BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Virus HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang ringan sekalipun. Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh ketika diserang penyakit maka tubuh tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah meninggal dunia terkena pilek biasa. AIDS merupakan singakatan dari Acquired Immune Deficiency Dydrome penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat sipenderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringsn sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikan tempat berkembangbiak virus HIV baru, kemudian merusaknya sehinggatidak digunakan lagi sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita lemas dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Ketika tubuh manuasia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun;tahun bagi viru HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan. a.
Gejala HIV
Pada awalnya yang terinveksi HIV tampaknya seperti orang yang sehat dan tidak memperhatikan segala-segala tertentu fase ini terjadi selama 5-7 tahun. Pada tahap selanjutnya akan muncul gejala-gejala seperti yang di bawah ini:
1.
Saluran pernafasan,penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk nyeri dada dan demam yang terus menerus mencapai 39°C seperti terserang infeksi virus lainnya (Peunmonia). Tidakn jarang diagnose pada stadium awal penyakit HIV+ AIDS diduga sebagai TBC.
2.
Saluran pencernaan penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan geala seperti hilangnya nafsu makan, mual, dan muntah. Terap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan.
3.
Berat badan tubuh penderita mengalami hal disebut juga Wasfing Syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena angguan absorbs / penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarrhea kronik kondisi letih dan lemah kurang tenaga.
4.
Sistem persyarafan terjadi gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebinguan dan respon anggota gerak melambat. Pada sistem persyarafan ujung (peripheral) dan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan impoen. Fase ini berlangsung 6 bulan sampai 2 tahun untuk mengatahui apakah seseorang dinyatakan positif menderita penyakit HIV+ AIDS dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap banyaknya jumlah sel T pada darahnya. b.
Penularan HIV
Sampai saat ini belum dapat diketahui darimana mulai berjangkitnya penyakitnya AIDS. Penyakit ditularkan melalui kontak biasa namun di tularkan melalui: -Darah, contohnya : Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, terkena darah menstruasi pada kulit yang terluka, jarum suntik, dan sebagainya. -Cairan semen,Air Mani, Sperma, dan Peju Pria, contohnya : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dan sebagai. -Cairan Vagina pada Perempuan, contohnya ; Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-pinjam alat bantu seks, dan sebagainya. -Air Susu Ibu / ASI, contohnya : Bayi yang minum ASI wanita HIV+, Laki-laki meminum susu ASI pasanganya, dan lain sebagainya.
BAB II PEMBAHASAN
SEJARAH AIDS Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles. Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retovirus yang disebut Human Immunodeciency Virus (HIV). Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit di masukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primate. Asal HIV-1 berasal dari Sooty Mangabey (cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, dan Kamerun. Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primate lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori yang lebih controversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidermik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski rehadap vaksin polio. Namun demikian, komunitas ilmiah umunya berpendapat bahwa scenario tersebut tida didukung oleh bukti-bukti yang ada. Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi), termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan PLP Depertemen Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia.
Data jumlah penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori “Gunung Es” dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui. Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang.
PENGERTIAN AIDS Acquired Immunoficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibst defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan berakiba penderita berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV. Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu: 1.
Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif).
2.
Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif). Menurut Suensen (1989) terdapat 5t-10 juta HIV positif yang dalam waktu 5-7 mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita AIDS. Pada tingkat pandemi HIV itu dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam 5 tahun setelah diagnose AIDS ditegakkan, maka semua penderita akan meninggal.
CARA PENULARAN Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port’d entrée). Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairanvagina atau servik dan darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularaan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui: 1.
Transmisi Seksual Penularan (transmisi) HIV sacara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau preseminal seseorang dengan rectum, atau membrane mukaso mulut pasanganya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Kekerasan seksual secara umum menungkatkan risiko penularaan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyebabnya gangguan pertahanan jaringan epitel risiko penularan HIV karena adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofaga) pada semen dan sekresi vagina. Penelitian epidermiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Serikat. Menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfaksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifils dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nabah, infeksi Chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan local lifosit dan makrofaga. Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan dari bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang. Pada
penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok manuasia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV. Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual. a.
Homoseksual Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorangan pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rectum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital.
b.
Heteroseksual Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderiDi Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
2.
Transmisi Non Seksual Jalur penularan ini terutaemofilia, dan resipien terutama berhubungan dengan obat suntik, penderita hemophilia, dan resepien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organism biologis penyebab penyakit (pathogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Uara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. a.
Transmisi Parenral
1.
Transmisi melalui benda Merupakan akibat penggunaan jarum suntik
dan
alat
tusuk
lainnya
(alat
tindik)
yang
telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersamasama. Di samping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang di pakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parenral ini kurang dari 1%. 2.
Darah/produk darah merupakan transmisi melalui transfuse atau produk darah di negara-negara barat sebelum 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperoksa sebelum ditransfusikan. Resiko retular infeksi/HIV lewat transfusi darah adalah lebih dari 90%.
b.
Transmisi Transplasental Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktumenyusui. Penularan melalui air susu ibu (ASI) termasuk penularan dengan resiko rendah.
PATOGENESIS AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV . HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu. Dasar utama pathogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limpfosit T 4
merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung
dalam
menginduksi
fungsi-fungsi
imunologik.
Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibody pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan anzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang bahan genetic virus. I nfeksi HIV dengan demikian menjadi irreversible dan berlangsung seumur hidup. Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebab kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudiam, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anakanak dan 60 bulan pada orang dewasa. Infeksi oleh virus HIV menyebab fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit ibfeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarcoma Kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis.
Ciri-Ciri Penyakit AIDS Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yaitu pada sel darah putih (limfosit T) khususnya pada bagian sel CD4. Seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, suatu saat dapat berkembang menjadi AIDS. Namun orang yang menderita HIV tidak selalu menjadi AIDS, tergantung dari tingkat kekebalan/imunitas masing-masing. Tetapi memang dari kasus yang sering terjadi selama ini, bahwa HIV sebagian besar akan meningkat statusnya menjadi AIDS. Berbagai ciri-ciri penyakit AIDS yang dapat dikenali pada penderitanya adalah sebagai berikut: 1. Penurunan berat badan secara drastis Penurunan berat badan yang terjadi secara drastis merupakan ciri-ciri penyakit AIDS yang mudah dilihat pada penampilan fisiknya. Pada penderita AIDS terjadi gangguan dalam penyerapan energi dan protein sehingga mengakibatkan penderitanya mengalami malnutrisi. Penurunan berat badan mencapai 10% atau lebih dan dapat terus menurun seiring bertambah parahnya perjalanan penyakit. 2. Demam Demam diakibatkan karena masuknya virus HIV yang telah berkembang menjadi AIDS menyebabkan imunitas seseorang menurun sehingga menimbulkan berbagai infeksi oportunistik (penyerta/ikutan) yang diakibatkan oleh berbagai organisme baik berupa virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Masuknya berbagai mikroorganisme ini dapat menimbulkan reaksi pada tubuh berupa demam (suhu lebih dari 38°C). Gejala demam ini juga sering diikuti dengan berkeringat di malam hari. 3. Kelelahan dan nyeri sendi Kelelahan dan nyeri sendi juga merupakan ciri-ciri penyakit AIDS yang diakibatkan karena penderita mengalami malnutrisi dan mudahnya menderita berbagai penyakit baik ringan maupun berat. Sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara lebih ekstra menyebabkan badan mudah capek dan badan terasa pegalpegal serta menderita nyeri sendi. Kekurangan energi dalam tubuh mengakibatkan
penderitanya sering lemah, letih, dan lesu walaupun tidak sedang mengerjakan aktfitas yang berat. 4. Gangguan pada sistem pencernaan Ciri-ciri penyakit AIDS berikutnya yaitu adanya gangguan pada sistem pencernaan. Sistem kekebalan tubuh yang terganggu menyebabkan kuman mudah sekali masuk dan menyerang tubuh. Penderita AIDS sering menderita penyakit jamur pada rongga mulut (sariawan) dan kerongkongan yang menyebabkannya susah menelan sehingga nafsu makan menurun. Bakteri juga mudah masuk pada sistem pencernaan bagian dalam yang menyebabkan terjadinya diare yang susah sembuh (kronis), serta mengakibatkan mual muntah. Keadaan inilah yang dapat menyebabkan penderita AIDS menjadi kurus kering dan mengalami dehidrasi. Penderita juga mudah mengalami infeksi pada lambung, hati, usus halus, usus dua belas jari, serta usus besar. 5. Gangguan pada sistem pernafasan Gangguan sistem pernafasan juga merupakan ciri-ciri penyakit AIDS yang biasanya ditandai dengan batuk yang terjadi berkepanjangan dan dapat disertai dengan sesak nafas. Penyakit pernafasan yang sering diderita oleh pengidap penyakit AIDS antara lain yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia pneumocytis (penyakit pneumonia yang diakibatkan oleh jamur), dan TBC. Bahkan untuk penyakit TBC, karena seringnya penderita AIDS juga menderita TBC maka setiap penderita TBC dianjurkan untuk periksa HIV/AIDS sebagai langkah antisipasi. Pada penyakit AIDS, TBC tidak hanya di paru-paru, tetapi dapat terjadi pada kelenjar getah bening, saluran pencernaan, saluran kemih, hati, tulang, sunsum tulang, maupun otak. 6. Gangguan pada sistem syaraf Ciri-ciri penyakit AIDS sering ditunjukkan dengan adanya gangguan pada sistem syaraf berupa terjadinya infeksi pada otak. Penyakit infeksi pada otak yang sering dialami oleh penderita AIDS antara lain yaitu toksoplasmosis, meningitis
kriptokokal, dan leukoensefalopati multifokal progresif. Toksoplasmosis adalah radang pada otak yang disebabkan oleh parasit jenis toxoplasma gondii. Meningitis kriptokokal yaitu radang pada selaput otak dan sunsum tulang belakang yang disebabkan oleh jamur cryptococcus neoformans. Sedangkan leukoensefalopati multifokal progresif merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus JC di mana menyerang selubung syaraf (mielin) sehingga berdampak pada terganggunya penghantaran impuls syaraf. Adanya gangguan pada sistem syaraf penderita AIDS ini ditandai dengan sering sakit kepala, ingatan menurun, dan susah berkonsentrasi. Karena terjadinya gangguan pada syaraf pusat, penderita juga mengalami respon anggota gerak yang lambat dan sering mengalami kebingungan. Penderita juga sering mengalami kesemutan terutama pada tangan dan kaki, refleks tendon yang menurun, serta mengalami impotensi. Selain itu pengidap AIDS juga dapat menderita sindrom dimensia kompleks, yaitu penurunan metabolisme otak yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan mental. 7. Gangguan pada jaringan kulit Gangguan pada jaringan kulit merupakan ciri-ciri penyakit AIDS yang seringkali ditandai dengan adanya ruam-ruam seperti bisul kecil yan gatal dan berwarna merah muda. Penyakit pada kulit yang sering menyerang penderita AIDS yaitu cacar air, cacar api, herpes, infeksi pada jaringan rambut, dan keretakan pada lapisan kulit bagian luar. Kuku juga dapat berubah menjadi lebih melengkung dengan disertai penebalan. Karena infeksi jamur, warna kuku mengalami perubahan warna menjadi kebiruan atau kehitaman. 8. Gangguan pada saluran kencing dan reproduksi Ciri-ciri penyakit AIDS dapat ditandai dengan adanya gangguan pada saluran kecing dan organ reproduksi. Gangguan tersebut antara lain terjadinya Infeksi Saluran Kencing (ISK), penyakit jamur dan herpes pada alat kelamin, penyakit sifilis (raja singa), haid yang abnormal pada wanita, dan peradangan pada rongga tulang pelvis/panggul (pelvic inflammatory disease).
9. Mudah terserang kanker Lemahnya sistem kekebalan tubuh menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai jenis kanker. Kanker yang sering dijumpai pada penderita AIDS antara lain sarkoma kaposi (keganasan virus herpes), kanker kelenjar getah bening (limfoma), kanker leher rahim, kanker payudara, kanker usus besar, kanker rectum, dan kanker anus. Berbagai jenis kanker tersebut di atas dapat menjadi penyebab utama terjadinya kematian pada penderita penyakit AIDS. Setelah mengetahui ciri-ciri atau gejala penyakit AIDS yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan Anda akan lebih waspada terhadapnya serangan virus HIV/AIDS. Karena pengobatannya masih sulit, maka langkah pencegahan adalah cara yang efektif untuk menangkal penyakit AIDS. Langkah tersebut yaitu dengan menghindari perilaku seks berisiko (setia pada pasangan), menjauhi narkoba, melakukan tes/skrining HIV untuk calon pengantin dan ibu hamil muda, dan jika melakukan tranfusi darah pastikan bahwa darah yang diterima bebas dari virus HIV dengan alat tranfusi yang baru (steril). Penyebab Penyakit AIDS Seperti kebanyakan penyakit lainnya, penyakit AIDS juga timbul karena berbagai sebab, berikut ini penyebab seseorang bisa terkena penyakit AIDS.
Merajalelanya seks bebas, seperti pelacura dan perilaku bebas lainnya
Saat hubungan seksual tidak menggunakan kondom
Penggunaan obat bius terlalu banyak
Menggunakan jarum suntik yang tidak steril
Berpindahan penduduk dari desa ke kota
Pendidikan kesehatan dan konseling yang lemah
Itulah penyebab utama timbulnya penyakit AIDS yang bisa Anda ketahui, dan walaupun penyakit ini saat ini belum ada obat secara pasti.
Upaya Pencegahan AIDS Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk mencegah AIDS belum di temukan, maka alternative untuk menanggulangi masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang mungkin dapat terserang HIV. Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS. Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang: a.
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek Upaya pencegahan jangka pendek adalah dengan KIE, memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya. Ada 3 pola penyebaran virus HIV :
1.
Melalui hubungan seksual
2.
Melalui darah
3.
Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya
1.
Pencegahan Infeksi virus HIV melalui hubungan seksual
Virus HIV pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina, dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan pria ke pria. Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melalui hubungan seksual maka upaya pencegahan adalah dengan cara: ·
Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
·
Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami).
· ·
Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin. Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
· ·
Tidak melakukan hubungan anogenital. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap virus HIV.
1.
Pencegahan Infeksi HIV melalui Darah Darah merupakan media yang sangat cocok untuk hidup virus AIDS. Langkah-langkah untuk pencegahan terjadinya penularan melalui darah adalah: ·
Darah yang digunakan untuk transfuse diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tinggi serta peralatan canggih karena prevensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
·
Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang.
·
Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis dipakai.
·
Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterilisasikan secara baku.
·
Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan menggunakan jarum suntik bersama.
2.
·
Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
·
Membakar semua alat bekas pengidap virus HIV.
Pencegahan Infeksi HIV melalui ibu Ibu hamil yang mengidap virus HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu terinfeksi HIV tidak hamil.
b.
Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah ke luar negeri dan mengadakan hubungan seksual dengan orang asing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya adalah 8%. Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko penularan suami ke istri dan istri ke suami di anggap sama. Kemungkinan penularan tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual yang dilakukan suami istri. Mengingat maslah seksual masih merupakan barang tabu di Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran virus HIV. Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita merupakan negara terbuka dan tahun 1991 adalah tahun melewati Indonesia. Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun social sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah : a.
Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
b.
Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy).
c.
Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
d.
Menghindari hubungan sekdual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual.
e.
Mengurangi jumlah mitra seksual sedikit mungkin.
f.
Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
g.
Tidak melakukan hubungan anogenital.
h.
Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir seksual.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem imun / kekebalan tubuh yaitu pada Limfosit T-helper, dengan gejala – gejala yang disertai dengan infeksi oportunistik. Pada kehamilan dan persalinan terdapat resiko yang cukup tinggi dengan tertularnya virus dari ibu dengan HIV (+) kepada bayinya dengan cara melalui plasenta, pada saat persalinan dan menyusui. Tetapi hal ini dapat diturunkan resikonya dengan pemberian Zidovudine selama kehamilan dan menghindari melakukan tindakan – tindakan yang dapat membuat bayi terpajan dengan darah ibu HIV (+).
Saran Seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang berbahaya karena virus tersebut menyerang sistim kekebalan tubuh kita dalam melaan segala penyakit. Untuk menghindari hal tersebut dapat penulis sarankan hal – hal sebagai berikut : Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya : a.
Belajar agar dapat mengendalikan diri;
b.
Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK terhadap segala jenis yang mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya;
c.
Membentengi diri dengan agama
d.
Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian bagi anak – anak yang depresi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.Pitt.edu/~Super7/19011-20001/19601.pdf http://Library.Med.Utah.edu/WebPath/AIDS2012.pdf http://www.leprahealthinaction.org/LR/Mar02/0009.pdf http://www.Patient.co.uk/Doctor/The-Human-immunodeficiency-virus-(HIV).htm http://www.BBC.co.uk/Health/physical_health/sexual_health/stis_hivaids.shtml http://artiasofftiyani.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html http://deqwan1.blogspot.com/2013/10/contoh-makalah-tentang-hiv-aids.html Bruner and Suddarth. 2002 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2. Jakarta : EGC Sarwono. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid pertama, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI Prawirohardjo,sarwono (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T.Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.