TUGAS MAKALAH ENCEPHALITIS
DI SUSUN OLEH : ANGRA KUSUMA DEWI ASNI
STIKES WIDYA NUSANTARA PALU 2017 (Sebagai tugas dalam mata kuliah epidemilogi dan kesehatan lingkungan yang dibawakan oleh : Dr. Pesta Corry Sihotang, Dpl., Mm., SKM, M.Kes)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit Encephalitis dari segi konsep teoritis dan hasil jurnal ilmiah yang dipublikasikan melalui media internet.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang encephalitis ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Palu, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus BAB II TINJAUAN TEORITIS 1.1 Definisi Encephalitis 1.2 Etiologi Encephalitis 1.3 Klasifikasi Encephalitis 1.4 Tanda dan gejala Encephalitis 1.5 Patofisiologi Encephalitis 1.6 Pemeriksaan penunjang 1.7 Pengobatan 1.8 Pencegahan BAB III HASIL JURNAL Encephalitis jepang pada anak BAB IV ANALISIS BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan 1.2 saran
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagaimana uraian tersebut, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan encephalitis. Encephalitis merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia (ArifMansur : 2000). Secara umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang dan kesadaran menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
1.2.RumusanMasalah 1.2.1 Apa definisi Encephalitis ? 1.2.2 Apa Etiologi Encephalitis? 1.2.3 Apa saja Klasifikasi Encephalitis ? 1.2.4 Bagaimana Tanda dan gejalaEncephalitis ? 1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Encephalitis ? 1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang Encephalitis ? 1.2.7 Bagaimana Pengobatan Encephalitis? 1.2.8 Bagaimana Pencegahan Encephalitis?
1.3.Tujuan 1.3.1 TujuanUmum Menambah
pengetahuan
mahasiswa
mengenai
ensefalitis
serta
menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis. 1.3.2 Tujuankhusus a.Memahami tentang definisi Encephalitis
mampu
b. Mengetahui Etiologi Encephalitis c. Mengetahui Klasifikasi Encephalitis d. Mengetahui Tanda dan gejala Encephalitis e. Mengetahui Patofisiologi Encephalitis f.Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Encephalitis g. Mengetahui PengobatanEncephalitis h. Mengetahui Pencegahan Encephalitis
BAB II PEMBAHASAN
1.1
Definisi Encephalitis Encephalitis adalah peradanganakutotak yang disebabkan oleh infeksi virus. (Hassan, 1997). Encephalitis juga merupakan radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsiaatau virus (ArifMansur : 2000). Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian. Komplikasi jangka panjang dari encephalitis berupa sekuele neurologikus yang Nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secaradini.
1.2
Etiologi Encephalitis Encephalitis disebabkanoleh :
1.3
1.
Bakteri
2.
Virus
3.
Parasit
4.
Fungus
5.
Riketsia
Klasifikasi Encephalitis a.
Ensefalitis Supurativa
b.
Ensefalitis Siphylis
c.
Ensefalitis Virus
d.
Ensefalitis KarenaParasit
e.
Ensefalitis Karena Fungus
f.
Riketsiosis Serebri
1.4
Tanda dan Gejala Encephalitis Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah encephalitis adalah:
1.5
a.
Panas badan meningkat.
b.
Sakit kepala.
c.
Muntah-muntah lethargi.
d.
Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e.
Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f.
Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang
Patofisiologi Encephalitis Virus masuk ke dalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh virus akan menyebar ke seluruh tubuh melalui cara : 1.
Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ tertentu
2.
Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke berbagai organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
3.
Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
4.
Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lender dan menyebar melalui sistim saraf Setelah terjadi penyebaran ke otak terjadi manifestasi klinis encephalitis. Masa prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Suhu badan meningkat, foto fobia, sakit kepala, muntah-muntah, kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen. Pada anak, tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara, serta kejang. Gejala lain berupa gelisah, rewel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplagia, ataksia, dan paralisis saraf otak. Masa inkubasi virus ini berkisar 4-15 hari.
1.6
Pemeriksaan Penunjang 1. Biakan: •
Dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
•
Dari likuor serebro spinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap a ntibiotika.
•
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
•
Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibody tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul. 3. Pemeriksaan darah : jika di tubuh terdapat virus west mile dalam analisis sampel darah akan menunjukkan peningkatan antibodi terhadap virus atau terjadi peningkatan angka leukosit. 4. Punksi lumbal Likuor serebo spinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa. 5. EEG / Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi system saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002) 6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti encephalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal. (Victor, 2001) 1.7
Pengobatan Encephalitis Terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi encephalitis dapat berupa obat-obatan untuk mengurangi keluhan serta mengatasi penyebab yang mendasarinya. Obat-obat untuk mengurangi keluhan dapat berupa obat penghilang nyeri, obat anti inflamasi, obat anti kejang. Sedangkan obat untuk mengatasi penyebab encephalitis tergantung dari
penyebab pastinya, apabila disebabkan oleh virus maka diberikan obat anti virus, sedangkan apabila disebabkan oleh bakteri maka diberikan terapi antibiotik. Selain itu dapat pula diberikan terapi supportif untuk menunjang daya tahan tubuh seperti bed rest atau istirahat total, pemberian cairan tambahan melaluli infus, terapi rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan gerak, berbicara, pssikologis dan sebagainya.
1.8
Pencegahan
Menjaga kebersihan, misalnya dengan sering mencuci tangan dan membersihkan rumah secara teratur.
Jangan menggunakan alat makan yang sama dengan orang lain.
Menghindari gigitan nyamuk, kenakan pakaian tertutup saat tidur atau saat keluar rumah pada malam hari, gunakan semprotan anti nyamuk, serta gunakan lotion antinyamuk.
Vaksinasi, jenis vaksin rutin di Indonesia yang dapat membantu menurunkan resiko terjangkit penyakit ini adalah vaksin MMR (measless, mumps dan rubella). Selain itu, ada beberapa jenis vaksin yang disarankan apabila akan bepergian ke daerah yang beresiko seperti vaksin Japanese encephalitis, vaksin tick-borne encephalitis, serta vaksin rabies.
BAB III HASIL JURNAL
ENSEFALITIS JEPANG PADA ANAK 26 Desember 2016• by Jurnal Pediatri• in * Menular Penyakit Tropik, Tanda & Gejala, Tanpa kategori. Ensefalitis Jepang adalah virus yang bukan hanya menyerang di kawasan Jepang saja. Virus berbahaya ini dapat ditularkan dari gigitan nyamuk. Ensefalitis Jepang baru-baru ini telah menyebabkan sejumlah kematian di beberapa negara. Ini adalah penyakit dengan virus yang mempengaruhi membran di sekitar otak dan ditandai oleh gejala sakit kepala ringan dan demam. Japanese Encephalitis (JE) adalah infeksi otak yang disebabkan flavivirus yang berhubungan dengan demam berdarah, demam kuning dan virus West Nile. Virus ini menyebar pada manusia melalui gigitan nyamuk. Japanese Encephalitis adalah penyebab utama virus ensefalitis virus di negara-negara Asia. Penyakit ini datang dari nyamuk jenis Culex tritaeniorhynchus dan Culex vishnui. Nyamuk ini berkembang biak di sawah yang terjadi banjir. Selain itu peternakan babi juga dapat memperkuat virus ini tumbuh subur. Menurut WHO, Japanese Encephalitis mencapai sekitar 68.000 kasus klinis setiap tahun. Sekitar 24 negara di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki risiko tinggi Japanese Encephalitis. Hingga saat ini belum ada obat yang ditemukan untuk menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan yang dilakukan masih difokuskan pada penganan infeksi dan gejala klinis yang parah. Untungnya, masih ada vaksin yang aman dan efektif yang tersedia untuk mencegah Japanese Encephalitis. Kasus pertama Japanese Encephalitis didokumentasikan pada tahun 1871 di Jepang.wp-1482726140251.jpg
Tanda dan Gejala Sebagian besar infeksi virus Japanese Encephalitis ringan menunjukkan gejala seperti demam, sakit kepala atau bahkan beberapa gejala yang tidak jelas. Pada infeksi yang parah, gejala yang dimunculkan seperti demam tinggi, sakit kepala, leher kaku, tidak sadarkan diri, koma, kejang, lumpuh dan bahkan kematian. Ensefalitis Jepang baru-baru ini telah menyebabkan sejumlah kematian di beberapa negara. Ini adalah penyakit dengan virus yang mempengaruhi membran di sekitar otak dan ditandai oleh
gejala sakit kepala ringan dan demam. Namun dalam kasus yang jarang terjadi, gelaja Ensefalitis Jepang meliputi: Demam tinggi Sakit kepala berkepanjangan Leher kaku Disorientasi Koma Kelumpuhan sementara dahi atau di seluruh kepala, biasanya nyeri yang hebat da tidak bias dihilangkan dengan pemberian analgesik. Demam selalu ada dan tidak bisa diturunkan dengan pemberian obat antipiretik
Stadium akut1482670660437.jpg Gejala tekanan intrakranial meninggi berupa nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran dariapatis sampai koma. Infeksi meninges berupa kuduk kaku, biasanya 13 hari setelah sakit. Demam tetap tinggi, kontinu dan lamanya demam dari permulaan mulai penyakit berlangsung 7-8 hari. Otot kaku dan ada juga kelemahan otot. Kelemahan otot yang menyeluruh timbul pada minggu ke-2 dan minggu ke-3. Kelemahan otot yang luas dan hebat memerlukan istirahat yang lama sampai kebanyakan gejala yang lain reda. Muka seperti topeng, tanpa ekspresi muka, ataksia, tremor kasar, gerakan-gerakan tidak sadar, kelainan saraf sentral, paresis, reflex deep tendon meningkat atau menurun, dan refleks patologis babinsky positif. Berat badan menurun disertai dehidrasi. Pada kasus ringan permulaan penyakit perlahan-lahan, demam tidak tinggi, nyeri kepala ringan. Demam akan hilang pada hari ke-6 atau hari ke-7 dan kelainan neurologik sembuh pada akhir minggu ke dua setelah mulainya penyakit. Pada kasus yang berat gejala penyakit sangat akut, kejang menyerupai epilepsi, hiperpireksia, kelainan neurologik yang progresif, penyulit kardiorespirasi dan koma diakhiri kematian pada hari ke-7 dan ke-10, atau pasien hidup dan membaik dalam jangk waktu yang lama, kadang-kadang terkena penyulit infeksi bakteri dan meninggalkan gejala sisa yang permanen.
Stadium Konvalessens Stadium ini dimulai pada saat menghilangnya inflamasi yaitu pada suhu mulai kembali normal. Gejala neurologik bisa menetap dan cenderung membaik. Apabila penyakit JE berat dan berlangsung lama maka penyembuhan berlangsung lambat, tidak jarang sisa gangguan neurologik berlangsung lama. Pasien menjadi kurus dan kurang gizi. Gejala sisa yang sering dijumpai adalah gangguan mental berupa emosi yang tidak stabil, paralisis upper, dan lower motor neuon afasia dan psikosis organik jarang d ijumpai. Gejala klinis yang mendukung diagnosis JE : Keluhan dini berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, kesadaran menurun, dan gerakan abnormal (tremor hingga kejang). Gejala yang timbul 3-5 hari kemudian berupa kekakuan otot, koma, pernapasan yang abnormal, dehidrasi, dan penurunan berat badan. Gejala lain yang menyertai : refleks tendon meningkat, paresis, suara pelan dan parau. Berdasarkan kriteria WHO (1979) yang dikutip dari Lubis, seleksi kasus J E meliputi : Demam lebih dari 380C Gejala rangsang korteks Gejala kesadaran Gangguan saraf otak Gejala piramidal dan ekstra piramidal Cairan otak jernih, protein positif, glukosa < 100 mg/dl Manifestasi klinik JE dapat pula ditemukan pada penyakit lain, terutama yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat, yaitu malaria serebral, meningitis bakteri, meningitis aseptic, kejang, demam, encephalitis oleh Flavivirus lain, rabies, sindrom Reye, dan ensefalopati toksik. Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut : Data Obyektif : 1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia 2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah 4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka) 5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti ari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala: kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah. Penyakit ini bahkan mampu menyebabkan kematian hingga 30% pada penderita yang mengalami gejala. Sekitar 20% -30% penderita yang bertahan hidup mengalami masalah intelektual, perilaku atau neurologis permanen seperti kelumpuhan, kejang berulang atau bahkan mulai kehilangan kemampuannya untuk berbicara. Japanese Enchepalitis ditularkan pada manusia melalui gigitan dari nyamuk yang terinfeksi culex sehingga dikenal dengan nama nyamuk culex. Saat terinfeksi, seseorang tidak menjadi viremia (virus dalam aliran darah) yang cukup untuk menginfeksi nyamuk yang menggigitnya. Virus tersebut mengalami siklus transmisi antara nyamuk, babi dan/atau burung air (siklus enzootik). Penyakit ini terutama ditemukan di daerah pedesaan dan pinggir kota, di mana manusia hidup sangat dekat hewan-hewan tersebut. Virus Japanese Encephalitis seringkali ditularkan pada musim panas, saat itu wabah dapat menyebar dengan cepat. Di daerah dengan iklim tropis dan subtropis, penularan dapat terjadi sepanjang tahun. Tetapi, virus ini lebih sering terjadi pada periode musim hujan dan pra-panen di daerah-daerah pertanian.
BAB IV ANALISIS
BAB V PENUTUP
1.1
Kesimpulan Encephalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. (Hassan, 1997). Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningo encephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan tubuhnya kurang.
1.2
Saran Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Fransisca B. Batticaca, 2008. AsuhanKeperawatanPadaKlienDengan GangguanSistemPersyarafan. Jakarta: Salembamedika. Mansjoer A, dkk. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Doenges M, dkk. 2000. RencanaAsuhanKeperawatan. Jakarta : EGC Ginsberg, Lionel. 2007 . Lecture Notes : Neurology . Jakarta :Erlangga Shodikin, M. 2013. Anatomidanfisiologisistempersarafan . http://www.slideshare.net/sobi7777/anatomi-dan-fisiologi-sistem-persarafan .diaksestanggal 13 september 2013 pukul 12.00