LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ANAK DENGAN DIARE DI RUANG AMARILIS 2 RSUD TUGUREJO SEMARANG
DISUSUN OLEH : ONNY WULANDARI NIM : P.1337420917018
PRODI PROFESI NERS POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2017
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE
A. DEFINISI
Diare merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami defekasi berupa feses cair atau feses tidak berbentuk dalam frekuensi frekuensi yang sering (Lynda Juall, 2012). Diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk (NANDA, 2012). 2012). Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan situasi dimana seorang individu mengalami sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas kemudian defekasi berupa feses yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta dikeluarkan secara terus- menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Diare dibagi menjadi dua yaitu: 1. Diare Akut Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas defekasi. 2. Diare Kronis Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu
B. ETIOLOGI
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mar y E. Muscari, 2005). 1. Diare Akut Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun adanya infeksi. a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat diberikan terapi antibiotik. b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang paling sering. c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini: a. Sindrom malabsorpsi b. Defek anatomis c. Reaksi alergik d. Intoleransi laktosa e. Respons inflamasi f. Imunodefisiensi g. Gangguan motilitas h. Gangguan endokrin i.
Parasit
j.
Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi, penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005) 1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa. 2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus yang lebih kecil. 3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh gangguan malabsorpsi. Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin, 2007).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut - Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset. - Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut. - Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut. - Demam. 2. Diare kronik -
Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
-
Penurunan BB dan nafsu makan.
-
Demam indikasi terjadi infeksi.
-
Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah Bentuk klinis diare Diagnose
Diare cair akut
Didasarkan Pada Keadaan
a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari b. Tidak mengandung darah
Kolera
a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB kolera, atau c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01 atau 0139
Disentri
a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten
a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk Diare terkait antibiotika
a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated Diarrhea) Invaginasi
a. Dominan darah dan lender dalam tinja b. Massa intra abdominal (abdominal mass) c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare Klasifikasi
Dehidrasi berat
Tanda-tanda atau gejala
Pengobatan
Terdapat 2 atau lebih tanda:
Beri
cairan
untuk
a. Letargis/tidak sadar
dengan dehidrasi berat
diare
b. Mata cekung c. Tidak bisa minum atau malas minum d. Cubitan perut kembali sangat lambat (≥ 2 detik) Dehidrasi ringan Terdapat 2 atau lebih tanda: atau sedang
a. Beri anak dengan cairan
a. Rewel gelisah
dengan makanan untuk
b. Mata cekung
dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus
b. Setelah
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat
nasehati
rehidrasi, ibu
untuk
penangan dirumah dan kapan kembali segera Tanpa dehidrasi
Tidak
terdapat
cukup
tanda
untuk
a. Beri cairan dan makanan
diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan
untuk menangani diare
atau berat
dirumah b. Nasehati
ibu
kapan
kembali segera c. Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan: -
Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
-
Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan
berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja. -
Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas diagnosis klinis yang paling mungkin: -
Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
-
Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan giardiasis.
-
Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
-
Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras, sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dan/atau CT pankreas.
-
Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit seliaka dan giardiasis.
-
Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah lebih menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
-
Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
-
Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn atau bahkan struktur usus halus.
-
Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
-
Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut: a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat perjalanan ke luar negeri. b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium difficile). c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
F. PATHWAY
Pathway diare Infeksi
Makanan
Psikologi
Berkembang di usus
Toksik tidak dapat diserap
Ansietas
Hipersekresi air & elektrolit
Hiperperistaltik
Isi usus Penyerapan makanan di usus
Diare
Frekuensi BAB
Distensi abdomen
Mual muntah Hilang cairan & elektrolit berlebihan Nafsu makan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kerusakan integritas kulit
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Kekurangan volume cairan
Resiko syok (hipovolemik)
(Nurarif, Amin & Kusuma, H., 2013)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2000). 1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit. 2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber noninfeksius. 3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare memburuk. 4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda atau lansia. Penatalaksanaan diare akut pada anak: 1.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: a. Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak
di
pasaran
meskipun
jumlah
kaliumnya
rendah
bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. b. Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus: BJ Plasma – 1,025 x BB x 4 ml 0,001
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni: -
Diare ringan, kebutuhan cairan
= 5% x kg BB
-
Diare sedang, kebutuhan cairan
= 8% x kg BB
-
Diare ringan, kebutuhan cairan
= 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur Total BB (kg)
Umur
PWL
NWL
CWL
Kehilangan Cairan
<3
< 1 bln
150
125
25
300
3-10
1 bln-2 thn
125
100
25
250
10-15
2-5 thn
100
080
25
205
15-25
5-10 thn
080
025
25
130
Sumber: Ngastiyah (1997) Keterangan: PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah. NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus menerus. 1)
Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2)
Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: -
Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg : 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.
-
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg : 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
-
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg : 2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
-
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg : Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %. Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts). -
Untuk bayi berat badan lahir rendah Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %).
2.
Dietetik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan: -
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
-
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
-
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien. Kebutuhan kalori a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10) e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20) Kebutuhan Asam amino a. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB Kebutuhan Mikronutrien a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe , tepung beras,
margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk disajikan.
3.
Obat-obatan Tabel anti diare(Kee, 1996) Pemakaian dan Obat
Dosis
pertimbangan
Opiat
Tingfur opium
TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10
Untuk
diare
akut
dan
tts, q.i.d. dicampur dengan air
nonspesifik. Obat golongan II
Camphorated: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Paregorik
D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari
Untuk diare. Obat golongan
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/
III
hari Kodein Agen-agen
D: PO: 15-30 mg, q.i.d.
Untuk diare
opiat
related
Difenoksilat
dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d.
atropin (Lomotil)
Untuk diare akut, nonspesifik. Obat golongan V.
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg,
Dosis untuk anak bervariasi
setiap hari dalam dosis terbagi sesuai dengan umur. 4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap hari Loperamid (Imodium)
D: PO: M: 4 mg, kemudian 2
Untuk
diare.
mg setelah buang air cair.
terbaru. Kategori kehamilan
Tidak melebihi 16 mg/ hari.
B. Tidak mempengaruhi SSP.
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis
Kurang
dapat diulangi, tidak melebihi
mencapai sirkulasi sistemik.
dari
Obat
1%
bebas
yang
4 mg/ hari Adsorben
Kaolin-Pektin
Sesuai dengan label
Untuk
diare.
Diberikan
(Kaopectate)
setelah setiap kali buang air cair. Obat bebas.
Garam-garam
bismut Sesuai dengan label
(Pepto-Bismol)
Untuk
diare,
gangguan
lambung. Dalam bentuk cair atau tablet.
Kombinasi
Difenoksilat
dengan Lihat agen-agen opiat related
Lihat agen-agen opiat related
Sesuai dengan label
Mengandung paregorik dan
atropin (Lomotil) Parepektolin
kaopecatate Donnagel
D: PO: M: 30 mg, kemudian
Mengandung
15-30 mg setelah setiap kali
kaopectate
atropin
dan
buang air cair A: PO: 5-10 mg setelah setiap kali buang air cair Donnagel P-G
D: PO: 15 mg, setiap 3 jam
Mengandung opium, atropin, dan kaopectate
Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR: tingtur; >: lebih dari; tts: tetes.
H. ANALISA DATA No.
Data Fokus
Batasan karakteristik : 1.
-
Ada dorongan untuk defekasi
-
Bising usus hiperaktif
-
Defekasi feses cair >3 dalam
Masalah Keperawatan
Diare
Diagnosa Keperawatan
Etiologi
Malabsorbsi
Diare berhubungan dengan malabsorbsi (00013)
24 jam -
2.
3.
Kram Nyeri abdomen
Batasan karakteristik : -
Perubahan status mental
-
Penurunan tekanan darah
-
Penurunan tekanan nadi
-
Penurunan turgor kulit
-
Peurunan haluaran urine
-
Membran mukosa kering
-
Kulit kering
-
Peningkatan hematokrit
-
Peningkatan suhu tubuh
-
Peningkatan frekuensi nadi
-
Peningkatan konsentrasi urine
-
Penurunan berat badan
-
Haus
-
Kelemahan
Resiko kekurangan
Resiko kekurangan volume cairan (00028)
volume cairan
Batasan karakteristik :
Ketidakseimbangan
Ketidakmampuan
-
Kram abdomen
nutrisi kurang dari
mencerna makanan
-
Nyeri abdomen
kebutuhan tubuh
-
Menghindari makanan
-
Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
-
Kerapuhan kapiler
-
Diare
-
Kehilangan rambut berlebihan
-
Bising usus hiperaktif
-
Kurang makanan
-
Kurang informasi
Ketidakseimbangan
nutrisi
kebutuhan
berhubungan
tubuh
kurang
dari
dengan
Ketidakmampuan mencerna makanan (00002)
3.
-
Kulit kering
-
Peningkatan hematokrit
-
Peningkatan suhu tubuh
-
Peningkatan frekuensi nadi
-
Peningkatan konsentrasi urine
-
Penurunan berat badan
-
Haus
-
Kelemahan
Batasan karakteristik :
Ketidakseimbangan
Ketidakmampuan
-
Kram abdomen
nutrisi kurang dari
mencerna makanan
-
Nyeri abdomen
kebutuhan tubuh
-
Menghindari makanan
-
Berat badan 20% atau lebih di
Ketidakseimbangan
nutrisi
kebutuhan
berhubungan
tubuh
kurang
Kerapuhan kapiler
-
Diare
-
Kehilangan rambut berlebihan
-
Bising usus hiperaktif
-
Kurang makanan
-
Kurang informasi
-
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
-
Membran mukosa pucat
-
Ketidakmampuan memakan makanan
-
Tonus otot menurun
-
Mengeluh gangguan sensasi rasa
4.
-
Cepat kenyang setelah makan
-
Sariawan rongga mulut
-
Kelemahan otot pengunyah
-
Klemahan otot untuk menelan
Batasan karakteristik : -
Kerusakan lapisan kulit (dermis)
-
Gangguan permukaan kulit (epidermis)
-
Invasi struktur tubuh
Resiko kerusakan integritas kulit
dengan
Ketidakmampuan mencerna makanan (00002)
bawah berat badan ideal -
dari
Kelembapan
Kerusakan integritas kulit (00047)
-
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
-
Membran mukosa pucat
-
Ketidakmampuan memakan makanan
-
Tonus otot menurun
-
Mengeluh gangguan sensasi rasa
4.
-
Cepat kenyang setelah makan
-
Sariawan rongga mulut
-
Kelemahan otot pengunyah
-
Klemahan otot untuk menelan
Batasan karakteristik : -
Kerusakan lapisan kulit
Resiko kerusakan
Kelembapan
Kerusakan integritas kulit (00047)
integritas kulit
(dermis) -
Gangguan permukaan kulit (epidermis)
-
Invasi struktur tubuh
I. RENCANA KEPERAWATAN No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... x 24 jam diharapkan pasien membaik dengan indikator:
malabsorbsi (00013) 1. Pasien BAB 2x sehari dengan konsistensi
lembek 2.Pasien tidak sakit perut mulas-mulas 3.Bising usus pasien 10-15 x/menit 4.Turgor kulit elastic 5.Mukosa bibir lembab 6.Tidak ada nyeri tekan pada abdomen sebelah kanan atas
Intervensi
1. Identifikasi
faktor
menyebabkan
diare
yang (misalnya
medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat slang) 2. Monitor tanda dangejala diare 3. Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja 4. Ukur output (diare) pasien 5. Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara bertahap 6. Anjurkan
pasien
menghindari
makanan pedas dan menimbulkan gas dalam perut 7. Anjurkan
pasien
untuk
menghindari dulu makanan yang mengandung laktosa
I. RENCANA KEPERAWATAN No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan
Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... x 24 jam diharapkan pasien membaik dengan indikator:
malabsorbsi (00013) 1. Pasien BAB 2x sehari dengan konsistensi
lembek 2.Pasien tidak sakit perut mulas-mulas 3.Bising usus pasien 10-15 x/menit 4.Turgor kulit elastic 5.Mukosa bibir lembab 6.Tidak ada nyeri tekan pada abdomen sebelah kanan atas
1. Identifikasi
faktor
menyebabkan
diare
yang (misalnya
medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat slang) 2. Monitor tanda dangejala diare 3. Instruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja 4. Ukur output (diare) pasien 5. Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara bertahap 6. Anjurkan
pasien
menghindari
makanan pedas dan menimbulkan gas dalam perut 7. Anjurkan
pasien
untuk
menghindari dulu makanan yang mengandung laktosa
8. Kolaborasi
pemberian
obat
antidiare secara tepat 9. Konsultasikan dokter jika terjadi peningkatan bising usus serta tanda dan gejala diare menetap
2.
Ketidakseimbangan volume cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Fluide management
(00028).
selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan
1. Timbang popok/pembalut jika
cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil: -
Input dan output cairan elektrolit seimbang.
-
Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.
diperlukan 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan ortostatik), jika diperlukan 4. Monitor vital sign 5. Kolaborasikan cairan IV 6. Monitor status nutrisi 7. Dorong masukan oral 8. Kolaborasi dengan dokter. Hypovolemia Management
8. Kolaborasi
pemberian
obat
antidiare secara tepat 9. Konsultasikan dokter jika terjadi peningkatan bising usus serta tanda dan gejala diare menetap
2.
Ketidakseimbangan volume cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Fluide management
(00028).
selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan
1. Timbang popok/pembalut jika
cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil: -
Input dan output cairan elektrolit seimbang.
-
Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.
diperlukan 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan ortostatik), jika diperlukan 4. Monitor vital sign 5. Kolaborasikan cairan IV 6. Monitor status nutrisi 7. Dorong masukan oral 8. Kolaborasi dengan dokter. Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan 2. Monitor tingkat HB dan hematokrit 3. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan 4. Monitor berat badan 2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Nutrition management
dari kebutuhan tubuh berhubungan
selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan
1. Kaji adanya alergi makanan
dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
makanan (00002).
hasil: -
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
-
Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan intake IV 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Berikan substansi gula 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan 2. Monitor tingkat HB dan hematokrit 3. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan 4. Monitor berat badan 2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Nutrition management
dari kebutuhan tubuh berhubungan
selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan
1. Kaji adanya alergi makanan
dengan Ketidakmampuan mencerna
nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
makanan (00002).
hasil: -
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
-
Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan intake IV 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 5. Berikan substansi gula 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar HT 11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Nutrition Monitoring 1. BB pasien dalam batas normal 2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan 5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 8. Monitor turgor kulit 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah 10. Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar HT 11. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 3.
Resiko kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
(00047)
selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan integritas kulit pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil: -
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
-
Tidak ada luka atau lesi pada kulit
-
Perfusi jaringan baik
-
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidere berulang
-
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Pressure Management: 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali 4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah tertekan 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien 6. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
12. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 3.
Resiko kerusakan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
(00047)
selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan integritas kulit pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil: -
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
-
Tidak ada luka atau lesi pada kulit
-
Perfusi jaringan baik
-
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidere berulang
-
Pressure Management: 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali 4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah tertekan 5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien 6. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth.Jakarta : EGC. Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi 15.Alih Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC. Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.Jakarta: EGC. Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby. Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga. Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC. Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth.Jakarta : EGC. Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi 15.Alih Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC. Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti.Jakarta: EGC. Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby. Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga. Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC. Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina Hany. Jakarta: EGC. Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk.Jakarta : EGC. Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC . Yogyakarta: Mediaction Publishing. Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing . (Ed.
6). Missouri : Mosby.