MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PANDANGAN AGAMA TERHADAP BAYI BARU LAHIR DAN ASI
Disusun oleh OKKY CINTYA PERMATA DEWI RINA WAHYU ANGGRAENI SELVI YATUL HASANAH TITIN RAHAYU
STIKES PATRIA HUSADA BLITAR TAHUN 2015 / 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhaan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehungga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan semoga makalah ini dapat menambanh pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Blitar, Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………………. Daftar isi……………………………………………………………………………………….. Bab I pendahuluan 1.1 Latar belakang……………………………………………………………………………… 1.2 Rumusan masalah ………………………………………………………………………..… 1.3 Tujuan
Bab II pembahasan
2.1 Proses kelahiran menurut agama………………………………………………………… 2.2 hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir menurut agama ………… 2.3 pentingnya ASI bagi bayi dan ibu ………………………………………………………. 2.4 aturan penyapihan dan manfaat pada ibu dan bayi menurut agama …………………….
Bab III Penutup
3.1 kesimpulan…………………………………………………………………………………. 3.2 saran………………………………………………………………………………………… Daftar pustaka ………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai seorang calon ibu dan ayah harus mengatahui hal – hal apa saja yang pertama dilakukan saat bayi baru lahir yang sesuai dengan syariat islam. Jangan sampai saat bayi baru lahir ibu dan ayah tidak mengerti harus melakukan apa. Apalagi melakukan hal – hal yang tidak sesuai dengan syariat islam. Begitu pun dengan pemberian asi. Apabila seorang ibu bisa memberikan asi kepada bayinya, lebih baik bayi tersebut diberikan asi jangan susu formula dan penyapihannya pun harus sesuai dengan syariat islam. Agar bayi kelak tumbuh dengan sehat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Proses kelahiran menurut agama? 2. Apa saja hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir menurut agama? 3. Apa saja pentingnya ASI bagi bayi dan ibu? 4.
Bagaimana aturan penyapihan dan manfaat pada ibu dan bayi menurut agama?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui Proses kelahiran menurut agama? 2. Mengetahui apa saja hal pertama yang harus dilakukan pada bayi yang baru lahir menurut agama? 3. Mengetahui apa saja pentingnya ASI bagi bayi dan ibu? 4. Mengetahui aturan penyapihan dan manfaat pada ibu dan bayi menurut agama?
BAB II PEMBAHASAN 2.1 proses kelahiran menurut agama
1. Pengertian Persalinan Dan Kelahiran Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. 2. Tanda-Tanda Persalinan Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tanda kemungkinan persalinan, tanda awal persalinan, dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja mengalami semua tanda persalinan ini atau sebagian. Tanda kemungkinan persalinan : a. b. c. d. e. f.
Sakit Pinggang. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan dapat hilang-timbul. Kram pada perut bagian bawah. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman di paha. Tinja yang lunak Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram perut atau gangguan pencernaan. g. Desakan untuk berbenah h. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan banyak aktivitas dan keinginan untuk menuntaskan persiapan bagi bayi.
3. Masa Melahirkan 1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas (darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang wanita dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan memba ca Al-Quran.
2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang dikaitkan dengan
keimanan. Rasulullah saw bersabda: Artinya:” Kebersihan merupakan bagian dari iman. Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya manusia segera berobat. Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban dalam agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib dengan alasan taqdir, karena sesungguhnya Islam selalu
menyuruh kita berobat ketika sakit. Rasulullah saw bersabda: Artinya: “ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu penyakit yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan. 3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada wanita masih dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran bayi. Ayat allah SWT Artinya: dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang haid. Katkanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci…. (alBaqarah: 222) Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar). 4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas Setelah berkahirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40 hari merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik kesehatan fisik maupun mentalnya. 4. Pandangan Islam Tentang Kelahirkan Dan Persalinan Kelahiran Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan. Menjaga jarak dengan tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita meninggal dunia ketika hamil atau melahirkan. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt: Ayat Allah SWT Artinya: “Dan Ibu -ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna……….(QS:al-Baqarah 233) Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu dalam menyapih bayinya.
Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan. Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat menekankan pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt berfirman: Ayat Allah SWT: Artinya: “…………. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.(QS:Ali Imran:159.) 2. Persalinan Dari rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan merupakan cakupan dari pelayanan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pelayanan dasar ditujukan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di Rumah Sakit. Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarkat, baik dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi. Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Menurut survei Kesehatan dan Rumah Tangga 2001 penyebab langsung kematian ibu diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, yaitu endarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium (8%), partus macet (5%), abortus (5%), trauma obstertik (5%), emboli (3%), dan lain-lain (11%). Oleh karena itu pelayanan kesehatan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan
dan persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Qur’an mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan, “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah dan bertambah-tambah…”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melaui sabda Rasulullah saw yang artinya,”…wanita yang meninggal karena melahirkan adalah syahid…” (HR. Ahmad) Wajar bila Islam mewajibkan Negara untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan dapat dijangkau oleh semua kaum ibu sejak masa kehamilan sampai persalinan bahkan hingga masa nifas dan menyusui. Layanan tersebut adalah bagian integral dari sistem kehidupan Islam. Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada Khalifah sebagai pemimpin umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayanan bersalin (atenatal, bersalin, nifas) berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis! Bila keuangan Negara tidak cukup, maka Khalifah akan menarik sejumlah uang dari orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan layanan bersalin mengacu pada 3 prinsip dasar: 1). kesederhanaan aturan, 2). Kecepatan pelayanan, 3). Standar layanan bersalin bersalin berkalitas sesuai syariat.
Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata di seluruh wilayah Negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (Rumah Sakit). Dalam ranah fikih, menjadi tenaga medis (dokter kadungan, bidan, perawat) adalah fardu kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut. Karena itu Negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat. Dalam sejarah Masa Keemasan Islam layanan bersalin yang memadai terlihat dari banyaknya Rumah Sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan lembaga pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan ruang untuk layanan persalinan. Belum lagi adanya rumah sakit keliling yan g disediakan oleh Negara yang menelusuri pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua ibu benar-benar direalisasikan secara nyata. Pada zaman keemasan Islam, ilmu kedokteran kebidanan termasyur ada di Harran, Baghdad, dan Jundi Syahpur. Lembaga pendidikan menengah dan tinggi ilmu kedokteran merata ada di setiap kota besar seperti Damsyiq, Isfahan, Rayy, Baghdad, Al Qahirah, Tunis, Marakisy (Maroko), dan Qurtuba (Kordoba) Juga terdapat Al Jami’ah (universitas) yang memiliki fakultas kedokteran. Salah satu fakta di Baghdad, masa Khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H), disamping didirikan Rumah Sakit terbesar di kota Baghad, dan beberapa Rumah Sakit kecil, juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah pendidikan kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al Musawaih yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhilafahan. Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses (permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang terkait, baik medis maupun non medis, termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara merata. 2.2 Hal Pertama Yang Dilakukan Saat Kelahiran Bayi hal yang harus dilakukan dalam menyambut kelahiran bayi antara lain : 1. Mendoakan bayi Hendaknya orang tua mendoakan untuk kebaikan bayi yang baru lahir. Bukan hanya orang tua bahkan orang lain turut mendoakan ketika mendengar kelahiran bayi. Ada beberapa tuntunan doa bagi bayi yang baru lahir. Pertama, doa memohon keberkahan untuk si anak. Kedua, doa memohon perlindungan dari godaan setan. 2. Adzan dan iqamah Sang ayah segera mengadzani di telinga kanan dan mengiqamahkan di telinga kiri pada anaknya yang baru lahir. Pemberian adzan dan iqamah ini salah satu tujuannya agar kalimat yang pertama kali di dengar sang bayi adalah kalimat thayyibah dan di jauhkan dari segala gangguan setan yang terkutuk. Sebagian ulama menganggap sunnah membacakan adzan dan iqamah untuk bayi yang baru lahir. Ulama yang berpendapat
seperti ini diantaranya adalah hasan al-bashri, umar bin abdul aziz, ulama madzhab syafi’I dan hanbali. Namun sebagian ulama yang lain tidak menyunahkan adzan dan
iqamah bagi bayi yang baru lahir bahkan menganggapnya sebagai bid’ah. Ulama yang berpendapat seperti ini adalah imam malik bin anas. Para ulama yang menganggap perbuatan ini sebagai bid’ah karena dalil atai hadits yang memerintahkan untuk bayi yang baru lahir tidak kuat alias hadist dhaif. Maka tidak bisa dipakai sebagai landasan untuk menyunnahkan adzan untuk bayi yang baru lahir. Jadi aktivitas memperdengarkan adzan dan iqomah untuk bayi yang baru lahir dari segi hukum fiqih termasuk amal yang di perdebatkan oleh para ulama. Walaupun dari segi manfaat dapat diterima, bahwa memperdengarkan kalimat tauhid bagi bayi yang baru lahir merupakan bagian dari penddikan keimanan untuk anak. 3. Tahnik
tahnik secara bahasa dan syr’i adalah mengunyah sesuatu dan meletakkanya di mulut bayi. Maka dikatakan engkau mentahnik bayi, jika engkau mengunyah kurma kemudian menggosokkannya di langit-langit mulut bayi. Dianjurkan agar yang melakukan tahnik adalah orang yang memiliki keutamaan, dikenal sebagai orang yang baik dan berilmu.
Dan hendaklah ia mendo’akan kebaikan (barakah) bagi bayi tersebut. Dalil tentang tahnik ini disebutkan dalam beberapa hadits di antaranya: Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Lahir seorang anakku maka aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau memberinya
nama Ibrahim. Beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah untuknya. Kemudian beliau menyerahkan bayi itu kepadaku.” Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin AzZubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu, maka yang pertama kali masuk ke kerongkongannya adalah ludah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan kurma dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).” Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Aku pergi membawa Abdullah bin Abi Thalhah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia baru dilahirkan. Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu sedang mencat seekor untanya dengan ter. Beliau bersabda kepadaku “Adakah kurma bersamamu?”. Aku jawab, “Ya (ada)”. Beliau lalu mengambil bebeberapa kurma dan memasukkannya ke dalam mulut beliau, lalu mengunyahnya sampai lumat. Kemudian beliau mentahniknya,
maka bayi itu membuka mulutnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memasukkan kurma yang masih tersisa di mulut beliau ke maulut bayi tersebut, maka mulailah bayi itu menggerak-gerakan ujung lidahnya (merasakan kurma tersebut).
Melihat hal itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kesukaan orang Anshar adalah kurma”. Lalu beliau menamakannya Abdullah.”
Hikmah Tahnik hikmah tahnik adalah untuk pengharapan kebaikan bagi si anak dengan keimanan, karena
kurma adalah buah dari pohon yang disamakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan seorang mukmin dan juga karena manisnya. Lebih-lebih bila yang mentahnik itu seorang yang memiliki keutamaan, ulama dan orang shalih, karena ia memasukkan air ludahnya ke dalam kerongkongan bayi. Dan tujuan tahnik adalah persiapan agar bayi nantinya mudah untuk merasakan manisnya air susu ibu dan juga agar mulut bayi kuat sehingga mampu menghisap air susu ibunya. 4. Aqiqah Menurut bahasa kata aqiqah berarti memotong. Dinamakan aqiqah karena dipotongnya leher binatang. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah itu asalnya ialah : rambut yang terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut aqiqah karena ia dicukur. Hukum aqiqah adalah sunnah (muakkad). Dalil aqiqah ini dari
samurah bin jundab dia berkata : “ semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuh disembelih hewan kambing di beri nama dan dicukur rambutnya “ (HR abu dawud, tirmidzi, nasa’I, ibnu majah, ahmad.) 5. Member nama yang baik Salah satu kewajiban orang tua adalah memberiksn nama yang baik untuk anaknya. Nama anak merupakan doa dan harapan dari orang tua. Memberi nama tidak boleh sembarangan dengan nama yang sekedar indah atau unik, namun harus mengandung makna yang baik. 6. Mencukur rambut bayi Pada hari ketujuh kelahiran bayi disunnahkan untuk memotong rambut si bayi. Hal ini sebagimana dicontohkan oleh rasulullah SAW ketika cucunya hasan dan husai lahir. Rasululloh saw memerintahkan untuk memotong rambut dan menimbangnya ukuran perak kemudian disedahkan kepada fakir miskin.
2.3 pentingnya ASI bagi ibu dan bayi Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan anugrah Ilahi untuk pertumbuhan bayi kini semakin tergeser oleh penggunaan susu formula. Penyebabnya adalah semakin meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja perempuan, kuatnya penetrasi iklan susu formula beserta distribusinya hingga ke desa-desa disertai budaya modern yang mempengaruhi ibu menyusui sesegera mungkin menyapih anaknya. Mengutip DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal (2011), beberapa pusat penelitian telah banyak mengadakan eksperimen untuk membuat ASI tiruan, melalui uji coba bahan-bahan kimiawi yang disuntikkan ke dalam kelenjar susu pada beberapa binatang menyusui. Maksud dari eksperimen ini, adalah untuk membuat susu buatan yang memiliki kandungan kimiawi yang sama dengan susu murni (ASI). Dan hasilnya, seperti yang kita dapatkan sekarang ini, di pasaran banyak terdapat susu buatan yang dijual di toko-toko, baik untuk komsumsi bayi, maupun anak-anak, bahkan untuk orang dewasa. Namun para
ilmuwan berdasarkan penelitian yang mereka lakukan menegaskan, bahwa susu buatan mustahil dapat menggantikan fungsi susu murni, karena kandungan yang dimiliki keduanya tidak bisa sama persis. Tentunya, pengakuan di atas, menunjukkan kegagalan susu buatan dalam memainkan perannya sebagai pengganti susu murni (ASI). Sebagai anugerah Ilahi, ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi karena memiliki kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam masa enam bulan pertama sejak lahir. Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi dapat memberikannya walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian atau tidur. Jadi ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan juga tidak membutuhkan biaya alias tidak dibeli. Bisa dibandingkan dengan susu formula yang harus memerlukan persiapan waktu untuk menyajikannya dan mengeluarkan uang untuk mendapatkannya. Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung laktosa dan vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan air yang cukup sekalipun berada pada iklim panas. ASI memiliki kandungan protein dan lemak yang tepat untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan laktosa (gula susu) ASI juga sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin sehingga tidak perlu lagi menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama. Besarnya faedah ASI bagi bayi baru lahir menyebabkan potensi terkena penyakit diare lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula. Demikian pula gangguan kesehatan lainnya seperti gangguan saluran pernafasan dan telinga tengah serta penyakit infeksi lainnya. Imunitas bayi pengkonsumsi ASI terhadap penyakit infeksi disebabkan oleh ASI bebas bakteri sehingga terjamin kebersihannya. ASI juga mengandung antibodi (zat kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri infeksi yang membantu bayi terlindungi dari ancaman penyakit infeksi hingga sang bayi bisa memproduksi sendiri antibodinya. Kandungan sel darah putih (leukosit) dalam ASI juga turut membantu mence gah penyakit infeksi pada bayi. Didalam ASI juga terdapat zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Laktobacillus bitidus inilah yang mencegah bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan diare. Kandungan laktoferin dalam ASI juga turut membantu mencegah pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya. Keuntungan bagi ibu yang menyusui bayinya dengan ASI dapat membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan serta membantu mencegah kehamilan berikutnya. Keuntungan psikologis sangat baik bagi ibu dan bayi karena dapat terbangun hubungan ikatan secara emosional. Hubungan psikologis yang baik antara ibu dan bayi kelak membantu kecerdasan emosional sang anak ketika memasuki dunia pendidikan. Menyusui bagi ibu bayi tidaklah membuat payudara menjadi jelek dan kurang menarik lagi bagi suami. Menurut Abd-Alda'em Al-Kheel, banyak studi yang dilakukan di tiga puluh negara menunjukkan ibu yang menyusui bayinya kurang terkena kanker payudara. Rahim melebar dua puluh kali selama kehamilan dan melahirkan. Penelitian menunjukkan menyusui
bermanfaat untuk membantu rahim kembali ke ukuran normal. Sebaliknya ibu yang tidak menyusui bayinya ukuran rahimnya tetap lebih dari batas normal. Selain itu, menyusui juga melindungi dari kanker rahim. Penyusuan alami membantu ibu untuk mengurangi berat badannya dan melindungi dirinya dari kegemukan. Bahkan ia juga bekerja sebagai analgesik alami rasa sakit bagi ibu juga. Penyusuan alami juga membantu ibu dan anak untuk tidur nyenyak. Bagi bayi, ASI lebih mudah dicerna dan tidak pernah basi. Meski ibu bayi tidak menyusui anak bayinya beberapa hari, ASI tetap hangat dan tidak mengenal basi. Bandingkan dengan susu formula yang sudah pasti basi bila tidak segera dikonsumsi dalam waktu tertentu. ASI juga mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak dan mempercepat pertumbuhan anak hingga tahun kedua sejak lahir. Penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan bayi tumbuh lebih cepat ketika ia diberi susu ibu. Hal ini disebabkan dalam air susu ibu mengandung unsur kekebalan yang disebut "mucins" yang mengandung banyak protein dan karbohidrat. Mucins berfungsi menghilangkan ancaman serangan kuman penyakit dari tubuh bayi tanpa efek samping. Sedangkan imunoglobulin juga turut membantu bayi selama tiga bulan pertama untuk melindungi tubuh dari serangan kuman. Meski demikian, ditengah masyarakat masih tumbuh pemahaman yang keliru tentang ASI. Misalnya pemahaman, apabila mengkonsumsi bumbu masakan yang keras mengandung cabai, dapat mempengaruhi rasa ASI. Memang terkadang, kandungan ASI tidak selalu sama karena terdapat keragaman jenis makanan yang dikonsumsi sang ibu bayi. Keragaman jenis makanan adalah termasuk kategori keragaman yang normal dan jarang mengganggu kesehatan bayi. Pandangan Islam Manfaat ASI telah disebutkan dalam Al Quran, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS Luqman: 14). Dengan demikian, sejak 14 abad yang lalu masyarakat Muslim telah mengenal pengetahuan akan manfaat ASI bagi kesehatan bayi. Perintah menyapih anak dalam dua tahun relevan dengan temuan ilmiah tentang manfaat ASI. Misalnya dalam tulisan Rex D. Russell, “Design in Infant Nutrition”. Russell mengatakan bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. Para ilmuwan dibidang kesehatan awal Abad 20 sepakat bahwa makanan sempurna untuk bayi adalah air susu ibu. Riset selama setengah abad, para ilmuwan menemukan manfaat baru dari susu ibu bahwa ASI memberikan kekebalan tubuh terhadap berbagai bakteri dan virus. Para ilmuwan menemukan bahwa jumlah bakteri dalam usus bayi yang diberi susu sapi adalah sepuluh kali lipat lebih banyak daripada yang ada dalam usus bayi
yang diberi susu ibu. Rekomendasi para ilmuwan tersebut kemudian diadopsi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bagi masyarakat Islam, anjuran penggunaan air susu ibu sudah diperintahkan Al-Qur’an empat belas abad yang lalu. 2.4 Menyapih menurut Al-Quran Seorang ibu mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya. WHO mewajibkan masa menyusui ekslusif adalah selama 6 bulan, setelah itu bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping dan tetap disusui sampai tiba masanya berhenti. Kapankah masa anak berhenti menyusu/kapankah harus menyapih? Dalam berbagai artikel tentang menyusui, disebutkan para ahli tidak dapat menjawab dengan tepat kapan waktu untuk menyapih. Banyak ahli merekomendasikan ASI diberikan hingga anak berusia dua tahun. Dr. Utami Roesli, Sp.A, MBA, IBCLC, mengatakan menyapih sebaiknya dilakukan saat anak dengan kesadarannya sendiri menolak menyusu ke
payudara ibu. “itu artinya bias saat anak berusia satu tahun, dua tahun, atau tiga tahun.” Kata Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) ini. Apakah tidak ada batasan waktu dalam menyusui? Walaupun para ahli tidak dapat menjawab dengan tepat kapan waktu menyapih, Al-Quran dapat menjawabnya dengan tegas dan jelas bahwa masa menyusui itu adalah dua tahun. Ayat- ayat yang berkaitan dengan hukum penyusuan: 1. QS. Al-Baqarah ayat 233:
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah member makan dan pakaian kepada para
ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. 2. QS. Luqman ayat 14:
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. 3. QS. Al-Ahqaf ayat 15:
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah(pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdo’a, “Ya Tuhan-Ku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri n’mat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh,
aku termasuk orang Muslim.” Kupasan Ayat-ayat Berdasarkan ayat 233 surat al-Baqarah diatas, diwajibkan kepada kaum ibu baik yang masih berfungsi sebagai istri maupun yang dalam keadaan tertalak untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh dan tidak lebih dari itu. Tetapi diperbolehkan kurang dari masa itu jika kedua orang tua memandang adanya kemaslahatan. Dan dalam hal ini, persoalannya diserahkan kepada kebijaksanaan mereka berdua. Dalam Tafsir Ibnu Katsier dikatakan, ayat ini merupakan tuntunan Allah supaya para ibu menyusui bayinya hingga usia dua tahun. Lebih dari itu tidak diperlukan oleh bayi. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Aisyah r.a. mengatakan bahwa nabi SAW bersabda: “Perhatikanlah siapakah sebenarnya saudara sepersusuanmu itu, sebab penyusuan yang dianggap itu hanya pada masa bayi, yakni ketika makanan utama dari bayi
itu hanya menyusu.” [4] Ali ash-Shabuni menjelaskan dalam tafsirnya; Allah SWT menggalakkan para ibu agar menyusukan anak-anaknya dengan menetapkan masa penyusuan selama dua tahun penuh sebab selewat waktu tersebut seorang anak bayi sudah dapat meninggalkan air susu ibu dan ia dapat mulai dibantu dengan diberikan kepadanya makanan dan minuman. Tiada yang lebih
baik untuk seorang anak bayi daripada susu ibu. Susu ibu adalah sebaik-baik makanan (bagi seorang bayi) menurut kesepakatan medis. Dalam hal ini hikmah Ilahi menetapkan menjadikan susu ibu sebagai makanan bagi bayi, cocok dengan kondisi pertumbuhan anak menurut tingkatan yang wajar.
Fishālan artinya menyapih (arti asalnya Fishālun: berpisah), dikatakan menyapih itu ialah karena anak (yang semula disusui) itu berpisah dari susu ibunya ke jenis-jenis makanan yang lain. Jika kita membaca ayat-ayat di atas, dapat kita pahami bahwa masa menyusui itu adalah 2 tahun, sehingga apabila sudah mencapai usia tersebut hendaknya anak-anak disapih. Apakah itu suatu kewajiban? Apabila kita menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup tentunya kita akan mengikuti petunjuk al-Quran tersebut. Mengapa harus dua tahun? Karena Allah telah menyiratkan dalam ayat-ayat di atas bahwa dua tahun tersebut adalah masa penyusuan yang sempurna. Tidak ada keraguan dari ayat-ayat di atas tentang batas menyusui dan penyapihan. Dalam surat al-Ahqaf ayat 15 di atas Allah berfirman: “…mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan…”. Para ulama menyimpulkan berdasarkan ayat tersebut, masa mengandungnya ibu sampai masa menyapihnya anak adalah tiga puluh bulan, dengan perhitungan masa hamil paling cepat adalah enam bulan sehingga masa menyusui menjadi dua tahun penuh, atau masa hamil Sembilan bulan dan masa menyusui dua puluh satu bulan. [7] Apabila masa kehamilan normal yaitu 9 bulan ditambah masa menyusui penuh selama dua puluh empat bulan menjadikannya tiga puluh tiga bulan, maka itu sudah sangat sempurna. Perlu diingat bahwa penyapihan adalah bentuk cinta kita kepada anak. Tidak perlu merasa bahwa kita telah menyakiti anak dengan menghentikan penyusuan, membuat dia menangis karena tidak diberi ASI, semua itu adalah proses yang harus dilalui. Karena dalam kehidupan selanjutnya pun anak akan menemui batasan-batasan, dan disapih adalah batasan pertama yang harus dia lalui. Selain itu menyapih anak setelah dua tahun adalah bentuk cinta kita kepada Allah SWT, yaitu menjalankan firman-Nya.
BAB III PENUTUP 3.1 kesimpilan Kita harus mengetahui dan memahami syariat – syariat islam yang berhubungan proses kelahiran menurut agama, hal yang pertama dilakukan saat bayi baru lahir, pentingnya asi, aturan penyapihan menurut agama. Agar pada saat kita telah menjadi seorang ibu, kita tidak melanggar hal – hal tidak diperbolehkan agama 3.2 saran Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Sehingga kami mohon kepada para pembaca makalah ini, agar memberikan kritik dan saran kepada kami. Sehingga apabila kami membuat makalah – malkalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA http://www.slideshare.net/septianraha/makalah-pandangan-islam-terhadap-kelahiran-dan persalinan https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/16/hal-pertama-yang-dilakukan-saat-kelahiran bayi/ http://www.kompasiana.com/yantigobel/asi-pandangan-kesehatan-dan islam_550df227813311c52cbc6040 https://prahasti.wordpress.com/2011/02/23/menyapih-menurut-al-quran/