Makalah Analisis Kimia Lingkungan Polutan Timbal (Pb) di Udara
Oleh : Lilis Diah P
125090200111048 125090200111048
Nurlailatul Rahmah
125090200111053 125090200111053
Sri Ayu Wulandari
125090201111008 125090201111008
Anisa Pramudia Harini
125090206111001 125090206111001
Ferry CH Nalle
125090207111003 125090207111003
Khoirul Hani’in
125090207111011
Khurnia Krisna Puji
125090207111013 125090207111013
Cahya Fajar Alimurti
125090207111019 125090207111019
Akhmad Bahari
125090207111022 125090207111022
M. Abdi Baihaqi
125090207111025 125090207111025
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015
1
Kata Pengantar Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah analisis kimia lingkungan dengan judul “Polutan Timbal (Pb) di Udara” dengan baik dan lancar. Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini. Selanjutnya kami sebagai penulis berharap agar penulisan makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi mahasiswa Universitas Brawijaya Malang khususnya mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Kimia. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang, 18 April 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………..... 1 Kata pengantar……………………………………………………………………...... 2 Daftar Isi…………………………………………………………………………........ 3 I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang……………………………………………………………. 4 1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………… 4 1.3. Tu juan…………………………………………………………………….. 4 II. Pembahasan 2.1. Pengertian Pencemaran Udara..................................................................... 5 2.2. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara............................................................. 5 2.3. Pengertian Timbal (Pb)................................................................................ 7 2.4. Sumber- sumber pencemaran Timbal di Udara........................................... 8 2.5. Metode Sampling dan analisis Timbal di Udara.......................................... 9 2.6. Dampak Timbal bagi Lingkungan dan barang sekitar.................................10 2.7. Penanganan adanya timbal di udara............................................................ 12 2.8. Study kasus mengenai timbal diudara......................................................... 14 III. Penutup 3.1. Kesimpulan……………………………………………………………...... 16 Daftar Pustaka .............................................................................................................. 17
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh asap buangan pabrik dan pencemaran air permukaan yang disebabkan limbah cair dari pabrik, begitu juga pencemaran air tanah akan menimbulkan dampak negatif bagi penduduk di sekitarnya. Pencemaran tersebu akan terbukti dengan analisis limbah pabrik tersebut dan dapat diamati dari kondisi gejala yang terjadi pada penduduk sekitarnya (Darmono, 2008). Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya (Pala r, 2004). 1.2.Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Pencemaran Udara ? 2. Bagaimana Klasifikasi Bahan Pencemar Udara ? 3. Apa yang dimaksud dengan Timbal (Pb) ? 4. Bagaimana metode sampling dan analisis Timbal di udara ? 5. Sumber – sumber apa saja yang menyebabkan adanya Timbal di udara ? 6. Apa dampak yang ditimbulkan timbal bagi Kesehatan, lingkungan dan barang sekitar 7. Bagaimana cara menangani adanya Timbal (Pb) diudara ? 8. Bagamana Study Kasus mengenai adanya Timbal diudara ? 1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian pencemaran udara, klasifikasi bahan pencemar udara, mengetahui pengertian Timbal (Pb), mengetahui metode pengukuran timbal, mengetahui sumber pencemar adanya timbal, mengetahui dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan, lingkungan dan barang sekitar, mengetahui cara menangani adanya timbal diudara, dan mengetahui study kasusnya.
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Pencemaran Udara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara ( air pollution) didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Selain itu pencemar udara ( air pollutant ) juga diartikan sebagai zat yang berada di atmosfer dalam konsentrasi tertentu yang bersifat membahayakan manusia, binatang, tumbuhan atau benda-benda lain. Sedangkan sumber pencemar udara (sources of air pollutants) merupakan setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut Salim (2002) pencemaran udara diartikan sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti, mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut polutan udara (Salim, 2002). Sedangkan menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material karena ulah manusia (man made) (Mukono, 2006). 2.2.Klasifikasi Bahan Pencemar Udara 1. Klasifikasi Pencemaran Udara Berdasarkan Bentuknya a. Gas Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi (Darmono, 2001) : 1) Golongan belerang terdiri dari Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan Sulfat Aerosol. 2) Golongan Nitrogen terdiri dari Nitrogen Oksida (N2O), Nitrogen Monoksida (NO), Amoniak (NH3) dan Nitrogen Dioksida (NO2). 3) Golongan Karbon terdiri dari Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon . 4) Golongan gas yang berbahaya terdiri dari Benzen, Vinyl Klorida, air raksa uap. b. Pertikel Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi (Darmono, 2001) : 1) Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah. 2) Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, Benzen. 3) Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing. 5
2. Klasifikasi Pencemaran Udara Berdasarkan Tempat dan Sumbernya a. Ruangan (indoor) Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran udara didalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi (Fardiaz, 1992).. b. Udara bebas (outdoor) Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas (Fardiaz, 1992) : 1) Alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan, dll. 2) Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan, dll.
3. Klasifikasi Pencemaran Udara Berdasarkan Asalnya a.
b.
Polutan primer Polutan yang bentuk dan komposisinya sama dengan ketika dipancarkan , lazim disebut sebagai pencemar primer, antara lain CO, CO2, hidrokarbon, SO, Nitrogen Oksida, Ozon serta berbagai partikel (Darmono, 2001). Polutan Sekunder Berbagai bahan pencemar kadangkala bereaksi satu sama lain menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih membahayakan kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan cara bantuan katalisator , seperti sinar matahari. Pencemar hasil reaksi disebut sebagai pencemar sekunder. Contoh pencemar sekunder adalah Ozon, formal dehida , dan Peroxy Acyl Nitrate (PAN) (Darmono, 2001).
4. Klasifikasi Pencemaran Udara Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO
a. b. c. d.
Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ,pencemaran udara dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu (Darmono, 2001) : Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
6
2.3.Pengertian Timbal
Gambar 1. Logam Timbal (Pb) (Surani,2002). Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), dan 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb and 208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat) (Surani,2002). Timbal (Pb) dapat berupa 2 bentuk yaitu inorganik dan organik. Senyawa Pborganik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikulat (Surani,2002). Timbal secara umum dikenal dengan sebutan timah hitam ( Lead ), biasa digunakan sebagai campuran bahan bakar bensin. Fungsinya, selain meningkatkan daya pelumasan, juga meningkatkan efisiensi pembakaran. Sehingga kinerja kendaraan bermotor meningkat. Bahan kimia ini bersama bensin dibakar dalam mesin. Sisanya ± 70% keluar bersama emisi gas buang hasil pembakaran. Dan timbal yang terbuang lewat knalpot itu adalah satu diantara zat pencemar udara (Surani,2002).
7
2.4. Sumber Pencemaran Timbal (Pb) 1. Sumber Alami Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir ( sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah ( ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter (Sudarmaji, dkk, 2006). Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001 μg/m3 (Sudarmaji, dkk, 2006). Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering. Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga (Sudarmaji, dkk, 2006). 2. Sumber dari Industri Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya (Sudarmaji, dkk, 2006) : Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap). Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb). Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead , sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate
8
3. Sumber dari Transportasi Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama. Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001). Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006). 2.5. Metode Sampling dan Analisis Timbal di Udara 2.5.1. Pengambilan sampel
Analisis kandungan Pb yang terdapat diudara, maka metode pengambilan sampel yang digunakan adalah high volume sampler. Di dalam pengambilan sampel laju alir udara harus dibuat konstan atau tetap yaitu sebesar 1,70 m3/menit selama 24 jam. Udara yang masuk dilewatkan melalui sebuah filter dengan ukuran 10 µm (PM10) Konsentrasi partikulat (µg/m3) di dalam udara ambient ditentukan dengan mengukur berat partikulat yang tertampung pada penyaring dan volume sampel udara yang masuk. Setelah itu partikulat yang tertampung pada fiber glass dihitung dan selanjutnya diekstrak dengan menggunakan asam nitrat pekat (Habibi, 2009). 2.5.2. Ekstraksi sampel
Sampel yang telah dikumpulkan pada filter selanjutnya diekstrak dengan menggunakan asam kuat atau ekstraksi gelombang mikro. (metode IO-31). Asam kuat yang lazim digunakan untuk destruksi logam Pb yaitu asam nitrat pekat (HNO3 8 M), dimana Pb akan dioksidasi menjadi Pb2+. Adapun reaksi oksidasi logam Pb tersebut dapat ditunjukkan pada persamaan reaksi sebagai berikut (Habibi, 2009) : 3Pb + 8HNO 3
3Pb2+ + 6NO3- + NO + 4H2O.
2.5.3. Analisis sampel
Konsentrasi Pb ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS). Teknik operasi alat tersebut yaitu dengan mengukur perubahan energy 9
analit dalam bentuk atom. Sampel diuapkan dan diubah menjadi unsure dalam keadaan gas. Atom akan mengalami eksitasi karena adanya radiasi dari lampu cekung katoda (Hallow Cathode Lamp / HCL) dari keadaan dasar (ground state) menjadi keadaan tereksitasi (excited state) dengan menyerap energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang untuk radiasi tersebut yaitu pada 283,3 nm (Habibi, 2009). Penentuan kandungan atau konsentrasi logam Pb dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi atau pembacaan langsung dari alat AAS. Untuk dapat membuat kurva kalibrasi dilakukan dengan mengukur serapan (absorbansi) dari larutan standar yang dibuat dari bahan-bahan yang masuk kategori CRM pada berbagai jenis variasi konsentrasi, sehingga dari kurva kalibrasi akan diperoleh persamaan regresi linear y = ax + b, dimana (Habibi, 2009) : y = absorbansi x = konsentrasi a =slope/kemiringan b =intersep Sampel yang telah diekstrak kemudian diukur absorbansinya, dan nilai dari absorbansi tersebut dikonversi ke dalam persamaan regresi linear untuk memperoleh konsentrasi logam Pb yang ada di udara (Habibi, 2009). 2.6.Dampak Timbal 2.6.1. Kesehatan Manusia
Pb merupakan racun syaraf (neuro toxin) yang bersifat kumulatif, destruktif dan kontinu pada sistem haemofilik, kardio-vaskuler dan ginjal. Anak yang telah menderita tokisisitas timbal cenderung menunjukkan gejala hiperaktif, mudah bosan, mudah terpengaruh, sulit ber-konsentrasi terhadap lingkungannya termasuk pada pelajaran, serta akan mengalami gangguan pada masa dewasanya nanti yaitu anak menjadi lamban dalam berfikir, biasanya orang akan mengalami keracunan timbal bila ia mengonsumsi timbal sekitar 0,2 sampai 2mg/hari. Berikut dampak logam Pb pada kesehatan (Gusnita, 2012) : a) Sistem Syaraf dan Kecerdasan
Efek Pb terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, dan pusing. Efek timbal terhadap kecerdasan anak memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada tingkat pajanan rendah. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 μg/dl dapat mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin (Gusnita, 2012).
10
b) Efek Sistemik
Kandungan Pb dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas Timbal yakni di atas 30 ug/dl) dapat menyebabkan efek sistemik lainnya adalah gejala gastro-intestinal. Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan. Pb juga dapat meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini dapat merusak fungsi organ (Gusnita, 2012). c) Efek Terhadap Reproduksi
Pajanan Pb pada wanita di masa kehamilan telah dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan, dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek Pb antara lain menurunkan jumlah sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal (Gusnita, 2012). d) Pada Tulang Pada tulang, ion Pb2+ logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium akan mengisolasi tubuh dari paparan Pb yang baru (Gusnita, 2012). 2.6.2. Dampak Timbal (Pb) Terhadap Lingkungan dan Barang Sekitar A. Timbal ( Pb ) di udara Asap yang berasal dari cerobong pabrik sampai knalpot kendaraan telah melepas Pb ke udara. Arus angin menerbangkan debu – debu dan partikulat – partikulat yang mengandung Pb ke daerah kutub. Debu dan partikulat tersebut menumpak pada lapisan atmosfer di kutub, dan dibawa turun oleh salju untuk selanjutnya membentuk lapisan es (Wardhana, 2004). Selain itu, dalam bahan bakar kendaraan bermotor biasanya ditambahkan pula bahan scavenger , yaitu etilendibromida (C 2H4Br 2 ) dan etilendikhlorida (C2H4C12 ). Senyawa ini dapat mengikat residu Pb yang dihasilkan setelah pembakaran, sehingga di dalam gas buangan terdapat senyawa Pb dengan halogen (Wardhana, 2004). Senyawa tetrametil-Pb dan tetraaetil-Pb dapat diserap oleh kulit. Hal ini disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan udara tetraetil-Pb terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari. Tetraetil-Pb akan terurai membentuk trietil-Pb, dietil-Pb dan monoetil-Pb. Semua senyawa uraian dari putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi semua senyawa turunan ini dapat larut denan baik dalam air. Senyawa-senyawa Pb dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara, sehingga kemudian terhirup pada saatbernafas, dan sebagian akan menumpuk di dalam kulit dan atau terserap oleh daun tumbuhan (Wardhana, 2004). B. Timbal ( Pb ) di air dan makanan Secara alamiah, Pb dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari bantuan mineral akibat hempasan gelombang dan agin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan masuk ke dalam badan perairan. Pb yang masuk ke dalam 11
badan perairan sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia ada bermacam bentuk. Di antaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai (Wardhana, 2004). Selain kontaminasi Pb pada minuman, juga ditemukan kontaminasi Pb pada makanan olahan atau makanan kaleng. Makanan yang telah diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alat-alat pengolahannya. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makana dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. Senyawa-senyawa Pb organik relatif lebih mudah untuk diserap tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa-sen yawa Pb an-organik. Senyawa Pb organik umumnya masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernafasan dan atau penetrasi melewati kulit. Penyerapan lewat kulit ini dapat terjadi disebabkan karena senyawa ini dapat larut dalam minyak dan lemak (Wardhana, 2004). 2.7.Penanganan Limbah Timbal (Pb) 2.7.1. Pendekatan Teknis
Untuk menghilangkan polutan Pb maka dapat dilakukan secara teknis yaitu dengan mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocing yang lain yang tidak mengandung Pb. Dr Jurg grutter, peneliti pada Swisscontact, Swiss, menyatakan hal itu (Perkins, 1974). Menurut pengamatannya, Pemerintah Honduras telah berhasil menghilangkan partikulat timah hitam dari kawasan udara hingga mendekati nol dalam waktu enam bulan. Itu terjadi sejak bensin tak bertimah hitam ( Pb) dipakai pada seluruh kendaraan bermotor di negara itu. Dari situ Grutter mengambil kesimpulan bahwa pengalihan penggunaan bensin bertimah hitam ke bensin tidak bertimah hitam perlu terus didorong. Hal itu perlu dikembangkan di berbagai negara dengan suatu argumentasi, polusi udara oleh timah hitam jelas sangat mengganggu kesehatan dan merusak lingkungan (Wellburn, 1994). Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG). Di jakarta maupun di Surabaya cukup banyak kendaraan (taksi) yang menggunakan bahan bakar gas,karena selain polutannya yang rendah juga lebih ekonomis (Perkins, 1974). Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagi tenaga penggerak melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan dijual pada pasar mobil (Perkins, 1974). 2.7.2. Pendekatan Planatologi, administrasi dan hukum Pemerintah mempunyai posisi yang paling strategis dalam upaya mengendalikan pencemaran Pb ini. Dengan wewenang yang dimiliki, pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas yang memungkinkan kendaraan dapat 12
berjalan lancar, mengontrol polutan Pb secara berkala saat pajak kendaraan dan mengenakan sangsi bagi yang melanggar. Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan menaggulangi akibat yang ditimbulkan emisi gas kendaraan bermotor, karena melalui peraturan perundang-undangan telah ditetapkan syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh setiap warga mas yarakat (Solikin, 1997). Beberapa peraturan yang berhubungan dengan masalah tersebut adalah (Salim, 2002): A. UU No. 14 Tahun 1992 tentang angkutan jalan pada pasal 50 Untuk mencegah pencemaran udara yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib memenuhi persyaratan angkatan batas emisi gas buang. Setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan atau pengemudi kendaraan bermotor, wajib mencegah terjadinya pencemaran udara. B. Kep. Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 35/ MENLH/ 10/1993 tentangambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor. Pasal 1 dinyatakan bahwa ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat dalam bahan pencemaran yang telah dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor. Pasal 4 menetapkan bahwa batas emisi gas buang kendaraan bermotor ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam 5 tahun sekali. 2.7.3. Pendekatan Edukatif
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat. Untuk itu dapat dilakukan dengan cara (Salim, 2002): 1. Memberikan informasi secara intensif tentang dampak Pb pada kesehatan dan lingkungan serta cara bagaimana mengatasinya. Dengan mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya mengatasinya. 2. Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb seperti pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan. 2.8. Contoh Study Kasus Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor, namun sayangnya kita tidak dapat memilih udara yang kita hirup. Salah satu zat pencemar udara yaitu logam berat Timbal (Pb) dihasilkan dari pembakaran yang kurangs empurna pada mesin kendaraan. Logam Pb di alam tidak dapat didegradasi atau dihancurkan dan disebut juga sebagai non essential trace element yang paling tinggi kadarnya, sehingga timbale sangat berbahaya jika terakumulasi pada tubuh dalam jumlah yang banyak. LogamPb yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan partikel partikel.
13
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat Timbal (Pb) tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh (Surani, 2002). Senyawa yang terdapat dalam kendaraan bermotor yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO, diantara senyawa tersebut PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan. Untuk merealisasikan Program Langit Biru, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengadakan pemantauan rutin tahunan terhadap kualitas bahan bakar bensin dan solar di Indonesia (Surani, 2002). Padatahun 2006, KLH (KementrianLingkunganHidup) memantau kualitas bahan bakar kendaraan bermotor di 20 kota, sedangkan tahun 2012, terdapat penambahan jumlah kota yang dipantau menjadi 30 kota, yang antara lain: Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin, Batam, Bengkulu, Denpasar, Gorontalo, Jabo-detabek, Jambi, Jayapura, Kendari, Kupang, Makasar, Manado, Mataram, Medan, Padang, Palangkaraya, Palembang, Palu, Pangkal pinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Sorong, Surabaya, dan Yogyakarta. Dari segijumlah, kota-kota yang dipantau tersebut dapat mewakili seluruh wilayah Indonesia yang berjumlah 33 provinsi (Surani, 2002).
Kualitas bahan bakar yang dipasarkan di Indonesia menunjukkan perbaikan dari tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada tahun 2006 dari 20 kota yang dipantau ditemukan bahan bakar bensin masih mengandung Pb dengan nilai rata-rata 0,038 gr/l, sedangkan tahun 2007 dari 30 kota yang dipantau ditemukan nilai rata-rata 0.0068 gr/lt. Dari 30 kota yang dipantau, 10 kota kandunganTimbalnya sudah tidak terdeteksi atau unleaded gasoline, termasuk Kota Bandung (Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup)
14
BerdasarkanTabel 3-1 di atas terlihat penurunan konsentrasi Pb yang cukup berarti di beberapa titik pemantauan di kota Bandung padatahun 2007 dibandingkan tahun 2006.
15
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemar udara diklasifikan berdasarkan bentuk, sumber,asal, dan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO). Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Adanya Timbal diudara bisa melalui beberapa sumber yaitu secara alami, dari industri dan dari transportasi. Untuk mengetahui seberapa besar kadar timbal diudara yaitu dengan cara teknik sampling, ekstraksi sampel, dan analisis sampel. Timbal sangat berdampak bagi kesehatan karena dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak, keroposnya tulang dan juga berdampak bagi lingkungan sekitar. Untuk menangani dampak yang ditimbulkan bisa melalui pendekatan teknis, Pendekatan Planatologi, administrasi dan hukum, dan pendekatan edukatif.
16
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 2008, Farmasi forensik dan Toksikologi, Penerbit Universitas Indonesia (UIPresss), Jakarta Fardiaz, Srikandi, 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogjakarta Gusnita, Dessy, 2012, Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal , Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3, hal : 95-101 Habibi, Y, 2009, Metode Pengambilan Sampel dan Analisis Logam Pb di Udara, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Mukono, 2006, Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua, Airlangga University Press, Surabaya Palar,H, 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat , PT Rineka Cipta, Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Perkins, H.C., 1974, Air Pollution, Mc Graw-Hill Book Company, New York. Salim, E. 2002, Green company, PT. Astra Internasional Tbk, Jakarta Santi, D.N, 2001, Pencemaran Udara oleh Timbal (Pb) serta Penanggulangannya. Diakses tanggal 20 Agustus 2008. Solikin, M., 1997, Dampak dan Upaya Mengendalikan Gas Buang Kendaraan Bermotor , Cakrawala Pendidikan No.3, Tahun XVI. Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P, 2006, Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap kesehatan. Jurnal kesehatan lingkungan, Vol. 2, No.2. Diakses tanggal 22 Agustus 2008 . Surani, R., 2002. Pencemaran dan Toksi-kologi Logam Berat , Rineka Cipta, Jakarta., Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Jakarta. Wardhana, Wisnu Arya, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Penerbit Andi, Yogjakarta Wellburn, A., 1994, Air Pollution and Climate Change, The Biological Impact 2nd.ed ., Longman Scientifict dan Technical, Singapore.
17