LAPORAN PENDAHULUAN COLIC RENAL
NAMA
: SY. NAJMI RIZKYAH ASSAGAF
NIM
: 18160000154
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN PENDHULUAN A. DEFINISI Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renal atau ureter oleh batu. Nyeri timbul akibat peregangan, hiperperitalsis dan spasme otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha mengatasi obstruksi. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut kostovertebra kemudian dapat menjalar ke dinding depan abdomen ke regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Kolik renal dikarakteristikan sebagai nyeri hebat yang intermiten (hilang timbul) biasanya di daerah antara iga dan panggul, yang menjalar sepanjang abdomen dan dapat berakhir pada area genital dan paha bagian dalam. Kolik renal biasanya berawal di punggung bagian midlateral atas dan menjalar anterior-inferior menuju daerah lipatan paha dan kelamin. Nyeri yang timbul akibat kolik renal terutama disebabkan oleh dilatasi, peregangan, dan spasme traktus urinarius yang disebabkan oleh obstruksi ureter akut (suvono, 2001). Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra)
yang membentuk kristal; kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium (Brunner & Suddath,2002). B. Anatomi dan Fisiologi 1. Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). 2. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1) GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal
kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal. 2) Bagian – Bagian Ginjal a. Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis). b. Kulit Ginjal (Korteks) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun
bergumpal
–
gumpal
disebut
glomerolus.
Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan
antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. c. Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses. d. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria). 3) Fungsi Ginjal: 1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2.
Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan,
3.
bakteri dan zat warna). Mengatur keseimbangan
4.
osmoregulasi. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan
air
dan
garam
dengan
cara
kelebihan asam atau basa. 4) Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari : 1. Tes untuk protein albumin Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein 2.
dapat bocor masuk ke dalam urine. Mengukur konsentrasi urenum darah Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum
3.
darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%. Tes konsentrasi Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik. 5) Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman,
didalamnya
terjadi
penyadangan
pertama
dan
kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior. Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
URETER Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung
Gerakan
peristaltik
kemih mendorong
(vesika urin
melalui
urinaria). ureter
yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh
mempunyai
darah,
saraf
dan
pembuluh
saraf
sekitarnya sensorik.
VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih ) Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari : 1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate. 2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum
vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Proses
Miksi
(Rangsangan
Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal,
vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh
limfe
berjalan
menuju
duktus
limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis. URETRA Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang
berfungsi
menyalurkan
air
kemih
keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari : 1. Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi. C. ETIOLOGI Etiologi paling umum adalah melintasnya batu ginjal. Bertambah parahnya nyeri bergantung pada derajat dan tempat terjasinya obstruksi; bukan pada ukuran, keras, atau sifat abrasi batu ginjal. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik: 1. Faktor intrinsik Herediter. Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. Umur. Paling sering didaptkan pada usia 30-50 tahun. Jenis kelamin. Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. 2. Faktor ekstrinsik
Geografi. Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu). Iklim dan temperatur Asupan air. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. Diet. Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih. Pekerjaan. Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentarv
life). Suhu. Tempat yang bersuhu
panas menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran
kemih. Makanan. Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita
batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ). D. MANIFESTASI KLINIK Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. 1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal. a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal. b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan. 2. Batu di ginjal a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral. b. Hematuri. c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. d. Mual dan muntah.
e. Diare. 3. Batu di ureter a.Nyeri menyebar kepaha dan genitalia. b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c.Hematuri akibat abrasi batu. d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm. 4. Batu di kandung kemih a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin. Klasifikasi kolik renal: 1. Kolik renal tipikal Fase-fase serangan kolik renal akut: nyeri ini terjadi disekitar dermatom T-10 sampai S-4. Keseluruhan proses terjadi selama 3-18 jam dalam beberapa fase: a. Fase akut/onset Serangannya secara tipikal terjadi pada pagi atau malam hari sehingga membangunkan pasien dari tidurnya. Jika terjadi pagi hari, pasien umumnya mendeskripsikan serangan tersebut sebagai seranga yang mulanya perlahan sehingga tidak dirasakan. Sensasi dimulai dari pinggang unilateral, menyebar ke sisi bawah, menyilang perut ke lipat paha. Nyerinya biasanya tetap, progresif, dan kontinu, beberapa pasien mengalami serangan intermiten yang paroksimal dan sangat parah. Derajat nyeri bisa meningkat ke intensitas maksimum setelah 30 menit sampai 6 jam atau lebih lama lagi. Pasien umumnya mencapai nyeri puncak pada 1-2 jam setelah onset. b. Fase konstan/plateau Periode dimana nyeri maksimal dinamakan fase konstan. Fase ini biasanya berlangsung 1-4 jam tetapi dapat bertahan lebih lama lebih dari 12 jam pada beberapa kasus. Kebanyakan pasien datang ke UGD selama fase ini. Pasien yang menderita kolik biasanya banyak bergerak diatas tempat tidur atau saat berjalan untuk mencari posisi yang nyaman dan mengurangi nyeri. Walaupun ginjal dan traktus
urinarius terletak retroperitoneal, mual dan muntah disertai bising usus menurun/hipoaktif adalah tanda yang dominan. c. Fase hilangnya nyeri (relieve) Pada fase ini, nyeri hilang dengan tiba-tiba, cepat dan pasien merasakan kelegaan. Kelegaan ini bisa terjadi secara spontan setelah onste. Pasien kemudian dapat tidur, terutama jika diberikan analgesik. Fase ini berlangsung 1,5-3 jam. 2. Kolik renal atipikal Obstruksi pada calyx dapat menyebabkan nyeri pinggang yang lebih ringan tapi episodik. Hematuria dapat juga terjadi. Lesi obstruktif pada ureterovesical junction (hubungan ureter dan kandung kemih) ataupun segmen intramural dari ureter dapat menyebabkan disuria. Keinginan BAK yang mendadak dan sering, serta nyeri yang menjalar ke atas atau bawah. Kolik renal dapat disertai muntah-muntah hebat, mual diare ataupun nyeri ringan yang tidak bisa sehingga memungkinkan kesalahan diagnosis. E. PATOFISIOLOGI Kolik ginjal biasanya disebabkan karena adanya batu. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun didalam kandung kemih (batu kandung kemih). Pembentukan batu biasanya disebabkan karena kurang minum, diet banyak mengandung kalsium atau oksalat, kadar asam urat darah yang tinggi, sumbatan pada saluran kemih, riwayat keluarga menderita saluran kemih, pekerjaan banyak duduk/kurang aktifitas, faktor lingkungan. Proses
terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis. Pembentukan batu ini menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga terjadi hambatan aliran darah pada organ tersebut. Akibat hambatan ini terjadilah spasme otot polos yang terdapat pada ginjal dan juga hipoksisa pada jaringan dinding ginjal yang akhirnya menyebabkan nyeri kolik. Karena kontraksi ini berjeda maka kolik dirasakan hilang timbul. Biasanya disertai perasaan mual bahkan muntah serta demam. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran
urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat
bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian. Teori pembentukan batu menurut (Soeparman, 1999) antara lain: 1. Teori inti matriks Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansi organik sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu. 2. Teori supersaturasi Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urin seperti sistin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. 3. Teori persipitasi kristalisasi Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat. 4. Teori berkurangnya faktor penghambat Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat,
magnesium,
asam
mukopolisakarida
mempermudah terbebntuknya batu saluran kencing. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
akan
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24
jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. 2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia. 3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. 4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. 5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter). 6. Sistoureterokopi;visualiasi
kandung
kemih
dan
ureter
dapat
menunjukan batu atau efek obstruksi. 7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu. G. PENATALAKSANAAN Tujuan: 1. Menghilangkan obstruksi 2. Mengobati infeksi. 3. Mencegah terjadinya gagal ginjal. 4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali). Operasi dilakukan jika: 1. Sudah terjadi stasis/bendungan. 2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus dilakukan operasi. Therapi 1. Analgesik untuk mengatasi nyeri. 2. Allopurinol untuk batu asam urat. 3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan. 1. Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah. 2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging. 3. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang. 4. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur. H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 1. Pengkajian Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan a. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik. b. Riwayat infeksi saluran kemih. c. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia. d. Keturunan. e. Alkoholik, merokok. f. Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, a. b. c. d. e. f. a. b. c. d. e. a.
penggunaan kontrasepsi). Pola nutrisi metabolik Mual, muntah Demam. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat Kebiasaan mengkonsumsi air minum. Distensi abdominal, penurunan bising usus Alkoholik Pola eliminasi Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output Hematuri Rasa terbakar, dorongan berkemiH Riwayat obstruksi Penurunan hantaran urin, kandung kemih Pola aktivitas dan latihan Pekerjaan (banyak duduk)
b. c. a. b. a.
Keterbatasan aktivitas Gaya hidup (olah raga) Pola tidur dan istirahat Demam, menggigil Gangguan tidur akibat rasa nyeri Pola persepsi kognitif Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasI. b. Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu c. Penanganan tanda dan gejala yang muncuL Pola reproduksi dan seksual :Keluhan dalam aktivitas seksual
sehubungan dengan adanya nyeri pada saluran kemih. Pola persepsi dan konsep diri : Perubahan gaya hidup karena
penyakit, Cemas terhadap penyakit yang diderita. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres a. Adakah pasien tampak cemas b. Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.