NAMA
: LINTANG ROFIATUS SHOLIHAH
NIM
: A1C314008
TUGAS
: REMEDI UTS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PROGRAM FISIKA
TAKSONOMI-TAKSONOMI PEMBELAJARAN 1. Taksonomi Bloom Dalam dunia pendidikan dikenal istilah taksonomi yang merujuk pada tujuan pendidikan. Salah satu taksonomi yang terkenal adalah taksonomi Bloom yang disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Namun begitu, sebenarnya apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom ini adalah merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari Benjamin S. Bloom, M.D. Engelhart, E. Furst, W.H. Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian didukung pula oleh Ralph W. Tyler. (Suharsimi, 2006:117) Dalam taksonomi bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci. Ada 3 ranah dalam taksonomi bloom, yaitu: 1. Domain Kognitif (Cognitive Domain) Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Domain kognitif dibagi lagi menjadi 6 tingkatan: a. Pengetahuan (Knowledge) Berisikan kemampuan untuk mengenali, menyebutkan dan mengingat kembali peristilahan, definisi, dan fakta-fakta sederhana Contoh : Siswa dapat menulis, membaca, menghafal dan menerjemahkan surat Al-‘Ashr sebagai salah satu materi kedisiplinan b. Pemahaman (Comprehension) Berisikan kemampuan untuk memahami, menerangkan dan menjelaskan faktafakta setelah diketahui dan diingat. Contoh : Siswa dapat menerangkan dan menjelaskan makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat Al-‘Ashar c. Penerapan (Application) Berisikan kemampuan untuk sanggup menerapkan konsep, gagasan, fakta-fakta, teori, dsb didalam situasi yang kongkrit. Contoh : Siswa dapat memikirkan konsep penerapan kedisiplinan dan sanggup menerapkan dalam kehidupan sehari-hari d. Analisis (Analysis) Berisikan kemampuan untuk memilah, membedakan dan membagi atau menguraikan gagasan, fakta-fakta yang sudah diaplikasikan.
Contoh : Siswa dapat wujud nyata kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari e. Sintesis (Synthesis) Berisikan kemampuan untuk merangkai, merancang, dan memadukan bagianbagian secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola berstruktur. Contoh : Siswa dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari f. Evaluasi (Evaluation) Berisikan kemampuan untuk memberikan penilaian, mengkritik dan menafsirkan terhadap suatu gagasan atau fakta-fakta dengan menggunakan kriteria yang sudah ada Contoh : Siswa dapat menimbang-nimbang manfaat disiplin dan menunjukkan mudharat jika tidak disiplin 2. Domain Afektif Ranah afektif adalah
ranah
yang
berkaitan
dengan
sikap
dan
nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. a) Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif 1.
Ada 5 ciri-ciri yang penting ranah penilaian afektif berdasarkan tujuannya, yaitu: Sikap Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 2. Minat Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk: a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik, d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas 3.
Konsep Diri Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. 4. Nilai Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat. 5. Moral Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. b) Pengukuran Ranah Penilaian Afektif Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1.
Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2.
Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3.
Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4.
Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
3. Domain psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian – bagian yang lain. Misalnya yaitu gerakan melipat kertas, berenang, bersepeda, merakit televisi, merakit motor, membuat kue dll. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal yaitu keterampilan (skill) dengan kemampuan (abilities). (Arikunto, 1999 : 122) Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik Tingkat Gerakan Refleks
Deskripsi Artinya: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher
dan
kepala, menggenggam, memegang Contoh kegiatan belajar: 1) 2) 3) 4) 5) Gerakan dasar
mengupas mangga dengan pisau memotong dahan bunga menampilkan ekspresi yang berbeda meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin Artinya: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui
(basic fundamental praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak.
movements)
Contoh kegiatan belajar: 1)
Contoh
gerakan
tak
berpindah:
bergoyang,
membungkuk,
merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar 2)
Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur,
berjalan,
berlari,
meloncat-loncat,
berputar
mengitari,
memanjat. 3)
Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
4)
Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola,
menggambar. Gerakan Persepsi Artinya: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan (Perceptual
perseptual
obilities)
Contoh kegiatan belajar: 1) 2)
menangkap bola, mendrible bola melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil
menjaga keseimbangan 3) memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) Gerakan
bervariasi membaca melihat terbangnya bola pingpong melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri menulis alfabet mengulangi pola gerak tarian memukul bola tenis, pingpong membedakan bunyi beragam alat musik membedakan suara berbagai binatang mengulangi ritme lagu yang pernah didengar membedakan berbagai tekstur dengan meraba Artinya: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan
Kemampuan fisik belajar (Psycal abilities) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Contoh kegiatan belajar: menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu berlari jauh mengangkat beban menarik-mendorong melakukan push-up kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut menari melakukan senam melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
Gerakan terampil (Skilled
Artinya: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
movements)
Contoh kegiatan belajar: melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga 1)
menari, berdansa
2)
membuat kerajinan tangan
3)
menggergaji
4)
mengetik
5)
bermain piano
6)
memanah
7)
skating
8)
melakukan gerak akrobatik
9) Gerakan indah
melakukan koprol yang sulit Artinya: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif (Non- gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi discursive communicatio)
untuk
mengkomunikasikan peran Contoh kegiatan belajar:
1) kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari balet 2) melakukan senam tingkat tinggi 3) bermain drama (acting) 4) keterampilan olahraga tingkat tinggi Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi : 1. Gerak refleks, 2. Gerak dasar fundamen, 3. Keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, 4. Keterampilan fisik, 5. Gerakan terampil, 6. Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif. 2. Taksonomi Anderson (Perbaikan Taksonomi Bloom) Menurut Anderson dan Krathwohl (2010) Taksonomi bermanfaat bagi pendidik untuk : (a.) Mengkaji tujuan-tujuan pendidikan dari kacamata siswa; (b) Memikirkan pelbagai kemungkinan dalam bidang pendidikan; (c) Melihat hubungan integral antara pengetahuan dan proses kognitif yang inheren dalam tujuan pendidikan; (d)
Memperlihatkan secara lebih jelas konsistensi atau inkonsistensi antara cara merumuskan tujuan satu unit pembelajaran, cara mengajarkannya, dan cara mengases pembelajaran siswa. Perbandingan antara kategorisasi yang didasarkan pada rumusan tujuan, aktivitas pembelajaran, dan pertanyaan assesmen menunjukkan apakah tahap-tahap pengalaman pendidikan ini saling bersesuaian dalam sifat dan titik tekannya; (e) Memahami banyak sekali istilah yang dipakai dalam bidang pendidikan. Sembilan proses kognitif mempunyai makna yang sangat spesifik. Misalnya proses kognitif “menyimpulkan” menuntut siswa untuk mengenali pola informasi yang mereka terima, sedangkan “menjelaskan” menuntut siswa mencari hubungan kausalitas dalam pola informasi tersebut; (f) Menyusun unit pelajaran atau mata pelajaran sesuai dengan filosofi guru; (g) Menganalisis asesmenasesmen eksternal sehingga guru dapat mengupas elemen-elemen kulit asesmen untuk mengetahui tingkat-tingkat pembelajaran siswa yang lebih tinggi. Sehingga , guru bukan “mengajarkan untuk menghadapi tes”, melainkan mengajar siswa untuk pembelajaran yang dites; (h) Menilai kesesuaian antara tujuan dan pembelajaran. Penempatan tujuan secara tepat dalam Tabel Taksonomi akan memberikan petunjuk tentang aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut; (i) Menilai kesesuaian antara pembelajaran dan asesmen. Penempatan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan secara tepat dalam Tabel Taksonomi akan memberikan petunjuk tentang tugas-tugas asesmen untuk mendapatkan hasil asesmen yang sesuai dengan tujuan dan aktivitas pembelajaran tersebut; (j) Menilai kesesuaian antara tujuan dan asesmen. Dengan cara sebagai berikut: Pertama, identifikasilah tujuan-tujuan pokok unit pembelajarannya, dan tentukan kotak-kotak Tabel Taksonomi yang relevan. Kedua, identifikasilah assesmenasesmen pokokny, dan tentukan kotak-kotak Tabel taksonomi yang relevan. Perhatikan apakah penekanan pada setiap tujuan tercermin dalam asesmennya. Jika kotak-kotak dan penekanan yang dihasilkan oleh dua langkah pertama tidak bersesuaian, berarti memang terdapat ketidaksesuaian antara tujuan dan asesmennya. Jika kotak-kotak tujuan dan asesmennya sama, pelajarilah kesesuaian antara aktivitas-aktivitas pembelajaran dan tugas-tugas asesmennya.Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk gerund yaitu remembering (ingatan), understanding (pemahaman) , applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation (penilaian)
dan
creation
(penciptaan)
dan
seterusnya.
Terminologi
ini
lebih
menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda
umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya. Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan). Dimensi Taksonomi Anderson Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. KATEGORI Remembering (ingatan): can
KATA KUNCI Menyebutkan definisi, menirukan
the student recall or remember the
ucapan, menyatakan susunan, mengucapkan,
information? Dapatkah peserta didik
mengulang, menyatakan
mengucapkan atau mengingat informasi? Understanding (pemahaman):
Mengelompokkan, menggambarkan,
Dapatkah peserta didik menjelaskan
menjelaskan identifikasi, menempatkan,
konsep, prinsip, hukum atau prosedur?
melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan,
Applying (penerapan):
pharaprase. Memilih, mendemonstrasikan,
Dapatkah peserta didik menerapkan
memerankan, menggunakan, mengilustrasikan,
pemahamannya dalam situasi baru?
menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat
Analyzing (analisis): Dapatkah
sketsa, memecahkan masalah, menulis Mengkaji, membandingkan,
peserta didik memilah bagian-bagian
mengkontraskan, membedakan, melakukan
berdasarkan perbedaan dan
deskriminasi, memisahkan, menguji,
kesamaannya? Evaluating (evaluasi):
melakukan eksperimen, mempertanyakan. Memberi argumentasi,
Dapatkah peserta didik menyatakan
mempertahankan, menyatakan, memilih,
baik atau buruk terhadap sebuah
memberi dukungan, memberi penilaian,
fenomena atau objek tertentu?
melakukan evaluasi
Creating (penciptaan):
Merakit, mengubah, membangun,
Dapatkah peserta didik menciptakan
mencipta, merancang, mendirikan,
sebuah benda atau pandangan?
merumuskan, menulis. (Siana, 2012)
3. Taksonomi Solo John Biggs dan Kevin Collis pada tahun 1982 di New York, Amerika Serikat mengembangkan model taksonomi tujuan pembelajaran yang kemudian dikenal dengan taksonomi SOLO (The Structure of the Observed Learning Outcome). Taksonomi ini dikembangkan dengan alasan menyediakan cara yang sederhana dan kuat menggambarkan bagaimana hasil belajar tumbuh dalam kompleksitas dari permukaan ke dalam untuk konseptual pemahaman' (Biggs dan Collis 1982). Taksonomi SOLO ini terdiri dari lima tahap yang dapat menggambarkan perkembangan kemampuan berpikir kompleks pada siswa dan dapat diterapkan di berbagai bidang. Berikut adalah tahapan respon berpikir berdasar taksonomi SOLO; 1. Tahap Pre-Structural. Pada tahap ini siswa hanya memiliki sangat sedikit sekali informasi yang bahkan tidak saling berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun. 2. Tahap Uni-Structural. Pada tahap ini terlihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara satu konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini adalah; mengindentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana. 3. Tahap Multi-Structural. Pada tahap ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian kemampuan meta-kognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tahap ini antara lain; membilang atau mencacah, mengurutkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat daftar, menggabungkan dan melakukan algoritma. 4. Tahap relational.
Pada tahap ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Pada tahap ini siswa dapat menunjukan pemahaman beberapa komponen dari satu kesatuan konsep, memahami peran bagian-bagian bagi keseluruhan serta telah dapat mengaplikasikan sebuah konsep pada keadaan-keadaan yang serupa. Adapun kata kerja yang mengidikasikan kemampuan pada tahap ini antara lain; membandingkan, membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis, mengaplikasikan, menghubungkan. 5. Tahap Extended Abstract Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya sebatas pada konsep-konsep yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat membuat generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan pada situasisituasi spesifik. Kata-kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini antara lain, membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan refleksi serta membangun suatu konsep. Taksonomi SOLO mengelompokkan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan bersifat hirarkis, yaitu level 0: prastruktural (pre-structural), level 1: unistruktural (uni-structural), level 2: multistruktural (multy-structural), level 3: relasional (relational), dan level 4: extended abstract. Taksonomi SOLO didesain sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons siswa terhadap suatu tugas. Taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam merespon (baca: menjawab) suatu masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang diberikan siswa. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kualitas jawaban siswa terhadap suatu masalah berdasar pada kompleksitas pemahaman atau jawaban siswa terhadap masalah yang diberikan. Taksonomi SOLO berperan menentukan kualitas respon siswa terhadap masalah tersebut. Artinya taksonomi SOLO dapat digunakan sebagai alat menentukan kualitas jawaban siswa. Berdasarkan kualitas yang diperoleh dari hasil jawaban siswa, selanjutnya dapat ditentukan kualitas ketercapaian proses kognitif yang ingin diukur oleh alat evaluasi tersebut. Penerapan taksonomi SOLO untuk mengetahui kualitas respon siswa dan analisa kesalahan sangatlah tepat, sebab taksonomi SOLO mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut: a. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan matematika.
b. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk pengkategorian kesalahan dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan Matematika. c. Taksonomi
SOLO
merupakan
alat
yang
mudah
dan
sederhana
untuk
menyusun dan menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan matematika. Selain kelebihan tersebut, Watson juga berpendapat bahwa taksonomi SOLO dan peta respon sangat cocok digunakan dalam kontek yang terjadi dalam pengajaran termasuk bagaimana pertanyaan atau soal disusun. Menurut Collis, kegunaan taksonomi SOLO untuk menyusun butir soal dan untuk interpretasi respon siswa sangat nyata. Dalam tulisan lain Collis berpendapat bahwa pendekatan model respon dari taksonomi SOLO sangat berguna bagi pendidik dan peneliti untuk mendiskripsikan level penalaran siswa yang berkaitan dengan tugas-tugas. Menurut Biggs (1982), taksonomi SOLO dapat digunakan tidak hanya dalam penilaian, namun dalam merancang kurikulum dalam hal hasil pembelajaran dimaksudkan, yang membantu dalam melaksanakan keselarasan konstruktif.
4. Taksonomi Fink Berbeda dengan taxonomy bloom dan SOLO, L. Dee Fink berasal dari Oklahoma, Amerika Serikat pada tahun 2003 menyajikan sebuah taxonomy yang tidak hirarkis. Fink mengembangkan Taksonomi ini dengan alasan untuk mengembangkan bahasa dan kerangka kerja konseptual untuk mengidentifikasi beberapa cara di mana pembelajaran bisa menjadi signifikan, sehingga guru dapat memutuskan mana dari berbagai macam signifikan belajar yang mendukung dan mempromosikan di pembelajaran tertentu atau pengalaman belajar. Dalam tambahannya,Taksonomi Fink meliputi bagian-bagian lintas domain dan luas kecuali pada domain Psikomotor. Ini mirip dengan taxonomy Anderson yang menekankan pada metakognitif
( belajar untuk belajar) dan juga termasuk aspek-
aspek yang lebih efektif seperti dimensi kemanusiaan dan cinta kasih: mengidenfikasi/perubahan perasaan seseorang. Dalam Taksonomi Fink terdapat 6 dimensi, yaitu : a. Dimensi Pengetahuan Dasar: yang meliputi memahami dan mengingat. Kata kerjanya adalah daftar, nama dan penjelasan; b. Dimensi Penerapan: Berpikir kritis, kreatif dan praktis; memecahkan masalah. Kata kerjanya adalah menganalisis, menginterpretasikan dan menerapkan; c. Dimensi Penyatuan: menghubungkan antar ide, gagasan, subyek dan orang. Kata kerjanya adalah menjelaskan, menyatukan;
d. Dimensi Kemanusiaan: belajar tentang dan perubahan diri seseorang, memahami dan berinteraksi dengan yang lainnya, Kata kerjanya adalah merefleksi dan menilai; e. Dimensi Kasih sayang: mengidentifikasi/perubahan perasaan, kepentingan dan nilai-nilai seseorang. Kata kerjanya adalah: refleksi dan interpretasi; f. Dimensi Belajar untuk belajar: belajar bagaimana menjawab dan bertanya, menjadi pebelajar yang memiliki self-directed. Kata kerjanya adalah mengkritisi dan menganalisis.
5. Taksonomi Marzano Robert J. Marzano (2000), seorang peneliti pendidikan terkemuka berasal dari Colorado, Amerika Serikat telah mengusulkan apa yang disebutnya “Sebuah Taksonomi Baru dari Tujuan Pendidikan”. Dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari taksonomi Bloom yang telah digunakan secara luas serta situasi terkini, model kecakapan berpikir yang dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang berjangkauan luas, yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan menghadirkan teori yang berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para siswanya. Robert Marzano (2001) menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom menjadi 6 kategori yang berbeda. Taksonomi Bloom dikembangkan sebagai hirarki dari dasar pemikiran atau dasar proses akademik, sedangkan Marzano menggabungkan dasardasar itu dari tingkat berfikir pada proses kognitif dan proses metakognitif, sebagaimana konsep-konsep tadi berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, serta emosi sebagai pendukung. Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert Marzano. Sistem Kognitif
Level 1. Retrieval
Deskripsi Proses dari prosedur pengetahuan, mengingat kembali atau melakukan, tanpa
pemahaman. 2. Comprehension Proses dari urutan atau struktur pengetahuan, sintesis/lamgkah-langkah dan gambarannya secara mendasar untuk 3. Analisis
pemahaman dasar atau pemahaman awal. Proses mengakses dan menguji pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan,
hubungan pangkat atas dan pangkat bawah, mendiagnosa kesalahan, atau logika yang 4. Utilization
konsekuen, atau prinsip yang dapat diduga. Proses dalam penggunaan pengetahuan darimana masalah bisa disikapi atau dipecahkan, investigasi dapat direncanakan,
Metakognitif
5. Metakognisi
keputusan dan aplikasi dapat diperoleh. Proses untuk memonitor apa dan bagaimana pengetahuan yang baik bisa dimengerti, pengujian yang secara sadar terhadap proses-proses kognitif untuk melihat apakah proses-proses tersebut mempengaruhi
Self-system
6. Self
tujuan-tujuan yang akan dicapai. Proses mengidentifikasi respon/ rangsangan emosi, melatih persepsi, motivasi, dan manfaatnya pada kepercayaan terhadap pengetahuan awal.
Secara nyata, taksonomi ini bergerak (a) dari cara yang sederhana ke proses yang lebih komplit baik informasi atau prosedur-prosedurnya, (b) dari kesadaran yang kurang ke kesadaran yang lebih tentang pengontrolan yang lebih terhadap proses pengetahuan dan bagaimana menyusun atau menggunakannya, dan (c) dari kurangnya keterlibatan personal atau komitmen terhadap kepercayaan yang besar secara terpusat dan refleksi dari identitas seseorang. Enam tingkatan/level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut Marzano “tiga pengetahuan awal”, yaitu: 1. Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip. 2. Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara umum, memonitor metakognitif, dan sebagainya. 3. Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan/penampilan. 6. Taksonomi Mc. Guire (1963), Klickmann (1963)
Telah menyusun taksonomi dalam bidang Biologi, Wood (1968) untuk matematika, Leuis (1965) untuk Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai contoh, dihasilkan oleh The National Longitudinal of Mathematical Abilities (NLSMA) 1) Knowledge of facts 2) Computation 3) Comprehension 4) Application 5) Analysis Alasannya adalah: 1) Computation (komputasi, perhitungan) merupak satu keterampilan khusus yang tidak mempunyai tempat dalam taksonomiBloom. Padahal aspek ini perlu dinilai pula. 2) Synthesis and evaluation (sintesis dan evaluasi) hanya sedikit mempunyai peranan di dalam kurikulum matematika. 7. Taksonomi Guilferd Guilferd telah menggambarkan pola yang merupakan struktur intelek dalam bentuk kubus. Selanjutnya Guilford juga telah berbicara lebih luas tentang implikasi model ini di bidang pendidikan. Dikatakan bahwa untuk melatih kemampuan intelektual tertentu, dibutuhkan latihan tertentu pula. 8. Gagne dan Merrill Gagne dan Merril juga mengemukakan taksonomi lain. Di dalam bukunya The Conditions of Learnings (1965). Gagne menyebutkan ada 8 katagori yan oleh Merrill (1971) ditambah 2 buah kategori lagi. Delapan hierarki tingkah laku menurut Gagne adalah : a. Signal learning b. Stimulus-respone learning c. Chaining d. Verbal association e. Discrimination learning f. Concept learning g. Rule learning
h. Problem solving 9. Garlach dan Sullivan Garlach dan Sullivan eranggapan bahwa taksonomi Bloom mempunyai kegunaan yang terbatas pada alat untuk perencanaan dan pengembangan kurikulum. Mereka mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam rumusan yang umum menjadi tingkah laku siswa dapat diamati. Kategori yang diajukan adalah : 1) Identify 2) Name 3) Describe 4) Construct 5) Order 6) Demonstrate De Block mengatakan bahwa taksonomi Bloon diilhami oleh evaluasi. Jika Gage dan Merrill bertitik tolak pada kondii belajar make De Block (1972) mengemukakan model yang didaarkan pada tujuan-tujuan mengajat. Ia mengajukan 3 arah dalam kegiataan belajar mengajar: a) From partial to more integral learning b) From limited to fundamental learning c) From special to general learning 10. Quellmalz (1987) Memberikan kita visi lain yang sangat baik dari proses penalaran. Proses berfikir yang dikemukan oleh Quellmalz relatif sederhana, gamblang, sangat mudah untuk dianalisa dan dipakai oleh guru dan siswa. Setelah mengkaji kerangka kerja pendidikan, psikologi dan kerangka filsafat yang disajikan dalam literatur profesional selama beberapa dekade, Quellmalz menemukan bahwa hal tersebut memiliki elemen-elemen dasar: ingatan, analisa, perbandingan, kesimpulan, dan penilaian. Dari semua uraian yang dipelajari, dilaporkan bahwa pengoperasian prinsip dalam belajar tidak ada yang isinya bebas berfikir, semua penalaran dan pemecahan masalah bersumber dari dasar ilmu pengetahuan. Tanpa pengetahuan prasyarat, tidak ada masalah yang dapat diselesaikan. Sehingga dimulai dengan mengingat ‘recall’ sebagai masukan pertama dalam kerangka kerja Quellmalz. Quellmalz menemukan banyak mahasiswa menggunakan definisi:
1.
Pemikiran analitis (analytical thinking), yaitu pemikiran yang berkenaan dengan isi dan komponen suatu benda
2.
Pemikiran perbandingan (comparative thinking), yaitu pemikiran yang berkenaan dangan persamaan dan perbedaan diantara benda-benda
3.
Pemikiran inferensial (inferential thinking), yaitu suatu pengertian yang berkenaan dengan pemikiran induktif dan deduktif
4.
Pemikiran
penilaian
(evaluative
thinking),
yaitu
pengungkapan
dan
mempertahankan pendapat atau pandangan Empat
jenis
penalaran
diluar
mengingat
memerlukan
penerapan
pengetahuan, semua penalaran dan pemecahan masalah timbul dari dasar pengetahuan tersebut. Dan perlu diingat, dasar pengetahuan yang sesuai dapat diambil melalui memori atau melalui penggunaan bahan-bahan referensi. Analisis, sebagaimana didefinisikan dalam kerangka ini, lebih dari sekadar membaca hafalan dari daftar hafal komponen. Melibatkan reflektif restrukturisasi pengetahuan dalam cara-cara baru. Perbandingan dapat berupa perbandingan antara persamaan atau perbedaan. Perbandingan kompleks membutuhkan analisis dari hal-hal yang akan dibandingkan untuk mengetahui unsur-unsur yang sama. Pertanyaan inferensi mempunyai satu atau lebih jawaban yang benar. Penanya dapat mengantisipasi kesimpulan atau serangkaian kesimpulan di awal. Mungkin ada lebih dari satu kesimpulan yang dipertahankan, tetapi kemungkinan susunannya terbatas. Penanya harus mengetahui susunannya sebelum mengajukan pertanyaan. Dalam hal ini, dikatakan bahwa kita harus selalu tetap terbuka terhadap kemungkinan siswa yang keluar. Mungkin mereka datang dengan kesimpulan yang dipertahankan dengan kuat dan kita tidak mempertimbangkannya. Ketika hal ini terjadi, mereka harus diberi penghargaan untuk wawasan mereka. Pemeriksaan penilaian selalu meminta siswa untuk mengekspresikan dan mempertahankan pendapat. Fokus penilaian bukanlah apakah siswa memegang pendapat yang benar, tetapi apakah mereka bisa mempertahankan pendapat yang mereka pegang. Singkatnya, penilai harus bertanya apakah mengajar dan belajar di kelas telah memiliki kriteria yang dapat diterapkan secara logis dalam menanggapi hal ini. Kerangka Kerja Quellmalz
Macam bentuk penalaran Mengingat (Recall)
Proses Kognitif
Contoh Kata-kata
Contoh Masalah
Pengetahuan dasar
Defenisi, daftar, label, Dapatkah kamu
utama
nama, identitas
mengemukakan kembali atau menguraikan dengan kata-kata sendiri ilmu pengetahuan yang utama
Analisis (Analysis)
Sebab-sebab yang
Laporan, dibagi lagi,
Unsur-unsur komponen
berkenaan dengan isi kategori, perbedaan
atau elemen-elemen apa
bagian bahan-bahan
yang penting?
atau komponen
Bagaimana setiap bagian saling berhubungan secara keseluruhan
Perbandingan
Sebab-sebab yang
Membandingkan,
Bagaimana semua hal
(Comparison)
berkenaan dengan
memperlihatkan
itu sama atau beda
persamaan dan atau
perbedaan yang
perbedaan
kontras, menghubungkan, membedakan
Kesimpulan
Sebab-sebab induktif Antisipasi, meramal,
Berikan apa yang anda
(Inference)
atau deduktif
menduga, menarik
ketahui, apa yang akan
kesimpulan,
terjadi jika kita
menyebabkan
mengikutinya?
Penilaian
Mengungkapkan dan Menilai, menghakimi, Berdasarkan
(evaluation)
mempertahankan
menafsir dan
pendapatmu, mana yang
pendapat atau
mempertahankan
merupakan jalan
pandangan
terbaik? Mengapa?
11. Taksonomi Anita Harrow Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow (1972). Menurut Harrow kebanyakan para guru tidak dapat menuntut pencapaian 100 dari tujuan yang dirumuskan kecuali hanya berharap bahwa ketrampilan yang dicapai muridnya akan sangat mendukung mempelajari keterampilan lanjutan atau gerakangerakan yang lebih kompleks sifatnya. Garis besar taksonomi yang dikemukakan oleh Harrow adalah sebagai berikut: a. Gerakan reflex, yaitu respons gerakan yang tidak disadari yang dimiliki sejak lahir. b. Dasar gerakan-gerakan, yaitu gerakan-gerakan yang menuntun kepada keterampilan yang sifatnya kompleks. c. Perceptual abilities, yaitu kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan. d. Physical abilities, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakangerakan keterampilan tingkat tinggi. e. Skilled movements, yaitu gerakan-gerakan yang memerlukan belajar, misalnya keterampilan dalam olahraga, menari dan rekreasi. f. Nondiscoursive communication, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan, misalnya ekspresi wajar (mimic), postur, dsb.