BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Karenanya, manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara memelihara jaringan jarin gan tubuh, mengatur proses proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh. Ketika homeostasis tubuh terganggu atau dalam keadaan sakit, nutrisi yang mencukupi dan tepat amat dibutuhkan untuk membantu proses penyembuhan. Akan tetapi, nutrisi yang kurang atau berlebih justru akan memperburuk keadaan tubuh. Beberapa kelainan atau penyakit memerlukan diet makanan khusus baik jenis dan jumlah asupannya, seperti gangguan lambung, jantung, diabetes, dan gagal ginjal. Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan klien dengan masalah nutrisi sangat diperlukan. Perawat berkesempatan untuk mengenali tanda-tanda nutrisi buruk dan membuat langkah-langkah perubahan. Lewat kontak sehari-hari dengan klien dan keluarganya memungkinkan perawat untuk mengobservasi status fisik, asupan makanan, penambahan atau kehilangan berat badan, dan respon pada terapi klien. Perawat dapat mengidentifikasi
masalah
aktual
atau
potensial
dalam
status
nutrisi
dan
mengimplementasikan terapi perawatan, medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi dan mengatasi masalah nutrisi klien.
1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui proses pencernaan makanan. 2. Mengetahui proses keperawatan dalam asuhan keperawatan klien dengan masalah nutrisi. 3. Mengetahui aspek-aspek pengkajian nutrisi dalam asuhan keperawatan. 4. Mengetahui diagnosis keperawatan keperawatan dalam asuhan keperawatan keperawatan nutrisi. 5. Mengetahui perencanaan keperawatan dalam asuhan keperawatan nutrisi. 6. Mengetahui intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan nutrisi.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Nutrisi Nutrisi merupakan zat-zat yang diperoleh dari makanan yang berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. (Mubarak & Chayatin, 2008)
2.2 Masalah Proses Pencernaan Sulit untuk mengelompokan gangguan sistem pencernaan yang berpengaruh terhadap kondisi nutriri berdasarkan fungsional, karena seringkali masalah secara bersama-sama mengganggu digesti dan absorpsi, sebab jika makanan mengalami gangguan digesti, makanan tersebut tidak dapat diabsorpsi. Oleh karena itu, masalah akan dikelompokkan berdasarkan area, yaitu ; masalah Esophagus, masalah Gaster, masalah Usus Halus, masalah Colon dan masalah Organ Asesori MASALAH ESOFAGUS
1.
1.
Kegagalan menelan
Menelan dikoordinasikan oleh pleksus Auerbach sehingga terjadi kontraksi-relaksasi yang temporer pada otot-otot gastrosofageal dan otot-otot orofaringeal. Melalui proses tersebut makanan akan masuk kedalam gaster. Dysphagia; kesulitan menelan, dapat t erjadi karena masalah neuromuscular ataupun penyakit syaraf seperti pada myesthania gravis, polio bulbar, muscular dystrophy, botulism. Pada keadaan ini otot tak mampu berkontraksi dan peristaltic saluran cerna menjadi hilang. Hal ini akan menyebabkan stagnasi makanan. Dysphagia dapat juga diawali oleh adanya tumor yang menyumbat saluran cerna atau menurunnya kontraktilitas esophagus misalnya pada achalasia.
3
2.
Inflamasi mukosa esophagus
Dalam kondisi normal, esophagus dilindungi oleh mucus yang disekresi oleh tunika mukosa dan kontraksi spincter gastroesofageal yang mencegah cairan lambung masuk ke esophagus. Jika oleh karena suatu keadaan misalnya pada hiatal hernia, cairan lambung refluks ke esophagus, hal ini akan menyebabkan iritasi pada esophagus yang akan menyebabkan esofagitis, sehingga akan menimbulkan rasa nyeri dan sulit menelan. MASALAH GASTER
Gaster berfungsi mencampur, mengaduk dan memecah molekul makanan menjadi partikel partikel yang kecil sehingga permukaan makanan yang akan kontak dengan enzim selama proses digesti menjadi lebih luas. Gaster juga menghasilkan 2-3 liter cairan per hari yang berisi elektrolit, air, mucus, asam hidrochlorid, enzim pepsin dan lipase, serta factor intrinsic. Makanan yang sudah halus bercampur dengan sekresi gaster mempunyai konsistensi yang kental, membentuk kimus (Chyme). Chyme ini memfasilitasi proses digesti pada usus halus. Adanya gangguan pada gaster menyebabkan terhambatnya proses digesti pada usus halus yang akan menghambat juga proses absorpsi. 1.
Obstruksi gaster
Obstruksi gaster yang paling sering terjadi adalah karena stenosis pylorus yang terjadi secara congenital. Manifestasi yang tampak adalah adanya muntah-muntah dan regurgitasi yang terjadi pada usia 1-2 minggu sehingga pertumbuhan bayi terhambat (failure to thrive). Dapat juga ditemui pada orang dewasa sebagai komplikasi dan inflamasi yang dihubungkan dengan ulkus gaster, kanker gaster atau kanker pancreas. 2.
Neoplasma gaster
Neoplasma gaster dapat terjadi di berbagai tempat tetapi utamanya terjadi pada daerah pylorus. Neoplasma dapat berupa tumor benigna ataupun maligna. Benigna pada gaster seringkali tidak menimbulkan gejala (asimptomatik), kecuali jika tumor tersebut menyebabkan obstruksi. Sedangkan maligna dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, anorexia, muntah-muntah, kehilangan berat badan dan perubahan dalam kebiasaaan defekasi. 3. Inflamasi gaster 4
a. Gastritis Akut
Perubahan degenerative yang biasa terjadi pada lapisan superficial yang disebabkan karena terpaparnya gaster oleh zat irritant seperti alcohol, aspirin, steroid dan asam empedu. Manifestasi yang muncul adalah nyeri epigastrium, anorexia, mual dan muntah sehingga intake nutrisi menurun. b. Gastritis Kronis
Perubahan degenerative yang menimbulkan atropi beberapa sel fungsional tunika mukosa sehingga produksi asam lambung dan factor intrinsic menurun. Keadaan ini menyebabkan gangguan digesti yang dapat menyebabkan gangguan aborpsi zat menurun dan menurunnya factor intrinsic menyebabkan gangguan absorpsi vitamin B12 yang menyebabkan terjadinya anemia pernisiosa. c. Peptic Ulcer
Jika sekresi asam lambung menyebabkan degenerasi dan nekrosis mukosa gastrointestinal, terjadilah peptic ulcer (Ulkus Peptikum). Adanya ulkus menurunkan kemampuan sekresi sel gaster yang akan merangsang hipertropi pylorus yang yang akan menyebabkan stenosis pylorus. d.
Ulcus Duo denum
Hiperstimulasi sel parietal oleh N.Vagus yang menyebabkan massa sel bertambah sehingga sekresi asam lambung meningkat. Selain itu dapat juga disebabkan oleh peningkatan sekresi gastrin yang abnormal akibat adenoma sel-sel non pulau Langerhans (Zollinger-Ellison Syndrome). MASALAH USUS HALUS
Usus halus adalah bagian dari saluran cerna yang merupakan tempat digesti terakhir dan tempat absorpsi zat makanan, sehingga gangguan pada usus halus menyebabkan gangguan digesti dan absorpsi. 1.
Gangguan digesti-absorpsi
a. Crohn¶s disease 5
Merupakan peradangan kronis yang terutama terjadi pada ileum. Lesi terdapat pada nodus limfatik sehingga menyebabkan obstruksi limfatik yang mengakibatkan penebalan lapisan submukosa yang akan menghambat proses absorpsi zat makanan. b. Zollinger-Ellison syndrome
Peningkatan sekresi gastrin abnormal menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung sehingga lingkungan pada intestine menjadi sangat asam yang mengakibatkan tidak aktifnya enzim pancreas, presipitasi garam-garam empedu. Keadaan ini menyebabkan makanan pada usus tidak tercerna sehingga tidak dapat diabsorspsi. c. Gastroenteritis akut
Bakteri dan virus menyebabkan inflamasi pada gastroenteritis dan menimbulkan kondisi patologis. Efek yang umum terjadi adalah meningkatnya motilitas usus dan meningkatnya kecepatan sekresi cairan dan elektrolit kedalam lumen usus. Akibatnya dengan segera dapat terjadi dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, shock hipovolemik dan kematian, tergantung dari beratnya kerusakan dan cepatnya kehilangan cairan-elektrolit dan cepatnya penanggulangan. d.
Celiac disease
Ditandai dengan adanya degenerasi sel usus halus yang menyebabkan defisiensi lactase yang mengakibatkan gangguan dalam digesti laktosa susu. Manifestasi dari gangguan digesti-absorpsi adalah : y
Menurunnya supply nutrient ke jaringan sehingga pembakaran zat makanan menurun yang menyebabkan produksi energy berkurang yang dimanifestasikan dengan adanya kelemahan fisik.
y
Penggunaan massa tubuh sebagai sumber energy yang menyebabkan penurunan berat badan.
y
Apabila keadaan ini berlangsung lama, penurunan absorpsi protein dan penggunaan massa tubuh sebagai sumber energy menyebabkan menurunnya albumin plasma sehingga tekanan onkotik menjadi rendah, terjadilah perpindahan cairan ke interstitial
6
(edema). Pada keadaan yang berat, sintesa protein menurun, massa otot berkurang, anemia dan defisiensi enzim. 2.
Obstruksi usus
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gerakan anti peristaltic dari usus halus yang menyebabkan cairan usus terkumpul diatas obstruksi dan sebagian kembali ke lambung dan muntah
bersama
dengan
cairan
lambung.
Terkumpulnya
cairan
diatas
obstruksi
menyebabkan distensi yang menyebabkan tekanan pada lumen usus meningkat sehingga mengakibatkan ischemia dinding usus. Terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrosis ke peritoneal dan system sirkulasi , dan menyebabkan munculnya peritonitis dan septicemia. MASALAH COLON
Colon merupakan bagian saluran cerna yang berperan dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Cairan agar bergerak dari tekanan osmotic yang rendah (pada lumen colon) ke tekanan yang lebih tinggi (pada epitel colon). Jika terjadi gangguan absorpsi pada usus halus akan mengakibatkan osmolalitas chime pada colon lebih tinggi dari tekanan osmotic pada epitel colon sehingga proses absorpsi air tidak terjadi bahkan sebaliknya cairan akan tertarik ke lumen usus yang menyebabkan tubuh akan kehilangan banyak cairan yang biasanya membawa elektrolit. 1.
Inflamasi
a. Diverticulitis
Adalah pembentukan kantung-kantung kecil pada dinding intestine (diverticuli). Diverticuli ini mudah terkena radang yang disebut diverticulitis dengan manifestasi adanya rasa nyeri dan jika perforasi menyebabkan perdarahan dan peritonitis. b. Colitis ulcerative
Adalah suatu peradangan pada colon yang ditandai dengan edema dan kongesti jaringan mukosa yang akan menghambat absorpsi air sehingga feses yang terbentuk menjadi encer (diare) dan seringkali bercampur darah.
7
c. Obstruksi colon distal
Obstruksi pada colon distal menyebabkan feses tertumpuk diatas obstruksi. Dalam beberapa minggu klien mengalami konstipasi yang hebat. Pada tahap awal muntah tidak hebat, tetapi jika colon sudah terisi penuh, kimus dari usus halus tidak dapat bergerak ke colon, menyebabkan muntah hebat, colon rupture dan hipovolemia. d.
Neoplasma
Neoplasma yang terjadi pada colon bisa berupa tumor benigna maupun maligna. Tumor maligna yang tumbuh pada area descenden memungkinkan terjadinya manifestasi obstruksi dan menimbulkan nyeri, distensi abdomen dan diare. e. Gangguan motilitas usus
Terdapat dua jenis masalah yang terjadi akibat gangguan pada motilitas usus, yaitu konstipasi dan diare. MASALAH ORGAN ASESORI 1.
Pancreas
a. Pancreatitis akut
Pancreatitis akut, umumnya terjadi karena obstruksi ductus biliaris sehingga sekresi pancreas (enzim) terbendung. Akan terjadi autodigesti yang menimbulkan nyeri hebat. Jika autodigesti mencapai permukaan pancreas, enzim akan dikeluarkan dan masuk ke cavum abdomen dan menimbulkan peritonitis dengan manifestasi demam, leukositosis, distensi abdomen dan nyeri tekan abdomen. Selain itu terhambatnya pengeluaran enzim ke duodenum menyebabkan gangguan dalam digesti-absorpsi dan adanya nyeri hebat dan gangguan digesti menyebabkan perasaan mual dan muntah-muntah b. Pancreatitis kronis
Merupakan penyakit degenerasi jaringan pancreas akibat suatu radang yang mengakibatkan terbentuknya jaringan nekrotik yang akan di ikuti dengan pembentukan jaringan fibrotic. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan alcoholism, malnutrisi atau keduanya .Keadaan ini menyebabkan terjadinya ikterus, gangguan dalam pencernaan lemak dan pembentukan 8
jaringan ikat pada pancreas menyebabkan kemampuan sekresi pankreas juga menjadi terbatas sehingga mengganggu digesti-absorpsi. Gangguan absorpsi lemak menyebabkan vitamin K tidak dapat diabsorpsi dengan akibat terganggunya aktivitas factor pembekuan II, VII, IX da n X yang dimanifestasikan dengan perdarahan. 2.
Hepar dan Empedu
a. Gangguan produksi dan ekskresi bile
Bile diproduksi oleh hepar dan disimpan dikandung empedu untuk disekresikan ke duodenum. Ada beberapa masalah yang dapat terjadi, diantaranya adalah :
y
Produksi bilirubin yang berlebihan
Terjadi karena meningkatnya destruksi sel darah merah sehingga bilirubin unconjugated meningkat melebihi kemampuan hepar untuk melakukan konjugasi. Bilirubin unconjugated ini akan kembali bersirkulasi didalam darah dan menyebabkan perubahan warna kulit menjadi ikterik. Keadaan ini seringkali dijumpai pada bayi baru lahir. Insufisiensi ekskresi bilirubin
Pada keadaan ini bilirubin yang sudah dikonjugasi dihepar tidak dapat masuk kedalam duodenum karena kompresi ductus biliaris intrahepatik (pada hepatitis atau chirosis hepatis), oklusi ductus biliaris ekstrahepatik (misalnya oleh Ca.Pancreas),akibatnya bilirubin yang sudah dikonjugasi kembali diabsorpsi oleh liver dan masuk kedalam aliran darah sehingga terjadi ikterik, warna urine seperti teh, feses seperti dempul (pucat), dan gangguan dalam digesti dan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. b. Gangguan fungsi sel hepar
y
Hepatitis
Adalah peradangan pada jaringan hepar yang dapat disebabkan oleh zat toksik (alcohol, carbon tetrachloride, asetaminophen dalam dosis yang berlebihan) dan virus pathogen. Pada hepatitis terjadi peradangan yang disertai nekrosis, penurunan fungsi hepar, peradangan sel hepar yang menyebabkan ductus intrahepatik terdesak sehingga ekskresi bilirubin menurun
9
dan bilirubin yang telah dikonjugasi bersirkulasi kembali didalam aliran darah dan manifestasinya terutama ikterik. Cirrhosis hepatis
Adalah penyakit hepar kronis yang ditandai dengan degenerasi fibrotic jaringan hepar oleh karena pengaruh toksik dari ethanol, infeksi hepatitis virus, toxic hepatitis, biliary statis, atau perlemakan hati yang hebat karena kekurangan kalori protein yang berat dalam waktu yang lama. Manifestasi klinis akan berkembang la mbat dan asimptomatis untuk periode yang la ma. Tanda dini adalah lesu, anorexia, nyeri tumpul perut kanan atas, mual dan muntah. Manifestasi lebih lanjut adalah adanya tanda-tanda hepatic cellular failure dan portal hypertension.
y
Hepatic cellular failure
hepatic celluler failure menggambarkan keadaan dimana hepar gagal dalam melakukan fungsinya. Manifestasi yang dapat dijumpai adalah menurunnya fungsi prothrombin dan fibrinogen sehingga cenderung terjadi pendarahan, menurunnya produksi albumin sehingga tekanan osmotic koloid menurun dan menyebabkan edema,terjadi ikterus, hiperglikemia, meningkatnya ammonia dalam darah karena ketidakmampuan hepar untuk merubah ammonia menjadi ureum sehingga terjadi penurunan tingkat kesadaran, keadaan tersebut ditambah dengan menurunnya kemampuan hepar untuk melakukan detoxifikasi lainnya, menyebabkan terjadinya hepatic coma atau hepatic encephalopathy.
2.3 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Nutrisi 2.3.1 Pengkajian Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi klien berpedoman pada empat area pokok yaitu pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri, tes laboratorium, riwayat diet dan kesehatan, dan observasi klinik. Selain itu kebutuhan energi/kalori klien juga perlu dikaji agar dapat diberikan intervensi pemenuhan nutrisi yang tepat. (Perry & Potter, 2005)
10
a. Pengukuran Fisik dan Antropometri Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometri terdiri atas tinggi badan, berat badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar tubuh di beberapa area seperti kepala, dada, dan lengan. y
Tinggi badan Pengukuran tinggi badan pada klien dewasa dan balita dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi berbaring. Pada kasus-kasus tertentu, seperti pasien yang mengalami cedera dan fraktur tulang belakang, pengukuran dilakukan dalam posisi berbaring.
y
Berat badan Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengukur berat badan adalah: alat serta skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang, klien ditimbang tanpa alas kaki, pakaian diusahakan tiak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang, waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan.
y
Berat Badan Ideal (BBI) Berat badan ideal /normal dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan (keseimbangan energi). Berat Badan Ideal (kg)= [(Tinggi Badan (cm)-100)-10%)] Berat badan ideal ini bergantung pula pada besar kerangka dan komposisi tubuh dalam hal otot dan lemak. Seorang yang berkerangka besar dan atau mempunyai komposisi otot relatif lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar. Cara lain adalah de ngan menentukan Indeks Masa Tubuh/IMT (Body Mass Index/BMI): IMT= Berat badan (kg)/(Tinggi badan x tinggi badan (m 2 )) Nilai standar: <20 ± underweight 20-25 ± berat normal 25-30 ± overweight >30 ± obese/gemuk
y
Tebal lipatan kulit Pengukuran tebal lipatan kulit bertujuan untuk menentukan persentase lemak di jaringan
subkutan, dan status kalori. Selain itu, pengukuran ini dapat digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan normal atau obesitas. Area yang sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep (triceps skinfold, TSF ). Area lain pengukuran TSF adalah bisep, skapula dan otot abdominal. 11
Cara pengukuran TSF:
Klien dianjurkan untuk membuka pakaian guna mencegah kesalahan pada hasil pengukuran.
Privasi dan rasa nyaman klien harus selalu diperhatikan.
Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak dominan.
Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara akromion dan olekranon.
y
Ketika pengukuran dilakukan, klien dianjurkan untuk relaks.
Alat yang digunakan adalah Kapiler.
Lingkar tubuh Lingkar dada dan kepala digunakan dalam pengkajian pertumbuhan dan perkembangan
otak bayi. Sedangkan lingkar lengan atas (MAC) dan lingkar otot lengan atas (LOLA/MAMC) digunakan untuk menilai status nutrisi. LLA diukur dengan menggunakan alat ukur yang umum digunakan tukang jahit (t ape around) dan dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan dalam satuan sentimeter.
Tabel LLA untuk remaja dan orang dewasa UMUR
STANDAR 100%
85%
80%
Lk
pr
Lk
pr
lk
Pr
15-16
25.0
24.5
21.0
20.5
20.0
19.5
16
26.0
24.5
22.0
21.0
20.5
19.5
17
27.0
25.0
23.0
21.5
21.5
20.0
DEWASA
29.5
28.5
25.0
23.5
23.5
23.0
Keterangan: 85% standar = batas terendah gizi baik 80% standar = batas terendah gizi kurang <80% standar = gizi buruk Adapun penghitungan LOLA menggunakan rumus: LOLA=LLA-(3,14 x TSF) semua dalam satuan cm Nilai normal LOLA pada pria sebesar 25,3 dan wanita sebesar 23,3 cm. 12
b.
Pemeriksaan Laboratorium dan Biokimia Nilai-nilai biokimia yang digunakan dalam pengkajian nutrisi adalah: y
Total limfosit dan tes antigen kulit, merupakan ukuran fungsi imunitas atau kemampuan tubuh melawan penyakit.
y
Serum albumin, merupakan indikator penting status nutrisi dan sintesa protein, yang biasanya rendah pada penyakit infeksi, gangguan hepar, ginjal dan saluran cerna.
y
Transferrin, merupakan parameter lain untuk mengkaji status protein viseral.
y
Keseimbangan nitrogen, untuk menentukan kadar pemecahan protein di dalam tubuh.
y
Hemoglobin dan hematokrit, mengindikasikan defisiensi berbagai bahan nutrisi.
y
Lipid serum, berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner.
y
Glukosa serum, berhubungan dengan resiko diabetes, obesitas dan hipertensi.
Tabel Standar nilai normal status nutrisi pada orang dewasa No. 1.
2.
Nama Pemeriksaan Biokimia Hematokrit:
Kadar Normal (vol % red cells)
Laki-laki
40-45%
Perempuan
37-47%
Hemoglobin: Laki-laki
14-17 g/dl
Perempuan
12-15 g/dl 3
3.
Nilai total Limposit
1500-3000/mm
4.
Serum albumin
4.0-5.5 g/dl
5.
Kapasitas total serum zat besi
250-410 %
6.
Transferrin
7.
Kreatinin
170-250 mg/dl 1.0-1.5 g/24 jam
c. Riwayat Diet dan Kesehatan Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam. Meliputi jumlah dan jenis karbohidrat, protein, lemak, sayur-sayuran, buah-buahan, air dan mineral. 13
(Nurachmah, 2001) Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan makanan dan cairan klien, termasuk informasi tentang pilihan, alergi, masalah dan hal yang berhubungan lainnya seperti kemampuan klien untuk memperoleh makanan. Selain itu juga harus dikaji tingkat aktivitas klien untuk menentukan kebutuhan energi dan membandingkannya dengan asupan makanan. Faktor- faktor yang mempengaruhi pola diet klien dan status nutrisi seperti status kesehatan, latar belakang budaya, agama, status sosial ekonomi, pilihan pribadi, faktor psikologi, penggunaan alkohol atau obat-obatan, salah informasi tentang makanan juga perlu mendapat perhatian. (Perry & Potter, 2005)
d.
Observasi Klinis Pemeriksaan klinis pada klien adalah penilaian keadaan fisik yang berhubungan dengan adanya malnutrisi. Prinsip pemeriksaan yang digunakan adalah ³cephalo caudal´ atau ³head to feet´ yaitu dari kepala ke kaki. Berikut adalah tanda-tanda status gizi yang abnormal berdasarkan observasi klinis:
y
Apatis, lesu, tampak lelah.
y
Berat badan kurang atau berlebih.
y
Rambut kering, kusam, pecah-pecah, tipis, rapuh.
y
Kulit kering, kusam, pecah-pecah, pucat atau berpigmen. Ada petekia atau memar dan lemak subkutan sedikit.
y
Kuku rapuh, pucat, dan berbentuk seperti sendok.
y
Mata kering, konjungtiva pucat atau merah.
y
Lidah berwarna merah atau magenta, tampilan halus, bengkak.
y
Bibir bengkak dan pecah-pecah pada sudut bibir.
y
Anoreksia, indigesti, diare atau konstipasi.
y
Refleks menurun, emosi tidak stabil, kurang perhatian, bingung dan emosi labil.
(Mubarak & Chayatin, 2008)
14
e. Kebutuhan Energi y
Laju Metabolisme Basal Basal Metabolisme Rate (BMR) atau laju metabolisme basal adalah jumlah minimal
energi yang diperlukan tubuh ketika tubuh dalam keadaan istirahat untuk menjaga dan memelihara berbagai fungsi vital tubuh, seperti kerja jantung, aktivitas pernapasan, aktivitas hormon, aktivitas otot dan sistem istirahat. Cara menghitung pengeluaran energi basal (Basal Energy Expenditure/BEE) 1. Persamaan Harris-Benedict Laki-laki: BEE (kal/hari) = 66,47 + [13,75 x berat (kg)] + [5,0 x tinggi (cm)] ± [6,76 x usia (tahun)] Wanita: BEE (kal/hari) = 65,51 + [9,56 x berat (kg)] + [1,85 x tinggi (cm)] ± [4,68 x usia (tahun)] 2. Persamaan Shofield Usia (tahun)
y
Laki-laki
wanita
15-18
BEE = 17,6 x BB (kg) + 656
BEE = 13,3 x BB (kg) + 690
18-30
BEE = 15,0 x BB (kg) + 690
BEE = 14,8 x BB (kg) + 485
30-60
BEE = 11,4 x BB (kg) + 870
BEE = 8,1 x BB (kg) + 842
>60
BEE = 11,7 x BB (kg) + 585
BEE = 9,0 x BB (kg) + 656
Energi Tambahan Untuk memperkirakan kebutuhan total kalori klien, BEE dikalikan dengan faktor
aktivitas (FA) dan faktor injuri. Tabel Faktor Aktivitas dan Injuri Faktor aktivitas
1,2
Tirah-baring total
(FA)
1,3
Ambulansi
Faktor injuri
1,0-1,2
Non-stres ventilator dependen
(FI)
1,1-1,2
Gagal jantung kongestif, pembedahan ringan
15
1,13
Demam
1,15-1,35
Trauma skletal
1,2-1,4
Infeksi ringan hingga sedang
1,3-1,5
Pembedahan abdomen/torak yang berat
1,35-1,55
Trauma multipel
1,4
Cedera kepala tertutup
Rata-rata 1,4-1,6
Stres ventilator dependen
1,5
Gagal hati, penyakit kanker
Rata-rata 1,5-1,8
Sepsis
Tabel metode memperkirakan tambahan kalori Tingkat aktivitas atau intensitas penyakit Tujuan
y
rendah
sedang
tinggi
Menurunkan berat badan
15 kal/kg
20 kal/kg
25 kal/kg
Mepertahankan berat badan
20 kal/kg
25 kal/kg
30 kal/kg
Menambah berat badan
25 kal/kg
30 kal/kg
35 kal/kg
Kebutuhan kalori selama sakit
Selama sakit, kebutuhan kalori meningkat menurut beratnya penyakit yang diderita klien. Penghitungan kebutuhan kalori dilakukan menurut total kebutuhan kalori masingmasing klien kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori tambahan pada tabel berikut. Tabel kebutuhan kalori pada keadaan sakit Beratnya penyakit
y
Kebutuhan kalori tambahan
Ringan
+ 10%
Sedang
+25%
Berat
+50-100%
Kebutuhan Kalori pada Keadaaan Khusus Pada klien luka bakar (kombustio) 16
Kal/hari = 25 kal/kg BB + 40 kal/ %-ase luas luka bakar
y
Kebutuhan Kalori pada Anak-anak Tabel kebutuhan kalori berdasarkan usia anak Usia (tahun)
Kal/kgBB/hari
<1
80-95
1-3
75-90
4-6
65-75
7-10
55-75
11-18
45-55
(Hartono, 2000) y
Tambahan energi untuk Kehamilan dan Laktasi
Selama hamil, perempuan memerlukan energi tambahan sebesar 300 kkal/hari untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan tambahan lainnya. Tambahan keperluan energi ibu menyusui pada enam bulan pertama adalah sebanyak 300 kkal/hari. Pada enam bulan kedua, tambahan sebanyak 550 kkal/hari dan untuk tahun kedua, tambahan sebanyak 400 kkal/hari. Energi total harian (TER)= BMR+PA+SDA SDA= 10% (BMR+PA)
2.3.2 Diagnosa Keperawatan Menurut
N or t h
American
N ursing
Diagnosis Associat ion (NANDA), diagnosis
keperawatan terkait masalah nutrisi dibagi menjadi: a. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan: y
Peningkatan laju metabolit
y
Asupan nutrien yang tidak adekuat dalam dalam diet
y
Peningkatan kehilangan nutrien melalui cairan gastrointestinal
y
Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang berlebihan
17
b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan: y
Penurunan laju metabolik
y
Asupan nutrien dan kalori yang berlebihan dalam diet
y
Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat
c. Perubahan nutrisi: risiko untuk lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan: y
pola asupan makanan yang disfungsional.
y
Gangguan hubungan dengan orang yang penting atau bermakna.
y
Gangguan menelan akibat jalan napas buatan.
2.3.3 Perencanaan Perencanaan
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Perubahan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan :
Berat badan klien bertahan_KG atau bertambah_KG pada _
Kaji dan Mengidentifikasi faktor dokumentasikan derajat penyebab kesulitan kesulitan mengunyah/menelan. mengunyah/menelan klien
Klien mengerti komponen keadekuatan diet gizi.
Ketidak mampuan Konsultasi pada ahli untuk menelan okupasi atau mencerna Klien ingin mengikuti makanan dan diet menyerap nutrient Yakinkan klien dan yang diakibatkan Massa tubuh dan berat berikan lingkungan karena faktor badan klien dalam yang tenang selama biologis, batas normal makan. psikologis, atau ekonomi. Parameter Siapkan kateter laboratorium pengisap di samping menunjukkan hidrasi tempat tidur dan alat adekuat dan pengisap selama makan meningkatkan ,bila di perlukan parameter nutrisi. Atur posisi klien pada Tingkat energi menjadi saat pemberian nutrisi adekuat.
Rasional
Kemungkinan penyebab sulit mengunyah adalah neoplasma Lingkungan yang tidak tenang dapat mengurangi nafsu makan klien.
Pada pasien yang kurang nafsu makan kemungkinan sekresi asam lambung meningkat.
Posisi semi-fowler atau fowler tinggi akan memudahkan klien menelan . pertahankan posisi ini 30 menit untuk mencegah aspirasi.
18
Perubahan nutrisi Klien menyadari : lebih dari masalah berat badan. kebutuhan Berhubungan Klien berkeinginan dengan : untuk menurunkan Asupan yang berat badan berlebihan dalam hubungannya Klien berpartisipasi dengan kebutuhan dalam program metabolism penurunan berat badan yang terstruktur. Berat badan mendekati ideal _KG Klien menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu. Asupan yang adekuat, tetapi tidak berlebihan,menyangkut kalori, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, besi, dan kalsium.
Risiko Perubahan Nutrisi :Lebih dari Kebutuhan Tubuh Faktor Risiko :
Klien menyadari adanya faktor risiko
Letakkan posisi makanan pada bagian mulut yang tidak luka untuk memudahkan menelan.
Makanan pada posisi luka akan menimbulkan nyeri dan refleks muntah.
Gunakan spuit bila perlu untuk mempermudah klien dalam menelan.
Melewatkan proses mengunyah pada pasien kesulitan mengunyah.
Mandiri : Kaji perilaku pasien yang berkaitan dengan kenaikan berat badan Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Anjurkan klien untuk mengikuti diet yang terdiri dari karbohidrat kompleks dan protein, dan hindari gula sederhanan,makanan cepat saji,kafein atau makanan ringan. Instruksikan tentang bagaimana menghitung persentase lemak pada produk makanan Kolaboratif : Rundingkan dengan ahli gizi untuk mengimplementasikan program penurunan berat badan yang meliputi pengelolaan diet dan energi. Kaji adanya faktor risiko kenaikan berat badan.
Mengidentifikasi pola makan dan jumlah intake makanan. Mengetahui informasi dapat memudahkan klien dalam pemilihan jenis makanan.
Mencegah bertambahnya berat badan .
Mengetahui jumlah kalori dari lemak yang dikomsumsi.
Merencanakan program penurunan berat badan yang tepat.
Mengetahui faktor resiko
Klien berpartisipasi 19
Subjektif dalam program latihan Peningkatan nafsu teratur makan Makanan sebagai Klien memelihara respons terhadap berat badan ideal _KG isyarat internal selain rasa Kliean makan diet lapar(missal : yang seimbang. ansietas) Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang utama sebelum usia 5 bulan Objektif Obesitas pada satu atau kedua orang tua Memusatkan asupan makanan malam hari Disfungsi pola makan Makan sebagai respon saraf eksternal Penggunaan makanan sebagai penghargaan atau kenyamanan Makan sambil melakukan aktivitas Transisi yang cepat dalam melewati presentil pertumbuhan pada bayi atau anak Adanya nilai dasar berat badan yang lebih tinggi pada setiap awal kehamilan yang dapat dilaporkan atau di observasi.
Kelola berat badan dengan menentukan berat badan ideal klien dan persentase lemak tubuh ideal klien.
Mempertahankan berat badan klien dalam rentang normal.
Timbang berat badan klien pada interval yang sesuai.
Mengetahui berat badan klien
Pendidikan kesehatan Membantu klien untuk untuk klien/keluarga : mengetahui langkah- Berikan informasi langkah untuk menyangkut sumbermempertahankan berat sumber yang tersedia di badan ideal setelah keluar komunitas seperti : dari Rumah Sakit Konseling diet, program latihan. -diskusikan dengan pasien tentang hubungan antara asupan makanan, latihan, kenaikan berat badan dan penurunan berat badan. -diskusikan dengan pasien tentang kondisi medis yang dapat mempengaruhi berat badan -diskusikan dengan pasien tentang faktor kebiasaan dan adat serta budaya serta faktor hereditas yang dapat mempengaruhi berat badan -diskusikan tentang resiko yang berkaitan dengan kelebihan atau kekurangan berat badan -bantu klien dalam mengembangkan rencana makan yang seimbangdan konsisten dengan tingkat penggunaan energi
20
2.3.4 Implementasi Klien yang sakit atau lemah sering kali memiliki nafsu makan yang buruk. Perawat dapat
membantu klien
untuk
memahami faktor-faktor
yang
mengurangi nafsu
makan,menggunakan pendekatan kreatif untuk menstimulasi nafsu makan,mengkaji clien untuk kebutuhan agen famakologis yang menstimulasi nafsu makan atau mengatur gejala yang mengurangi nafsu makan (Potter & Perry 2005). a. Menstimulasi nafsu makan Perawat dapat membantu menstimulasi nafsu makan klien dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan ahli gizi, ketentuan diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu makan, konseling klien dan keluarga. (Potter & Perry,2005) b. Terapi diet dalam manajemen penyakit Nutrisi yang baik penting bagi kesehatan dan penyakit, tetapi pola asupan diet yang spesifik yang menghasilkan nutrisi yang baik sering kali harus dimodifikasi dengan klien yang berpenyakit khusus. Modifikasi diet penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan tubuh untuk metabolisme nutrien tertentu, memeriksa defisiensi nutrisi yang berhubungan dengan penyakit, dengan mengeliminasi makanan yang memperburuk gejala penyakit. (Potter & Perry, 2005) c. Pemberian Nutrisi melalui Oral Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara membantu memberikan makanan atau nutrisi melalui oral ( mulut), bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan membangkitkan selera makan klien. (Alimul, 2006)
d. Pemberian Nutrisi melalui Enteral Pemberian nutrisi melalui enteral adalah pemberian nutrien melalui saluran gastrointestinal dengan menggunakan selang atau kateter khusus (feeding tube). Pemberian nutrisi enteral diperlukan pada penderita yang memerlukan asupan nutrien 21
dengan saluran cerna yang masih berfungsi. Cara pemberiannya bisa melalui jalur hidung-lambung (nasogastric route) atau hidung-usus (nasoduodenal atau nasojejunal route). Pemberian nutrisi enteral tidak boleh dilakukan pada keadaan seperti perdarahan gastrointestinal yang berat, ileus obstruktif, diare yang profus, dan enterokolitis berat.
e. Pemberian Nutrisi melalui Parenteral Pemberian nutrisi melalui parenteral adalah pemberian nutrien melalui pembuluh darah balik yang biasa berupa vena perifer atau vena sentral. Nutrisi parenteral diperlukan bagi pasien-pasien yang menghadapi resiko malnutrisi namun tidak mampu dan/atau tidak boleh mendapatkan kecukupan nutrien lewat saluran cerna. Nutrisi parenteral perlu dibedakan dengan pemberian infus yang hanya terdiri atas cairan, elektrolit, dan karbohidrat untuk mepertahankan hidrasi, keseimbangan elektrolit serta memberikan sedikit kalori. (Hartono, 2000) Sebuah riset menemukan bahwa beberapa pengaruh biologis isoflavon bahan makanan yang menguntungkan bagi kesehatan individu umumnya. Kandungan serat, protein dan isoflavon pada makanan tradisional tempe yang juga tergolong memiliki indeks glikemik rendah mendasari pemanfaatannya secara khusus dalam lingkup penatalaksanaan obesitas dan komorbid. Hal ini tentunya dapat dipertimbangkan dalam intervensi pada klien dengan diagnosa keperawatan perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
2.3.5 Evaluasi Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam: 1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan. 2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan. 3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Nutrisi merupakan zat-zat yang diperoleh dari makanan yang berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.
2. Proses pencernaan dibagi menjadi Ingesti, Digesti, Absorbsi, Metabolisme, Eliminasi. Gangguan fungsi pencernaan disebabkan oleh gangguan organ yang berfungsi dalam proses pencernaan.
3. Asuhan keperawatan dalam masalah nutrisi: a. Pengkajian y
Pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri
y
Tes laboratorium
y
Riwayat diet dan kesehatan
y
Observasi klinik
b. Diagnosa y
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
y
Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh.
y
Perubahan nutrisi: risiko untuk lebih dari kebutuhan tubuh
c. Perencanaan d. Implementasi y
Menstimulasi nafsu makan.
y
Terapi diet dalam manajemen penyakit.
y
Pemberian nutrisi melalui oral.
y
Pemberian nutrisi melalui enteral.
y
Pemberian nutrisi melalui parenteral.
e. Evaluasi
23
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Hartono, Andry. 2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Jakarta : CV. Sa gung Seto
Perry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
24