MAKALAH EKONOMI REGIONAL
PERANAN TRANSPORTASI DALAM PERKEMBANGAN SUATU WILAYAH
Oleh: MUHAMMAD RAZI NIM 41203401130016
PROGRAM PASCASARJANA ILMU EKONOMI KONSENTRASI PEMBANGUNAN SUMBERDAYA UNIVERSITAS NUSA BANGSA BOGOR 2014
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3 A. Transportasi dan Perkembangan Wilayah ......................................................... 3 B. Transportasi Merupakan Tolok Ukur Interaksi antar Wilayah .......................... 5 C. Peranan Transportasi dalam Pembangunan Wilayah ........................................ 8 D. Dampak dari Perkembangan Wilayah yang Didasarkan pada Jalur Transportasi ...................................................................................... 10 PENUTUP ................................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12
ii
PENDAHULUAN
Kata transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lain. Pada dasarnya pengangkutan atau pemindahan penumpang dan barang dengan transportasi ini adalah dengan maksud untuk dapat mencapai ke tempat tujuan dan menciptakan dan/atau menaikkan utilitas (kegunaan) dari barang yang diangkut. Utilitas yang dapat diciptakan oleh transportasi atau pengangkutan tersebut, khususnya untuk barang yang diangkut, pada dasarnya ada dua macam, yaitu: (1) utilitas tempat atau place utility dan (2) utilitas waktu atau time utility (Limbong, 2011). Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), transportasi berarti suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang dan/atau barang) dari satu tempat ke tempat yang lain, baik dengan atau tanpa sarana (kendaraan, pipa dan lain-lain). Pengertian menurut Miro (2005), transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana ditempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa transportasi merupakan suatu proses yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung (sarana) untuk menjamin lancarnya proses dimaksud sesuai dengan waktu yang diinginkan. Sesuai dengan definisinya, maka transportasi memegang peranan penting dalam perpindahan barang maupun manusia antar lokasi yang berjauhan. Berdasarkan peranannya ini, maka transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan menempati posisi yang sangat strategis dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Suatu wilayah akan berkembang jika terjadi dinamika perpindahan barang dan orang dengan wilayah lainnya. Adanya perpindahan barang dan orang antara satu wilayah dengan wilayah lainnya merupakan faktor penentu berjalannya kegiatan ekonomi antar wilayah tersebut. Di bidang transportasi darat, pembangunan infrastruktur (prasarana) jalan dan jembatan telah meningkatkan jasa pelayanan produksi dan distribusi yang penting dan banyak berperan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini juga
1
ditunjang dengan makin moderennya sarana transportasi darat (kendaraan) yang membuat proses transportasi di darat menjadi lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Konsisi ini selanjutnya akan mendorong terciptanya pemerataan pembangunan antar wilayah dan stabilitas nasional, serta meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Sistem jaringan transportasi dapat dilihat dari segi efektivitasnya. Sistem tersebut harus mampu menjamin berbagai hal terkait kelancaran kegiatan transportasi, yaitu: keselamatan pengguna dan barang yang dibawa, aksesibilitas jaringan yang tinggi dan terpadu, kapasitas yang mencukupi, keteraturan, kelancaran dan kecepatan, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi.
2
PEMBAHASAN
A. Transportasi dan Perkembangan Wilayah Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas yang dilakukan maka semakin cepat gerakan distribusi serta lebih singkat waktu yang diperlukan dalam mengolah bahan dan memindahkannya dari tempat dimana bahan tersebut yang semula kurang bermanfaat ke lokasi dimana manfaatnya menjadi lebih besar. Adanya peningkatan produktivitas masyarakat disebabkan sektor transportasi ini merupakan motor utama penggerak kemajuan ekonomi. Ekonomi yang berkembang akan ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang tinggi yang ditunjang sarana dan prasarana transportasi yang memadai dan lancar. Kemajuan perekonomian antar wilayah di negara-negara maju salah satunya disebabkan oleh sistem transportasi mereka yang bagus, efisien, efektif dan terawat. Sistem transportasi negara maju telah terintegrasi dengan berbagai aspek pendukung perekonomian lainnya, sehingga sangat mendukung dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan. Dengan transportasi yang baik, akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar sehingga menghilangkan keterisolasian yang ada. Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani dalam pengembangan ekonomi antar wilayah. Transportasi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen antar wilayah. Transportasi dan perkembangan wilayah merupakan hal yang sangat erat hubungannya. Hal ini karena kegiatan pengembangan wilayah harus memiliki kajian pengembangan
sistem
transportasi
yang
bagus.
Kajian
transportasi
dan
perkembangan wilayah memiliki dimensi persoalan dengan rentang yang luas dan kompleks. Oleh karena itu, agar dapat memahami pola kerja transportasi dan aksesibilitas, dituntut untuk memiliki pandangan yang luas tidak hanya pada satu bidang kajian ilmu saja. Salah satu bidang ilmu yang terkait dengan transportasi adalah geografi transportasi. Transportasi dapat memajukan kesejahteraan ekonomi dan masyarakat, menciptakan dan meningkatkan tingkat aksesibilitas dari potensi-potensi sumber
3
alam dan wilayah pemasaran yang baru. Sumber alam yang semula tidak termanfaatkan akan dapat dijangkau untuk selanjutnya dieksplorasi dan diolah. Prasarana transportasi (jalan dan jembatan) juga berperan sebagai alat bantu vital dalam pembangunan antar wilayah dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan atau barang akibat adanya kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Sebagai contoh suatu kawasan permukiman baru yang hendak dipasarkan, tidak akan pernah ada peminatnya apabila di lokasi tersebut tidak disediakan prasarana transportasi yang memadai. Hal senada juga terjadi di kawasan permukiman transmigran. Suatu kawasan permukiman tidak akan dapat berkembang meskipun fasilitas rumah dan sawah sudah siap pakai jika tidak tersedia prasarana transportasi. Prasarana transportasi yang belum memadai atau tidak ada sama sekali akan mengakibatkan biaya transportasi barang dan orang menjadi sangat tinggi. Jika hal ini dibiarkan berlangsung terus maka kawasan permukiman transmigran tersebut tidak akan berkembang. Oleh karena itu, kebijakan yang dapat dilakukan adalah menyediakan sistem prasarana transportasi dengan biaya minimal agar dapat dilalui. Faktor perkembangan wilayah yakni modal, tenaga kerja, sumberdaya alam dan pasar merupakan kesatuan yang saling berkaitan dan nantinya menghasilkan interaksi dan menciptakan kegiatan ekonomi, sosial maupun politik. Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas yang faktor-faktor tersebut, maka akan semakin cepat gerakan distribusi serta lebih singkat waktu yang diperlukan dalam mengolah bahan dan memindahkannya dari tempat dimana bahan tersebut yang semula kurang bermanfaat ke lokasi dimana manfaatnya menjadi lebih besar. Hal ini berdampak kepada peningkatan produktivitas perekonomian masyarakat sebagai motor utama penggerak kemajuan ekonomi. Ekonomi yang maju dan berkembang akan ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang tinggi yang ditunjang oleh transportasi yang memadai dan lancar. Persoalan ketidakterjangkauan wilayah akibat jarak yang jauh sehingga tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi secara maksimal tidak berlaku di negara maju, karena perkembangan transportasi mereka yang unggul sehingga terkadang transportasi bukanlah menjadi isu utama menurunnya mobilitas di negara maju. Sedangkan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, ditandai oleh faktor
4
mobilitas yang masih rendah karena dipengaruhi oleh distribusi angkutan yang belum lancar. Sumberdaya alam yang dimiliki suatu negara tidak memiliki arti apa-apa jika tetap berada ditempatnya tanpa disentuh oleh campur tangan manusia yang ahli untuk memanfaatkannya. Agar sumberdaya alam tersebut berdaya guna maka diperlukan kerja keras untuk mengolah sumberdaya alam tersebut dengan bantuan sumberdaya manusia. Sebagai contoh Jepang, merupaka negara yang dapat dikatakan tidak banyak memiliki sumberdaya alam, namun dapat dilihat Jepang adalah negara maju dengan kemandirian ekonomi, penyediaan jasa transportasi yang tinggi serta kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat. Jika disoroti lebih lanjut mengapa Jepang dapat berkembang menjadi negara maju adalah karena Jepang memiliki sumberdaya manusia yang mengabdikan keahliannya dengan sungguh-sungguh untuk bekerja keras. Kekurangan sumberdaya alam yang diisi dengan kemampuan sumberdaya manusia akan menghasilkan perpaduan daya cipta (produk). Bahan yang tidak dimiliki oleh Jepang dilakukan impor dari negara lain, selanjutnya diolah dan dipasarkan. Dengan produktivitas dan kinerja yang tinggi, produk yang dihasilkan oleha Jepang selalu laris dipasaran. Kegiatan mengimpor, mengolah dan memasarkan produk yang dilakukan Jepang dapat berjalan dengan lancar karena ditunjang sistem pengangkutan (transportasi) yang baik. Sistem pengangkutan tersebut dapat menjamin keamanan, kecepatan, keselamatan serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sistem pengangkutan di Jepang seharusnya dapat dicontoh dan diterapkan di Indonesia. Harapannya transportasi yang ada di Indonesia saat ini bisa seperti sistem pengangkutan di Jepang.
B. Transportasi Merupakan Tolok Ukur Interaksi antar Wilayah Suatu wilayah tertentu bergantung pada wilayah lain. Demikian juga wilayah lain memiliki ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut, terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan dibanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas. Dampaknya penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan mereka.
5
Morlok (1988) mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat kepemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang dan jasa antar wilayah. Pertukaran ini diawali dengan proses penawaran dan permintaan. Sebagai alat bantu proses penawaran dan permintaan yang perlu dihantarkan menuju wilayah lain diperlukan sarana transportasi. Sarana transportasi yang memungkinkan untuk membantu mobilitas ini dapat berupa angkutan umum. Dalam menyelenggarakan kehidupannya, manusia mempergunakan ruang tempat tinggal yang disebut permukiman yang terbentuk dari unsur-unsur working, opportunities, circulation, housing, recreation dan other living facilities (Yunus, 1987). Unsur circulation adalah jaringan transportasi dan komunikasi yang ada dalam permukiman. Sistem transportasi dan komunikasi meliputi sistem internal dan eksternal. Jenis yang pertama membahas sistem jaringan yang ada dalam kesatuan permukiman itu sendiri. Jenis yang kedua membahas keadaan kualitas dan kuantitas jaringan yang menghubungkan permukiman satu dengan permukiman lainnya di dalam satu kesatuan permukiman. Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-jalur tertentu. Tempat asal dan tempat tujuan dihubungkan satu sama lain dengan suatu jaringan dalam ruang. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan jalan, yang merupakan bagian dari sistem transportasi. Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem, karena tanpa transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud secara baik (Bintarto, 1982). Hurst (1974) mengemukakan bahwa interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa. Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Wilayah dengan kondisi geografis yang beragam memerlukan keterpaduan dari berbagai jenis transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, sistem transportasi dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi yang berbeda yang terpisah oleh jarak yang tidak efisien jika ditempuh dengan jalan kaki atau tanpa alat. Sehingga sistem transportasi dalam hal ini berperan menjadi penghubung antar lokasi
6
yang jauh dan digunakan untuk memindahkan orang atau barang secara lebih cepat dan efisien sehingga nilai ekonominya mengalami peningkatan. Sistem transportasi yang baik akan membuka isolasi antar wilayah sehingga memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar. Transportasi, sebagaimana disebutkan sebelumnya, berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen dan meniadakan jarak diantara keduanya. Jarak tersebut dapat dinyatakan sebagai jarak waktu maupun jarak geografis. Jarak waktu timbul karena barang yang dihasilkan hari ini mungkin belum dapat dipergunakan hingga besok. Jarak atau kesenjangan waktu ini dijembatani melalui proses penyimpanan barang (pergudangan) dengan teknik tertentu untuk mencegah kerusakan barang tersebut. Transportasi dalam hal ini erat sekali dengan kegiatan pergudangan atau penyimpanan karena keduanya mampu meningkatkan manfaat barang. Transportasi menyebabkan barang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat dipergunakan di tempat barang itu tidak didapatkan. Dengan demikian menciptakan manfaat tempat. Penyimpanan atau pergudangan juga memungkinakan barang disimpan sampai dengan waktu dibutuhkan dan ini berarti memberi manfaat waktu (Schumer, 1974). Dapat dikatakan pembangunan suatu jalur transportasi akan mendorong tumbuhnya fasilitas-fasilitas lain yang tentunya bernilai ekonomis juga. Perbedaan sumberdaya yang ada di suatu daerah dengan daerah lain mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam proses mobilitas inilah transportasi memiliki peranan yang penting untuk memudahkan dan memperlancar proses mobilitas tersebut. Proses mobilitas ini tidak hanya sebatas oleh manusia saja, tetapi juga barang dan jasa. Dengan demikian interaksi yang bersifat keruangan antar daerah menjadi lebih mudah dan dapat mengurangi tingkat kesenjangan antar daerah. Ullman (1957) mengungkapkan ada tiga syarat untuk terjadinya interaksi keruangan, yaitu: 1) Complementarity atau ketergantungan karena adanya perbedaan demand dan supply antar daerah. 2) Intervening opportunity atau tingkat peluang atau daya tarik untuk dipilih menjadi daerah tujuan perjalanan.
7
3) Transferability atau tingkat peluang untuk diangkut atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain yang dipengaruhi oleh jarak yang dicerminkan dengan ukuran waktu dan atau biaya. Kebutuhan akan mobilisasi (pergerakan) merupakan kebutuhan turunan. Mobilisasi terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Mobilisasi tidak akan terjadi seandainya semua kebutuhan tersebut menyatu dengan permukiman. Namun pada kenyataannya semua kebutuhan manusia tidak tersedia di satu tempat. Atau dengan kata lain lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang. Dengan demikian perlu adanya mobilisasi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam melakukan mobilisasi untuk memenuhi kebutuhan, penduduk mempunyai dua pilihan yaitu mobilisasi dengan moda transportasi dan tanpa moda transportasi (berjalan kaki). Mobilisasi tanpa moda tranportasi biasanya berjarak pendek, sedangkan yang menggunakan moda transportasi berjarak sedang atau jauh. Transportasi merupakan penghubung utama antara dua daerah yang sedang berinteraksi dalam pembangunan. Tanpa adanya jaringan transportasi tidak mungkin terjadi mobilisasi faktor produksi antar wilayah. Tanpa mobilisasi faktor produksi ini suatu daerah akan tertinggal, kegiatan pembangunan tidak dapat menembus daerah tersebut. Jalan dan jembatan dalam hal ini sebagai prasarana utama terjadinya kegiatan mobilisasi ini. Aktivitas penduduk yang meningkat perlu dijadikan perhatian dalam merumuskan kebijakan di bidang transportasi karena manusia senantiasa memerlukan transportasi. Dan sistem transportasi merupakan tulang punggung mobilisasi sumberdaya antar wilayah yang dihuni oleh manusai. Sehingga dapat dikatakan transportasi merupakan tolok ukur interaksi antar wilayah.
C. Peranan Transportasi dalam Pembangunan Wilayah Menurut Hurst (1974) kajian geografi transportasi umumnya berfokus pada jaringan transportasi, lokasi, struktur, arus dan signifikansi serta pengaruh jaringan terhadap ruang ekonomi yang berkaitan dengan pengembangan wilayah dengan prinsip ketergantungan antara jaringan dengan ruang ekonomi sebagaimana perubahan aksesibilitas. Dalam hal ini, semakin baik suatu jaringan transportasi maka aksesibilitasnya juga semakin baik sehingga kegiatan ekonomi antar wilayah
8
juga semakin berkembang. Contoh dari betapa pentingnya peran transportasi bagi pengembangan wilayah perkotaan adalah fenomena yang terjadi di DKI Jakarta, daerah ibukota Republik Indonesia yang mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya sarana transportasi yang memadai. Perkembangan transportasi ini didukung oleh adanya akses tol Jakarta dengan kota-kota penyangga di sekitarnya yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) sehingga memudahkan mobilisasi penduduk antar wilayah
ini. Keadaan ini
memicu fenomena berkembangnya kota
baru/pemukiman berskala besar di sekitar Jakarta, seiring dengan berkembangnya kawasan-kawasan industri di wilayah suburban yang ada. Kota-kota baru tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan akan perumahan beserta berbagai sarana pendukungnya, serta aktivitas kawasan industri sebagai basis ekonomi kota baru. Akibat dari pembangunan dari tol ini maka muncul beberapa kota kota baru. Jalan tol dan fasilitasnya merupakan prasarana (infrastructure) transportasi darat
yang merupakan jalan bebas hambatan
(uninterrupted) bagi lalu lintas kendaraan yang dikenakan bayaran (charge) langsung bagi pengguna sesuai dengan tarif yang ditentukan. Pengembangan jalan tol bermanfaat sebagai pemicu pengembangan wilayah sekitar karena pengaruh aksesibilitas yang semakin tinggi dan penghematan biaya perjalalanan (general cost) bagi pelaku pergerakan. Ada tiga pihak yang berkepentingan dalam pengembangan jalan tol, yaitu: 1) Pihak Pengguna 2) Pihak Pengusaha (Investor) 3) Pihak Pemerintah Pemerintah merupaka regulator yang membawa kepentingan masyarakat umum untuk tujuan pengembangan wilayah. Pihak pemerintah (dalam hal ini Pemerintah Kota/Kabupaten dan Provinsi) berkepentingan dalam hal pengaruh pembangunan jalan tol terhadap pembangunan suatu wilayah, seperti: 1) percepatan pengembangan wilayah, 2) penyerapan tenaga kerja, pemasukanterhadap pendapatan daerah, 3) tingkat kemacetan lalulintas di jalan-jalan alternatif utama yang ada, dan
9
4) dapat merupakan perangsang bagi investor lain, khususnya di sektor usaha pengembangan lainnya, jika investor tersebut sudah merasakan keamanan dan menguntungkan dalam menginvestasi modalnya seperti: sektor jasa, sektor perdagangan, sektor industri dan sebagainya.
D. Dampak dari Perkembangan Wilayah yang Didasarkan pada Jalur Transportasi Dampak dari perkembangan wilayah ini bermacam-macam mulai dari masalah sosial sampai pada sektor lingkungan. Masalah-masalah ini terjadi setelah sarana dan prasarana transportasi merambah masuk ke daerah yang sebelumnya belum terjangkau. Masalah lingkungan yang ditimbulkan antara lain banjir seperti yang terjadi di Jakarta yang siklusnya semakin cepat. Sekitar satu dasawarsa sebelumnya dikenal istilah “banjir lima tahunan”. Banjir ini merupakan musibah besar yang mampu melumpuhkan kegiatan sosial-ekonomi di Jakarta selama berharihari. Sekarang banjir di Jakarta sudah terjadi setiap tahun. Hal ini sangat membuat repot Pemerintah Provinsi Jakarta karena laju perbaikan dan pembangunan infrastruktur pengendali banjir relatif lambat dan banyak mengalami kendala dalam pembangunannya. Kondisi ini merupakan salah satu dampak dikonversinya lahan persawahan atau hutan menjadi prasarana transportasi seperti jalan dan jembatan serta berbagai bangunan pendukungnya, seperti: terminal, stasiun dan lain-lain. Masalah lain yang timbul karena perkembangan wilayah yang disebabkan oleh jalur transportasi ini adalah meningkatnya penggunanan kendaraan dalam kegiatan sehari-hari. Ini merupakan salah satu bentuk ketidakefisienan dan ketidakteraturan sistem transportasi. Ketidakefisienan dalam memakai kendaraan ini berdampak pada kemacetan di jalan raya. Kemacetan merupakan salah satu indikator sudah jenuhnya prasarana transportasi. Jalan sudah kehilangan kapasitas dalam menampung kendaraan. Sistem transportasi yang tadinya dimaksudkan untuk efisiensi waktu dan biaya berubah menjadi hal yang tidak efisien lagi. Kondisi ini disebabkan laju pertambahan prasarana transportasi di wilayah yang terus berkembang dinamis tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan jumlah kendaraan yang ada sebagai sarana transportasi. Dampak negatif transportasi ini selanjutnya dibahas dalam kajian terkait pengembangan rencana tata ruang wilayah.
10
PENUTUP
Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-faktor produksi dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Transportasi dan perkembangan wilayah merupakan hal yang sangat erat hubungannya. Dikarenakan dalam pengembangan wilayah haruslah memiliki sarana dan prasarana transportasi yang mendukung. Suatu wilayah tertentu bergantung pada wilayah lain. Demikian juga wilayah lain memiliki ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut, terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan dibanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan. Dengan transportasi yang baik, akan memudahkan terjadinya interaksi antar wilayah. Interaksi ini terjadi antara penduduk lokal dengan dunia luar sehingga menghilangkan
faktor
isolasi
ruang.
Keterisolasian
suatu
wilayah
akan
mengakibatkan tertinggalnya wilayah tersebut secara ekonomi. Selain efek positif terhadap pembangunan wilayah, transportasi juga memiliki dampak negatif terhadap wilayah. Dampak ini bermacam-macam mulai dari masalah sosial sampai pada masalah lingkungan seperti terjadinya banjir dan kemacetan yang semakin parah di jalan raya. Sistem transportasi tanpa adanya regulasi yang bagus dari pemerintah hanya akan menjadi beban bagi daya dukung lingkungannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto. 1982. Pengantar Geografi Pembangunan. Yogyakarta. PT. PB Kedaulatan Rakyat. Hurst, E. 1974. Transportation Geography: Comments and Readings. New York, United States. McGraw-Hill, Inc. Limbong, J. 2011. Manajemen Transportasi. http://jhonrylimbong.blogspot.com/2011_11_01_archive.html, diakses pada 19 Juni 2014. Miro, F. 2005. Perencanaan Transportasi: Untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi. Jakarta. Erlangga. Morlok, E.K. 1988. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta. Erlangga. Schumer, L.A. 1974. Planning for Public Transport. London, England. Hutchinson. Setijowarno dan Frazila. 2001. Pengantar Sistem Transportasi. Semarang. Universitas Katolik Soegijapranata. Ullman, E.K. 1957. American Commodity Flow: A Geographical Interpretation of Rail and Water Traffic Based on Principles of Spatial Interchange. Washington DC, United States. University Washington Press. Yunus, H.S. 1987. Beberapa Determinan Perkembangan Permukiman Kota: Dampak dan Pengelolaanya. Yogyakarta. Fakultas Geografi UGM.
12