BAB I PENDAHULUAN
Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Di Indonesia Dengue Hemorrhagic Fever pertama kali di curigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virology baru di peroleh pada tahun 1970. Setelah itu berturut-turut di laporkan kasus dari kota di Jawa maupun dari luar Jawa, dan pada tahun 1994 telah menyebar keseluruh propinsi yang ada. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, penduduk, provinsi dan kecamatan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% (2007). Pada saat ini Dengue Hemorrhagic Fever sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak 1975 penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Jumlah penderita DBD menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, dan penyakit ini banyak terjadi di kota-kota yang banyak penduduknya, akan tetapi penyakit ini juga banyak yang menyerang di pedesaan. Penyakit ini umumnya mennyerang anak yang berumur 1-15 tahun akan tetapi DBD banyak juga menyerang pada golongan umur diatas 15 tahun. Oleh karena itu sudah seharusnya semua tenaga medis yang bekerja di Indonesia untuk mampu mengenali dan mendiagnosisnya, kemudian dapat melakukan penatalaksanaan, sehingga angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue dapat ditekan. Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan DHF, khususnya pada anak A (8 tahun) di IGD RSU M.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dengue haemorhagic fever (DHF) DEFINISI
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990). Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. (http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm )
ETIOLOGI
a. Virus dengue sejenis Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif.
KLASIFIKASI DHF Spektrum Klinis
Manifestasi Klinis
DD
• Demam akut selama 2 -7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia (pegal-pegal), (pegal-pegal), manifestasi manifestasi perdarahan, perdarahan, dan leukopenia. • Dapat disertai trombositopenia.
(demam dengue)
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 2
• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik. • Demam tinggi mendadak selama 2 -7 hari disertai nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut. • Uji torniquet positif. • Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura. • Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : e pistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri. DBD • Hepatomegali. (demam berdarah dengue) • Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga peritoneal. • Trombositopenia. Trombositopenia. • Hemokonsentrasi. • Hari ke 3 -5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat berkembang menjadi syok • Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok). • Gejala syok : SSD (syok syndrom dengue)
Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis. Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg. Akral dingin, capillary refill turun. Diuresis turun, hingga anuria.
Keterangan:
Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan s yok.
– 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1 inchi). Uji torniquet positif : terdapat 10 – 20
KRITERIA RAWAT INAP DAN MEMULANGKAN PASIEN Kriteria rawat inap
Ada kedaruratan: • Syok • Muntah terus menerus • Kejang • Kesadaran turun • Muntah darah
Kriteria memulangkan pasien
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik Nafsu makan membaik Secara klinis tampak perbaikan Hematokrit stabil Tiga hari setelah syok teratasi Trombosit > 50.000/uL KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 3
• BAB hitam Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali pemeriksaan berturut-turut Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
Tidak dijumpai distres pernafasan
PATOFISIOLOGI DHF Infeksi Virus Dengue
Virus mengeluarkan toksik
Pelepasan pirogen ke dalam darah
Trombositoposis Perbanyak diri di hepar
hepatomegali Menstimulasi pusat termoregulasi
suhu tubuh meningkat
Kurang pengetahuan
Agregasi trombosit Permeabilitas vaskuler meningkat
Ekstraksi cairan intravaascular ke ekstravaskular
Mengirim impuls ke pusat vasomotor
Kesalahan interpretasi
Reaksi imunologis
Mukosa mulut/lidah kotor /tidak nyaman
Kebocoran plasmaHemokonse ntrasi, hipoproteinuria, efusi pleura, asites
Hipovolumeia
Agregasi trombosit meningkat
Trombositopenia
Faktor koagulasi menurun
Manifestasi perdarahan ringan-berat
Resiko terhadap cidera perdarahan lebih lanjut
Mual, muntah, anoreksia
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 4
hospitalisasi
Intake nutrisi tidak adekuat
kecemasan
hipotensi
Vasodilatasi arterial
Kulit menjadi panas Imun menurun
Viskositas darah menurun
Suplai O2 dan nutrisi ke tubuh menurun
Nyeri akut
Perubahan nutrisi Penguapan cairan tubuh meningkat
Resiko infeksi
Gangguan perfusi jaringan
Hipoksia jaringan
kelemahan Defisit volume cairan
Asidosis metabolik Intoleransi aktifitas syok
kematian
MANIFESTASI KLINIS Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut : 1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius). 2. Pada pemeriksaan uji torniquet , tampak adanya bintik ( purpura) perdarahan. 3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam ( konjungtiva), Mimisan ( Epitaksis), BAB berwarna hitam berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya. 4. Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali). 5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok. KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 5
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 ( Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal ( Hemokonsentrasi). 7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan ( anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala. 8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi. 9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian. 10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah ( petechiae). Gejala menurut derajat penyakit DHF: 1. Derajat I (ringan) : Terjadi demam mendadak 2-7 hari disertai dengan perdarahan ringan dan uji tes tourniquet positif,trombositopenia, hemokonsentrasi.
PROSES PENULARAN DHF
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan
penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 6
KOMLIKASI DHF
1. Ensefalopati Dengue Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan tetapi dapat juga terjadi pada DBD tanpa syok. Didapatkan kesadaran pasien menurun menjadi apatis/somnolen, dapat disertai kejang. Penyebabnya berupa edema otak perdarahan kapiler serebral, kelainan metabolik, dan disfungsi hati. Tatalaksana dengan pemberian NaCl 0,9 %:D5=1:3 untuk mengurangi alkalosis, dexametason o,5 mg/kgBB/x tiap 8 jam untuk mengurangi edema otak (kontraindikasi bila ada perdarahan sal.cerna), vitamin K iv 3-10 mg selama 3 hari bila ada disfungsi hati, GDS diusahakan > 60 mg, bila perlu berikan diuretik untuk mengurangi jumlah cairan, neomisin dan laktulosa untuk mengurangi produksi amoniak. 2. Kelainan Ginjal Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Dieresis diusahakan > 1 ml/kg BB/jam. 3. Edema Paru: Merupakan komplikasi akibat pemberian cairan yang berlebih. 4. Perdarahan luas 5. Syok Hipovolemik 6. Penurunan kesadaran 7. Koagulasi Intravascular Disretmia (KID) yang terjadi karena hipotermi dan
asidosis metabolik yang sering menyertai pasien DBD apabila tidak dikoreksi. Apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai akibat KID tidak terjadi sehingga heparin tidak di perlukan.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 7
BAB III PEMBAHASAN KASUS I
KASUS I
Anak A laki laki (8 tahun) masuk IDG RSUM dengan keluhan panas kurang lebih 3 hari mual +, muntah, nyeri ulu hati (+). Hasil pemeriksaan didapatkan suhu 39 celcius, nadi 98x/menit, TD 100/80 mmHg, P: 24x/menit. Data lab: HB 14,6 g/dl, HT: 46% leukosit :11700/UL, trombosit 79000/UL hasil diagnose medis DHF grade 1. Anak A direncanakan diobservasi dan dirawat inap 1. Buatlah rencana askep An. A tambahkan data sesuai keperluan 2. Buat konsep teoritis DHF lengkap + askep teoritis .
A. Pengkajian
1) Identitas pasien Nama
: An. A
Umur
: 8 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Tangerang Selatan
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa
Tanggal MRS
:13 Desember 2011
Tanggal pengkajian
:13 desember 2011
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 8
Ruangan
:
Diagnosa medis
: DHF Grade 1
No. Med. Rec.
: 60685
2) Identitas penanggung jawab Nama orang tua
: Tn. K
Agama
: Islam
Pendidikan
: STM
Pekerjaan
: Montir
Alamat
: Tangerang Selatan
Umur
: 33 tahun
3) Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang -
Keluhan utama Panas ± 3 hari, mual +, muntah -
b. Riwayat kesehatan dahulu Pasien belum pernah menderita DHF sebelumnya Tindakan operasi: An. A belum pernah dilakukan tindakan operasi. Kecelakaan: An.A tidak pernah mengalami kecelakaan. Imunisasi: An. A sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar c. Riwayat kehamilan dan kelahiran Selama kehamilan Ibu pernah melakukan pemeriksaan sebanyak 6x, dan tidak pernah terjadi perdarahan selama kehamilan An. A lahir ditolong oleh Bidan, BB/PB saat lahir = 2800 gr/ 47 cm An. A mendapat ASI samapi berumur 15 bulan. d. Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita DHF e. Riwayat kesehatan lingkungan Pasien tinggal dilingkungan padat penduduk. KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 9
f. Kebutuhan dasar
Pola nafas : Frekuensi pernafasan meningkat = 24 x/ menit
Nutrisi : Pasien mengalami anoreksia, mual dan
muntah – , sakit
menelan Kebiasaan makan: Sebelum sakit: makan 3x sehari, namun agak sulit makan karena senang bermain Selama sakit: makan dengan diet lunak dan susu 3x 200cc, tidak bias makan seperti biasa karena mual. Makan dibantu orang tua
Eliminasi : - Bak : Frekuensi BAK meningkat 8-10 x/ hari - Bab : konstipasi
Istirahat dan tidur : pasien sulit tidur karena hipertermia
Aktifitas : pasien lemas, aktivitas terbatas
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Compos mentis
TTV
: TD : 100/80 mmHg R
: 24 x/menit
N
: 98x/menit 0
SB : 39 C
Kepala
: Nyeri kepala
Wajah
: Ekspresi wajah meringis, tampak merah
Mata
: konjungtiva anemis
Hidung
: perdarahan – , Nafas melalui hidung, tidak ada nafas cuping hidung,
dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan. Mulut
: Mukosa mulut kering dan rongga mulut pucat, bibir kering,
hiperemia tenggorokan Gigi & gusi
: Gusi kemerahan KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 10
Leher
: pembesaran kelenjar limfe
Dada & toraks Jantung
: S1& S2 murni, kapilari refill 3 detik
Paru-paru
: Ins : Simetris statis dinamis (SSD) Pal : taktil fremitus teraba sama kuat pada paru kanan-kiri Pe : sanor di semua lapang paru. Aus: Vesikuler
Abdomen
: nyeri tekan epigastrium
Ins : Perut datar Aus : Bising Usus 20 x/menit Per : Timpani Pal : Hepar dan Lien tidak teraba
Kulit
: turgor kulit menurun, kulit kering, kulit terasa panas
Muskuloskeletal : pasien mengeluh nyeri otot,persendian dan punggung
Ekstremitas : Akral dingin
a. Tes Tourniquet.
Test ini bersifat non invansiv untuk mendiagnosa dini DBD, penggunaannya dengan cara mengobstruksi aliran vena, sehingga pada bagian distal lenan akan diperoleh gambaran petechie. Meskipun cara ini mudah dan sarana yang ada dapat mudah diperoleh, namun cara ini mengalami kelemahan diantaranya : dapat di lihat untuk panas setelah 3 hari dimana trombosit telah berkurang, prosedur yang dijalani sangat tidak nyaman bagi pasien terlebih pada anak-anak.
No
Jumlah pethechie/cm
Keterangan
1
0
Suspect non DBD
2
1-2
Suspect DBD
3
>3
Suspect DBD dengan trombosit < 100.000
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 11
b. Tes Afif
Melihat berbagai kendala dalam diagnose DBD, maka penulis mencoba sebuah alternative diagnose dini dari DBD yang bersifat non invansif dan dapat digunakan secara mudah, sehingga terapi dapat dilakukan secara tepat dan efisien. Mudah karena tidak memerlukan biaya yang mahal, prosedur gampang, dan efisien untuk mendiagnosa karena dapat dilakukan pada satu hari setelah pasien menderita panas. Adapun tehnik tes Afif adalah sebgai berikut : Alat :
1. Gelas suction yang kecil 2. Alat penyedot 3. Minyak zaitun 4. Area yang dipilih : bagian dalam dari otot tricep Prosedur :
1. Pasien dibaringkan posisi supine 2. Siapkan area yang akan di kop dengan meberi tanda pada pusat gelas 3. Olesi minyak zaitun. 4. Kop dengan ukuran yang sesuai dengan tekanan sedang 0,5-1 psi atau hingga batas yang ditoleransi pasien. 5. Tunggu untuk waktu 1,5-2 menit. 6. Amati adanya pethechie 1cm dari garis tepi C. Pemeriksaan Laboratorium
Darah :
-
LPB positif
-
Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)
-
-
Hemoglobin meningkat lebih dari 20%
-
Hematokrit meningkat lebih dari
Lekosit
menurun
(lekopenia)
pada hari kedua atau ketiga
20%, merupakan indikator akan
-
Masa perdarahan memanjang
timbulnya rejatan
-
Protein rendah (hipoproteinemia)
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 12
-
Natrium rendah (hiponatremia)
-
Astrup : Asidosis metabolic
-
SGOT/SGPT bisa meningkat
-
IgE dengue (+)
Hasil pemeriksaan kimia darah: -
Hipoproteinemia
-
Hiponatremia
-
Hipoktoremia pada hari kedua dan ketiga terjadi leukopenia, nekropenia, aneosinofilia,
Peningkatan limfosit, monosit dan basofil.
Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: -
PCO2 < 35-40 mmHg
-
HCO3 rendah Base excess (-)
Urine : Kadar albumin urine positif (albuminuria)
D. Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis klinik penyakit DBD dapat ditegakkan apabila ditemukan dua atau tiga gejala klinik yang disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi: 1. Demam tinggi mendadak (38,2-40 °C) dan terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas 2. Manifestasi perdarahan, biasanya pada hari kedua demam, termasuk setidak-tidaknya uji bendung (uji Rumple Leede/ Tourniquette) positif dan salah satu bentuk lain perdarahan antara lain purpura, ekimosis, hematoma, epistaksis, pendarahan gusi dan konjuntiva 3. Hepatomegali, mulai dapat terdeteksi pada permulaan demam. 4. Trombositopenia (100.000/mm atau kurang) 5. Tanda perembesan plasma yaitu:
Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari: -
peningkatan kadar hematokrit setinggi kadar hematokrit pada masa pemulihan.
-
Peningkatan kadar hematokrit sesuai usia dan jenis kelamin > 20% dibandingkan dengan kadar rujukan atau lebih baik lagi dengan data awal pasien.
Penurunan kadar hematokrit 20% setelah mendapat penggantian cairan.
Hipoalbuminemia
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 13
efusi pleura, asites atau proteinuria.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 1995 ; 344). 1. Fase Demam
-
Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
-
Cairan intravena jika di butuhkan
-
Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi , Pemeriksaan kadar hematokrit berkala, pengawasan hasil pemberian cairan Pemberian Parasetamol
-
2. Penggantian volume Plasma
Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30-60 menit). Tetesan dalam 24-28 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urin. Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%. Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 14
Jenis Cairan (rekomendasi WHO) Kristaloid. o
Larutan ringer laktat (RL)
o
Larutan ringer asetat (RA)
o
Larutan garam faali (GF)
o
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
o
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
o
Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF) (Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran)
Koloid. o
Dkstran 40
o
Plasma
o
Albumin
Belum atau tanpa renjatan:
1. Grade I dan II : a. Oral ad libitum atau b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya. Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin. Apabila anak tidak suka minum sama
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 15
sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut : o
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
o
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
o
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
o
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
o
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring. 2. Diet makan lunak. 3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. 4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. 5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. 6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. 7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. 8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. 9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. 10. 10.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. 11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 16
ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. 12. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. F. PERAN PERAWATAN
Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam Observasi intik output Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam ,
periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt,
perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan
tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt. Pantau jika terjadi: 1. Resiko Perdarahan o
Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
o
Catat banyak, warna dari perdarahan
o
Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 17
2. Peningkatan suhu tubuh o
Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
o
Beri minum banyak
o
Berikan kompres
G. DIET PADA DHF o
Komposisi mineral air kelapa yang unik membuatnya cocok sebagai minuman isotonik alami lantaran komposisi mineral dan gulanya amat sempurna.
o
Pantas bila air buah anggota famili Palmae itu berfungsi sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang dan mengencerkan darah sehingga alirannya lancar. Dengan aliran lancar maka pecahnya pembuluh darah akibat darah yang mengental dapat dicegah.
o
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
o
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
o
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
H. ANALISA DATA Data Subyektif
Klien mengeluh :
Data Obyektif
S : 39C
panas kurang lebih 3 hari
N: 98x/menit
Mual
TD 100/80 mmHg
Nyeri ulu hati
P: 24x/menit.
Tidak dapat tidur.
Gelisah
Anoreksia
Keringat banyak
Nyeri otot dan bagian belakang
Orang tua klien terlihat gelisah dan cemas
punggung
melihat keadaan anaknya.
Klien Tampak lemah
Turgor kulit menurun
Mulut dan bibir kering
Konjunctiva Anemis
Data lab:
HB 14,6 g/dl, KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 18
HT: 46%
leukosit :11700/ L,
trombosit 79000/ L
Uji tornikuet positif
I. MASALAH KEPERAWATAN No 1
Problem Gangguan
Etiologi rasa
Symptom
Proses patologis penyakit
- Klien mengatakan nyeri
nyaman: Nyeri
di ulu hati. - Klien merasa gelisah dan tidak bisa tidur.
2
Peningkatan
suhu
tubuh
Invasi virus dengue
- Hipertermia
Infeksi virus dengue dalam tubuh Melepaskan endotoksin
- Demam - Gelisah - Keringat banyak
Merangsang sistem imun Respon tubuh Terjadi inflamasi Merangsang hipotalamus Peningkatan suhu tubuh 3
Resiko perdarahan
terjadi
Trombositopeni
- Uji tornikuet positif
Gangguan fungsi trombosit
- Trombosit 76.000/ L
Kelainan fungsi koagulasi
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 19
perdarahan 4
Kekurangan
Anoreksia
volume cairan
- Mual
Peningkatan asam lambung
- Turgor kulit menurun - Mulut dan bibir kering - Keringat banyak
Mual/muntah
- Intake/output Pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan
5
Resiko
gangguan
pemenuhan nutrisi kurang
dari
kebutuhan tubuh 6
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur
tidak
seimbang - Anoreksia
Anoreksia
- Mual
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Stimulus nyeri
- Anoreksia - Tampak lemah
- Tampak lemah dan lesuh
Merangsang susunan saraf otonom mengaktifasi norephinephrin
- Pasien tidak dapat tidur - Nyeri epigastrium
Saraf simptis terangsang untuk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ tubuh REM menurun Pasien terjaga 7
Intoleransi aktivitas
Kelemahan fisik
-
KU lemah
- TD menurun - Aktivitas dibantu - Nyeri otot dan bagian belakang punggung - ADL
sepenuhnya
di
bantu orang tua
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 20
8
Kurang
kurang terpajan/mengingat
Pengetahuan
informasi
- Orang tua klien merasa cemas melihat
dan
gelisah keadaan
anaknya.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 21
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KH
Gangguan rasa nyaman : Nyeri Tujuan : b.d
proses
patologis
penyakit Rasa nyaman pasien
ditandai dengan : - klien
INTERVENSI 1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
RASIONAL - untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
terpenuhi. Nyeri
mengatakan
bagian ulu hati
nyeri
di berkurang atau hilang dalam waktu 1 x 24
- klien merasa gelisah dan tidak jam
2. Berikan posisi yang nyaman,
- Untuk mengurangi rasa nyeri
usahakan situasi ruangan yang tenang.
dapat tidur. 3. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
- Dengan melakukan aktivitas lain pasien
dapat
melupakan
perhatiannya terhadap nyeri yang 4. Kolaborasi Berikan obat-obat
dialami.
analgetik - Analgetik
dapat
menekan
atau
mengurangi nyeri pasien. Peningkatan
suhu
tubuh Tujuan :
1. Observasi tanda-tanda vital
- Dengan mengobservasi tanda-tanda
berhubungan dengan invasi virus Suhu tubuh kembali
vital dapat menunjukkan respon dan
dengue ditandai dengan
efek peningkatan suhu tubuh
-
Hipertermia
-
Demam
-
Gelisah
normal setelah 1 x 24 jam 2. Berikan kompres air keran / biasa Kriteria Hasil :
- Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 22
-
Keringat banyak
Suhu menjadi
tubuh normal
antara 36 – 37
3. Anjurkan untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
- Dengan
banyak
minum
dapat
menggantikan cairan yang keluar
Gelisah 4. Anjurkan
berkurang
pasien
untuk - Memberikan
rasa
nyaman
dan
menggunakan pakaian yang tipis
pakaian yang tipis mudah menyerap
dan mudah menyerap keringat
keringat
dan
tidak
merangsang
peningkatan suhu tubuh. - Dengan 5. Kolaborasi intravena
pemberian dan
pemberian
cairan obat
pemberian
antipiretik
dan
cairan
antibiotik
IV
,
dapat
mengontrol demam dan panas
sesuai program ( antipiretik dan antibiotik) Resiko
terjadi
perdarahan Tujuan :
berhubungan dengan penurunan Perdarahan
1. Observasi tanda-tanda vital tidak
vital dapat mengetahui respon dan
faktor pembeku darah trombosit terjadi akibat
virus
dengue
- Dengan mengobservasi tanda-tanda
efek perdarahan
ditandai
dengan -
Uji tornikuet positif
-
Trombosit 79.000 L
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda
2. Monitor
tanda-tanda
penurunan - Penurunan
trombosit yang disertai tanda klinis.
trombosit
merupakan
tanda adanya kebocoran pembuluh
perdarahan lebih
darah yang pada tahap tertentu dapat
lanjut
menimbulkan
tanda-tanda
klinis
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 23
seperti epistaksis, ptekie.
Trombosit meningkat 3. Monitor trombosit setiap hari
- Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh
kemungkinan
darah
perdarahan
dan yang
dialami pasien.
4. Anjurkan
pasien
untuk
banyak - Aktifitas pasien yang tidak terkontrol
istirahat ( bedrest )
dapat
menyebabkan
terjadinya
perdarahan.
5. Berikan penjelasan kepada klien dan - Keterlibatan pasien dan keluarga keluarga untuk melaporkan jika ada
dapat membantu untuk penaganan
tanda perdarahan spt : hematemesis,
dini bila terjadi perdarahan.
melena, epistaksis.
6. Antisipasi gunakan
adanya sikat
gigi
perdarahan yang
: - Mencegah
lunak,
terjadinya
perdarahan
lebih lanjut.
pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 24
ambil darah.
7. Observasi
hasil
pemeriksaan
laboratorium Resiko gangguan keseimbangan Tujuan:
klinis
dapat
- Dengan mengobservasi tanda-tanda
dilakukan
vital dapat diketahui perkembangan
dengan peningkatan suhu tubuh intervensi ditandai dengan
patokan
menetukan diagnosis banding
1. Observasi tanda-tanda vital
cairan dan elektrolit berhubungan Setelah
- Sebagai
keadaan pasien
keperawatan selama
-
Mual
1x
24
jam
-
Turgo kuli menurun
Keseimbangan cairan
-
Mulut dan bibir kering
dan
-
Keringat banyak
terpenuhi
-
Intake/output tidak seimbang
2. Anjurkan
pasien
untuk
banyak - Dengan
banyak
minum
dapat
minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai
menggantikan cairan yang keluar.
toleransi)
Untuk memenuhi kabutuhan cairan
eletrolit
tubuh peroral 3. Observasi intake output
- Memberi
informasi
tentang
keseimbangan cairan KH:
Pasien
dengan
menyatakan tidak
dehidrasi.
mual
4. Catat warna urine / konsentrasi, BJ - Penurunan
Mukosa bibir dan
haluaran
peningkatan
urine
pekat
BJ
diduga
5. Kolaborai pemberian cairan infus - Menggantikan cairan yang keluar. sesuai kebutuhan
Dapat meningkatkan jumlah cairan
mulut lembab
tubuh, untuk mencegah terjadinya
Intake dan output
hipovolemic syok.
seimbang
6. Observasi
hasil
pemeriksaan - Sebagai
patokan
klinis
dalam
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 25
laboratorium Resiko nutrisi tubuh
Gangguan kurang
pemenuhan Tujuan :
dari
kebutuhan Tidak
berhubungan
anoreksia ditandai dengan
menentukan diagnosis banding
- Kaji pola makan pasien, makanan ada
tanda-
yang disukai dan tidak disukai
- Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien
dengan tanda malnutrisi. Kebutuhan
nutrisi - Observasi
-
Mual
terpenuhi dalam 1 x
-
Tampak lemah
24 jam
-
Konjunctiva Anemis Kriteria Hasil :
Nafsu
klien bertambah.
masukan
- Mengawasi masukan kalori/ kualitas kekurangan konsumsi makanan
pada
pentingnya
pasien
tentang
makanan
bagi
- Memotivasi pasien untuk makan
kesembuhan penyakitnya
Rasa mual pada - Timbang klien hilang
catat
makanan pasien
- Jelaskan makan
dan
BB
tiap
hari
(bila
memungkinkan )
- Lakukan perawatan mulut sesudah dan sebelum makan - Anjurkan makan dengan porsi kecil tapi sering
- Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
- Mengawasi
penurunan
BB
/
mengawasi efektifitas intervensi.
- Memberikan rasa segar pada saat makan - Mencegah pasien merasa mual dan makanan masuk dengan baik.
- Menurunkan
distensi
dan
iritasi
gaster.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 26
Intoleransi
aktivitas
b.d Tujuan:
Kelemahan fisik ditandai dengan
Setelah
1. observasi adanya takikardi, pusing, dilakukan
- KU lemah
tindakan keperawatan
- TD menurun
1x24 jam diharapkan
- Aktivitas dibantu
klien
- Nyeri
otot
dan
belakang punggung
bagian beraktivitas
-
informasi
tentang
derajat
perfusi
jaringan
berkeringat dan perubahan warna
keadekuatan
kulit.
membantu menentukan kebutuhan intervensi
dapat
2. bantu klien dalam aktivitas sehari-
sesuai
hari yang mungkin diluar batas
anak dan aktivitas yang dilakukan
toleransi anak.
akan
dengan
-
- ADL sepenuhnya di bantu kemampuannya
Keseimbangan antara kemampuan
mempertahankan
tingkat
energi anak
orang tua KH:
3. bantu
- Klien menunjukan
pada
aktivitas
yang
-
memerlukan kerja fisik.
Meningkatkan tingkat
peningkatan aktivitas
secara
aktivitas
bertahap
sampai
batas
normal.
fisik 4. berikan aktivitas bermain sebagai
Kurang
pengetahuan
keluarga Tujuan :
tentang penyakit, prognosis, efek Orang
terpajan/
mengingat
informasi kondisi,
kelelahan
memberikan
toleransi
tumbangnya. -
keluarga tentang penyakitnya.
mengetahui
dan
tetap
stimulasi
bagi
seberapa
jauh
pengalaman dan pengetahuan klien
prosedur, dan perawatan anggota mengutarakan keluarga yang sakit b.d kurang pemahaman
Mencegah
pengalihan yang sesuai dengan
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan tua
-
dan keluarga tentang penyakitnya tentang efek 2. Berikan penjelasan pada klien dan
-
dengan mengetahui penyakit dan
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 27
ditandai dengan :
prosedur dan proses
- orang tua klien terlihat gelisah pengobatan dan
cemas
melihat
setelah
keluarga tentang penyakitnya dan
kondisinya sekarang, klien dan
kondisinya sekarang.
keluarganya akan merasa tenang
keadaan diberikan penjelasan
dan mengurangi rasa cemas
anaknya. Kriteria Hasil : -
Orangtua
3. Anjurkan klien dan keluarga untuk klien
-
memperhatikan diet makanan nya.
diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
dapat tenang. -
Orangtua
klien
mengerti
ttg
memperhatikan perawatan diri dan
berpakaian/berdandan)
dan
lingkungan bagi anggota keluarga
kebersihan
yang
untuk
kondisi
penyakit anaknya.
4. Anjurkan
keluarga
untuk -
sakit.
Lakukan/demonstrasikan perawatan
diri
dan
teknik
perawatan diri (mandi, toileting, dan
lingkungan
menciptakan
penting perasaan
nyaman/rileks klien sakit
lingkungan
klien.
5. Minta klien/keluarga mengulangi
-
mengetahui
seberapa
jauh
kembali tentang materi yang telah
pemahaman klien dan keluarga
diberikan.
serta menilai keberhasilan dari tindakan
yang
dilakukan.
.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 28
J. Pencegahan dan pengobatan alamiah penyakit DBD
Pencegahan Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997). Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu: 1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. 2. Biologis Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik. 3. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lainlain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001). KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 29
Pengobatan Alamiah Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan. Pengobatan alamiah untuk DBD: 1. Jambu biji Buah ini mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Bahkan kandungan vitamin C di dalamnya bisa tiga sampai enam kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Lebih tinggi 10 kali dibandingkan dengan pepaya dan 10 sampai 30 kali dibandingkan dengan pisang. Vitamin C ini terdapat dalam daging buahnya yang segar. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi pun mengandung vitamin C seperti daging buahnya. Disebutkan dalam buku Foods that Heal, Foods that Harm bahwa 90 gram buah jambu biji lebih dari cukup memenuhi kebutuhan harian vitamin C pada orang dewasa. Buku itu juga menyebutkan meskipun sudah kehilangan hampir 25 persen vitaminnya karena proses pengolahan, jus jambu biji kemasan kotak masih merupakan sumber vitamin C yang baik. Berkat kandungan vitamin C dosis tinggi ini,
kekebalan
tubuh
dalam
melawan
bakteri
akan
meningkat.
Proses
penyembuhan luka pun jadi lebih cepat. Di samping itu, tekanan darah juga menjadi lebih baik berkat buah ini. Ini karena jambu biji merupakan sumber potassium yang baik. 2. Alang-alang Tumbuhan yang bernama latin Imperata cylindrica (L) Beauv sudah sering diteliti secara ilmiah. Hasil penelitian tentang tanaman ini menyebutkan bahwa ada kandungan manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam alkali. Dengan kandungan-kandungan itu, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 30
panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan pendarahan), dan menghilangkan haus. Pengobatan Cina tradisional menyebutkan, alang-alang memiliki sifat manis dan sejuk. Efek pengobatan tanaman ini memasuki meridian paru-paru, lambung, dan usus kecil. Dengan sifat diuretik yang melancarkan air kencing, alang-alang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit radang ginjal akut. Sifat diuretik yang mengeluarkan cairan tubuh tak berguna ini juga berguna untuk mengontrol tekanan darah yang cenderung tinggi. Sifat hemostatik yang bisa menghentikan pendarahan pada alang-alang dapat juga dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan dan pendarahan di dalam. Herbal ini di dalam tubuh akan menyusup ke dalam organ paru-paru, lambung, dan usus kecil. Ramuan alangalang sebaiknya tidak diberikan kepada mereka yang fungsi lambungnya lemah dan sering buang air kecil. Bagian tanaman alang-alang yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah rimpang, baik yang segar maupun yang telah dikeringkan. Bahan alang-alang ini bisa diperoleh di toko obat Cina. 3. Angkung "Obat kaisar" adalah julukan untuk angkung atau Angong Niuhuang Wan. Karena keampuhannya mengatasi penyakit pada zaman lampau, angkung hanya dikonsumsi oleh kaisar dan para petinggi di dataran Cina. Angkung diyakini oleh masyarakat Cina bisa membantu menyembuhkan penyakit radang selaput otak, stroke, radang otak, penyakit hati, sampai kejang dan kekurangan cairan tubuh seperti halnya dalam kasus demam berdarah. Namun, sangat disayangkan harga angkung ternyata amat mahal. Di samping harganya yang mahal, manfaat angkung tidak langsung terasa setelah minum satu atau dua butir. Angkung baru terasa khasiatnya untuk mengatasi penyakit berat setelah diminum secara teratur 6 sampai 8 butir pil setiap hari 4. Daun Dewa Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai pengganti angkung bila harga pil tersebut dianggap terlalu mahal. Tanaman daun dewa berbentuk semak. Daun adalah bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat. Nama latinnya adalah Gymura segetum (Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC dan termasuk ke dalam famili tumbuhan Compositae atau Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah bluntas cina, daun dewa, atau samsit. Herbal yang KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 31
satu ini dikenal kaya dengan berbagai kandungan kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid, dan tanin. Dengan kandungan kimia tersebut tumbuhan ini bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah), stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun.
KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF| 32