1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Manajemen
Terpadu
Balita
Sakit
(MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit. MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 ( 32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
2
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah
secara
sistematis
dan
menyeluruh,
meliputi
pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca
pelatihan,
penjaminan
ketersediaan
formulir
ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.
MTBS,
3
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut. Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas. Hal tersebut mendorong saya sebagai mahasiswa kebidanan untuk mempelajari secara menyeluruh serta membuat makalah mengenai penatalaksanaan atau manajemen pada balita sakit B. Manfaat
1. Bagi Ilmu Kebidanan Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai manajemen terpadu balita sakit sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan asuhan kebidanan terutama balita
4
2. Bagi Pengguna a. Bagi STIKES „Aisyiyah Yogyakarta Makalah ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan informasi sehingga dapat dijadikan sebagai sarana peningkatan kesehatan b. Bagi Mahasiswa STIKES „Aisyiyah Yogyakarta Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan implementasi dalam penatalaksanaan sakit pada balita.
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan
melakukan
penilaian,
membuat
klasifikasi
serta
memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999. MTBS merupakan paket komprehensif yang meliputi aspek preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitative. Metode MTBS ini dalam menangani balita sakit menggunakan suatu algoritme, sehingga dapat mengklasifikasi penyakit secara tepat, jika diperlukan dapat melakukan rujukan secara cepat, melakukan penilaian status gizi dan memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan.
Selain
itu,
bagi
ibu
balita
juga
diberikan
memberikan konseling mengenai tata cara memberikan obat kepada balitanya di rumah, pemberian nasehat mengenai makanan yang seharusnya diberikan kepada balita tersebut dan memberi tahu
6
kapan harus kembali ataupun kembali segera untuk mendapat pelayanan tindak lanjut. 2. Sejarah penerapan MTBS
MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Manajemen
Terpadu
Balita
Sakit
(MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit. MTBS bukan merupakan program kesehatan,tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan
tingkat
dasar.
WHO
memperkenalkan
konsep
pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang. Ada 3 komponen dalam penerapan strategiMTBS yaitu: Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan) Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif
Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus
7
balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”). Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.
3. Tujuan MTBS
Penatalaksanaan pada bayi balita sakit mempunyai tujuan diantaranya adalah a) Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita. b) Memberikan
kontribusi
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan kesehatan anak. 4. Cara menatalaksana balita sakit dengan pendekatan MTBS
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh Petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang
disebut
Algoritma
MTBS
untuk
melakukan
penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil
klasifikasi
tindakan/pengobatan,
penyakit, misalnya
petugas anak
akan dengan
menentukan klasifikasi
8
Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat akan dirujuk ke dokter Puskesmas. Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) yang merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan disini karena terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian
dan
tindakan/pengobatan
bagi setiap
balita sakit,
pendekatan MTBS memakai 1 set Bagan Dinding yang ditempelkan di tembok ruang pemeriksaan dan dapat memenuhi hampir
semua sisi
tembok
ruang
pemeriksaan
MTBS
di
Puskesmas dan formulir pencatatan baik bagi bayi muda (0-2 bulan) maupun balita umur 2 bulan-5 tahun. Sedangkan untuk pelatihan petugas, diperlukan 1 paket buku yang terdiri dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set bagan dinding serta 1 set buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan selama 6 hari ditambah pelajaran pada sesi malam.
9
B. Jurnal yang Mendukung
Penelitian
yang
dilaksanakan
pada
bulan
September-
Nopember 2004 oleh Muhammad Tarmidzi dkk dengan subjek penelitian diperoleh melalui laporan perkembangan status gizi balita dan
laporan
hasil
penimbangan
bulan
Agustus
2004
yang
dikelompokkan dalam daftar subjek penelitian untuk kelompok kasus dan kontrol oleh petugas gizi puskesmas. Dari perhitungan kemudian didapatkan jumlah kasus yang dibutuhkan di Puskesmas Kokap I sebanyak 22 anak, Kokap II sebanyak 6 anak, Samigaluh I sebanyak 24 anak dan Samigaluh II sebanyak 19 anak. Jumlah kontrol sama dengan sampel menurut wilayah puskesmas tersebut. Penelitian ini dirancang sebagai studi kasus kontrol retrospektif bersarang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap dan Samigaluh Kecamatan selama 3 bulan periode yang dimulai pada Agustus 2004. Kasus adalah anak-anak di bawah lima tahun yang menderita gizi dan gizi buruk. Kontrol adalah anak-anak sehat yang tidak menderita kekurangan gizi. Data diolah oleh program komputer. Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan antara status gizi dan malaria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara malaria dan status gizi antar anak di bawah lima tahun di Kecamatan Kokap dan Samigaluh Kecamatan dari Kulonprogo Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta Provinsi (p = 0,308). Rasio odds malaria antara kasus adalah 1,54 (95% CI = 0,62-3,87) dengan kesimpulan tidak ada hubungan antara malaria dan status gizi balita di Kokap dan Samigaluh Kecamatan dari Kulonprogo Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
10
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen Terpadu Balita Sakit An D Umur 11 Bulan Dengan Demam Bukan Malaria Di BPS Atiek Pujiati No RM
: 044
Tanggal
: 7 Februari 2013
Pengkajian data oleh Tria Harsiwi Nurul Insani
I. Data Subyektif Identitas Nama Anak
: An.D
Umur
: 11 bulan
Jenis Kelamin
: perempuan
Alamat
: Cebongan Kidul, Sleman
Nama Ibu
: Ny. S
Nama Ayah
: Tn. A
Umur
: 39 tahun
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku
:Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pekerjaan
: IRT
Suku Pendidikan Pekerjaan
: jawa : S1 : Wiraswasta
1. Alasan Kunjungan : Ibu ingin memeriksakan anaknya
11
2. Keluhan Utama
: anak panas sejak tadi malam, tidak pilek,
tidak batuk
3. Riwayat Imunisasi Ibu mengatakan anak telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu Hb0, BCG, DPT I sampai III, Polio I sampai IV dan campak 4. Riwayat Kesehatan Anak dan Keluarga a. Ibu mengatakan sejak tadi malam anak demam. Anak tidak mempunyai riwayat penyakit sepeti TBC, Hepatitis, asma, bronkhitis. b. Ibu mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menurun, menular dan menahun seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC, Diabetes, Hipertensi, asma dan jantung 5. Riwayat pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Pola Nutrisi 1) Makan 3x/hari,
jenis makanan keluarga
porsi kecil , tidak ada
keluhan 2) Minum 6-8 gelas/hari, jenis (air putih, susu) porsi 1 gelas belimbing, tidak ada keluhan b. Pola eliminasi 1) BAK
: 5-6 x/hari, konsistensi cair, warna kuning jernih,
bau khas, tidak ada keluhan. 2) BAB
:
1x/hari,
konsistensi
lembek,
warna
kuning
kecoklatan, bau khas, tidak ada keluhan c. Pola Aktivitas
; anak sering bermain dengan temannya, saat
sakit ini aktivitas berkurang d. Istirahat
:
12
Tidur siang 2 jam / hari Tidur malam 10 jam/hari, keluhan anak saat ini sering terbangun karena merasa tak enak badan e. Personal Hygiene Mandi 2x/hari, ganti pakaian 2x/hari 6. Riwayat Tumbuh Kembang Menurut ibu tumbuh kembang anak normal 7. Riwayat Psikososialspiritual Ibu dan keluarga khawatir dengan keadaan anak, ibu berharap anak lekas sembuh, ibu dan keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan anak II. Data Obyektif Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis S ; 38,5 0C
BB ; 7,5 kg R : 37 x/mnt Pemeriksaan Fisik Kepala
: mesochepal, rambut bersih
Muka
: tidak pucat
Mata
: sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung
: bersih, tidak ada polip, tidak ada lendir
Telinga
: tidak ada pembengkakan, tidak ada nanah yang
keluar, tidak ada kemerahan Dada
: payudara simetris,
auskultasi tidak ada suara
ronchi maupun wheezing Abdomen
: Bersih, tidak kembung
Eksremitas
: simetris, gerakan aktif , telapak tangan tidak pucat,
akral hangat
Pemeriksaan penunjang
: tidak dilakukan
13
III. Analisa An.S umur 11 bulan dengan demam bukan malaria IV.Penatalaksanaan 1)
Memberitahukan
kepada
ibu
bahwa
berdasarkan
hasil
pemeriksaananak ibu saat ini demam bukan malaria, Suhu 38,5 o
C. Ibu mengerti dan agak cemas
2)
Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri anak, menjaga dan memperhatikan makan dan minum anak, serta menjaga istirahat anak agar terpenuhi. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
3)
Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada anak jika terasa panas. Ibu mengerti dan akan mel akukannya.
4)
Memberikan ibu terapi obat paracetamol ¼ tablet (500mg) dalam bentuk puyer diminum tiap 6 jam sampai demam hilang. Ibu mengerti dan akan meminumkannya
5)
Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam. Ibu mengerti dan akan mewaspadainya
6)
Menganjurkan ibu untuk kembali segera apabila ada keluhan lain / keadaan anak memburuk. Ibu mengerti dan akan mewaspadainya
7)
Melakukan Pendokumentasian pada buku register
14
BAB IV PEMBAHASAN
Kasus yang ada pada Bab III adalah kasus balita sakit dengan keluhan panas/demam selama sehari tidak disertai pilek dan batuk. Daerah anak tinggal merupakan daerah risiko rendah penyakit malaria. Tanya jawab dengan orang tua mengenai keluhan yang dirasakan anak tersebut kemudian diakukan pemeriksaan dengan „lihat dan raba‟. Dari lihat dan raba pada anak didapatkan hasil a. Tidak ada tanda bahaya umum b. Anak tidak kaku kuduk c. Anak tidak pilek d. Mata tidak merah e. Tidak ada ruam merah pada kulit Setelah didapatkan hasil tersebut kemudian dilakukan pengklasikasian penyakit. Klasifikasi penyakit yang dari gejala yang dialami ana adalah Demam Bukan Malaria. Hal ini dikarenakan daerah anak tinggal
merupakan daerah risiko rendah malaria, tidak ada tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk pada balita. Berdasarkan
hasil
klasifikasi
penyakit
tersebut,
bidan
menentukan
tindakan/pengobatan sesuai yang ada dalam buku bagan MTBS yaitu 1. Beri dosis pertama paracetamol yang sesuai
15
Pamol diminum tiap 6 jam ¼ tablet 500 mg dalam bentuk puyer 10 bungkus. Diminum sampai demam hilang. Hal ini sesuai dengan bagan MTBS yaitu dosis sesuai berat badan anak (7,5 kg) adalah ¼ tablet paracetamol (500 mg) didapatkan 125 mg sekali minum, diminum tiap 6 jam sekali smapai demam hilang 2. Obati penyakit lain dari demam 3. Jika demam lebih dari 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan 4. Nasihati kembali segera 5. Kunjungan ulang 2 hari jika anak tetap demam
Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit pada kasus yang ditemukan di lahan praktek dalam hal ini BPS Atiek Pujiati telah sesuai dengan teoriteori relevan yang sudah ada. Hal ini dapat dilihat pada tabel kesesuaian teori dan penatalaksanaan yang dilakukan di lahan berikut ini :
Teori
1. Melakukan
Tanya
Penatalaksanaan di Lahan Praktek
jawab
1. Tanya jawab dilakukan pada ibu
pada ibu atau keluarga anak
atau
mengenai
keluhan yang dirasakan anak. Ibu
dirasakan
keluhan
yang
keluarga
anak
mengenai
mengeluh anak demam sehari tidak disertai pilek maupun batuk
16
2. „Lihat dan Raba‟ atau „Lihat Dengar‟
2. „Lihat dan Raba‟ didapatkan hasil a. Tidak ada tanda bahaya umum b. Anak tidak kaku kuduk c. Anak tidak pilek d. Mata tidak merah e. Tidak ada ruam merah pada kulit
3. Mengklasifikasikan penyakit
3. Mengklasifikasikan penyakit sesuai
sesuai hasil tanya jawab dan
hasil tanya jawab dan lihat raba
lihat raba
Klasifikasi
“Demam
Bukan
Malaria”
4. Memberikan terapi
4. Memberikan terapi
pengobatan/tindakan untuk
pengobatan/tindakan yang sesuai
demam yang sesuai
Terapi yang diberikan oleh lahan
Balita umur6 bulan - <3tahun
praktek sesuai dengan teori yaitu
(7<14kg) yaitu
paracetamol ¼ tablet 500mg (125
a. ¼ tablet 500mg
mg) sekali minum diminum tiap 6
b. 1 tablet 100 mg
jam sampai demam hilang
c. 5 ml pamol sirup 120mg/5ml Diminum tiap 6 jam
17
sampai demam hilanh
5. Memberitahu kapan kembali segera dan kunjungan ulang
5. Memberitahu kapan kembali segera yaitu jika ada gejala lain maupun demam tak kunjung turun
6. Memberitahu
kunjungan
ulang 2 hari jika tetap demam
6. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
18
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
MTBS Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan),
perbaikan
gizi,
imunisasi
dan
konseling
(promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. Penerapan Manajemen terpadu pada balita sakit di BPS Atiek Pujiati sudah sesuai dengan penatalaksanaan dalam teori dan modul MTBS. Anamnesa dan penapisan awal dilakukan secara menyeluruh sehingga klasifikasi penyakit yang diderita bayi atau balita dapat diketahui. B. Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada bayi maupun balita dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan secara tepat sesuai teori yang sudah ada. Selain itu disarankan kepada mahasiswa
19
kebidanan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.
20
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008 2. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika 3. Mansjoer, Arif M, dkk . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius 4. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC 5. Tarmidzi, Muhammad. 2007. Hubungan Kejadian Malaria Dengan Status Gizi Balita. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Vol 23.