35
v
iv
iii
ii
vi
vii
viii
PRODI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714, Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan, Indonesia
UCAPAN TERIMAKASIH KAMI UCAPKAN KEPADA :
Rektor ULMProf. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.ScNIP : 1966033 199102 1 001
Rektor ULM
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
NIP : 1966033 199102 1 001
Wakil Rektor 4 ULMBidang Perencanaan, Kerjasama & HumasProf. Dr. Ir. H. Yudi MA,M.ScNIP : 19670716 199203 1 002Wakil Rektor 3 ULMBidang KemahasiswaanNIP : 19640105 199003 1 023Wakil Rektor 2 ULMBidang Umum & KeuanganDr.Hj AslamiaNIP : 19600110 198603 2 001Wakil Rektor 1 ULMBidang AkademikDr. Ahmad Alim B,SE.,MSiNIP : 19671231 199512 1 002
Wakil Rektor 4 ULM
Bidang Perencanaan, Kerjasama & Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi MA,M.Sc
NIP : 19670716 199203 1 002
Wakil Rektor 3 ULM
Bidang Kemahasiswaan
NIP : 19640105 199003 1 023
Wakil Rektor 2 ULM
Bidang Umum & Keuangan
Dr.Hj AslamiaNIP : 19600110 198603 2 001
Wakil Rektor 1 ULM
Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim B,SE.,MSi
NIP : 19671231 199512 1 002
Dekan Fakultas Teknik ULMDr.Ing Yulian Firmana Arifin, ST., MT.,NIP : 19750719 200003 1 001
Dekan Fakultas Teknik ULM
Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, ST., MT.,
NIP : 19750719 200003 1 001
Kepala Prodi Teknik Lingkungan ULMDr. Rony Riduan, ST.,MT.,NIP. 19761017 199903 1 003
Kepala Prodi Teknik Lingkungan ULM
Dr. Rony Riduan, ST.,MT.,
NIP. 19761017 199903 1 003
Dosen Mata Kuliah EkotoksikologiProf.Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes.NIP : 19780420 200501 2 002
Dosen Mata Kuliah Ekotoksikologi
Prof.Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes.
NIP : 19780420 200501 2 002
RIFDA IKLILA A. H1E113236ARIF RACHMAN H1E113212
RIFDA IKLILA A. H1E113236
ARIF RACHMAN
H1E113212
MU'MINH1E113215DICKY AUDI R.H1E113043TANTY PUSPA S.H1E113011
MU'MIN
H1E113215
DICKY AUDI R.
H1E113043
TANTY PUSPA S.
H1E113011
TUGAS BESAR EKOTOKSIKOLOGI
ANALISIS DAMPAK DARI PAPARAN ZAT MERKURI
TERHADAP LINGKUNGAN PERAIRAN
Dosen :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes
NIP. 19780420 20050 1 002
Oleh :
Tanty Puspa Sari H1E113011
Dicky Audi Rahman H1E113043
Arif Rachman Shidiq H1E113212
Mu'min H1E113215
Rifda Iklila Ananda H1E113236
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi: Analisis Dampak dari Paparan Zat Merkuri Terhadap Lingkungan Perairan
Nama Mahasiswa : Tanty Puspa Sari H1E113011
Dicky Audi Rahman H1E113043
Arif Rachman Shidiq H1E113212
Mu'min H1E113215
Rifda Iklila Ananda H1E113236
Program Studi : Teknik Lingkungan
Peminatan : Ekotoksikologi
Disahkan Oleh
Dosen Pembimbing
Prof. Dr.Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas besar ini dengan judul "Analisis Dampak dari Paparan Zat Merkuri Terhadap Lingkungan Perairan". Tugas besar ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kelulusan mata kuliah Ekotoksikologi di Fakultas Teknik (FT) Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM).
Tersusunnya tugas besar ini, tidak terlepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih, kepada :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp. ST. Mkes selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekotoksikologi yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam proses penulisan tugas besar ini.
Semua Pihak yang telah berkontribusi dalam penyeleseian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari beebagai pihak yang sifatnya membangun dalam memperkaya tugas besar ini.
Namun demikian, penulis berharap semoga ini menjadi sumbangan berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu Ekotoksikologi Lingkungan.
Banjarbaru, April 2016
Penuli
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER. i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
ABSTRAK viii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Batasan Masalah 2
Tujuan Penulisan 2
Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merkuri (Hg) 4
Pengertian Merkuri 4
Ambang Batas Merkuri 6
Efek Toksik 7
Sifat-sifat Merkuri 7
Keberadaan Merkuri Di Alam 9
Pemanfaatan Merkuri Di Alam 11
Standar Baku Mutu Merkuri Di Air 12
Sumber dan Dampak Merkuri 13
Analisis dan Penanganan Merkuri 19
Jenis Penyakit Akibat Merkuri 20
Contoh Studi Kasus Merkuri 24
Cara Penanggulangan dan Pengendalian Merkuri 25
BAB III METODOLOGI
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Populasi dan Sampel 28
Kerangka Konsep 28
Pengumpulan Data 29
Cara Pengumpulan Data 29
Instrumen Pengumpulan Data 29
Teknik Pengumpulan Data 29
Teknik Analisis Data 29
Analisa Univariat 29
Analisa Bivariat 29
BAB IV HASIL PENELITIAN
Hasil Analisis Merkuri Dalam Air 30
BAB V PEMBAHASAN
Analisis Merkuri Dalam Air 32
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan 34
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
DAFTAR TABEL
Tabel 1Standar Baku Mutu 12
Tabel 2 Kelimpahan rata-rata Unsur Logam Berat 16
Tabel 3 Kelimpahan Unsur Logam 17
Tabel 4 Parameter di Perairan 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1Tingkat Kandungan Merkuri di Samudra 22
Gambar 2 Kegunaan Merkuri di Pabrik 24
Gambar 3 Kadar Hg di Perairan 30
ABSTRAK
Terpaparrnya suatu zat dalam lingkungan sekarang ini dapat terjadi diberbagai jenis lingkungan. Salah satu zat yang dapat terpapar dalam suatu lingkungan adalah Hg atau biasa disebut merkuri. Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan-endapan mineral biji dari logam-logam berat. Merkuri banyak terdapat di lingkungan terutama perairan.
Adapun cara penelitian yang digunakan adalah cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan pengumpulan data atau studi literature. Adapun hasil penelitian kondisi air sungai di wilayah pertambangan Cisoka pada tahun 2005 (< 0,05 x 10-3 ppm Hg), berada di bawah baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 (< 0,001 ppm), sedangkan pada tahun 2011, kadar Hg rata-rata berada di atas baku mutu air yaitu 0,00392 ppm. Akibat banyaknya merkuri yang terdapat di lingkungan dapat mengakibatkan air berubah menjadi warna keruh dan tercemar. Adapun Solusi untuk mengurangi merkuri di perairan yaitu dengan Penanggulangan (pengendalian dan pencegahan) dampak pencemaran dilakukan dengan penataan kembali tata ruang.
Kata Kunci : Merkuri (Hg)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terpaparnya suatu zat dalam lingkungan sekarang ini dapat terjadi diberbagai jenis lingkungan. Seperti halnya di lingkungan perairan. Salah satu zat yang dapat terpapar dalam suatu lingkungan adalah Hg atau biasa disebut merkuri. Merkuri atau Hg merupakan logam berat yang sangat beracun dibandingkan dengan semua logam berat lainnya (Saputra, 2011).
Merkuri biasanya dapat berasal dari alam, industri, maupun dari alat transportasi. Secara alami, merkuri dapat berasal dari penguapan dari air laut dan gas gunung berapi. Sedangkan industri yang menghasilkan limbah merkuri antara lain industri pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Selain itu, hasil pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri (Hapsari,2012).
Terpaparnya zat Merkuri (Hg) dalam lingkungan dapat mempengaruhi kualitas lingkungan itu sendiri apabila kandungan dari Merkuri (Hg) tersebut melebihi dari baku mutu yang sudah ditentukan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 batas baku mutu Merkuri (Hg) dalam air sungai adalah <0,001 ppm. Maka dari itu penulis melakukan analisis dampak dari zat Merkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan dengan metode studi literatur (Saputra, 2011).
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah Merkuri (Hg) itu ?
Bagaimana dampak dari paparan zat Merkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan ?
Bagaimana cara menangani dampak dari paparan zat Merkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan ?
Batasan Masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:
Penjelasan mengenai Merkuri (Hg) dibatasi sampai pengertian, sifat-sifat, dan sumber Merkuri (Hg).
Penjelasan mengenai dampak dari paparan zat Merkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan dibatasi sampai pemanfaatan Merkuri (Hg) di lingkungan dan jenis penyakit akibat Merkuri (Hg).
Penjelasan mengenai penanganan dari dampak paparan zat Merkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan dibatasi sampai analisis zat Merkuri (Hg) dan cara menangani dampak Merkuri (Hg).
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian Merkuri (Hg).
Untuk mengetahui dampak dari paparan zat Merkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan?
Bagaimana cara menangani dampak dari paparan zatMerkuri (Hg) terhadap lingkungan perairan?
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan merupakan bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
Merupakan pengalaman bagi penulis dalam membuat skripsi dan memperluas wawasan pengetahuan tentang kualitas air limbah rumah sakit melalui penelitian lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merkuri (Hg)
Pengertian Merkuri
Air raksa atau merkuri (bahasa Latin: Hydrargyrum, air perak/) adalah unsur kimia pada tabel sistem periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80 serta berat atom 200,59. Unsur logam transisi dengan golongan IIB ini berwarna keperakan dan berbentuk cair dalam suhu kamar, dan mudah menguap. Merkuri atau Hg akan memadat jika tekanan 7.640 Atm (Unggul Sudarmo, 2004).
Merkuri merupakan unsur yang sangat jarang dalam kerak bumi, dan relatif terkonsentrasi pada beberapa daerah vulkanik dan endapan-endapan mineral biji dari logam-logam berat. Merkuri digunakan pada berbagai aplikasi seperti amalgam gigi, sebagai fungisida, dan beberapa penggunaan industri termasuk untuk proses penambangan emas merkuri juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan tambal gigi, dan baterai (Widaninggrum dkk, 2007).
Dari kegiatan penambangan tersebut menyebabkan tingginya konsentrasi merkuri dalam air tanah dan air permukaan pada daerah pertambangan. Elemen air raksa relatif tidak berbahaya kecuali kalau menguap dan terhirup secara langsung pada paru-paru Hg digunakan dalam termometer karena memiliki koefisien konstan, yaitu tidak terjadi perubahan volume pada suhu tinggi dan rendah. Hg juga digunakan sebagai peralatan pompa vakum, barometer, Electric rectifier dan electric switches, lampu asap merkuri sebagai sumber sinar ultraviolet, dan untuk sterilisasi air. Hg bias membentuk alloy amalgama dengan logam lainnya, seperti emas (Au), perak (Ag), platinum (Pt), dan tin (Sn). Garam merkuri yang penting antara lain HgCl2 yang bersifat sangat toksik. Hg2Cl2 digunakan dalam bidang kesehatan, Hg(ONC)2 digunakan sebagai bahan detonator yang eksplosif, sedangkan HgS digunakan sebagai pigmen cat berwarna merah terang dan bahan antiseptik. Secara umun ada 3 bentuk merkuri yaitu:
Unsur merkuri (Hg0)
Mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut didalam air. Pada suhu kamar kelarutannya 60 mg/l dalam air dan antara 5-50 mg/l dalam lipida. Bila ada oksigen merkuri diasamkan kedalam bentuk ionic.
Merkuri Anorganik (Hg2+ dan Hg22+)
Diantara dua tahapan pengoksidaan Hg2+ lebih reaktif.Ia dapat membentuk kompleks dengan ligan organik, terutama golongan sulfurhidril.
Merkuri Organik
Senyawa merkuri yang terikat dengan satu logam karbon, contohnya metil merkuri.Persen pengendapan dan akumulasinya adalah tinggi, kurang lebih 80%, karena sifatnya yang larut didalam lipida.
Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari minyak mineral, dengan bantuan kontinental yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb atau lebih kecil lagi. senyawa-senyawa alkil merkuri lebih tahan urai daripada senyawa alkil atau merkuri anorganik, oleh karena itu senyawa alkil merkuri lebih berbahaya sebagai bahan pencemar. Merkuri masuk ke lingkungan perairan berasal dari berbagai sumber yang timbul dari penggunaan unsur itu oleh manusia seperti buangan laboratorium kimia, batu baterai bekas, pecahan termometer, fungisida kebun, tambal gigi amalgam dan buangan farmasi.
Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktifitas mikro-organisme menjadi komponen metil-merkuri (Me-Hg) yang memiliki sifat racun (toksik) dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan (food chain) dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia yang makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekresi, yaitu karena metil-merkuri memiliki paruh waktu sampai beberapa ratus hari di tubuh hewan air, sehingga zat ini menjadi terakumulasi dan konsentrasinya beribu kali lipat lebih besar dibanding air disekitarnya.
Keracunan merkuri pertama sekali dilaporkan terjadi di Minamata, Jepang pada tahun 1953. Kontaminasi serius juga pernah diukur di sungai Surabaya, Indonesia tahun 1996. Pengaruh pencemaran merkuri terhadap ekologi bersifat jangka panjang, yaitu meliputi kerusakan struktur komunitas, keturunan, jaringan makanan, tingkah laku hewan air, fisiologi, resistensi maupun pengaruhnya yang bersifat sinergisme.Sedang pengaruhnya yang bersifat linier terjadi pada tumbuhan air, yaitu semakin tinggi kadar merkuri semakin besar pengaruh racunnya. Metil-merkuri diketahui mengganggu perkembangan janin, mengakibatkan cacat lahir pada janin yang ibunya terpajan merkuri.
2.1.2 Ambang Batas Merkuri
Dari beberapa kasus akibat merkuri, dilaporkan telah melebihi ambang batas yang ditetapkan antara lain oleh Food and Dung Administration (FDA) menetapkan ambang batas kandungan merkuri maksimum 0,0005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan sedangkan World Healt Organisasion (WHO) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah yaitu 0,0001 ppm untuk air. Jepang, Swiss, Swedia menetapkan ambang batas 1 ppm produk laut yang boleh dikonsumsi. Sedangkan pemerintah Jerman dan Amerika Serikat menetapkan 0,5 ppm (mg/kg). Pemerintah Indonesia member batas melalui baku mutu ambient dan limbah yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indosia dengan KEK-02/MENKLH/1/1998. Baku mutu air untuk golongan A dan B kandungan merkuri maksimum yang dianjurkan 0,0005 ppm dan maksimum yang diperbolehkan sebesar 0,0001 ppm. pada air golongan C kadar maksimum yang diperbolehkan sebesar 0,0002 ppm sedangkan golongan D sebesar 0.0005 ppm. Untuk baku mutu air limbah kandungan merkuri yang diijinkan untuk air golongan 1 sebesar 0,001 ppm, golongan II sebesar 0,002 ppm, golongan III sebesar 0,005 ppm sedangkan golongan IV sebesar 0,001 ppm (Fahrudin, 2010).
Efek Toksik
Berdasarkan sifat kimia dan fisik merkuri (Hg), tingkat daya racun logam berat terhadap hewan air secara berurutan adalah merkuri (Hg), cadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), Nikel (Ni), dan Kobalt (Co). Toksisitas logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3, yaitu bersifat toksik tinggi terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni dan Co; dan bersifat toksik rendah, yang terdiri atas unsur Mn dan Fe. Logam berat bersifat toksik karena tidak bisa menghancurkan (non-degradable) dan organisme hidup yang ada di lingkungan sehingga logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan dan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik (Widowati W., Astiana S. dan Raymond J.R., 2008).
Absorpsi etil merkuri di tubuh mencapai 95%, kontaminasi Hg pada manusia bisa terjadi melalui makanan, minuman, dan pemafasan, serta kontak kulit. Jumlah Hg yang diabsorpsi tergantung pada jalur masuknya, lama paparan, dan bentuk senyawa merkuri. Apabila gas merkuri terhirup, akan mengakibatkan penyakit bronkitis. Sebagian besar logam merkuri akan terakumulasi dalam ginjal, otak, hati, dan janin. Dalam organ, logam Hg tersebut akan berubah menjadi senyawa anorganik, lalu merkuri akan dibuang melalui kotoran, urin, dan pernapasan. Keracunan akut oleh Hg uap menunjukkan gejala faringitis, sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah yang disertai darah, dan shock. Apabila tidak segera diobati, akan berlanjut dengan terjadinya pembengkakan kelenjar ludah, nefritis, dan hepatitis (Widowati W., Astiana S. dan Raymond J.R., 2008).
Sifat-sifat Merkuri
Dalam tabel periodik, unsur air raksa atau merkuri mempunyai nomor atom (NA) 80 dan termasuk dalam unsur golongan II B. Air raksa terletakdi ujung kanan dalam deretan logam-logam transisi, termasuk kelompok logam berat bersama-sama dengan Zn dan Cd ( Rai, et.al., 1981). Kebanyakan merkuri yang berada di alam terdapat dalam bentuk senyawa dengan elemen lain dan jarang dijumpai dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses fisika, kima, dan biologi yang kompleks. Sifat kimia dan fisika merkuri membuat logam ini banyak digunakan untuk keperluan kimia dan industri (Palar, 1994).
Merkuri mempunyai sifat yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administrasion (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu sebesar 0,005 ppm. Nilai ambang batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan kimia, dalam hal ini merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Kadar merkuri jika sudah melampaui NAB dalam air atau makanan, maka air maupun makanan yang diperoleh dari tempat tertentu harus dinyatakan berbahaya. NAB air yang mengandung merkuri total 0,002 ppm baik digunakan untuk perikanan (Budiono, 2003).Air raksa (Hg) atau merkuri mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Mengkilap seperti logam, yang mudah membagi diri atas bola-bola kecil.
b. Menguap pada pemanasan tinggi
c. 1 g merkuri harus memberi larutan jernih dan tak berwarna dengan 5cm3asam nitrat.
d. Jika diuapkan meninggalkan sisa dan pada pemanasan sangat tinggi, tidak boleh meninggalkan sisa yang dapat ditimbang (Depkes RI, 1929).
Menurut Palar (1994), merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia Hydrargyrum yang berarti perak cair. Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dengan titik beku paling rendah sekitar 39oC.
2. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain.
3. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan arus listrik.
4. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut juga dengan amalgam.
5. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.
Merkuri telah dikenal manusia sejak peradaban, logam ini dihasilkan dari bijih sinambar, HgS yang mengandung unsur merkuri antara 0,1 – 4% melalui pembakaran udara ( Effendi, 2003).
2.2 Keberadaan Merkuri di Alam
Mekanisme keberadaan merkuri hingga dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan manusia berupa keracunan tersebut dapat ditinjau dari paradigma kesehatan lingkungan (Achmadi, 2011).Dalam paradigma kesehatan besarnya pajanan merkuri pada pekerja tambang emas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor pekerjaan. Faktor internal terdiri dari faktor usia dan status gizi dengan indikator IMT. Sedangkan salah satu faktor pekerjaan yang sangat mempengaruhi kandungan merkuri dalam tubuh yaitu lama kerja. Besarnya pajanan tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan biomonitoring dengan menggunakan biomarker (Junita, 2013).
Merkuri di alam berada dalam tiga bentuk dasar, yaitu: merkuri metalik, merkuri anorganik dan merkuri organik .2 Toksisitas Merkuri tergantung pada bentuknya di alam. Merkuri yang masuk ke tubuh pada akhirnya akan terakumulasi di dalam organ-organ tubuh dan mengakibatkan kerusakan bagi organ tersebut. Merkuri metalik dapat larut dalam lemak dan didistribusikan keseluruh tubuh.Merkuri metalik dapat menembus Blood-Brain Barier dan Placental Barier. Setelah menembus Blood-Brain Barier, merkuri metalik akan terakumulasi dalam otak. Sedangkan merkuri yang menembus Placental Barier akan merusak pertumbuhan dan perkembangan janin . Kasus keracunan merkuri pertama kali di laporkan di Jepang pada tahun 1953 - 1960, yang dikenal dengan kasus Minamata, dimana dilaporkan 100 orang cacat, 43 orang meninggal dan 119 Bayi lahir dengan cacat bawaan. Penyebabnya adalah limbah merkuri dari pabrik plastik yang dibuang ke laut dan ditemukan kadar merkuri yang tinggi pada ikan yaitu sebesar 27 – 102 ppm. Selain itu juga kasus di Irak tahun 1961 dimana 35 orang meninggal dan 321 orang cacat. Kasus serupa juga terjadi di Niigata, Jepang pada tahun 1965, dimana menurut laporan 26 orang keracunan dan 5 diantaranya meninggal (Wardhana, 1994; Noviani dan Gusarizal, 2004).
Penelitian tentang kadar merkuri sudah banyak dilakukan di Indonesia dan hasilnya banyak sungai yang mengandung merkuri diatas nilai normal (Wardhana, 1994). Penelitian tentang kadar merkuri di sungai sudah pernah dilakukan di Sulawesi Utara yaitu oleh Harun di Sungai Tondano di daerah Komo Luar dimana didapatkan kadar merkuri diatas nilai normal pada dua titik dari enam titik yang dijadikan sampel (Harun, 2008).
Merkuri di sungai ataupun daerah perairan dapat mempengaruhi keadaan biota yang ada di perairan tersebut (Budiono, 2008).Banyak biota yang terganggu ekosistemnya, tapi ada jenis bakteri yang ditemukan resisten terhadap merkuri, walaupun bakteri tersebut terpapar dengan merkuri dalam waktu yang lama, bakteri ini disebut bakteri resisten merkuri, dimana bakteri ini memiliki gen yang resisten. Umumnya terdiri atas gen metaloregulator (MerR), Gen Transport merkuri (MerT, MerP, MerC), Gen Merkuri reduktase (MerA) dan Organomerkuri liase (MerB) (Noviani dan Gusrizal, 2004).
Dari penelitian Noviani dan Gusrizal sudah banyak tentang bakteri resisten merkuri. Penelitian sudah dilakukan diberbagai daerah, misalnya penelitian di Daerah Penambangan Emas di Kalimantan Selatan (Noviani dan Gusrizal, 2004).Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Londah di daerah Teluk Manado, Sulawesi Utara (Londah, 2009).
Pemanfatan Merkuri Di Alam
Pemanfaatan logam merkuri pada saat ini sudah hamper mencakup seluruh asek kehidupan manusia dan lingkungan. Selama beberapa tahun sudah merkuri banyak digunakan dalam bidang kedokteran, pertanian dan industry. (zul alfian, 2006).
Pada umumnya merkuri berbentuk logam padat dan merupakan salah satu elemen alami yang dapat ditemukan di berbagai lingkungan. Siklus merkuri secara luas terjadi pada lingkungan, ketika di udara, merkuri akan terangkut semuanya, maupun daerah. Sumber utama merkuri di atmosfir adalah penguapan dari tanah dan air, disamping itu pembakaran fossil fuels terutama batubara. Kadar merkuri di udara akan naik dapat juga disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti termometer Hg, switch listrik, baterai, juga pemakaian cat yang mengandung Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama pada air adalah buangan limbah industri (terutama industri tambang emas) dan proses pelapukan batuan karena pengaruh iklim.
Merkuri banyak sekali digunakan dalam berbagai macam aktivitas manusia, seperti pada industri klor dan soda tajam.Karena merkuri adalah sejenis logam, merkuri dapat menghantarkan listrik, sehingga merkuri digunakan pada perangkat elektronik. Sumber merkuri oleh aktivitas manusia yang berpotensi mencemari udara dan air dapat berasal dari:
Industri khlor-alkali
Produksi energy
Pemprosesan gas dan petroleum
Penambangan emas
Penambangan dan penghasil metal
Pembuangan limbah dengan pembakaran
Sektor dental
Air kotoran
Produk-produk yang menggunakan merkuri biasanya adalah:
Baterai
Kosmetik
Dental Amalgam
Amalgam mengisi :
Peralatan elekronik dan lampu
Cat
Pestisida
Pharmacheutical
Thermometer
Sumber merkuri yang berasal dari alam dan yang disebabkan oleh aktivitas manusia ini akan masuk ke laut, danau dan sungai, akan diubah menjadi metilmerkuri oleh bakteri tertentu dan kemudian akan terakumulasi pada ikan dan hewan-hewan laut lainnya.
Standar Baku Mutu Merkuri Di Air
Standar baku mutu merkuri di air
Standar baku mutu merkuri di air menurut PP No 82 2001
Tabel 1. Standar Baku Mutu
2.5 Sumber dan Dampak Merkuri
Sebagian besar merkuri yang terdapat di alam ini dihasilkan oleh sisa industri dalam jumlah ± 10.000 ton setiap tahunnya.Logam merkuri (Hg), mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada periodika unsur kimia Hg menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA 200,59). Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peradapan. Penggunaan merkuri sangat luas di mana ± 3.000 jenis kegunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan insektisida untuk pertanian (Christian et al dalam Alfian, 2006).
Merkuri atau raksa merupakan logam dengan ikatan metalik terlemah di antara semua logam, dan satu-satunya logam berfase cair pada temperatur kamar. Lemahnya ikatan metalik mengakibatkan tingginya tekanan uap pada temperatur kamar, dan ini sangat berbahaya sebagai racun jika terhisap oleh makhluk hidup. Merkuri banyak digunakan dalam termometer, barometer, panel pengganti listrik, dan lampu pijar merkuri. Larutan logam dalam merkuri disebut amalgam. Sebagai contoh, natrium amalgam dan zink amalgam yang digunakan sebagai agen pereduksi dalam laboratorium, dental amalgam yang mengandung campuran merkuri, perak, timah, dan tembaga digunakan untuk pengisi gigi yang berlubang. Pemakaian campuran bahan ini cukup beralasan dengan berbagai pertimbangan bahwa campuran bahan ini bersifat sedikit mengembang pada saat pembentukan amalgam, sehingga mampu mengkait secara kuat pada permukaan lubang gigi. Dental amalgam ini tidak mudah pecah oleh benturan-benturan atau tekanan antar gigi, dan mempunyai koefisien ekspansi termal rendah, sehingga tidak mudah pecah jika terjadi kontak dengan makanan panas. Merkuri digunakan paling banyak di bidang pertanian sebagai senyawa organoraksa yang digunakan untuk fungisida dan pengawet kayu (Kristian H. Sugiyarto, 2001).
Merkuri telah digunakan pada penambangan emas sebagai pemisah dari batubatuan selama berabad-abad karena merkuri harganya murah, mudah digunakan, dan relative efisien. Selain itu merkuri juga berasal dari aktivitas berbagai jenis industri dan pembakaran bahan-bahan yang mengandung merkuri. Merkuri yang terdapat dalam udara jatuh ke bumi baik di dekat sumber penghasil merkuri sebagai akibat kegiatan industri maupun di lokasi yang sangat jauh dari sumbernya. Bila merkuri tertimbun dalam tanah yang berair maka oleh mikro organisme akan diubah menjadi metal merkuri yang mana merupakan bentuk merkuri yang memiliki toksisitas tinggi. Limbah dari semua pengguna merkuri ini akan terkumpul pada perairan/laut.
Merkuri yang terdapat di perairan/laut di ubah menjadi metilmerkuri oleh bakteri tertentu. Hewan laut akan terkontaminasi metilmerkuri apabila laut tersebut tercemar oleh merkuri dengan cara meminum air tersebut atau dengan memakan hewan lain yang mengandung merkuri. Merkuri yang terdapat dalam tubuh hewan laut adalah dalam bentuk metil merkuri. Organisme kecil ini akan memangsa metilmerkuri dan membawanya ke organisme lain dengan cara bila hewan pemangsanya memakan organisme kecil ini, mereka juga membawa metil merkuri dalam tubuh mereka. Proses ini dikenal sebagai bioakumulasi dan berlanjut terus dengan kadar merkuri yang semakin meningkat. Hewan pemangsa seperti ikan memiliki posisi yang tertinggi dalam mata rantai pembawa merkuri. Bila manusia mengkonsumsi ikan ini maka akan turut terpapar oleh merkuri (Wurdiyanto, 2007).
Sebagai unsur, merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegredasi menjadi merkuri anorganik. Produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih sinabar (86,2 % air raksa).Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng dan perak. Toksisitas merkuri inorganik terjadi dalam beberapa bentuk Merkuri metalik (Hg), merkuri merkurous (Hg1+), atau meruri merkuri (Hg2+) (Esau, 2002).
Merkuri yang merupakan unsur alami yang dapat ditemukan di udara, air dan tanah yang dapat didistribusikan keseluruh lingkungan baik secara alami maupun karena adanya kegiatan manusia (antropogenik) (UNEP dan WHO, 2008). Menurut Widowati (2008) Hg yang masuk dalam perairan berupa dalam bentuk:
Hg anorganik : berasal dari air hujan atau aliran air sungai, memilik sifat stabil pada pH yang rendah.
Hg organik : berasal dari kegiatan pertanian yaitu penggunaan pestisida.
Terikat : suspended solid
Logam Hg berasal dari kegiatan Industri ( Subanri, 2008).
Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti "perak cair" (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.9 oC dan mendidih pada temperatur 357 oC (Stwertka, 1998). Dengan karakteristik demikian, merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent, obat-obatan, insektisida, dsb. Sifat penting merkuri lainnya adalah kemampuannya untuk melarutkan logam lain dan membentuk logam paduan (alloy) yang dikenal sebagai amalgam. Emas dan perak adalah logam yang dapat terlarut dengan merkuri, sehingga merkuri dipakai untuk mengikat emas dalam proses pengolahan bijih sulfida mengandung emas (proses amalgamasi). Amalgam merkuri-emasdipanaskan sehingga merkuri menguap meninggalkan logam emas dan campurannya. Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini dapat bercampur dengan enzyme didalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzyme untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini dapat terserap kedalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifat beracun dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 61-3 berbahaya jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil ( Swertka, 1988).
Adapun Sumber merkuri yaitu:
Merkuri dalam Bebatuan
Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) di alam dan biasanya membentuk mineral sinabar (cinnabar) atau merkuri sulfida (HgS). Merkuri sulfida terbentuk dari larutan hidrothermal pada temperatur rendah dengan cara pengisian rongga (cavity filling) dan penggantian (replacement). Merkuri sering berasosiasi dengan endapan logam sulfida lainnya, diantaranya Au, Ag, Sb, As, Cu, Pb dan Zn, sehingga di daerah mineralisasi emas tipe urat biasanya kandungan merkuri dan beberapa logam berat lainnya cukup tinggi. Kelimpahan rata-rata merkuri dan beberapa logam berat dalam batuan yang tidak termineralisasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kelimpahan rata-rata unsur logam berat pada berbagai jenis batuan
Unsur
Kelimpahan rata-rata (dalam ppm)
Basalt
Granodiorit
Granit
Serpih
Batugamping
Au
0,004
0,004
0,004
0,004
0,005
Ag
0,1
0,04
0,04
0,05
1
Hg
0,08
0,08
0,08
0,5
0,05
As
2
2
1,5
15
2,5
Cu
100
30
10
50
15
Pb
5
15
20
20
8
Zn
100
60
40
100
2,5
(Sumber: Field Geologis' Manual)
Merkuri dalam Sedimen Sungai
Kontaminasi merkuri dalam sedimen sungai terjadi karena proses alamiah (pelapukan batuan termineralisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri yang menggunakan bahan baku mengandung merkuri. Untuk mengetahui sumbernya, kontaminasi merkuri ini perlu diperhatikan dengan cermat karena tidak adanya standar baku mutu untuk kadar merkuri dalam sedimen sungai. Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk parameter merkuri adalah 0,01 mg/L atau 10 ppb. Nilai ambang batas ini sangat rendah jika dipakai untuk mengevaluasi hasil analisa Hg dalam sedimen sungai. Sebagai contoh hasil pemantauan merkuri di pertambangan emas rakyat (PETI) di Daerah Pongkor menunjukkan kadar maksimum 2688 ppm. Dari 231 conto sedimen sungai, hanya 6 lokasi yang menunjukkan konsentrasi Hg dibawah 0,01 ppm (Gunradi, drr., 2000). Konsentrasi Hg dalam sedimen sungai berkisar antara<10 ppb sampai 100 ppb Tabel 3.
Tabel 3. Kelimpahan beberapa unsur logam berat dalam tanah, air dan sedimen sungai
Unsur
Kelimpahan (dalam ppb)
Tanah
Air
Sedimen Sungai
Au
<10-50
0,002
-
Ag
<0,1-1
0,1- 0,7
-
Hg
<10-300
0,01-0,05
<10-100
As
1000-50000
1-30
1000-5000
Cu
5000-100000
8
5000-80000
Pb
5000-50000
3
5000-80000
Zn
10000-300000
1-20
10000-200000
(Sumber: Tecniques in Mineral Exploration)
Merkuri dalam Tanah
Merkuri dalam tanah banyak ditemukan dari proses pengolahan bijih emas dengan gelundung dilakukan di lokasi pemukiman, di halaman rumah atau kebun pemiliknya. Hal ini tentu menjadi perhatian, khususnya dalam melihat kemungkinan kontaminasi Hg di lingkungan tempat tinggal masyarakat, sehingga pengetahuan tentang konsentrasi merkuri dalam tanah menjadi cukup penting. Meskipun di beberapa tempat, limbah tailing yang diperkirakan masih mengandung emas dan merkuri diangkut dan dijual keluar desa, tetapi masih ada sisa tailing tercecer dan sebagian kolam tailing yang penuh, sehingga masih ada kemungkinan terjadinya kontaminasi merkuri di sekitar lokasi gelundung. Selain itu proses penggarangan yang dilakukan disamping rumah juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 61-8 karena uap merkuri yang bebas akan mengkontaminasi lahan di sekelilingnya. Seperti halnya dengan conto sedimen sungai, sampai saat ini belum tersedia standar nilai baku mutu Hg dalam tanah (Bambang, 2005).
Merkuri dalam Air Permukaan
Konsentrasi merkuri dapat disebabkan oleh partikel halus yang terbawa bersama limbah akibat proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung merkuri. Dalam jangka waktu yang cukup lama logam merkuri dapat teroksidasi dan terlarut dalam air permukaan.
Merkuri dalam Tailing
Konsentrasi merkuri yang tinggi dalam contoh tailing pada umumnya disebabkan oleh proses amalgamasi yang tidak sempurna. Dari beberapa penelitian, diperoleh data yang menunjukkan merkuri yang hilang setelah amalgamasi dapat mencapai 5% - 10%. Sebagai pembanding, kadar merkuri dalam tailing dari daerah Pongkor (Gunradi, drr., 2000) menunjukkan kisaran nilai 600 – 1000 ppm Hg. Meskipun tailing tersebut dapat diproses atau didaur ulang, tetapi kemungkinan besar konsentrasi merkuri yang terdapat dalam tailing akhir yang terbuang ke sungai masih cukup besar.
2.6 Analisis dan Penanganan Merkuri
Quick Silver atau yang lebih dikenal dengan merkuri (Hg), termasuk group II B dalam tabel periodik, adalaha satu-satunya trace element yang mempunyai sifat cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi. Logam murninya berwarna keprakan, tak berbau, mengkilap, akan menguap jika dipanaskan sampai suhu 357oC. Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegitan perindustrian maupun laboratorium. Merkuri yang terdapat dalam limbah diperairan umum diubah oleh aktifitas mikro organisme menjadi komponen methyl merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi dalam tubuh hewan air. Kadar merkuri yang tinggi pada perairan dan tanah umumnya diakibatkan oleh buangan industri dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-senyawa merkuri dibidang pertanian. Merkuri dapat berada dalambentuk metal, senyawa-senyawa anorganik maupun organik. Pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap okosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudhannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air. Nilai ambang batas merkuri dalam tanah adalah kurang dari 2 mg/kg (2 ppm) (Macnicol dan Beckett, 1985).
Merkuri di alam dibagi dalam tiga bentuk yaitu logam merkuri, merkuri organik, dan merkuri anorganik. Menurut Oda dan Ingle (1981) dikatakan bahwa merkuri organik, khususnya metil merkuri lebih toksik dibandingkan dengan senyawa merkuri yang lain. Hasil penelitian Suheryanto (1996) menyatakan bahwa konsentrasi total merkuri di perairan Sungai Musi Palembang sebesar 1,42 ng/mL. Pengukuran konsentrasi total merkuri yang ada di lingkungan perairan tidak dapat membedakan merkuri yang toksik dengan merkuri yang tidak toksik, akan tetapi dengan analisis spesiasi dapat dikualifikasikan keberadaan merkuri dengan tingkat toksisitasnya di lingkungan (Florence, 1982).
Bermacam-macam metode analisis merkuri yaitu, antara lain adalah ICP-MS (InductivelyCoupled Plasma Mass Spectrometry), NAA (Neutron Activation Analysis), CV-AAS (ColdVapor Atomic Absorption Spectrometry), dan ASV (Anodic Stripping Voltammetry). Berbagai metode analisis tersebut memerlukan instrument yang mahal harganya dan juga biaya operasionalnya. Oleh karena itu tidak tersedia pada setiap lembaga, meskipun lembaga tersebut sebenarnya memerlukan dalam kaitannya dengan pemantauan limbah. Berbagai instrument tersebut hanya dimiliki oleh institusi tertentu, dapat disebutkan, antara lain LPPTUGM, laboratorium PPNY-BATAN. Spektrofotometer sinar tampak dalam perdagangan dijumpai sebagai spectronic 20. Spectronic 20D adalah suatu instrument untuk analisis yang lebih murah harga maupun biaya operasionalnya dan telah dimiliki oleh berbagai institusi dapat pula digunakan sebagai alat untuk menguji adanya merkuri dalam sampel. Larutan yang mengandung ion merkuri bersifat jernih dan tidak berwarna dalam konsentrasi rendah maupun konsentrasi yang tinggi. Agar dapat dianalisis dengan spektrofotometer sinar tampak, maka perlu ditambahkan pereaksi agar menjadi larutan yang berwarna. Salah satunya adalah dengan membentuknya sebagai senyawa dithizonat (Anonim, 1980: 232).
Pada dasarnya penentuan unsur merkuri adalah sulit dilakukan.Hal ini disebabkan oleh volatilitas dari senyawa merkuri tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan metode basah dengan perlakuan asam (acid treatment). Merkuri juga sering berkontaminasi dengan reagent atau bahan-bahan di laboratorium. Sebaiknya merkuri dipisahkan terlebih dahulu sebelum dianalisis, di antaranya dengan elektrolisis, volatilisasi, dan ekstraksi ditizon. Cara terakhir ini paling sering digunakan. Dalam penentuannya digunakan pembentukan kompleks dengan ditizon atau dengan dinaftiltiokarbazon (Pinta, 1975).
2.7 Jenis Penyakit Akibat Merkuri
Merkuri banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari dirumah kita, seperti penggunaannya untuk lampu penerangan, dan penggunaan alat-alat kesehatan. Semua bentuk merkuri, bak dalam bentuk unsur, gas maupun dalam bentuk garam merkuri bersifat racun. Ion merkrui menyebebakan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein menghambat aktifitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, arnida, dan amina, dimana dalam gugus tersebut. Merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Waktu paruh dari metil merkuri pada tubuh manusia sekitar 70 sampai dengan 90 hari, tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan tidak teratur, sedangkan akumulasinya dapat dengan mudah menimbulkan gajala toksisitas (Alfian, 2006).
Adapun beberapa jenis penyakit yang diakibat akan merkuri dalam berbagai bidang yaitu :
Merkuri dalam bidang Kesehatan
Dalam bidang kedokteran telah menggunakan merkuri sejak abad ke-15 diaman merkuri (Hg) digunakan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Kalomel (HgCl) digunakan sebagai pembersih luka sampai diketahui bahwa beracun tersebut beracun sehingga tidak digunakan lagi. Dan beberapa alat ukur dibidang kesehatan seperti termometer, alat ukur tekanan darah (sfigmomanometer), dan penggunannya amalgam dalam kedokteran gigi. Digunakannya merkuri dalam kesehatan ternyata juga mengundang datangnya bahaya keracunan merkuri. Bahaya racun merkuri pada alat kesehatan terjadi pada saat peralatan tersebut tercecer, dan cairan atau uap dari merkuri menyebar ke lingkungan. Merkuri bisa masuk kedalam tubuh( teurtama anak-anak) jika uapnya terhirup jika salah seorang penghuni rumah menggunakan krim kulit yang mengandung merkuri. Uap merkuri yang murni merupakan permasalahan toksikologi yang unik karena elemen merkuri mempunyai dua sifat yang sangat berbahaya. Toksisitasnya akibat masuk uap merkuri kesaluran pernapasan (inhalasi), bisa menyerang sistem saraf pusat, sedangkan toksisitaskronik menyebabkan gagal ginjal. (Alifan, 2006).
Merkuri dalam bidang Pertambangan
Merkuri (Hg) digunakan secara luas untuk mengestrak emas dari bijihnya, baik sebelum maupun sesudah proses sianidasi digunakan.ketika merkuri dicampur ddengan biji tersebut, merkuri akan membentuk amalgam dengan emas atau perak. Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butit-butiran batuan. Hasil endapan yang telah dilakukan dalam proses penyaringan yang mengandung merkuri dibiarkan begitu mengalir kesungai atau ke perairan lainnya. Akibat endapan yang berisi merkuri mengalir ke perairan lainnya akan mengakibatkan biota-biota air terkena merkuri. Sebagai contoh perusahaan tambang emas oleh PT. Newmont Minahasa Raya ( PT.NMR ) yang berada di perairan Teluk Buyat
Provinsi Sulawesi Utara. Efek dari aktifitas tersebut didaptakan data jaringan biota air yang mengandung merkuri yang melebihi ambang batas yaitu :
Gambar 1 Tingkat kandungan Merkuri di SamudraKegiatan pertambangan seperti halnya PT.NMR yang merupakan pengambilan logam sumbernya termasuk dari logam berat dalam pengambilan emas. Bijih Emas Primer yang terbungkus oleh mineral sulfida yang kaya akan logam kemudian diekstraksi dan memperoleh emas dan kemudian sulfida dibuang kealam. Dari fakta diatas dapat dipahami bahwa merkuri jeals memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan, tetapi jika merkuri terlalu berlebihan paada saat itu juga merkuri menjadi malapetaka yang mematikan terhadap manusia dan ekosistem lingkungan lainnya yang tercemari.(Ginting, 1999).
Gambar 1 Tingkat kandungan Merkuri di Samudra
Merkuri dalam Bidang Pertanian
Dibidang pertanian merkuri digunakan sebagai pestisida untuk membunuh jamur, agar produk hasil pertanian bisa lebih awet. Merkuri organik juga digunakan untuk pembasmi hama pada tanaman, seperti buah, apel dan juga digunakan sebagai pembasmi hama padi. Digunakannya merkuri sebagai pestisida berdampak beberapa kasus wabah toksisitas metil merkuri yang terlalu banyak dilingkungan tanah pertanian.Kasus terbesar terjadi dirak pada msuim dingin yang jumlah orangnya lebih dari 6.500 orang dibawa kerumah sakit akibat keracunan metil merkuri. Wabah tersebut terjadi karena roti yang mereka konsumsi terbuat dari bahan baku gandum yan diawetkan dengan fungisida yang mengandung metil merkuri.(Alfian,2006).
Merkuri dalam Bidang Industri
Dalam bidang indsutri yang menggunakan merkuri yaitu pabrik alat-alat listrikyang memproduksi lampu penerangan jalan raya. Lampu merkuri yang terkenal dengan pemasangan yang murah dan arus listriknya dapat dialiri dengan voltase yang tinggi sehingga masyarakat lebih memeilih untuk membeli karena harga yang cukup terjangkau tapi tidak dengan dampak yang diakibatkan terhadap lingkungan. Selain itu, merkuri juga digunakan dalam insdustri pembuatan khlor alkali yang menghasilkan klorin(Cl2), dimana klorin digunakan untuk penjernihan air dan pembasmi hama (proses Khlorinasi). Penggunaan merkri disini pada dasarnya berupa larutan konduksi dan kemampuannya mengikat natrium sebagai amalgam dan membebaskan khlor.
Merkuri dalam Kosmetika
Upaya mempercantik diri pada kaum wanita kian berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yaitu menggunkan krim pemutih wajah. Produk kosmetik yang bermerkuri umumnya menjanjikan wajahputih dalam waktu singkat, sehingga banyak kaum wanita yang tertarik untuk menggunakannya. Hal ini dimanfaatkan produsen kosmetik yang menjual krim wajah pemutih dengan kandungan yang berbahaya seperti merkuri.
Gambar 2 Kegunaan Merkuri di Pabrik
Merkuri merupakan kandungan yang kadang ditambahkan dalam kosmetik yang berfungsi mempercepat menghasilkan kulit wajah putih dan bersih. Merkuri sebenarnya tidak boleh dipakaikan pada manusia karena dapat menyebakan iritasi parah pada kulit dan terjadi kerusakan pada kulit.
2.8 Contoh Studi Kasus Merkuri
Banyuwangi, Kompas.com - Para aktivis lingkungan menyerukan agarpertambangan emas tidak dilakukan di wilayah Tumpang Pitu, Banyuwangi, JawaTimur, sebab bahaya kerusakan lingkungan sudah nyata. Saat ini sejumlah biotapantai Lampon, lokasi yang berdekatan dengan pemilahan bijih emas, tercemar merkuri. Tumpang Pitu, yang merupakan kawasan hutan lindung diperkirakan mempunyai kandungan emas sebanyak 2 juta ounce. Saat ini izin usaha tambang di kawasan itu diperebutkan oleh PT Interpid Mines Ltd dan Bumi Suksesindo. Sejak tahun 2007, pertambangan tradisional sudah beroperasi di kawasan tersebut. Peneliti biologi Susintowati dari Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi menemukan tingginya angka pencemaran merkuri di Pantai Lampon akibat praktik penambangan tradisional. Jumlah akumulasi merkuri yang ditemukan bahkan mencapai 634,19 ppm atau melebihi deposit merkuri alamiah sebesar 0,1 ppm. Kawasan muara Lampon sempat menjadi daerah pemilahan bijih emas tradisional tanpa izin sejak tahun 2007 hingga Juni 2011. Sedikitnya ada 15 petambang yang mengoperasikan 60 mesin penggilingan di muara Sungai Lampon. Akumulasi merkuri dalamsedimen muara yang wajarnya hanya 0,1 ppm tercatat mencapai 0,45 ppm di mangrove timur. Adapun di lokasi pengolahan emas mencapai 65,52 ppm. Di bibir muara mencapai 1,17 ppm. Akumulasi merkuri paling tinggi terdapat di timbunan limbah yang tersisa setelah tambang ditutup, yakni 634,19 ppm. Kandungan merkuri yang tinggi tidak hanya terdapat di tanah dan muara sungai, tetapi juga pada hewan lunak. Pada siput bakau (Terebralia sulcata) ditemukan kandungan merkuri hingga 3,1 ppm, dalam tubuh Nerita argus atau sejenis siput laut ditemukan hingga 3,03 ppm. Di tubuh siput pantai atau Patella intermedia konsentrasi merkuri mencapai 0,44 ppm. Peneliti menyarankan agar tidak mengonsumsi siput dan kerang dari kawasan ini karena bisa berbahaya. Ikan pun kemungkinan bisa tercemar, tetapi belum ada penelitian khusus tentang ini.
Cara Penanggulangan atau Pengendalian Merkuri
Pencemaran air oleh Merkuri tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan, koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena Merkuri di air berbentuk ion. Cara terbaik untuk menghilangkan Merkuri dalam air ini adalah dengan pertukaran ion. Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion Merkuri hingga menjadi jenuh, kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga Merkuri bisa dinetralisir. Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya termurah dan terbaik adalah dengan mencegah Merkuri tidak masuk perairan. Cara lain, yaitu penyulingan. Tapi setali tiga uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk penyulingan pun sangat mahal.
Penelitian tentang pengobatan keracunan merkuri sangat terbatas. Akhir- akhir ini dapat digunakan chelators N-acetyl-D,L-penicillamine (NAP), British Anti-Lewisite (BAL), 2,3-dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS), and dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pada penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja tambang yang ter ekpos air raksa diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air raksa,sehingga pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan.
Akan tetapi Pencegahan adalah lebih baik dari pengobatan. Artinya, ini kembali pada soal koordinasi unsur-unsur masyarakat terkait. Khususnya untuk kasus PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin), kebijakan publik, Gubernur, Bupati, dan Departemen Pertambangan sangat menentukan dalam mengurangi pencemaran sungai. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat penambang. Tentu saja bukan perkara yang mudah, sebab penggunaan Merkuri berkait dengan mata pencaharian serta juga pendapatan daerah. Tidak selalu pengobatan dapat berhasil dan kecacadan yang terjadi sudah permanen, oleh karena itu peran pemerintah untuk melakukan AMDAL terhadap suatu perusahaan yang menggunakan air raksa harus dilakukan dengan benar dan sanksi yang tegas apabila
AMDALnya membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).
Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).
Ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.
Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air sekililingnya (Lina, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui analisi efek dari tercemarnya zat merkuri ke lingkungan perairan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan pengumpulan data atau studi literature sekaligus pada waktu penelitian berlangsung atau informasi data yang akan dikumpulkan hanya pada saat waktu tertentu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Teknik Banjarbaru pada tanggal 26 Februari - 19 April 2016.
3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Ridwan (2005) populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.Sedangkan menurut (Notoatmodjo 2002) Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi.
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel dependennya adalah parameter-parameter yang terkandung dalam air sedangkan variabel independennya adalah dampakdari pencemaran air.
3.5. Pengumpulan Data
3.5.1. Cara pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literature seperti buku, media elektronik atau internet dan sumber-sumber yang menunjang dalam penelitian ini.
3.5.2. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa Jurnal
jurnal yang ada di internet
3.5.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan metode Studi
Literatur, kegiatan peneliti dilakukan dengan membandingkan jurnal-jurnal yang ada
di situs-situs internet dan media elektronik lainnya.
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisa Univariat
Analisa univariat (diskriptif) ini untuk menjelaskan/mendiskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, sehubungan dengan efek yang
ditimbulkan oleh zat merkuri terhadap lingkungan seperti air.Variabel yang diteliti
tersebut adalah variabel yang di ukur di badan air oleh zat merkuri.
3.6.2. Analisa Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel (univariat) dapat
diteruskan dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut
biasanya digunakan prosedur pengujian hipotesis.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil Analisis Merkuri Dalam Air
Gambar 3 Kadar Hg di PerairanHasil pemeriksaan contoh air, tanah dan biomarker seperti data pada Gambar3 yang merupakan gabungan hasil analisis contoh air dari penelitian, serta hasil analisis contoh tanah, beras, sayuran, ikan, rambut dan urin dari uji petikgeologi medis. Hasil-hasilpemeriksaan contoh beras, sayuran, ikan danurin.
Gambar 3 Kadar Hg di Perairan
Berdasarkan Tabel 1, kondisi air sungai di wilayah pertambangan Cisoka pada tahun 2005 (< 0,05 x 10-3 ppm Hg), berada di bawah baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 (< 0,001 ppm), sedangkan pada tahun 2011, kadar Hg rata-rata berada di atas baku mutu air yaitu 0,00392 ppm. Kondisi ini kemungkinan diakibatkan oleh aktivitas pertambangan rakyat yang jumlahnya semakin banyak apabila dibandingkan tahun 2005. Jumlah contoh air sebanyak 17 titik penyontohan, 3 titik diantaranya memiliki kandungan Hg>0,001 ppm yaitu CBR 01A, CBR 07A dan CBR 21A (Gambar 4). PadaCBR 01A yang berada didaerahHulu Sungai Cisoka, memiliki kadar Hg sebesar 0,0027 ppm, CBR 07A (0,0365 ppm) berada di daerah aliran Sungai Cikuluwung dan CBR 21A (0,02679 ppm) berada di daerah aliran Sungai Ciupih.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Merkuri dalam Air
Merkuri, ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti "perak cair" (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri membeku pada temperatur –38.9oC dan mendidih pada temperatur 357oC (Stwertka, 1998). Dengan karakteristik demikian, merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai peralatan ilmiah, seperti termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent, obat-obatan, insektisida, dsb. Sifat penting merkuri lainnya adalah kemampuannya untuk melarutkan logam lain dan membentuk logam paduan (alloy) yang dikenal sebagai amalgam. Emas dan perak adalah logam yang dapat terlarut dengan merkuri, sehingga merkuri dipakai untuk mengikat emas dalam proses pengolahan bijih sulfida mengandung emas (proses amalgamasi). Amalgam merkuri-emas dipanaskan sehingga merkuri menguap meninggalkan logam emas dan campurannya (Setiabudi, 2005).
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran pernapasan, Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor imunologis. Reaksi tubuh atas masuknya merkuri pada saluran pernafasan dapat menimbulkan gangguan pernafasan berupa keluhan pernafasan yang dirasakan oleh subjek (Sholihah 2008).
Menurunnya kadar merkuri dipengaruhi oleh faktor lingkungan, iklim, dan musim. Aliran arus sungai memungkinkan berkurangnya konsentrasi merkuri, sehingga mengakibatkan partikel merkuri dalam sedimentasi akan bergerak mengikuti arus ke arah air sungai utama. Faktor musim juga dapat menyebabkan penurunan kadar merkuri, dan penelitian ini dilakukan antara musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan, air menjadi pasang dan volume air bertambah, sehingga banyak para penambang tidak melakukan penambangan dan penambangan tidak dilakukan setiap hari. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi logam berat merkuri menurun. Musim kemarau, air sungai menjadi surut sehingga memudahkan para penambang melakukan penambangan emas. Menurut Darmono (1995), surutnya air pada musim kemarau menyebabkan konsentrasi merkuri di sungai meningkat, karena berkurangnya proses pengenceran dan volume air sedikit, sehingga kadar merkuri dalam air sangat tinggi. Hasil analisis kualitas air yang dibandingkan dengan kriteria mutu air sebagaimana termuat dalam lampiran PP nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Parameter di Perairan
Parameter
Satuan
Lokasi Penelitian
Kriteria mutu air kelas 1 PP
No. 82 TH. 2001
Hulu
Tengah
Hilir
pH
-
7,68 a
7,68 a
8,09 b
6 – 9
Suhu
OC
26,8 a
26,9 a
26,7 a
25 – 32
DO
(Disolved
Oxygen)
mg.L-1
5,6 a
5,4 a
5,5 a
6
COD
mg.L-1
25,5 a
24 b
24,5 ab
10
BOD
mg.L-1
0,95 a
0,85 b
1 c
2
Debit Air
M3/detik
0,1 a
0,1 a
0,04 b
CO2
Mg/1
7,41 a
8,67 a
10,36 a
Derajat keasaman (pH) mempengaruhi keberadaan logam merkuri dalam sungai. Hasil pengukuran keasaman air permukaan menunjukkan pH minimum 7,68 dan maksimum 8,09 yang artinya masih berada dalam kisaran pH yang ditentukan 6 – 9, (lihat Tabel 3). Menurut Palar (1994), pH air rendah akan menyebabkan merkuri yang ada dalam perairan menjadi stabil, sedangkan apabila pH air tinggi dapat menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH dapat mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan menguap membentuk lumpur
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
Merkuri atau air raksa adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA) 80 serta mempunyai masa molekol relatif (MR = 200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25OC), titik bekunya paling rendah (-39OC), mempunyai kecenderungan yang lebih besar, mudah bercampur dengan logam lain menjadi logam campuran menurut Amalgam/Alloi
Dampak dari paparan zat Merkuri terhadap lingkungan perairan adalah Kandungan merkuri pada air dapat membuat air berubah warna menjadi keruh dan dapat membuat lingkungan tercemar.
Penanggulangan merkuri pada air :
Penanggulangan (pengendalian dan pencegahan) dampak pencemaran dilakukan dengan penataan kembali tata ruang.
Kompensansi pemulihan dan rehabilitasi daerah yang tercemar agar tidak menyebar ke lingkungan yang lebih luas karena bahkan untuk saat ini sangatlah susah untuk memulihkan air yang telah tercemar oleh merkuri apalagi untuk negara Indonesia penyebabnya tentu saja kekurangan teknologi dan biaya
6.2 Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk kedepannya bagi penulis yang menggunakan makalah ini sebagai referensi sebaiknya lebih fokus dan detail dalam menjelaskan isi dari makalah tersebut dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta : Rajawali press
Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. [Online]. Avaliable: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf. [7 Mei 2008]
Anonim, (1980), Standard Methods for Examination of Water and Waste Water, 15th Ed, Washington: APHA-AWWA-WPCF.
Bambang Tjahjono Setiabudi. 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Ems di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Proposal Tesis Universitas Negeri Yogyakarta.
Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep inti. Noviandri Indra, Wahyuningrum Deana, Achmad Hiskia, MauchsidinHidayat, Penerjemah. Jakarta: Erlangga-The McGraw Hill Companies. Terjemah dari: General Chemistry: The Essential Concepts.
Darmono, 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, HubungannyadenganToksikologiLogam. UI Press, Jakarta
Depkes RI. 1929. Pharmacopee 5. Jakarta: Depkes RI.
Esau. 2002.Kadar Merkuri Emisi, Ambien dan Kadar Merkuri Urine Masyarakat Sekitar PT.GE Lighting Indonesia, Yogjakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Florence, T.M., (1982).The Speciation of Trace Elements in Water, Talanta, 29, 345-364.
Ginting,A.R. Perkimiaan pada ekstraksi emas dan detoksifikasi limbah. Proceeding dan penempatan tailing di dasar laut. Kantor Wilayah Dep. Pertambangan & Industri Prop. Sulawesi Utara Bekerja sama dengan Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan UNSTRAT,1999.
Gunradi R., Sukmana, Ta'in, Z. dan Nixon, 2000. Laporan Penelitian Pemantauan Unsur Hg (Merkuri) Akibat Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) di Daerah Pongkor, Jawa Barat dengan Pemetaan Geokimia. Koordinator Urusan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat.
Hapsari, Diana Putri.2012. Paparan Merkuri (Hg) dalam Lingkungan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Harun, F. 2008. Tinjauan Kadar Merkuri (Hg) pada air sungai di Kelurahan Komo Luar. [Skripsi] Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan DepKes Manado.
Junita, nita.2013. Resiko Keracunan Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI).Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kristian H. Sugiyarto, (2001), Common Textbook Kimia Anorganik II, Yogyakarta: JICA,FMIPA UNY.
Londah, F. 2009. Karakteristik Bakteri Resisten Merkuri di Teluk Manado. [Skripsi] Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Noviani, R. dan Gusrizal.2004. Bakteri Resisten Merkuri Spektrum Sempit dari Daerah Bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Mandor, Kalimantan Barat. [Skripsi] Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Tanjungpura.
Pinta, M., (1975), Detection and Determination of Trace Elements, USA: Ann Arbor Science Publisher, Inc.
Saputra, D. 2011. Analisis Logam Merkuri (Hg). Universitas Haluoleo. Kendari.
Setiabudi, BambangTjahjono. 2005. PenyebaranMerkuriAkibat Usaha PertambanganEmas di Daerah Sangon, KabupatenKulonProgo, D.I. Yogyakarta.KolokiumHasilLapangan – DIM.
Sholihah Q, khairiyyati L, dan Setyaningrum R. 2008. Pajanan Debu Batubara dan Gangguan Pernapasan pada Pekerja Lapangan Tambang Batubara. Jurnal Kesehatan Lingkungan,Vol 4 (2): Januari 2008.
Stwertka, A., 1998. Guide To The Elements. Oxford University Press, New York, 240 hal.
Subanri. 2008. Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) terhadap air sungai Menyuke dan gangguan kesehatan pada penambang sebagai akibat penambang emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Semarang. Proposal Tesis Universitas Diponegoro.
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga, dalam jurnal penelitian Marlyantina, Risda 2013. Analisis Kualitatif Logam Berat Merkuri pada Krim Pemutih dengan Metode Reaksi Warna.Palangka Raya: Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Wardhana, W.A. 1994. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi.Yogjakarta.
Widowati, Wahyu, et.al. 2008. Efek Toksik Logam. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta
Zul Alfian : Merkuri : Antara Manfaat dan efek penggunaannya bagi Kesehatan Manusia dan lingkungan, 2006
INDEKS
A
Absorpsi, 7
alkil, 5, 28
alloy amalgama, 6
analisis, 1, 2, 20, 30, 31, 33
aplikasi, 4
B
baku mutu, 11, 1, 6, 12, 17, 18, 31
barometer, 4, 13, 15, 33
bioakumulasi, 5, 14,
biomagnifikasi, 5
biomarker, 9, 31
biomonitoring, 9
Blood-Brain, 9
bronkitis, 7
C
cross sectional, 11, 28
E
ekosistem, 23
ekspansi termal, 14
eksplosif, 4
Electric rectifier.
electric switches.
Elemen, 4
F
faringitis, 7
fluorescent, 15, 33
fosil, 1
fossil fuels, 11
fungisida, 4, 5, 14, 23
G
gas klor, 4
H
hepatitis, 7
Hg, 7, 10, 11, 1, 2, 4, 5, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 31, 33, 37, 38
Hg(ONC)2, 4
Hg2Cl2, 4
HgCl2, 4
HgS, 4, 9, 15, 16
Hydrargyrum, 8
I
indikator, 9
insektisida, 13, 15, 33
ionic, 5
K
konduktor, 15, 33
Kontaminasi, 6, 17
kontinental, 5
L
lipida, 5, 41
literature, 11, 29
logam transisi, 4, 7
M
merkuri, 11, 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 33, 34, 35, 40, 41
metaloregulator, 10
mikro-organisme, 5
N
nefritis, 7
non-degradable, 7
O
organoraksa, 14
P
paradigma, 9
Placental Barier, 9
R
reaktif, 5, 41
resisten, 10
S
sinergisme, 6
soda kaustik, 4
sterilisasi, 4
sulfurhidril, 5, 41
suspended solid.
T
terakumulasi, 5, 7, 9, 12
terkonsentrasi, 11, 4
termometer, 4, 5, 11, 13, 15, 21, 33
termostat, 15, 33
toksik, 4, 7, 20, 21
trace elemen
U
ultraviolet, 4
CONTOH SOAL
Apa saja macam bentuk mercury, kecuali
Unsur merkuri
Merkuri anorganit
Organic
B3
Apa saja benda yang berbahan mercury?
Motor
Mobil
Laptop
Baterai
Sebutkan sifat – sifat mercury?
Mengkilap seperti logam, yang mudah membagi diri atas bola-bola kecil.
Menguap pada pemanasan tinggi
Jika diuapkan meninggalkan sisa dan pada pemanasan sangat tinggi, tidakboleh meninggalkan sisa yang dapat ditimbang
Semua jawaban benar
Dari mana yang bukan Sumber merkuri oleh aktivitas manusia yang berpotensi mencemari udara dan air,?
Pemprosesan gas dan petroleum
Penambangan emas
Penambangan dan penghasil metal
Pabrik kelapa sawit
Apa dampak negatif yang dihasilkan dari pembuangan limbah dengan pembakaran?
Zat mercury
kebakaran
banjir
tanah longsor