ASKEP PRESUS & MINGGUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. N DENGAN KANKER KOLONREKTAL (POST OP LAPARATOMI + SIGMOIDOSTOMY) SIGMOIDOSTOMY) DI RUANG MAWAR MAWAR II RSUD DR. MOEWARDI
Disusun Oleh : Niken Aryani Wulansari J230 123 066
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
2013 1.
PENGERTIAN
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2006).
2.
ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat (Brunner & Suddarth, 2001). a. Polip di usus (Colorectal polyps) Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat j inak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. b. Ulseratif Kolitis Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan kanker pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis. c.
Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar 20%.
Pasien
dengan
struktur
kolon
mempunyai
insiden
yang
tinggi
dari
adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan crohn’s disease. d.
Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya. e.
Faktor Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas, obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses Health Study telah menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan meningkatkan risiko terjadinya adenoma. f.
Diet atau Pola Makan
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian, meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara serat dan kanker kolorektal.
3.
PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati). Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens.
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : a.
Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih. b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal. d. Penyebaran secara transperitoneal e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi mutasi lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-ras pada tahap awal dan mutasi pada tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor tumor mencegah apoptosis dan memperpanjang umur sel tanpa batas. Jika mutasi APC diwariskan, akan berakibat pada sindrom poliposis adenomatosa kekeluargaan (Leggett, 2001). Secara histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular, tubulovillous, dan villous adenoma. Mutasi K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit telah diidentifikasi dalam hiperplastik polip. Oleh karena itu, hiperplastik polip mungkin juga memiliki potensi ganas dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
4.
PATHWAYS
Polip usus, ulseratif kolitis Faktor gaya hidup Riwayat kanker / polip Defifit thiamin, asam folat, reboflafin Gang. Organesis usus Cancer kolorektal Obstruksi rektum Konstipasi
penumpukan gas Mual, mmuntah
Colonsoscopy, sigmoidoscopy, darah lengkap, biopsi, rontgen
intake oral menurun
Ditemukan massa pada kolon atau rektum Operatif atau pembedahan Insisi jaringan
Konservatif pemberian laksatif diare
Luka operasi Gang. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Trauma saraf
penurunan mobilitas fisik
Terputusnya kontinuitas jaringan
peristaltik usus menurun
Nyeri
Gang. Eliminasi bowel : konstipasi
Resiko tinggi infeksi
Gang. Pemenuhan nutrisi kurang dari keb. tubuh
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
5.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah : a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar maupun yang berwarna hitam. b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong saat BAB c. Feses yang lebih kecil dari biasanya d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut atau nyeri e. Penurunan berat badan f. Mual dan muntah g. Rasa letih dan lesu h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah gluteus
6.
KLASIFIKASI
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) antara lain :
a. Stadium 0 Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ. b. Stadium I Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
c. Stadium II Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer . d. Stadium III Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer . e. Stadium IV Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer. Stadium Deskripsi Kanker Stadium T1 T2 T3a T3b T4
Deskripsi Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal (The American Joint Committee on Cancer 2006)
Stadium Modified Dukes (Stadium Deskripsi) TNM
Modifed Dukes
Stadium T1 N0 M0 T2 N0 M0 T3 N0 M0 T2 N1 M0 T3 N1 M0 T4 Any T
Stadium A B1 B2 C1 C2 C2 M1
Deskripsi
Tumor terbatas pada submucosa Tumor terbatas pada muscularis propria Penyebaran transmural T2, pembesaran kelenjar mesenteric T3, pembesaran kelenjar mesenteric Penyebaran ke organ yang berdekatan D Metastasis jauh (The American Joint Committee on Cancer 2006)
7.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal, diantaranya ialah : 1.
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan
Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan 2. Digital
rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining
awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal, pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu penonjolan tepi, dapat berupa : a.
Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas. b.
Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi
umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi c.
Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol
dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering) d.
Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk
cincin 3. Barium Enema yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah. 4. Sigmoidoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi. 5. Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi. 6. Biopsi Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors 7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah : 1.
Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal. Tipe pembedahan yang dipakai antara lain : •
Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy. •
Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker. 2. Radiasi Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable. 3. Kemoterapi Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10% 4. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
KOMPLIKASI
8.
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (2001) adalah: a.
Obstruksi usus parsial
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus. b.
Perforasi atau perlobangan
c.
Perdarahan
d.
Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
A. Identitas pasien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll B. Riwayat kesehatan Keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan masa lalu Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Aktivitas dan istirahat a. Data Subyektif: •
Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada abdomen)
b. Data obyektif: •
Kelemahan umum.
2. Sirkulasi a.
Data Subyektif : -
b. Data obyektif : •
Hipotensi
3. Integritas Ego a. Data Subyektif : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan b. Data obyektif : Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan, kesulitan berekspresi diri. 4.
Eliminasi
Data Subyektif : Konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh pada perut atau nyeri 5.
Makan dan minum
a. Data Subyektif : •
Nafsu makan hilang
•
Nausea / vomitus
b. Data obyektif :
6.
•
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
•
Obesitas (faktor resiko)
Sensori neural
a. Data Subyektif :
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
•
Nyeri abdomen
•
Kelemahan
b. Data obyektif : •
Perubahan status mental dan gangguan fungsi kognitif
•
Ekstremitas : kelemahan dan kekakuan
7.
Nyeri (kenyamanan)
a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya. b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial 8.
Respirasi
Data Subyektif : Perokok ( faktor resiko ) 9.
Keamanan
Data obyektif : Resiko jatuh 10. Interaksi social Data obyektif : kepurtusasaan 11. Pengajaran pembelajaran Data Subjektif : Riwayat kanker keluarga 12. Pertimbangan rencana pulang. •
Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
•
Bantuan untuk transportasi, , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah.
(Doenges E, Marilynn,2000)
Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
II.
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah, diare Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ,,, x 24 jam diharapkan keseimbangan cairan tubuh adekuat Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai Intervensi - Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi - Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius - Pantau tanda-tanda vital
R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan - Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan. - Anjurkan klien untuk meningkatkan inteke oral
R/ memnuhi kebutuhan cairan klien 2. Nyeri
berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran
yang terus-menerus, metastase kanker Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang. Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan pergerakan yang berarti sesuai toleransi. Intervensi - Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-10)
R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi - Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan
R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan - Berikan informasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional - Ajarkan tekhnik relaksasi
R : mengurangi nyeri dengan teknik non farmakologi - Observasi efek analgetik
R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan & meningkatkan intake nutrisi Kriteria
hasil
:
klien akan memperlihatkan
perilaku
mempertahankan
atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal, klien mengrti dan mengikuti anjuran diet, tidak ada mual / muntah. Intervensi : - Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi pasien
R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. - Timbang berat badan sesuai indikasi
R : mengawasi kefektifan secara diet - Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan - Tawarkan minum saat makan bila toleran
R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. - Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat. 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk Kriteria hasil : klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di butuhkan, melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan Intervensi - Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri
tekan abdomen R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya. - pantau tanda gejala rupture usus.
R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi. - Kaji faktor penyebab konstipasi
R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat - Anjurkan klien makan makanan tinggi serat
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
R : membantu melancarkan BAB 5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil : -
klien mampu merencanakan stategi koping untuk situasi yang membuat
stress. -
Klien mampu mempertahankan penampilan peran
-
Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
-
Klien melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.
Intervensi ; - Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
R : memudahkan intervensi - Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa
lalu R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas - Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan. R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
ASKEP PRESUS & MINGGUAN
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society Inc. Atlanta Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center, University of Texas. De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media Aesculapius. Jakarta Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM. National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003, Available from http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html. (Download : 07 Januari 2013) Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from http://www.apocp.org/ cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,. (Download : 07 Januari 2013) Sylvia A. Price & Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi (Vol 1 & 2). Edisi 6. EGC Jakarta