalamus, untuk mengirimkan isyarat-isyarat ke kelenjar hipofisis, kemudian kelenjar hipofisis terangsang untuk mengeluarkan Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Lutenizing Hormon (LH). FSH merangsang pembentukkan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilngi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang yang disebut dengan folikel de Graaf. Folikel de Graaf yang matang melepaskan hormon estrogen, adanya hormon estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa yang berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi umpan balik negatif ke hipofisis untuk menurunkan konsentrasi dari FSH dan menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf pada saat inilah di sebut ovulasi.
Pada fase pasca ovulasi fiolikel de Graaf yang di tinggalkan oleh oosit sekunder akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan memproduksi estrogen dan progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada dinding endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar air susu pada payudara.Progesteron dan estrogen juga berfungsi untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahaan.
Pasca ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan kembali FSH dan selanjutnya LH untuk fase menstruasi selanjutnya.
6. TABEL INTERAKSI OBAT
Interaksi dengan obat
Interaksi dengan makanan dan obat herbal
7. OBAT YANG DI PASARAN
Kombinasi satu macam untuk satu siklus:
Dosis rendah:
- Marvelon 28 (Organon) 28 tablet, tiap tablet mengandung Desogestrel 150 mcg dan Etinil estradiol 30 mcg.
- Mercilon 28 (Organon) 28 tablet, tiap tablet mengandung Desogestrel 150 mcg dan Etinil estradiol 20 mcg
- Microgynon 30 ED (Schering) 21 tablet, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 150 mcg dan Etinil estradiol 30 mg, ditambah 7 tablet plasebo mengandung Laktosa.
- Mikrodiol (Kimia Farma) 21 tablet, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 150 mcg dan Etinilestradiol 30 mg, ditambah 7 tablet plasebo mengandung Fe fumarat 75 mg/tablet.
- Nordette (Sunthi Sepuri Wyeth) 21 tablet, Hap tablet mengandung 1 Norgestrel 150 mcg dan Etinil estradiol 30 mcg, ditambah 7 tablet plasebo.
Dosis sedang:
- Agestin ED (Kalbe Farma) 21 tablet, tiap tablet menganclung Etinodiol diasetat 1 mg dan Mestranol 50 mcg, ditarnbah 7 tablet plasebo berwama cokelat mengandung Fe fumarat 25 mg/tablet.
- Eugynon (Schering) 21 tablet, tiap tablet mengandung Norgestrel 0,5 mg dan Etinil estradiol 50 mcg
- Eugynon ED (Schering) 21 tablet, tiap tablet mengandung Norgetrel 05 mg dan Etinil estradiol 50 mcg, ditambah 7 tablet plasebo mengandung Laktosa 46,5 mg/tablet
- Lyndiol (Organon) 22 tablet, tiap tablet mengandung Linestrenol 2,5 mg dan Etinilestradiol 50 mcg
- Microgynon 50 ED (Schering) 21 tablet, tiap tablet mengandung Norgestrel 125 mcg dan Etinilestradiol 50 mcg, ditambah 7 tablet plasebo mengandung Laktosa.
- Neogynon (Schering) 21 tablet, tiap tablet mengandung Norgestrel 0,25 mg dan Etinilestradiol 50 mcg.
- Neogynon ED (Schering) 21 tablet, tiap tablet mengandung Norgestrel 0,25 mg dan Etinil estradiol 50 mcg, ditambah 7 tablet plasebo mengandung Laktosa 46,5 mg.
- Nordiol 28 (Sunthi Sepuri Wyeth) 21 tablet, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 250 mcg dan Etinil estradiol 50 mcg, ditambah 7 tablet placebo
- Ovostat 28 (Organon) 22 tablet, tiap tablet mengandung Linestrenol 1 mg dan Etinilestradiol 50 mcg, ditambah 6 tablet placebo
- Ovulen 50 Fe 28 (Searle) 21 tablet, tiap tablet mengandung Etinodiol diasetat 1 mg dan Etinil estradiol 50 mcg, ditambah 7 tablet plasebo mengandung Fe fumarat 75 mg/tablet.
Dosis tinggi:
- Ovulen Fe 28 (Searle) 21 tablet, tiap tablet mengandung Etinodiol diasetat 1 mg dan Mestranol 100 mcg, ditambah 7 tablet placebo
Kombinasi tiga macam untuk satu siklus:
- Trinordiol (Wyeth¬-Ayerst/Sunthi Sepuri) 6 tablet berwarna cokelat, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 50 mcg dan Etinil estradiol 30 mcg.
- 5 tablet berwarna putih, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 75 mcg dan Etinil estradiol 40 mcg
- 10 tablet berwarna kuning, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 125 mcg dan Etinil estradiol 30 mcg.
- 7 tablet plasebo Triquilar ED (Schering) 6 tablet, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 50 mcg dan Etinil estradiol 30 mcg.
- 5 tablet, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 75 mcg dan Etinil estradiol 40 mcg.
- 10 tablet, tiap tablet mengandung 1 Norgestrel 125 mcg dan Etinil estradiol 30 mcg, 7 tablet plasebo mengandung Laktosa.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, K. (2008). Stockley's Drug Interactions. Eighth Edition. UK: Pharmaceutical Press. Pages 975-1000
Como, J. Dismunkes WE Azole Antifungal Drugs.In : Dismukes WE, Pappes PG Sobel JD, editors. Clinical Mycology.New York: Oxford University Press. 2003
Katzung, B.G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Penerbit Buku kedokteran EGC
Rianto Setiabudi dan Yanti Mariana. Sulfonamid, Kontrimoxazole dan Antiseptik Saluran Kemih. Dalam: Departeman farmakologi dan terapeutik FK-UI. Farmakologidan Terapi. Jakarta, 2009; 599-612.
Syarif, Amir., dkk. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasi dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius