LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA CAPITIS
A. Pengertian
Trauma Capitis (Cedera Kepala) adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma kepala, yang dapat melibatkan kulit kepala, tulang dan jaringan otak atau kombinasinya (Standar Pelayanan Medis, RS Dr.Sardjito) Trauma Capitis (Cedera Kepala) merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas .(Mansjoer Arif ,dkk ,2000) Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001) Trauma Capitis (Cedera Kepala) yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi-descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Trauma kepala termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak. Batas trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk gangguan kesadaran. Kematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injuri, yaitu meliputi: 1. Segera setelah injuri 2. Dalam waktu 2 jam setelah injuri 3. Rata-rata 3 minggu setelah injuri Pada umumnya kematian terjadi segera setelah injuri dimana terjadi trauma langsung pada kepala atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi dalam
1
beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien memburuk secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada fase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injuri disebabkan oleh berbagai kegegelan system tubuh.
B. Etiologi
1. Kecelakaan lalu lintas (kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil) 2. Kecelakaan kerja 3. Trauma pada olah raga 4. Kejatuhan benda atau jatuh dari tempat tinggi 5. Luka tembak 6. Cedera akibat kekerasan
C. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan tubuh, sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metababolik. Dalam keadaan normal Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas atypical myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan odema paru. Perubahan otonim pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi.
2
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
D. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG): 1. Minor
SKG 13 – 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang
SKG 9 – 12
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
SKG 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
E. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik dari Trauma Capitis (Cedera Kepala) tergantung dari berat ringannya Trauma Capitis (Cedera Kepala). 1. Perubahan kesadaran adalah merupakan indikator yang paling sensitif yang dapat dilihat dengan penggunaan GCS (Glascow Coma Scale) 2. Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti : nyeri kepala karena regangan dura dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus optikus; muntah seringkali proyektil.
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan: tanpa / dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
3
2. Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma 3. X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang. 4. Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial. 5. Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial.
G. Terapi
1. Obesrvasi 24 jam 2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. 3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi. 4. Anak diistirahatkan atau tirah baring. 5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi. 6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi. 7. Pemberian obat-obat analgetik. 8. Pembedahan bila ada indikasi
I.
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif 2. Perfusi jaringan serebral tidak efektif 3. Nyeri akut 4. Defisit volume cairan 5. Resiko infeksi
4
J.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan / Rencana keperawatan Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, - Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara psikologis), kerusakan jaringan komprehensif termasuk lokasi, - Pain control, DS: karakteristik, durasi, frekuensi, - Comfort level Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi - Laporan secara verbal DO: keperawatan selama …. Pasien 2. Observasi reaksi nonverbal dari tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan - Posisi untuk menahan nyeri kriteria hasil: 3. Bantu pasien dan keluarga untuk - Tingkah laku berhati-hati mencari dan menemukan dukungan - Gangguan tidur (mata sayu, tampak - Mampu mengontrol nyeri capek, sulit atau gerakan kacau, (tahu penyebab nyeri, mampu 4. Kontrol lingkungan yang dapat menyeringai) menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan - Terfokus pada diri sendiri menyempit (penurunan mengurangi nyeri, mencari kebisingan - Fokus persepsi waktu, bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri proses berpikir, - Melaporkan bahwa nyeri 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk - kerusakan penurunan interaksi dengan orang berkurang dengan menentukan intervensi dan lingkungan) menggunakan manajemen 7. Ajarkan tentang teknik non nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi, - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan - Mampu mengenali nyeri distraksi, kompres hangat / dingin / atau aktivitas, aktivitas berulang(skala, intensitas, frekuensi 8. Berikan analgetik untuk ulang) dan tanda nyeri) mengurangi nyeri : ……... autonom (seperti - Menyatakan rasa nyaman 9. Tingkatkan istirahat - Respon diaphoresis, perubahan tekanan setelah nyeri berkurang 10. Berikan informasi tentang nyeri darah, perubahan nafas, nadi dan - Tanda vital dalam rentang seperti penyebab nyeri, berapa dilatasi pupil) normal lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari - Perubahan autonomik dalam tonus - Tidak mengalami gangguan otot (mungkin dalam rentang dari tidur prosedur lemah ke kaku) 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik - Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah, merintih, menangis, pertama kali waspada, iritabel, nafas panjang / berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum 2. Perfusi jaringan cerebral tidak NOC : NIC : efektif b/d gangguan afinitas Hb - Circulation status 1. Monitor TTV oksigen, penurunan konsentrasi - Neurologic status 2. Monitor AGD, ukuran pupil, Hb, Hipervolemia, - Tissue Prefusion : cerebral ketajaman, kesimetrisan dan reaksi Hipoventilasi, gangguan Setelah dilakukan asuhan 3. Monitor adanya diplopia, transport O2, gangguan aliran selama……… ketidakefektifan pandangan kabur, nyeri kepala arteri dan vena perfusi jaringan cerebral teratasi 4. Monitor level kebingungan dan dengan kriteria hasil : orientasi DO 5. Monitor tonus otot pergerakan - Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang 6. Monitor tekanan intrkranial dan - Gangguan status mental diharapkan respon nerologis - Perubahan perilaku 7. Catat perubahan pasien dalam - Tidak ada ortostatikhipertensi - Perubahan respon motorik merespon stimulus - Komuni kasi jelas - Perubahan reaksi pupil Menunjukkan konsentrasi dan 8. Monitor status cairan - Kesulitan menelan orientasi 9. Pertahankan parameter atau paralisis - Kelemahan Pupil seimbang dan reaktif hemodinamik ekstrermitas 10. Tinggikan kepala 0-45o tergantung - Bebas dari aktivitas kejang - Abnormalitas bicara pada konsisi pasien dan order - Tidak mengalami medis 3. Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, - Pain Level, 12. Lakukan pengkajian nyeri secara
5
psikologis), kerusakan jaringan DS: - Laporan secara verbal
DO: - Posisi untuk menahan nyeri - Tingkah laku berhati-hati - Gangguan tidur (mata sayu, tampak
- Pain control, - Comfort level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) bahwa nyeri - Melaporkan berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri mengenali nyeri - Mampu (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang - Tanda vital dalam rentang normal - Tidak mengalami gangguan tidur.
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 13. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 14. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 15. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 16. Kurangi faktor presipitasi nyeri 17. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 18. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat / dingin 19. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri : ……... 20. Tingkatkan istirahat 21. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 22. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) - Terfokus pada diri sendiri menyempit (penurunan - Fokus persepsi waktu, proses berpikir, - kerusakan penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) - Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan / atau aktivitas, aktivitas berulangulang) autonom (seperti - Respon diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomik dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang / berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum 4. Defisit Volume Cairan NOC: NIC : Berhubungan dengan : - Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat - Kehilangan volume cairan secara - Hydration aktif - Nutritional Status : Food and 2. Monitor status hidrasi (kelembaban Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat, - Kegagalan mekanisme pengaturan Setelah dilakukan tindakan tekanan darah ortostatik), jika DS : keperawatan selama….. defisit diperlukan volume cairan teratasi dengan 3. Monitor hasil lab yang sesuai - Haus kriteria hasil: dengan retensi cairan (BUN , Hmt , DO: osmolalitas urin, albumin, total - Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, protein) - Penurunan turgor kulit / lidah BJ urine normal, 4. Monitor vital sign setiap 15 menit – - Membran mukosa / kulit kering Tekanan darah, nadi, suhu 1 jam denyut nadi, - Peningkatan tubuh dalam batas normal 5. Kolaborasi pemberian cairan IV penurunan tekanan darah, Tidak ada tanda tanda 6. Monitor status nutrisi penurunan volume / tekanan nadi dehidrasi, Elastisitas turgor 7. Berikan cairan oral - Pengisian vena menurun kulit baik, membran mukosa 8. Berikan penggantian nasogatrik - Perubahan status mental lembab, tidak ada rasa haus sesuai output (50 – 100cc/jam) - Konsentrasi urine meningkat yang berlebihan 9. Dorong keluarga untuk membantu - Temperatur tubuh meningkat pasien makan - Orientasi terhadap waktu dan - Kehilangan berat badan secara tibatempat baik Kolaborasi dokter jika tanda cairan 10. tiba berlebih muncul meburuk. - Jumlah dan iramapernapasan - Penurunan urine output dalam batas normal Atur kemungkinan tranfusi 11. - HMT meningkat - Elektrolit, Hb, Hmt dalam 12. Persiapan untuk tranfusi - Kelemahan batas normal 13. Pasang kateter jika perlu
6
- pH urin dalam batas normal - Intake oral dan intravena
14. Monitor intake dan urin output
setiap 8 jam.
adekuat 5. Risiko infeksi Faktor-faktor risiko NOC : NIC : : - Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif - Prosedur Infasif - Knowledge : Infection control 2. Batasi pengunjung bila perlu jaringan dan - Risk control - Kerusakan 3. Cuci tangan setiap sebelum dan peningkatan paparan lingkungan Setelah dilakukan tindakan sesudah tindakan keperawatan keperawatan selama…… pasien 4. Gunakan baju, sarung tangan - Malnutrisi sebagai alat pelindung - Peningkatan paparan lingkungan tidak mengalami infeksi dengan patogen kriteria hasil: 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum - Imonusupresi - Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi - Tidak adekuat pertahanan sekunder 6. Gunakan kateter intermiten untuk (penurunan Hb, Leukopenia, - Menunjukkan kemampuan menurunkan infeksi kandung penekanan respon inflamasi) untuk mencegah timbulnya kencing infeksi - Penyakit kronik 7. Tingkatkan intake nutrisi terapi antibiotik : - Malnutrisi - Jumlah leukosit dalam batas 8. Berikan Pertahan primer tidak adekuat normal ................................. (kerusakan kulit, trauma jaringan, - Menunjukkan perilaku hidup 9. Monitor tanda dan gejala infeksi gangguan peristaltik) sehat sistemik dan lokal - Status imun, gastrointestinal, 10. Pertahankan teknik isolasi k/p genitourinaria dalam batas 11. Inspeksi kulit dan membran normal mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase 12. Monitor adanya luka 13. Dorong masukan cairan 14. Dorong istirahat 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
7
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.
Marilynn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedomanu nt uk p e r e nc a n aa n da n pe ndo ku me nt asi a n pa s i en , ed .3. EGC:Jakarta.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 3 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2002.
Panduan Penulisan Dx Kep NANDA, NOC,NIC – UAP-2015
http://www.scribd.com/doc/47720693/Cedera-Kepala
http://ilmukebidanan.wordpress.com/tag/kesehatan/
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/cedera-kepala-head-injury/
http://www.darplastic.com/umum/bagian-ketiga.html
8
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “M” DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN (TRAUMA KAPITIS) DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS WARA SELATAN KOTA PALOPO
A. Pengkajian
1. Identitas Klien Nama
: Tn. M
Unmur
: 56 Tahun
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku
: Luwu
Agama
: Islam
Status
: Kawin
Alamat
: Padang Sappa
2. Pegkajian Awal Keperawatan Ruang Rawat
: Ruang Perawatan PKM Warsel
NRM
: 163
Tgl / Jam Masuk
: 12 – 3 – 2014 / 14.00 wita
Tgl / Jam Pengkajian
: 12 – 3 – 2014 / 14.15 wita
Diagnosa Masuk
: Trauma Capitis
Cara Masuk
: Memakai kursi roda
Kiriman dari Poliklinik
:-
Pindahan dari
:-
Perawat / Tim Yang Bertanggung Jawab : Arman, S.Kep 3. Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama
: Nyeri daerah kepala dan kelopak mata kanan
Keluhan saat ini
: Nyeri daerah kepala dan kelopak mata kanan mual dan muntah jika pasien bangun.
Klien mengatakan tidak pernah diopname di RS atau Puskesmas dan tidak pernah mendapat pengobatan sebelumnya. BB sebelum sakit
: 55 Kg
9
Klien Tidak pernah di operasi. 4. Keadaan Umum Kesadaran
: Compos mentis
5. Kebutuhan Dasar a. Rasa nyaman nyeri Suhu
: 36,5º C
Skala nyeri
: Sedang
Lokasi nyeri
: Kepala dan kelopak mata kanan
Frekuensi nyeri
: Hilang timbul, durasi 1 – 2 menit
Tanda objektif
: Klien mengerutkan muka
Respon emosional
: Baik
Cara mengatasi nyeri : Penyempitan fokus
:-
Masalah keperawatan : Nyeri b. Nutrisi Tinggi badan
: 163 cm
Berat Badan : 55 Kg
Kebiasaan makan
: 3x sehari dan teratur.
Keluhan saat ini
: Mual, muntah
Masalah keperawatan : c. Kebersihan perorangan Kebiasaan mandi
: 2 x sehari
Cuci rambut
: 1 x seminggu
Kebiasaan gosok gigi : 3 x sehari Kebersihan badan
: Bersih
Kebersihan rmabut
: Bersih
Keadaan kulit kepala
: Bersih
Keadaan gigi & mulut : Bersih Keadaan kuku
: Pendek
Keadaan vulva
: Tidak dikaji
Masalah keperawatan : -
d. Cairan Kebiasaan minum
: ±2.000 cc/hari
10
Jenis
: Air putih
Turgor kulit
: Elastis
Mukosa mulut
: Kering
Punggung kuku
: Normal , warna merah muda, pengisian kapiler normal.
Mata cekung
: Tidak
Konjungtiva
: Nampak pucat
Edema
: Tidak
Distensi vena jugularis : Tidak Asites
: Tidak
Minum per NGT
: Tidak
Terpasang infus
: RL 28 tts/menit tgl 12-4-2014 pada lengan kanan dan kiri klien.
Masalah keperawatan : Penurunan volume cairan
e. Aktifitas dan Latihan Aktifitas waktu luang : Ke kebun Aktifitas / hobby
: Nonton
Kekuatan otot
: Lemah
Tonus otot
: Lemah
Postur
: Tegak
Tremor
:-
Keluhan saat ini, gerak terbatas : Ya yaitu nyeri sendi bagian lengan dan kaki. Pelaksanaan aktifitas
: Total
Jenis aktifitas yang perlu dibantu : Semua aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat karena pasien bedrest total, jika klien bangun langsung merasa mual dan muntah. Masalah keperawatan : Gangguan mobilitas fisik.
f.
Eliminasi Kebiasaan BAB
: 1x sehari
Menggunakan laxan
: Tidak
BAK : 4-5 kali sehari
Menggunakan diuretik : Tidak Keluhan BAK saat ini : Retensi urine Terpasang kateter urine mulai tanggal 12 – 2 – 2014. Keluhan BAB saat ini : Masalah keperawatan : -
g. Oksigenasi
11
Nadi
: 96x/menit
Pernapasan : 24x/menit
TD
: 140/90 mmHg Bunyi nafas : Normal
Respirasi
: Tidak ada kelainan
Sirkulasi oksigenasi
: Tidak ada kelainan
Dada
: Tidak ada kelainan
Masalah keperawatan : -
h. Tidur dan Istirahat Kebiasaan tidur
: Malam dan siang
Lama tidur
: Malam : ±6 jam
Siang : ± 1-2 jam
Tidak ada kesulitan tidur. Masalah keperawatan : -
i.
Pencegahan Terhadap Bahaya Refleks
: Tidak ada kelainan
Pengelihatan
: Tidak ada kelainan
Pendengaran
: Tidak ada kelainan
Penciuman
: Tidak ada kelainan
Perabaan
: Tidak ada kelainan
Masalah keperawatan : -
j. Neurosensori Rasa inigin pingsan
: Tidak
Stroke (gejala sisa)
: Tidak ada
Kejang
: Tidak
Status mental
: Terorientasi
Kesadaran
: Kooperatif
Kaca mata
: Tidak
Alat bantu dengar
: Tidak
Facial drop
: Tidak
Genggaman tangan
: Baik
Koordinasi
: Baik
Lensa : Tidak
Refleks patella : Normal
Refleks tendon dalam bisep / trisep : Normal Kernig sign
: Tidak
Babinski
: Tidak
Chaddock
: Tidak
Brudinsky
: Tidak
Masalah keperawatan : -
12
k. Seksualitas Tidak dikaji l.
Keseimbangan dan Peningkatan Hubungan Psiko serta Interaksi Sosial Lama perkawinan
: Tidak dikaji
Masalah-masalah stres : Cara mengatasi stres
:-
Peran dalam struktur keluarga : Sebagai kepala RT Masalah yang berhubungan dengan penyakit / kondisi : Sosiologi
: Tidak ada kelainan
Perubahan bicara
:-
Komunikasi nerbal / non verbal dengan keluarga / orang lain : Baik Spiritual
:-
Kegiatan keagamaan
: Sesuai dengan ajaran agama Islam
Masalah keperawatan : -
6. Obat-obatan : 1) Ranitidin Injeksi 1 amp/8 jam/iv 2) Ketorolac Injeksi 1 amp/8jam/iv 3) Vit. K Injeksi 1 amp/drips 4) Piracetam 3 gram Injeksi 1 amp/8 jam/iv 5) Cefotaxim Injeksi 1 gram/12 jam/iv 6) Asam traxenamat Injeksi 1 amp/8 jam/iv
B. Data Genogram X
80
53
50
X
X
38
46
13
34
50
56
27
24
20
17
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan X
: Meninggal : Klien : Garis keturunan : Tinggal serumah
G1
: Generasi 1, orang tua klien laki sudah meninggal dan perempuan masih Hidup.
G2
: Klien, merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.
G3
: Anak klien 4 orang, 3 orang yang tinggal serumah dengan klien, anak Pertama laki-laki sudah menikah dan mempunyai rumah sendiri.
C. Tabulasi Data
1.
Klien mengatakan nyeri di kepala
2.
Klien mengatakan mual
3.
KU lemah
4. Nampak ada luka di kepala 5.
Klien mengatakan aktifitas dibantu dengan keluarga dan perawat
14
6.
Ekspresi wajah nampak meringis
7.
Klien nampak mual
8.
Klien nampak muntah
9.
Klien mengatakan muntah
10. Klien nampak bedrest total 11. Klien mengatakan bengkak pada kelopak mata kanan 12. Nampak hematom pada kelopak mata kanan 13. Klien mengatakan nyeri pada kelopak mata kanan 14. Terpasang infus RL pada kedua lengan klien 15. Konjungtiva nampak pucat 16. Mukosa mulut nampak kering 17. Nampak terpasang kateter urine 18. TTV :
T = 140/90 mmHg N = 96x/menit S = 36,5º C N = 24x/menit
D. Klasifikasi Data
Data Subjektif :
1.
Klien mengatakan nyeri di kepala
2.
Klien mengatakan mual
3.
Klien mengatakan aktifitas dibantu dengan keluarga dan perawat
4.
Klien mengatakan muntah
5.
Klien mengatakan bengkak pada kelopak mata kanan
15
6.
Klien mengatakan nyeri pada kelopak mata kanan
Data Objektif :
1.
KU lemah
2. Nampak ada luka di kepala 3.
Ekspresi wajah nampak meringis
4.
Klien nampak mual
5.
Klien nampak muntah
6.
Klien nampak bedrest total
7. Nampak hematom pada kelopak mata kanan 8. Nampak terpasang infus RL pada kedua lengan klien 9.
Konjungtiva nampak pucat
10. Mukosa mulut nampak kering 11. Nampak terpasang kateter urine 12. TTV :
T = 140/90 mmHg N = 96x/menit S = 36,5º C N = 24x/menit
E. Analisa Data
No 1
Data
Etiologi Trauma kepala
DS : -
Klien mengatakan nyeri di kepala.
-
Klien
bengkak
pada kelopak mata kanan -
nyeri nyeri. Edeme pada cerebri
mengatakan
TIK Meningkat
Klien mengatakan nyeri pada kelopak mata kanan
Masalah Gangguan rasa
Nyeri kepala
16
DO : -
Nampak ada luka di kepala Ekspresi
wajah
Nyeri akut
nampak
meringis -
Nampak
hematom
pada
kelopak mata kanan -
TTV : T = 140/90 mmHg N = 96x/menit S = 36,5º C N = 24x/menit
2
DS :
Trauma terbuka
-
Klien mengatakan mual
-
Klien mengatakan mntah
Defisit
volume
cairan Perdarahan
elektrolit.
DO : -
Klien nampak mual
-
Klien nampak muntah
-
Defisit volume cairan dan elektrolit
Nampak terpasang infus RL pada kedua lengan klien
-
Konjungtiva nampak pucat
-
Mukosa mulut nampak kering
-
Nampak
terpasang
kateter
urine 3
DS : -
Trauma terbuka
Klien mengatakan nyeri di
pada kepala
kepala. -
Klien
mengatakan
bengkak
Jalan masuk kuman
pada kelopak mata kanan -
Klien mengatakan nyeri pada
Resiko infeksi
kelopak mata kanan DO : -
Nampak ada luka di kepala Ekspresi
wajah
nampak
17
Resiko infeksi
dan
meringis -
Nampak
hematom
pada
kelopak mata kanan -
TTV : T = 140/90 mmHg N = 96x/menit S = 36,5º C N = 24x/menit
F. Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan intra kranial 2. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan 3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan saraf motorik 4. Resiko infeksi b/d trauma terbuka pada kepala
18
G. Intervensi Keperawatan
Nama Klien : Tn. M
Dx Medik : Trauma Capitis
Umur
NRM
Tanggal 12-2-2014
: 56 Tahun NDX Tujuan Rasa nyeri 1 berkurang
: 163
Ruangan : Perawatan
Intervensi 1.
setelah
Teliti
keluhan
catat
dilakukan tindakan
Rasional nyeri,
1.
intensitasnya,
nyeri
lokasinya dan lamanya.
merupakan
faktor
yang
penting untuk menentukan terapi yang cocok serta mengevaluasi
selama 2 x 24 jam
keefektifan dari terapi.
kriteria
2.
Kaji TTV
2.
hasil : -
-
Pasien
intervensi
3.
Catat
kemungkinan
3.
Pemahaman
terhadap
penyakit
mengatakan
patofisiologi yang khas,
yang
nyeri
misalnya adanya infeksi,
dalam memilih intervensi yang
berkurang.
trauma servikal.
sesuai.
Pasien
skala
4.
Ajarkan relaksasi serta
4.
napas dalam.
5.
Berikan
posisi
5.
Mencegah terjadinya TIK
dingin
6.
Meningkatkan
datar tanpa bantal. 6.
7.
tindakan
dilakukan
Diharapkan dapat terjadi relaksasi
tidur
Beri
kompres
pada daerah hematom.
Setelah
membantu
kejaringan terpenuhi
Ekspresi wajah klien rileks.
mendasarinya
pada otot-otot sehingga suplay O 2
nyeri
pada angka 3. -
Memudahkan selanjutnya.
menunjukan
2
karakteristik
keperawatan
dengan
12-2-2014
engidentifikasi
1.
Kolaborasi
dengan
rasa
nyaman
dengan menurunkan vasodilatasi. 7.
Analgetik
berfungsi
memblok
dokter untuk pemberian
reseptor nyeri sehingga nyeri tidak
analgetik.
dipersepsikan secara berlebihan.
Kaji
tanda
klinis
1. Deteksi dini dan intervensi dapat
dehidrasi atau kelebihan
mencegah kekurangan / kelebihan
19
keperawatan
cairan.
selama 2 x 24 jam defisit
2.
volume
fluktuasi keseimbangan cairan.
Catat
masukan
dan
dapat
hitung
menunjukan terjadinya dehidrasi
cairan dan elektrolit
keseimbangan
cairan,
dan
dapat
teratasi
ukur berat jenis urine.
dengan
kriteria
-
3.
Menunjukan 4.
pada
Lakukan hecting pada daerah luka terbuka.
lembab,
tanda
5.
normal,
haluaran
dan
bebas oedema.
Kolaborasi dokter
urine
adekuat
dapat
melakukan
setelah
fisik mendapat
perawatan
dengan
kriteria hasil : -
Tidak
dengan pemasangan
6.
Kolaborasi
-
intervensi
selanjutnya.
4. Untuk
mencegah
kehilangan
5. Untuk mengembalikan kehilangan cairan akibat perdarahan dikepala.
dokter
pemasangan
urine dan keseimbangan cairan dan
1. Kaji
elektrolit.
kemampuan
fisik
1. Mengidentifikasi
kemungkinan
mengidentifikasi
kerusakan secara fungsional dan
otot
mempengaruhi pilihan intervensi
kekuatan kelemahan
/
anggota
yang akan dilakukan.
gerak.
mobilisasi.
2. Memudahkan
intevensi
selanjutnya. 3. Mempertahankan
latihan gerak aktif atau
fungsi
peningkatan
pasif
semua
extremitas
ekstremitas
untuk
terjadinya vena yang statis.
meminimalkan
atrofi
dan
fungsi
bagian
tubuh
yang
otot,
pada
/ dan
posisi
dan
normal
menurunkan
meningkatkan
sakit.
sirkulasi,
Mampu
mencegah kontraktur.
mendemonstras
sendi
mobilitas
Ada
kekuatan
-
menentukan
6. Untuk mengetahui jumlah haluaran
3. Bantu pasien melakukan
kontraktur
3. Untuk
dengan
2. Kaji tingkat kemampuan
adanya
adalah
infus.
untuk
mobilitas
urine
cairan akibat perdarahan dikepala.
kateter. Pasien
jenis
kepala.
mukosa
vital
terbuka
berat
indikator hidrasi dan fungsi renal.
Catat perdarahan akibat trauma
membran
3
urinarius
haluaran,
hasil :
12-2-2014
2. Kehilangan
membantu
4. Atur posisi pasien setiap
4. Perubahan
posisi
yang
teratur
2 jam untuk mengurangi
menyebabkan penyebaran terhadap
yang
penekanan pada bagian
berat
memungkinkan
tubuh tertentu
serkulasi pada seluruh tubuh, jika
ikan
aktivitas
badan
dan
meningkatkan
di ubah posisinya secara teratur
dilakukannya
dan posisi daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat terbatas
20
5. Berikan perawatan kulit, massage agar
dan
alat
menjaga
tenun
tetap
5. Meningkatkan
sirkulasi
dan
elastisitas kulit dan menurunkan resiko terjadinya infeksi.
kering dan bersih.
12-2-2014
4
Tidak
terjadi
infeksi
setelah
aseptik dan antiseptik,
dilakukan tindakan
pertahankan teknik cuci
keperawatan
tangan yang baik.
selama 2 x 24 jam dengan
1.
2.
kriteria
-
perawatan
Observasi daerah kulit yang
hasil : -
Berikan
mengalami
1. Cara pertama untuk menghindari infeksi nasokomial.
2. Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan
kerusakan, daerah yang
tindakan
terpasang
alat
pencegahan terhadap komplikasi
tanda infeksi
catat
karakteristik
Mencapai
drainase
penyembuhan
inflamasi.
Bebas
luka
tanda-
tepat
3.
waktu
dan
invasi,
infeksi
segera
dan
selanjutnya.
adanya
Batasi pengunjung yang dapat
dengan
menularkan atau
pengunjung
3. Menurunkan pemajanan terhadap pembawa kuman infeksi.
cegah yang
mengalami
infeksi
saluran nafas atas. 4.
Kolaborasi
pemberian
atibiotik sesuai indikasi.
4. Terapi profilaktif di gunakan pada pasien yang mengalami trauma (perlukaan) atau setelah di lakukan pembedahan untuk resiko nosokomial
21
terjadinya
menurunkan infeksi
H. Implementasi dan Perkembangan
Nama Klien : Tn. M
Dx Medik : Trauma Capitis
Ruangan : Perawatan
Umur
NRM
Tgl : 12 – 3 – 2014
NDX 1
: 56 Tahun Waktu 14.15
: 163
Implementasi 1.
Meneliti
keluhan
intensitasnya,
Evaluasi (SOAP)
nyeri,
catat
lokasinya
dan
S: Klien
-
lamanya. 2.
Mengkaji TTV
14.30
3.
Mencatat
Klien
-
kemungkinan
patofisiologi yang khas, misalnya
14.45
5.
6.
O:
dalam.
-
Memberikan posisi tidur datar tanpa
-
Nampak ada luka di kepala Ekspresi
7.
wajah
nampak
meringis kompres
dingin
pada
Nampak
-
daerah hematom. 15.00
bengkak
kelopak mata kanan
Mengajarkan relaksasi serta napas
Memberi
mengatakan
Klien mengatakan nyeri pada
-
bantal. 14.50
hematom
kelopak mata kanan
Berkolaborasi dengan dokter untuk
TTV :
-
pemberian analgetik.
T = 140/90 mmHg N = 96x/menit S = 36,5º C N = 24x/menit A : Masalah belum teratasi P : Intrvensi 1 - 6 dilanjutkan
2
15.05
15.10
1.
2.
di
pada kelopak mata kanan
adanya infeksi, trauma servikal. 4.
nyeri
kepala
14.20
14.40
mengatakan
Mengkaji tanda klinis dehidrasi atau
S:
kelebihan cairan.
-
Klien mengatakan mua
Mencatat masukan dan haluaran,
-
Klien mengatakan mntah
hitung keseimbangan cairan, ukur
O:
22
pada
berat jenis urine. 15.20
15.25
3.
4.
-
Klien nampak mual
Mencatat perdarahan akibat trauma
-
Klien nampak muntah
terbuka pada kepala.
-
Melakukan hecting pada daerah luka terbuka.
15.35
5.
Berkolaborasi
dengan
dokter
pemasangan infus. 15.40
6.
Berkolaborasi
dokter
pemasangan kateter.
3
15.50
pada kedua lengan klien -
Konjungtiva nampak pucat
-
Mukosa mulut nampak kering
-
dengan
Nampak terpasang infus RL
Nampak terpasang kateter urine
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan
1. Mengkaji kemampuan fisik untuk mengidentifikasi kekuatan otot /
S: Klien
-
kelemahan anggota gerak. 16.00
2. Mengkaji
16.10
tingkat
mengatakan
aktifitas
dibantu dengan keluarga dan
kemampuan
mobilisasi.
perawat O:
3. Membantu pasien melakukan latihan
-
KU lemah
gerak aktif atau pasif pada semua
-
Klien nampak bedrest total
ekstremitas
-
untuk
meminimalkan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, 16.20
membantu mencegah kontraktur. 4. Mengatur posisi pasien setiap 2 jam untuk mengurangi penekanan pada
16.30
Nampak terpasang infus RL pada kedua lengan klien
-
Nampak terpasang kateter urine
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1-3 dilanjutkan
bagian tubuh tertentu 5. Memberikan
perawatan
kulit,
massage dan menjaga agar alat tenun tetap kering dan bersih.
4
16.40
1.
Memberikan perawatan aseptik dan
S:
antiseptik, pertahankan teknik cuci
-
tangan yang baik. 16.50
2.
-
mengalami kerusakan, daerah yang alat
3.
invasi,
catat
-
inflamasi.
O:
Membatasi pengunjung yang dapat
-
menularkan
-
infeksi
atau
cegah
saluran nafas atas. 4.
di
sesuai indikasi.
mengatakan
Klien mengatakan nyeri pada
Nampak ada luka di kepala Ekspresi
wajah
Nampak
hematom
kelopak mata kanan A : Masalah belum teratsi
23
bengkak
nampak
meringis -
Berkolaborasi pemberian atibiotik
Klien
kelopak mata kanan
pengunjung yang mengalami infeksi
18.10
nyeri
pada kelopak mata kanan
karakteristik drainase dan adanya
17.00
mengatakan
kepala.
Mengobservasi daerah kulit yang
terpasang
Klien
pada
P : Intervensi 1-3 dilanjutkan
Implementasi dan Perkembangan
Nama Klien : Tn. M
Dx Medik : Trauma Capitis
Ruangan : Perawatan
Umur
NRM
Tgl : 13 – 3 – 2014
NDX 1
: 56 Tahun Waktu 14.05
: 163
Implementasi 1.
Meneliti
keluhan
intensitasnya,
Evaluasi (SOAP)
nyeri,
catat
lokasinya
dan
S: Klien
-
lamanya. 2.
Mengkaji TTV
14.30
3.
Mencatat
Klien
-
kemungkinan
patofisiologi yang khas, misalnya
14.50
5.
6.
bengkak
kelopak mata kanan
Mengajarkan relaksasi serta napas
O:
dalam.
-
Memberikan posisi tidur datar tanpa
-
Memberi
mengatakan
Klien mengatakan nyeri pada
-
Nampak ada luka di kepala Ekspresi
bantal. 16.00
wajah
nampak
meringis kompres
dingin
pada
Nampak
-
daerah hematom.
hematom
kelopak mata kanan TTV :
-
T = 120/90 mmHg N = 96x/menit S = 36,4º C N = 24x/menit A : Masalah belum teratasi P : Intrvensi 1 - 6 dilanjutkan
2
16.15
16.30
1.
2.
di
pada kelopak mata kanan
adanya infeksi, trauma servikal. 4.
nyeri
kepala
14.15
14.40
mengatakan
Mengkaji tanda klinis dehidrasi atau
S:
kelebihan cairan.
-
Klien mengatakan mua
Mencatat masukan dan haluaran,
-
Klien mengatakan mntah
hitung keseimbangan cairan, ukur
O:
berat jenis urine.
-
24
Klien nampak mual
pada
Klien nampak muntah
-
Nampak terpasang infus RL pada kedua lengan klien
-
Konjungtiva nampak pucat
-
Mukosa mulut nampak kering
-
Nampak terpasang kateter urine
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1 dan 2 dilanjutkan
3
16.45
1. Mengkaji kemampuan fisik untuk mengidentifikasi kekuatan otot /
S: Klien
-
kelemahan anggota gerak. 17.00
2. Mengkaji
17.15
tingkat
mengatakan
aktifitas
dibantu dengan keluarga dan
kemampuan
mobilisasi.
perawat O:
3. Membantu pasien melakukan latihan
-
KU lemah
gerak aktif atau pasif pada semua
-
Klien nampak bedrest total
ekstremitas
-
untuk
meminimalkan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
Nampak terpasang infus RL pada kedua lengan klien
-
Nampak terpasang kateter urine
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1-3 dilanjutkan
4
17.30
1.
Memberikan perawatan aseptik dan
S:
antiseptik, pertahankan teknik cuci
-
tangan yang baik. 17.45
2.
-
mengalami kerusakan, daerah yang alat
3.
nyeri
di
invasi,
catat
-
O:
Membatasi pengunjung yang dapat
-
menularkan
-
atau
cegah
pengunjung yang mengalami infeksi saluran nafas atas.
mengatakan
bengkak
Klien mengatakan nyeri pada kelopak mata kanan
inflamasi.
infeksi
Klien
pada kelopak mata kanan
karakteristik drainase dan adanya
18.00
mengatakan
kepala.
Mengobservasi daerah kulit yang
terpasang
Klien
Nampak ada luka di kepala Ekspresi
wajah
nampak
meringis -
Nampak
hematom
pada
kelopak mata kanan A : Masalah belum teratsi P : Intervensi 1-3 dilanjutkan
Implementasi dan Perkembangan hari ketiga tidak dilakukan karena keluarga pasien minta pasien durujuk.
25
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma Capitis (Cedera Kepala) adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi
fisik,
kognitif,
psikososial,
bersifat
temporer
atau
permanen
(www.yayanakhyar.com.nr/2009). Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel – sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan tubuh, sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metababolik. Dalam keadaan normal Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 50 – 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas atypical myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru. Perubahan otonim pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi.
26
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
B. Saran
Sebaiknya kita harus melindungi kepala dari ancaman bahaya seperti kecelakaan, karena bila kepala kita sudah mengalami cedera maka, hal tersebut dapat mengakibatkan fatal bahkan dapat menyebabkan kematian.
27
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.
Marilynn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedomanu nt uk p e r e nc a n aa n da n pe ndo ku me nt asi a n pa s i en , ed .3. EGC:Jakarta.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 3 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2002.
http://www.scribd.com/doc/47720693/Cedera-Kepala
http://ilmukebidanan.wordpress.com/tag/kesehatan/
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/04/25/cedera-kepala-head-injury/
http://www.darplastic.com/umum/bagian-ketiga.html
28