BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki beranekaragam kekayaan alam yang potensial dari Sabang sampai merauke. Berbagai macam etnis dengan budaya yang unik dan khas serta berbagai peninggalan sejarah membuat Indonesia menjadi sebuah daerah tujuan wisata yang sangat mempesona, khususnya Provinsi Jambi yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki keindahan alam yang sangat memikat serta yang tak kalah pentingnya yaitu keanekaragaman budaya daerah yang dapat dijadikan sebagai modal utama untuk mengembangkan sektor pariwisata, khususnya kebudayaan suku Kerinci yang memiliki ciri khas tersendiri diantara kebudayaan yang dimiliki oleh suku-suku lainnya yang ada di provinsi Jambi. Oleh sebab itu, sudah selayaknya kebudayaan suku Kerinci dikenal oleh seluruh masyarakat agar dapat terus dilestarikan dan dijadikan sebagai salah satu objek wisata di Provinsi Jambi, khususnya di Kabupaten Kerinci sendiri. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci yaitu upacara adat kenduri sko yang merupakan salah satu dari sekian banyaknya budaya suku Kerinci yang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri yang masih hidup dan berkembang berkembang dalam kehidupan masyarakat Kerinci. Dalam pelaksanaan upacara
adat kenduri sko ini sangat banyak sekali keunikan yang menarik untuk disuguhkan kepada wisatawan sebagai suatu atraksi wisata budaya, mulai dari cara mengundang, ritual-ritual persiapan, pelaksanaan atau acara puncak, hingga acara penutupan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi upacara adat tersebut. Keseluruhan dari tahap demi tahap upacara ini memiliki ritual-ritual khusus yang harus dilaksanakan setiap tahunnya. Selain upacara adat kenduri sko, masih banyak upacara-upacara adat lainnya yang dimiliki oleh daerah ini yang masih sangat natural dan belum dikenal oleh masyarakat luar, hal ini dikarenakan oleh kurangnya perhatian pemerintah terhadap objek wisata budaya serta minimnya promosi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Menyelusuri Alur Sejarh Kerinci 1. Administrasi pemerintahan
Sampai
pada
abad
ke
12
Masehi
hampir
semua
sistem
pemerintahan di Alam Kerinci menggunakan sistem pemerintahan sigindo, yaitu pemuka masyarakat yang menjadi pimpinan dusun. Namun kira-kira semenjak tahun 1280-an semenjak kedatangan pasukan ekspedisi Pamalayu yang sudah berinteraksi dengan penduduk lokal dalam bentuk perkawinan dan lainnya tidak berniat untuk kembali ke pulau Jawa. Kemudian sebagian pemimpin mereka yang mereka yang tidak bersedia untuk pulang ke Jawa, mereka menyebar sampai ke Alam Kerinci dipimpin oleh Patih Semagat (Raden Serdang) dan tokoh-tokoh lain. Tentang kedatangan sebagain pasukan Ekspedisi Pamalayu ke Kerinci tercatat dalam tulisan rencong sko pedandan dusun Tanjung Tanah dan kitab Daluwang bertulisan Jawa Kuno. Pasukan Ekspedisi Pamalayu yang datang ke Kerinci semuanya menetap dan akhirnya membaur dan berinteraksi dengan orang Kerinci walaupun tidak mampu merubah semua tatanan sistem pemerintahan dan keakraban dalam masyarakat namun banyak terjadi perubahan dan penyesuaian yang terjadi di alam Kerinci akibat dari kedatangan mereka yang berbeda latar belakang sosial budaya.1 Berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat telah terjadi di Alam Kerinci. Salah satunya terkait dengan ikatan kumunitas masyarakat adat dalam dusun yang ternyata sangat kuat di dalam mengatur warganya. Pimpinan larik, pimpinan dusun dan para tetua dusun sangat kental pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dusun tidak hanya
1
Kinship, Property and Inheritance in Kerinci, Central Sumatra Cuplikan tesis C.W. Watson tentang masyarakat Kerinci
2
diatur semata berdasarkan ketentuan adat tetapi juga telah diatur dengan tata nilai keagamaan. Para pemuka agama turut memberikan andil yang besar
dalam
membina
masyarakat.
Pengaturan
dusun
dilakukan
pemangku adat yang terjadi mengindikasikan adanya pergeseran sistem nilai dalam kepemimpinan masyarakat, dimana kekuasaan para Segindo mulai menjadi kabur dan kurang berpengaruh lagi. Perubahan yang terjadi sudah tentu menghendaki beberapa penyesuaian dalam sistem tata pemerintahan masyarakat, baik dalam bentuk pemerintahan dusun, negeri maupun kesatuan negeri. Kemudian terjadi perubahan sistem pemerintahan sigindo untuk bebeapa wilayah sigindo, namun sifatnya hanya terbatas atau tidak secara keseluruhan di wilayah sigindo. Pada sistem pemerintahan Pamuncak berlaku dengan pola yang sama namun gelar sebutannya agak berbeda dengan sebelumnya menggunakan nama sigindo. Negara dengan sistem pamuncak ini antara lain, Kerajaan Pamuncak nan Tigo Kaum (Kerajaan Manjuto) yang terdiri dari Pamuncak Tuo di Pulau Sangkar, Pamuncak Tengah di Tanjung Kaseri (Serampas), Pamuncak Bungsu di Koto Tapus (Sungai Tenang). Masa sistem pemuncak adalah sejak awal abad ke 13 Masehi sampai dengan akhir abad ke 13 M. Namun sampai berjalannya pemerintahan selama satu abad tersebut belum diperoleh informasi mengenai siapa pimpinan adat dari awal berdirinya sampai berakhirnya masa pemerintahan pamuncak, informasi yang diperoleh hanya salah satu pimpinan adat terakhir saja yang banyak diketahui. Namun Daerah pamuncak lain adalah Pamuncak Pulau Rengas dan Pamuncak Pemenang – Pemberab, lahir kemudian karena tidak menganut sistem kedepatian melainkan gelar pemimpin adatnya adalah “Pemangku” maka nama pamuncak di dua daerah ini tidak mengalami perubahan. 2 Di antara sumbangan pemikiran dalam pembenahan sistem dan struktur pemerintahan adalah dalam hal penyempurnaan gelar pejabat atau pemangku adat. Maka masuklah beberapa istilah Jawa ke dalam 2
http://hafifulhadi.blogspot.com/2012/05/tigo-luhah-tanah-sekudung-siulak .html
3
ketatanegaraan
masyarakat
Kerinci
seperti:
kata
(A)depati,
(Te)
menggung, (Per) menti, (Pe) mangku, Rio, Ngabi, Kaluhan, Ngalawe, Mendapo, dan lain-lain. Dengan adanya asimilasi penduduk pendatang terutama dari Jawa ke dalam struktur pemerintahan Sigindo sehingga menyebabkan terjadinya perubahaan dalam ketatanegaraan dan sistem pemerintahan. Pimpinan adat dinamakan Depati yang menguasai dusun atau beberapa dusun. Semenjak itu pula maka sistem kemasyaratan di Alam Kerinci mengalami perubahan nama bagi pemimpin adat mereka. Nama “depati’ digunakan untuk menggantikan nama sigindo dan pamuncak. Masingmasing wilayah sigindo dan pamuncak bermunculan pemimpin wilayah yang bergelar depati. Gelar Depati ini digenapi dengan mengangkat pimpinan depati dan depati-depati pendukung pimpinan yang sering pula diistilahkan dengan istilah ‘kemerkan atau kembang rekan’. Sehingga pimpinan adat tidak berjalan sendiri, beliau dibantu oleh depati-depati kembang rekan. Daerah kekuasaan masing-masing sigindo sebelum zaman depati di sekitar wilayah negeri masing tempat duduknya penguasa-penguasa tersebut. Jadi masing-masingnya merupakan penguasa dari kelompokkelompok masyarakat yg tidak begitu besar. Fungsi nasing-masing mereka bukan pula sebagai seorang raja absolut, tetaoi hanya sebagai tua kampung atau kepala suku. Dalam masa pemerintahan sigindo ini, Kerinci telah mengenal hubungan dengan daerah-daerah luar. Adapun orang-orang luar yang penting masuk ke Kerinci dan kemudian menetap di Kerinci waktu itu antara lain: 1. Sultan Maharaja Hakekat, keturunan raja Pagarruyung. Beliau diutus ke Kerinci untuk menyebarkan Agama Islam, menetap di Tamiai dengan nama Raden Serdang (lihat Tambo Raden Serdang). Beliau kawin dengan anak Sigindo Bauk, sesuai dengan adat setempat beliau berhak menerima gelar adat dan berhak pula menggantikan mertuanya
4
sebagai kepala adat setempat. Nama Sigindo Bauk akhirnya diganti dengan nama Depati Muaro Langkap. 2. Indra Jati, berasal dari Kerajaan Minangkabau dan keturunan Mengkudum di Sumanik (lihat tambo Indrapura). Sama halnya dengan Raden Serdang, beliau kemudian diangkat menjadi pimpinan adat di Tanah Hiyang (Klerk. 1890). Gelar kebesaran yang dianugerahkan kepada Indra Jati gelar Depati Atur Bumi. Oleh karena beliau kawin dengan anak sigindo Kuning di Seleman, maka beliau juga menyandang gelar Depati Batu Hampar. 3. Raja Keninting, adik raja Minangkabau Tuanku Syah Alam. Dengan melalui Indrapura beliau sampai di negeri Banto. Dalam perjalanan selanjutnya di daerah Batang Merangin beliau bertemu Raden Serdang di Tamiai. Kemudian anak Raja Keninting bernama Sigindo Batinting kawin dengan Puti Unduk Pinang Masak yang berasal dari Pagarruyung. Pada zaman depati gelar tertinggi yang memimpin wilayah sigindo Batinting atau Pamuncak Tuo adalah Depati Rencong Telang. 4.
Lain halnya dengan Sigindo Teras yang berada di Pengasi, beliau adalah
penduduk
asli
daerah
tersebut
dan
seiring
dengan
perkembangan wilayah, gelar sigindo teras berubah nama menjadi Depati Biang Sari.3
Tentang waktu kedatangan ke tiga orang di atas tidak begitu jelas namun mereka datang ke Kerinci dalam waktu yang tidak berbeda jauh. Pada sekitar tahun 1280 M masing-masing mereka sudah menyandang gelar sigindo. Pada masa pemerintahan Sigindo ini, agama Islam telah berkembang di Kerinci. Perkembangan selanjutnya dikatakan bahwa nama itu kemudian menjadi berubah sesudah adanya penyatuan netral Kerinci sebagai akibat 3
http://sakti-alamkerinci.blogspot.com/2011/10/adapun-wilayah-adat-depati-nanbertujuh.html
5
dari ada dua kiblat pemerintahan yang selalu berusaha untuk merangkul Kerinci sebagai bagian dari negara atau pemertintahannya, yaitu Kerajaan Melayu Dharmasraya yang sudah dari awal ingin mengontrol Kerinci, ini ditandakan ditemukannya Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah oleh Uli Kozok, yang di dalam uraiannya tercantum bahwa UU itu dibuat semasa Kerajaan Melayu Dharmasraya pada abad ke 13 dan dikirim ke penguasa di Kerinci untuk diterapkan kepada seluruh masyarakat Kerinci. Menghadapi kekuatan besar kerajaan Melayu Dharmasraya mempengaruhi Pemerintahan Depati IV Alam Kerinci tersebut, maka pemerintahan ini selalu melakukan reposisi kondisi internal daerah dan negara secara keseluruhan. Penguatan institusi terjadi secara terus menerus, pimpinan adat diperkuat dengan menambah perangkat adat lainnya. Misalnya untuk kepentingan dan kekuatan wilayah Depati Atur Bumi, maka ditambah pula beberapa depati seperti Depati Batu Hampar adalah pimpinan wilayah secara internal memimpin urusan dalam wilayah mereka. Bila ada urusan keluar atas nama wilayah maka yang dibawa nama adalah Depati Atur Bumi. Di wilayah Rencong Telang juga berkembang banyak depati, antara lain Depati Telago, Depati Sangkar dan lainnya. Untuk urusan internal dalam wilayah Depati Rencong Telang maka secara internal dipimpin oleh Depati Telago, namun kalau ada urusan yang berhubungan dengan negara konfederasi (Depati IV Alam Kerinci) maka gelar yang dibawa keluar oleh Depati Talago adalah Depati Rencong Telang. Tidak itu saja ada kesepakatan bahwa siapa saja yang ditunjuk oleh kerapatan adat, depati yang ditunjuk mewakili wilayah harus membawa keluar nama kebesaran Depati Rencong Telang. Demikian pula di Tamia, untuk urusan internal dibentuk Depati Muncak, Depati Miai, Depati Brau dan lainnya. Untuk urusan pemerintahan sehari-hari dipimpin oleh Depati Muncak, sedangkan untuk kepentingan pemerintahan Depati IV Alam Kerinci gelar yang disandang oleh Depati Muncak atau yang lainnya adalah Depati Muara Langkap. Gelar kebesaran untuk wilayah Serampas
6
adalah Depati Sri Bumi Putih. Gelar kebesaran wilayah Sungai Tenang adalah Depati Purwo Menggalo. Demikian seterusnya untuk wilayahwilayah di Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah. Lengkapnya seperti berikut ini: a. Lembaga Adat Wilayah Depati Rencong Telang 1. Depati Talago 2. Depati Sangkar 3. Depati Kerinci 4. Depati Suko Berajo 5. Depati Belinggo 6. Depati Anggo Rajo b. Lembaga Adat Wilayah Depati Muaro Langkap 1. Depati Muara Langkap 2. Depati Muncak 3. Depati Miai 4. Depati Berau c. Lembaga Adat Wilayah Depati Biang Sari 1. Depati Biang Sari 2. Depati Karan Pandan 3. Depati Langit d. Lembaga Adat Wilayah Depati Atur Bumi 1. Depati Batu Hampar 2. Depati Mudo Terawang Lidah 3. Depati Kuning 4. Depati Taroh Bumi 5. Depati Cahayo Negeri 6. Depati Kepalo Sembah e. Lembaga Adat Wilayah Depati Sri Bumi Putih 1. Depati Katri Udo Menggalo 2. Depati Seniudo 3. Depati Suto Menggalo
7
4. Depati Ango Bayo 5. Depati Singo Negaro 6. Depati Pulang Jawo
f. Lembaga Adat Wilayah Depati Purwo Menggalo 1. Depati Ranah Yuda 2. Depati Udo Menggalo 3. Depati Muncak Alam Tiang Agamo 4. Depati Mudo Pamuncak Alam 5. Depati Sembilan Tiang Pumpung 6. Depati Mangku Yudho g. Lembaga Adat Wilayah Depati Setio Nyato 1. Depati Setio Nyato h. Lembaga Adat Wilayah Depati Setio Rajo Depati Setio Rajo i.
Lembaga Adat Wilayah Depati Setio Beti Depati Setio Beti
B. Nasionalisme Rakyat Kerinci Mengusir Penjajah
Sejarawan memperkirakan alam Kerinci dan rakyatnya sejak masa HinduBudha telah menjalin hubungan dengan daerahdaerah di sekitar alam Kerinci, Puncak hubungan baik itu terjadi sekitar tahun 1815 (awal abad ke 19), pada tahun itu Belanda berhasil mencengkeramkan kuku imprealisnya di daerah Muko muko dan Inderapura, watak menjajah yang tertanam pada imprealis Belanda terus berusaha untuk menguasai semua persada nusantara termasuk menguasai bumi alam Kerinci 4 Kekayaan alam Kerinci terutama kekayaan
hasil pertanian dan
perkebunan yang melimpah kesuburan tanah dan panorama alamnya yang mempesona mengundang niat Belanda untuk menguasai bumi alam Kerinci yang kaya subur dan mempesona, awal tahun 1900 penjajah Belanda dengan 4
Kinship, Property and Inheritance in Kerinci, Central Sumatra
8
balatentaranya dari wilayah Muko muko mengirimkan pasukannya berpatroli di bukit Sitinjau laut.di ka wasan puncak Gunung Raya mendirikan pesanggrahan dan memasang tanda sebagai peringatan dan pemberitahuan bahwa Belanda telah memasuki kawasan alam Kerinci. Suku Kerinci yang dikenal sejak zaman prasejarah sebagai suku pemberani dan telah memiliki tingkat kebudayaan dan peradaban serta kecerdasan yang tinggi dengan semangat menyala dan pantang menyerah dengan gagah perkasa dengan senjata dan amunisi yang sangat terbatas menghadapi balatentara Belanda yang bersenjata lengkap. Perang pertama meletus tahun 1901 di kawasan Renah Manjuto laskar hulu balang Kerinci yang berjunlah 12 orang dipimpin Depati Parbo berhasil mematahkan serangan Prajurut Belanda yang berjumlah ratusan orang, dengan semangat menyala dan pantang menyerah hulubalang Kerinci berhasil memukul mundur dan menewaskan puluhan tentara Belanda,tahun itu merupakan tahun dimulainya pertempuran hulubalang alam Kerinci dengan prajurit Penjajah Belanda Meski dengan senjata sangat
sederhana para pejuang
mampu
menghadapi serdadu Belanda dengan gagah berani menghadapi serangan musuh, puluhan korban berjatuhan dari kedua belah pihak, beberapa opsir dan serdadu belanda tewas bersimbah darah. Dengan bekal semangat jihad yang tinggi para hulubalang hulubalang bersama para pejuang lainnya mampu memukul mundur pasukkan Belanda di Renah Menjuto Para Hulubalang hulubalang Pejuang Kerinci yang bertempur di Renah Menjuto dikenal sebagai sosok pejuang tangguh, gigih,berani dan pantang menyerah itu sangat ditakuti oleh para serdadu Belanda, dengan kemampuan bela dirinya yang tinggi, para pejuang yang berhadapan lansung dengan serdadu berada pada umumnya dalam pertempuran menggunakan tangan kosong dan mempraktekan ilmu bela diri sila\ Salah satu ciri khusus Kasib Gelar Depati Parbo dalam menghabisi musuh dengan cara memelintirkan kepala musuh kearah belakang, serangan kilat yang dilakukan Kasib Gelar Depati Parbo sering dilakukan secara
9
mendadak tanpa diketahui oleh musuh, hal lain yang dilakukan oleh Depati Parbo adalah membengkokkan ujung senjata api milik musuh hingga tidak dapat dipergunakan musuh. Jika kita membaca sejarah perjuangan para pahlawan dipersada Nusantara kita melihat kisah perjuangan heroik para pahlawan yang berjuang untuk memerdekan ibu pertiwi dari penindasan yang dilakukan oleh Kolonial Belanda ,dimasa lalu para pejuang dengan segenap ketulusan jiwa dan dengan penuh
keberanian,termasuk
pengorbanan
jiwa
raga
memperjuangkan
kemerdekaan, Ibarat lilin para pahlawan dengan rela mengorbankan jiwa raganya semata mata demi mempertahankan prinsip melepaskan bangsa dari “Belenggu” yang selama ratusan tahun membelenggu kebebasan anak anak negeri. Belanda mulai melakukan invasi kea lam Kerinci dimulai setelah Belanda mencanangkan politik Etis, kehadiran serdadu Belanda di alam Kerinci disambut oleh perlawanan yang gigih dari segenap lapisan masyarakat di alam Kerinci,sangatlah tidak mudah bagi KolonialBelanda untuk menduduki alam Kerinci. Saat ini dikalangan Generasi muda terutama di kalangan peserta didik sangat sedikit yang mengetahui kisah Heroik para pejuang dan hulubalang se Alam Kerinci dalam menentang dan melawan penjajah Belanda, minimnya buku buku bacaan tentang perjuangan rakyat alam kerinci merupakan salah satu penyebab minimnya
informasi tentang kisah kepahlawanan para
pahlawan Kerinci.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya Kerinci yang merupakan hasil karya masyarakat Kerinci dalam sejarah perkembangannya telah banyak dikenal di tataran nasional dan internasional merupakan sumber nilai, inspirasi dan dasar interpretasi kehidupan
bermasyarakat,
wajib
diaktualisasikan
ke
dalam
proses
pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Kota Sungai Penuh yang merupakan institusi penyelenggara administrasi di Sakti Alam Kerinci Budaya Kerinci adalah hasil permufakatan masyarakat atau sekelompok masyarakat yang digali dari unsur cipta, rasa, dan karsa suku Kerinci, sehingga tidak ada satupun yang bertentangan dengan kebihinnekaan budaya dan agama di Indonesia. Karena di Kerinci Agama Islam adalah sumber inspirasi dari budaya Kerinci. Dalam rangka strategi pelestarian budaya Kerinci, maka budaya Kerinci perlu ditranformasikan secara kritis, rasional, dan kontekstual menjadi sesuai dengan norma-norma yang berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman ke arah tercapainya kehidupan budaya Kerinci di tengah-tengah kehidupan dan pergaulan bagi seluruh masyarakat Kerinci. Untuk mencapai semuanya diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut: 1. Langkah strategi umum diperlukan adanya lembaga khusus dan independen
yang
berwenang
sebagai
pembudaya kebudayaan daerah Kerinci. 2. Langkah strategis khusus:
11
pembina,
pengembang
dan
Dalam bidang hukum adat, para tokoh adat harus mendorong dan berinisiatif memuat kesepakatan adat untuk menegakkan kaidah hukum adat sesuai dengan hukum adat di wilayah adat masing-masing.
Dalam bidang seni budaya daerah, pemerintah Kabupaten Kerinci dan pemerintah Kota Sungai Penuh wajib memfasilitasi berdirinya pusat pusat pengembangan seni kebudayaan daerah sehingga perkembangan seni budaya kerinci dapat berkembang dengan prinsip inovatif, kreatif dan dinamis yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai budaya Kerinci.
Dalam bidang sejarah Kerinci, penggalian budaya Kerinci adalah upaya untuk mempertahan jati diri serta mendapatkan identitas masyarakat Kerinci sehingga kebanggaan sebagai warga Kerinci tidak padam
12
REFERENSI
Fachruddin Saudagar.2003. Potensi Budaya Melayu Jambi Dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan.Jambi: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi. Mengenal Adat Jambi Dalan Perspektif Modern” Penulis: H.Kemas Arsyad Somad, SH.MH Tahun 2003
13
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim Alhamdulillah , Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Makalah ini berisikan tentang penjelasan Menelusuri Alur Sejarah K eri nci ”
”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini . Akhir kata , kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .
Sungai Penuh, Kelompok II
14
September 2015
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI.............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ B. Tujuan Masalah ...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Menyelusuri Alur Sejarh Kerinci 1. Administrasi pemerintahan ......................................................... 2. Nasionalisme Rakyat Kerinci Mengusir Penjajah ......................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
15
MAKALAH ii MENELUSURI ALUR SEJARAH KERINCI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah “ Adat dan Budaya Kerinci “
Disusun Oleh :
1. Tenti Niana 2. Amalya 3. Ari Yanti 4. Ahmad Rafi’i
Dosen Pembimbing: Mainur Haryono, M.Pdi
16
MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PAI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAIN KERINCI TAHUN AJARAN 2015/2016
17