BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan. Dinegara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari keaadaan sempurna kejadian infeksi nifas masih besar. Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam usus dan jalan lahir. Salah satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu endometritis. Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada masa nifas diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun persalinan .
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksut dengan Endometritis? 1.2.1 Apa saja penyebab Endometritis? 1.2.3 Bagaimana patofisiologi endometritis? 1.2.4 Apa saja klasifikasi endometritis? 1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan endometritis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis 1.3.2 Untuk mengetahui penyebab endometriosis 1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi dari Endometriosis 1.3.4 Untuk mengetahui klasifikasi endometritis 1.3.5 Untuk mengetahui penatalaksanaan Endometriosis
1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Endometritis adalah infeksi endometrium,desidua dan miometrium pasca persalinan( Morgan,Geri.obstetri dan ginekologi panduan praktis). Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G.).Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan. Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam populasi.
2.2 Penyebab
Mikroorganisme
yang
menyebabkan
endometritis
diantaranya
Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah. Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum, distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang tertunda. Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis juga sering berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persisten
2
2.3 Patofisiologi
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium. Dalam populasi nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan ginekologi prosedur
invasif
adalah
prekursor-prekursor
yang
paling
umum
untuk
endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling umum. Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan dengan produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif aborsi. Dalam populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan infeksi (misalnya, klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran perangkat intrauterine.
2.4 Klasifikasi
a. Endometritis akut Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus. Pada endometritis akut, endometrium mengalami edema dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea. Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.
3
Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejalagejala penyakit dalam keseluruhannya:
Penderita panas tinggi
Kelihatan sakit keras
Keluar leukorea yang bernanah
Uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya. Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar. Manifestasi klinis 1. Demam 2. Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadangkadang keluar flour yang purulent. 3. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi. 4. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri. Terapi :
Uterotonika.
Istirahat, letak fowler.
Antibiotika.
Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
b. Endometritis kronik
4
Endometritis kronik tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan
diri,
karena
pelepasan
lapisan
fungsional
darn
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. Manifestasi klinis Endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronis ditemukan: 1.
Pada tuberkulosis.
2.
Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3.
Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
4.
Pada polip uterus dengan infeksi.
5.
Pada tumor ganas uterus.
6.
Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun. Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri. Gejalanya :
Flour albus yang keluar dari ostium.
Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi: :
5
Perlu dilakukan kuretase.
2.5 Penatalaksanaan
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik. 2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai. 3. Transfusi darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum. 4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya. 5. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)
6
Penatalaksanaan tergantung klasifikasi endometrits
Antibiotika ditambah drainase
Cairan intravena dan elektrolit
Transfusi darah
Tirah baring dan analgesi
Tinda kan bedah
7
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan dan juga suatu infeksi yang terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan. Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis.Endometritis paling sering ditemukan setelah
seksio
sesarea,
terutama
bila
sebelumnya
pasien
menderita
korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus atau melahirkan. 3.2 Saran
Kepada mahasisiwi kebidanan agar lebih dapat memahami jenis infeksi pada ibu nifas terutama endometritis. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui tindak lanjut penanganan endometritis pada ibu nifas, dan bidan dapat mengenali tanda dan gejala terjadinya endometritis.
8
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,I.B.G.2011.Kuliah Obstetri.Jakarta:2010. Morgan,Geri.2010.Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis.Jakarta:EGC. Prawirihardjo,Sarwono.2011.Ilmu Kebidanan.Jakarta:YayasanBina Pustaka.
9