10
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit cacar air ( varicella ) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang mendunia. Varicella merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja. Terutama mereka yang belum mendapat imunisasi di indonesia, tidak banyak data yang mencatat kasus varicella secara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemi cacar air pada daerah tertentu.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.
Varicella dikaitkan dengan respon imun humoral dan sel-dimediasi. Respon ini menginduksi kekebalan yang tahan lama. Ulangi infeksi subklinis dapat terjadi pada orang-orang ini, namun serangan kedua dari cacar air sangat jarang terjadi di orang imunokompeten. Reexposure dab infeksi subklinis dapat berfungsi untuk meningkatkan kekebalan yang diperoleh setelah episode cacar air, ini dapat berubah di era post vaksin.
RUMUSAN MASALAH
Apa definisi dari Varicella?
Bagaimana epidemiologi Varicella?
Apa etiologi dari Varicella?
Bagaimana patofisiologi dari Varicella?
Apa saja manifestasi klinis yang terjadi akibat Varicella?
Bagaimana cara mendiagnosis varicella ?
Pemeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan pada Varicella
Bagaimana diagnosa banding Varicella?
Penatalaksanaan apa saja yang diberikan pada Varicella?
Apa saja komplikasi yang terjadi pada Varicella?
Bagaimana melakukan pengkajian pada pasien dengan Varicella?
Bagaimana membuat analisa data dari hasil pengkajian?
Bagaimana merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Varicella?
Bagaimana menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan?
TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Varicella.
Tujuan Khusus
Mengetahui Tentang Definisi Dari Varicella
Mengetahui Epidemiologi Varicella
Mengetahui Etiologi Dari Varicella
Mengetahui Patofisiologi Dari Varicella
Mengetahui Apa Saja Manifestasi Klinis Yang Terjadi Akibat Varicella
Mengetahui Cara Mendiagnosis Varicella
Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Apa Saja Yang Dilakukan Pada Varicella
Mengetahui Bagaimana Diagnosa Banding Varicella
Mengetahui Penatalaksanaan Apa Saja Yang Diberikan Pada Varicella
Mengetahui Komplikasi Yang Terjadi Pada Varicella
Mampu Melakukan Pengkajian Pada Pasien Dengan Varicella
Mampu Membuat Analisa Data Dari Hasil Pengkajian
Mampu Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Varicella
Mampu Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan Sesuai Dengan Diagnosa Keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer virus varicella zoster (vzv) yang umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit sangat menular. Meskipun gejala klinis varicella tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. (Sari Pediatri 2010;11 (6):440-47)
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit dan mukosa. Klinik terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral (Ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran VI).
Varicella adalah penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel dikulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus Varicella (Ngasyiyah, 2000).
Varicella adalah penyakit infeksi akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi bagian sentral tubuh (Mawarti Harap, 2000).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit.
Frekuensi
Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya bulan Maret dan April. Sebelum vaksin varicella disebarkan, dilaporkan terjadi 4 juta kasus varicella. Penyakit ini responsible pada 11.000 kasus di rumah sakit dalam setahun dan terjadi 50-100 kasus kematian. Saat ini kurang dari 10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum diimunisasi. Sedangkan di internasional, secara universal varicella cenderung merata, diperkirakan terjadi 60 juta kasus dalam setahun. Varicella lebih berpengaruh pada individu yang tidak memperoleh kekebalan. Mungkin ada sekitar 80-90 juta kasus di seluruh dunia.
Mortalitas
Banyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun, diperkirakan 2 kematian tiap 100.000 kasus
Kebanyakan kematian di Amerika Serikat terjadi sebelum ada vaksinasi dan bersama dengan ensefalitis, pneumonia, infeksi bakteri sekunder, dan syndrome Reye
Mortalitas pada anak-anak dengan immunocompromised lebih tinggi
Penyakit ini lebih serius pada neonates, tergantung kapan infeksi terhadap ibunya
Ras
Tidak ada predileksi ras tertentu
Seks
Tidak ada predileksi jenis kelamin
Umur
Insiden tertinggi varicella pada anak umur 1-6 tahun. Anak dengan umur lebih dari 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus varicella
2.3 ETIOLOGI
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster.
Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
2.4 KLASIFIKASI VARICELLA
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.
MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
Didahului stadium prodromal yang ditandai :
Demam
Malaise
Sakit kepala
Anoreksia
Sakit punggung
Batuk kering
Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )
PATOFISIOLOGI
Riwayat kontak dengan pasien varicellaImunitas tubuh
Riwayat kontak dengan pasien varicella
Imunitas tubuh
Virus varicella zoster
Virus varicella zoster
Invasi virus melalui saluran pernafasan/kontak langsung
Invasi virus melalui saluran pernafasan/kontak langsung
Virus bereplikasi di kelenjar getah bening (2-4 hari)
Virus bereplikasi di kelenjar getah bening (2-4 hari)
Penyebaran virus melalui darah (4-6)
Penyebaran virus melalui darah (4-6)
Virus bereplikasi ke organ-organ
Virus bereplikasi ke organ-organ
Virus mencapai kulit
Virus mencapai kulit
VARICELLA
VARICELLA
Reaksi Inflamasi
Reaksi Inflamasi
Replikasi di sel epidermalPelepasan mediator kimia (prostaglandin)
Replikasi di sel epidermal
Pelepasan mediator kimia (prostaglandin)
Vakuolisasi sel dan lisis
Vakuolisasi sel dan lisis
Gangguan di HipotalamusTerjadi macula(lesi kulit 14 hari)
Gangguan di Hipotalamus
Terjadi macula(lesi kulit 14 hari)
Suhu tubuh
Suhu tubuh
MK : HIPERTERMITimbul papulaTerinfeksi
MK : HIPERTERMI
Timbul papula
Terinfeksi
VesikulaMengenai saraf nyeri pada kulit (free nerve ending)
Vesikula
Mengenai saraf nyeri pada kulit (free nerve ending)
MK : NYERIMK : KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
MK : NYERI
MK : KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosa varicella ditegakkan berdasarkan temuan klinis yaitu adanya ruam kulit yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng). Pertama, timbul banyak bercak berukuran kecil, merah dan gatal. Kemudian, bercak-bercak ini berubah menjadi bintul (papila) atau lepuhan (vesikula) yang kecil, pecah dan akhirnya membentuk keropeng (krusta). Biasanya bercak-bercak ini mulai timbul pada badan, kemudian menyebar pada wajah, lengan, serta kaki. Munhgkin terdapat bercak, lepuhan dan keropeng sekaligus pada saat yang bersamaan.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mendiagnosis pasien yang dicurigai menderita varicella atau herpes zoster serta untuk menentukan terapi antivirus yang sesuai. Pada tingkat yang lebih tinggi, dapat dilakukan isolasi virus dari cairan vesikel selanjutnya diuji PCR (polimerase chain reaction) atau DFA ( direct fluorescent antibody) untuk mengidentifikasi jenis virus. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan enzim immunoassay yang digunakan untuk mendeteksi kenaikan titer imunoglobulin G.
Leukopenia terjadi pada 72 jam pertama, diikuti oleh limfositosis. Pemeriksaan fungsi hati (75%) juga mengalami kenaikan. Pasien dengan gangguan neurologi akibat varicella biasanya mengalami limfositik pleositosis dan peningkatan protein pada cairan serebrospinal serta glukosa yang umumnya dalam batas normal.
PENATALAKSANAAN
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.
Umum :
Isolasi untuk mencegah penularan.
Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
Upayakan agar vesikel tidak pecah.
Jangan menggaruk vesikel.
Kuku jangan dibiarkan panjang.
Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan digosok.
Farmakoterapi
Asiklovir oral
Biasanya diberikan pada penyakit - penyakit lain yang melemah kan daya tahan tubuh.
Antipiretik dan untuk menurunkan demam
Parasetamol atau ib uprofen.
Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
Salep antibiotika : untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
Antibiotika : bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.
Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).
PENCEGAHAN
Hindari kontak dengan penderita.
Tingkatkan daya tahan tubuh.
Imunoglobulin Varicella Zoster
Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air). Bila diberikan dalamwaktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.
2.9 KOMPLIKASI
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
Bayi dibawah usia 28 hari.
Orang dengan kekebalan tubuh rendah
Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.
2.9 DIAGNOSA BANDING VARICELLA
Herpes Simpleks Diseminata
Herpes Simpleks Disaminata adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang lembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens (Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,2000 : 355)
Herpes Zoster Diseminata
Radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus varicella yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer. Penyakit ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air)
Impetigo
Impetigo merupakan peradangan superfisialis yang terbatas pada bagian epidermis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Stafilokokus dan Streptokokus. Lesi yang timbul dapat terjadi pada tempat yang normal atau pada tempat yang sebelumnya pernah terkena trauma. Terdapat vesikel yang biasanya tidak mudah untuk mengalami rupture kemudian yang khas dari vesikel ini vesikel tersebut biasanya membesar menjadi bula. Di dalam bula tersebut awalnya mengandung cairan yang jernih berwarna kuning yang kemudian berubah warna menjadi lebih gelap, serta lebih berwarna kuning kehitaman. Setelah 1-3 hari lesi ini biasanya akan rupture dan meninggalkan krusta yang tipis, berwarna coklat terang dan 1 lagi yang khas pada penderita Impetigo Bulosa adalah Hipopian.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama :Ny.E
Alamat :Polowijen
Umur :64 th
Jenis kelamin :Perempuan
Ras/suku bangsa :-
Berat badan :60 Kg
Agama :islam
ANAMNESA
Keluhan utama :
Terdapat gelembung berisi cairan pada hampir seluruh tubuh sejak 4 hari sebelum masuk RS
DIAGNOSA
Varisella
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Penyakit :
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh terdapat mengeluh gelembung-gelembung kecil berisi cairan pada hampir seluruh permukaan tubuh berwarna kemerahan dan dirasakan gatal, dan nyeri. Keluhan ini dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Awalnya gelembung-gelembung cairan ini muncul di dada, kemudian dirasakan semakin banyak dan menyebar ke muka, punggung, kedua tangan dan perut. Dan sebagian gelembung sudah ada yang pecah. Sejak 1 minggu sebelum masuk RS pasien merasakan demam yang dirasakan terus menerus sepanjang hari, juga ada nyeri saat menelan, tidak nafsu makan, mual muntah dan badan terasa pegal-pegal. Karena pasien semakin tidak nafsu makan dan terus mengalami mual muntah, maka pasien di rawat di rumah sakit.
Riwayat Penyakit dahulu :
Ny.s mengatakan belum pernah memiliki riwayat sakit seperti ini sebelumnya dan tidak ada penyakit kulit sebelumnya
Riwayat Pengobatan :
Ny.E mengatakan sudah minum parasetamol yang di beli sendiri dari apotik, tetapi keluhan-keluhannya tidak berkurang.
Riwayat Alergi :
Ny.s mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ny.s mengatakan kedua anak dari tetangga pasien mengalami gejala penyakit yang sama.
Riwayat pekerjaan :
Ny.s mengatakan sebelumnya beliau bekerja sebagai seorang penjahit pakaian.
Pola hidup :
Ny.s mengatakan beliau suka kumpul-kumpul di tetangga.
Pola aktivitas :
Ny.s mengatakan beliau sering mandi di tetangganya karena sanyo di rumahnya sering rusak.
PEMERIKSAAN FISIK
3.3.1 Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
3.3.2 Pemeriksaan Tanda- tanda vital :
TD : 140/90 Mmhg
Nadi : 110 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Suhu : 38°C
Pemeriksaan fisik :
3.3.3.1 Status Generalisata :
Kepala : bentuknya normal,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
Thorax : BJ I-II Murni regular, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : BU(+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : atas : edema-/-, turgor kulit : baik, bawah : edema
3.3.3.2 Status Lokalis :
Pada region fasialis, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan kanan dan kiri terhadap vesikel-vesikel, pustule dan krusta.
3.3.3.3 Status dermatologikus :
Lokasi : wajah, leher, dada, perut, tangan dan kaki
Distribusi : generalisata
Bentuk : khas
Susunan : tidak khas
Batas : tegas
Ukuran : lentikuler
Efloresensi : vesikel dengan dasar macula eritem, skuama halus (+)
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
Hb : 7,8 g/dl
Hematokrit : 21,9
Leukosit : 3100
Trombosit : 175.000
Serologi : S.thypi 1/160
S.Parathypi 1/160
DIAGNOSA
Hipertermi Berhubungan Dengan Penyakit
Nyeri akut Berhubungan Dengan Kerusakan Jaringan
Kerusakan Intergritas Kulit Berhubungan Dengan Perubahan turgor
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Hipertermia
Berhubungan dengan penyakit.
NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 2x24 jam, pasien
menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria
hasil:
Suhu 36
– 37C
Nadi dan
RR dalam rentang
normal
Tidak ada
perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing,
NIC :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan anti piretik:
Kelola Antibiotik
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2x 24 jam, Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan Perubahan turgor
NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer dan sekunder
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8x 1 jam kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan
Mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
NIC : Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, karakteristik,warna
cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tandatanda
infeksi lokal, formasi traktus
Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP,
vitamin
Cegah kontaminasi feses dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Varicella merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella zooster yang hingga kini masih tetap menjadi epidemi di dunia dan di indonesia. Walaupun infeksi varicella zooster tergolong ke dalam infeksi ringan, namun dalam kondisi defisiensi imun penyakit ini dapat menjadi berat dan tidak menutup kemungkinan berujung pada kematian. Pemberian vaksinasi dan imunoglobulin telah terbukti efektif memberikan perlindungan dari infeksi virus ini. Hingga saat ini, asiklovir oral tetap menjadi obat utama untuk pengobatan varicella.
SARAN
Pembuatan makalah ini, kami sadari masih memiliki anyak kekurangan , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. Dkk. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
Harahap, Marwati. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta
Wong. DonnaL. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
Nanda(2014).Diagnosa Keperawatan NANDA International 2014-2016.Jakarta : penerbit ECG
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.