2.2
Manajemen Risiko Manajemen risiko harus dilakukan di seluruh siklus proyek dari tahap awal sampai akhir proyek (Project Risk Management Handbook, 2007). Ketidakpastian ini tidak dapat sepenuhnya dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan Analisis Risiko Sistematis (Systematis Risk Analysis). Manajemen risiko adalah proses sistem untuk mengidentifikasi, menganalisis dan menanggapi risiko proyek (Risk Management, 2009). Manajemen risiko didefinisikan sebagai prosedur untuk mengendalikan tingkat risiko dan untuk mengurangi dampaknya (Toakley 1989 dalam Construction Risk Management). Dalam pengertian global, manajemen risiko adalah suatu proses, dengan memastikan bahwa semua yang dapat dilakukan akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari proyek dalam batas-batas proyek (Clark, Pledger dan Needier 1990 dalam Construction Risk Management). Sedangkan dalam pendekatan sebagai suatu proses manajemen risiko dimaknai sebagai suatu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi , mengevaluasi dan menanggapi risiko yang dapat diterapkan oleh semua pihak, di semua tingkatan manajemen dan pada semua tahap siklus hidup proyek (Project Management Institute, 2000). Menurut Project Management Institut Body of Knowledge (PMBOK) ada tiga definisi risiko manajemen : Resiko manajemen adalah proses formal oleh faktor risiko sebuah system identifikasi, penaksiran dan penetapan. Resiko manajemen adalah metode sistematis formal dari manajemen yang berkonsentrasi pada identifikasi dan kontrol atau kegiatan yang mempunyai potensi yang menyebabkan perubahan. Resiko manajemen dalam kontek proyek adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk mengidentifikasi dan menanggapi faktor risiko secara keseluruhan kehidupan dari sebuah proyek. Tujuan dari analisis dan manajemen risiko adalah membantu menghindari kegagalan dan memberikan gambaran tentang apa yang terjadi bila pembangunan yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan rencana. Menurut Godfrey (1996) analisis risiko yang dilakukan secara sistematis dapat membantu untuk: Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas. Memusatkan perhatian pada risiko utama (major risk). Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian. Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling jelek. Mengontrol aspek ketidakpastian. Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang/badan yang terlibat dalam manajemen risiko. Beberapa literatur memberikan jumlah proses yang berbeda dalam cakupan manajemen risiko, sebagai berikut : Caltars (2012) dan WSDOT (2013)
COSO dalam ERM (Hallowel dkk, 2013)
Secara garis besar disintesis menjadi 4 tahap
1.
Perencanaan manajemen risiko
1.
Penetapan konteks risiko
1.
Identifikasi risiko
2.
Identifikasi risiko
2.
Identifikasi risiko
2.
Analisis risiko
3.
Analisis risiko kualitatif
3.
Analisis risiko
3.
Respon risiko
4.
Analisis risiko kuantitatif
4.
Integrasi risiko
4.
Pemantauan risiko.
5.
Respon risiko
5.
Penilaian risiko
6.
Pemantauan risiko.
6.
Penanganan risiko
7.
Pemantauan
Sedangkan proses manajemen risiko menurut beberapa asosiasi sebagaimana dikemukakan oleh Wiguna adalah sebagai berikut :
Sumber : Wiguna
Berdasarkan uraian diatas dan mengacu pada pendapat beberapa ahli, berikut review mengenai risiko dan manajemen risiko termasuk tahapannya (lihat tabel II.1). Tabel II.1 Literature Review Mengenai Risiko dan Manajemen Risiko Definisi
Risiko
Hilson (2002); Ritchie dan Marshall (1993). Byrne dan Cadman (1996) Raftery (1994) Vaughan (1997) Edward (1995)
Risk
Christian dan Mulholland (1999) Project Management
Uraian Risiko sebagai threats (ancaman), secara empiris cenderung terkonsentrasi pada efek negatif yang tidak diinginkan sehingga upaya diarahkan meminimasi efeknya daripada memaksimalkan peluang efek positif yang diterima. Risiko diambil untuk pengukuran kerugian, diidentifikasi sebagai kemungkinan hasil keputusan. Risiko memiliki atribut kuantitatif, dan cenderung diasuransikan. Risiko dalam konteks bisnis meliputi dinamis atau statis, murni atau spekulatif, dan fundamental atau tertentu. Jenis risiko pada kegiatan komersial terbagi atas : fisik/ materi, konsekuensial, sosial, politik, keuangan, dan teknis. Risiko dalam siklus hidup proyek terdiri dari : rekayasa desain, pengadaan, konstruksi dan manajemen proyek. Proses manajemen risiko merupakan suatu pendekatan sistematis untuk
Definisi
Management
Institute/ PMI (2000)
APM (1997)
AS/ NZS (1999)
ICE and FIA (1998)
Uraian mengidentifikasi, mengevaluasi dan menanggapi risiko yang dapat diterapkan oleh semua pihak, di semua tingkatan manajemen dan pada semua tahap siklus hidup proyek. Proses manajemen risiko terdiri dari: perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko kualitatif, analisis risiko kuantitatif, perencanaan respon risiko, dan risk monitoring and control. Proses manajemen risiko terdiri dari enam langkah : mendefinisikan proyek, fokus Project Risk Analysis and Management (PRAM), risiko identifikasi, penilaian risiko, perencanaan respon, dan mengelola risiko. Proses manajemen risiko terdiri dari : menetapkan konteks, mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, mengevaluasi risiko, risiko mengobati, dan monitor & review. Proses RAMP meliputi empat tahap yang berkaitan dengan siklus hidup proyek : process launch (planning, organising, launching RAMP and establishing base
line), risk review (identifying risk, evaluate risk and planning responses), risk management (implementing strategy and controlling risk), and process closedown (assessing investment outturn and reviewing RAMP process). Caltars (2012) dan WSDOT (2013) COSO dalam ERM (Hallowel dkk, 2013)
Risk Identification
ICE and FIA (1998)
PMI (2000)
Risk Assesment
PMI (2000);Ward (1999)
Risk Analysis
PMI (2000)
ICE and FIA (1998)
Risk Response
Flanagan & Norman (1993) PMI (2000); Flanagan & Norman (1993) Raftery (1994)
Risk
Flanagan dan Norman (1993);Raftery (1994); Akintoye dan MacLeod (1997) PMI (2000)
Tahapan dalam manajemen risiko meliputi perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko kualitatif, analisis risiko kuantitatif, respon risiko dan pemantauan risiko. Tahapan dalam manajemen risiko antara lain meliputi penetapan konteks risiko, identifikasi risiko, analisis risiko, integrasi risiko, penilaian risiko, penanganan risiko dan pemantauan. Identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab yang penting dari risiko dan ketidakpastian yang mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap tujuan proyek. Teknik dan pendekatan untuk identifikasi risiko meliputi : ulasan dokumentasi, brainstorming, teknik delphi, wawancara, checklist dan teknik diagram. Risiko yang teridentifikasi dinilai dalam hal probabilitas dan dampaknya dengn pendekatan kualitatif, menggunakan matriks probabilitas – dampak risiko. Kualitas informasi yang diperoleh dari teknik identifikasi risiko akan membantu keandalan penilaian ini sehingga kegagalan untuk mengenali faktor risiko yang signifikan dapat menyebabkan penilaian menjadi sangat menyesatkan. Pada tahap analisis risiko, probabilitas dan dampak dari setiap risiko pada tingkat proyek disintesis menggunakan alat analisis kuantitatif untuk mendapatkan risiko proyek secara keseluruhan. Banyak teknik telah dikembangkan untuk menangani analisis risiko, namun dasar alat analisis kuantitatif meliputi analisis sensitivitas, pohon keputusan dan simulasi. Analisis ini bertujuan mengidentifikasi risiko yang jika terjadi memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kinerja proyek. Berbagai keputusan harus dianalisis. Analisis risiko memberikan pandangan apa yang terjadi jika terjadi risiko dan jika rencana tersebut tidak mencapai tujuan. Pada tahap ini strategi untuk meminimalkan efek atau memaksimalkan peluang dikembangkan. Termasuk mengidentifikasi tindakan alternatif, menilai tindakan dan menerapkannya. Tujuan risk response adalah memungkinkan decision maker membuat respon yang dianggap lebih “advance” terhadap risiko yang terjadi. Teknik yang digunakan untuk respon risiko, termasuk menghindari, transfer, mitigasi, dan penerimaan.
Merupakan sistem untuk menyimpan catatan risiko yang teridentifikasi,
Definisi
Monitoring Tah and Carr (2000)
Uraian pemantauan risiko yang terjadi dan efeknya terhadap proyek, pengendalian implementasi tindakan serta mengevaluasi efektivitasnya dalam minimasi risiko. Jika implementasi tindakan pada risiko menimbulkan efek negatif maka risiko perlu dianalisis kembali atau mengadopsi respon yang baru, apabila peluang terjadinya risiko telah berlalu, maka itu bisa dihilangkan dari proyek.
Sumber : Wiguna; Caltars (2012); Hallowel (2013); diolah (2016).
2.2.1 Risk Identification Risk Identification merupakan tahap pertama dari proses manajemen risiko. Identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab yang pentingadari risiko dan ketidakpastian yang mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap tujuan proyek (ICE and FIA dalam Wiguna). Apakah mereka dapat dikontrol dan juga mendokumentasikan karakteristik mereka. Memang , ini adalah fase penting karena jika risiko tidak diidentifikasi, tidak mungkin dianalisis dan dikelola dalam langkah-langkah berikutnya . Menurut versi Project Management Institute (dalam Wiguna) ada sejumlah metode yang tersedia untuk mengidentifikasi risiko dapat ditemukan dalam literatur manajemen risiko, namun teknik umum dan pendekatan untuk identifikasi risiko meliputi : ulasan dokumentasi; brainstorming; teknik Delphi; wawancara; checklist; dan teknik diagram. Pendapat senada juga menyatakan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk identifikasi risiko dapat diperoleh dari beberapa sumber seperti brainstorming dan dari referensi terkait proyek sejenis (WSDOT, 2013). Menurut Caltrans, selain brainstorming, identifikasi juga bisa dilakukan berdasarkan informasi dari pengalaman personil ataupun pengalaman pemangku kepentingan lain, konsultasi pada pihak lain yang memiliki pengetahuan mengenai proyek, ataupun asumsi (Caltrans, 2012). 2.2.2 Risk Assesment Pada langkah kedua, risiko yang teridentifikasi dinilai dalam hal probabilitas dan dampaknya menggunakan pendekatan kualitatif (PMI dalam Wiguna). Kualitas informasi yang tersedia diperoleh dari teknik identifikasi risiko akan membantu keandalan penilaian tersebut, jika gagal mengenali faktor risiko yang signifikan maka dapat menyebabkan penilaian menjadi sangat menyesatkan (Ward dalam Wiguna). Pendekatan umum untuk menentukan tingkat risiko menggunakan matriks risiko probabilitas – dampak (PMI dalam Wiguna). Probabilitas dan dampak risiko yang dinilai dan diplot pada grid dua dimensi. Posisi pada matriks mewakili tingkat risiko dalam kisaran rendah hingga sangat tinggi. Semakin tinggi tingkat risiko, maka probabilitas dan dampak juga tinggi.
Sangat dimungkinkan akan dipertimbangkan dalam langkah berikutnya dari analisis risiko dan harus dikelola dengan hati-hati. 2.2.3 Risk Analysis Pada tahap analisis risiko, probabilitas dan dampak dari setiap risiko pada tingkat proyek disintesis, menggunakan alat analisis kuantitatif untuk mendapatkan risiko proyek secara keseluruhan (PMI dalam Wiguna). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi risiko yang memiliki konsekuensi yang jelas signifikan terhadap kinerja proyek jika terjadi (ICE and FIA dalam Wiguna). Flanagan dan Norman (dalam Wiguna) juga mengatakan bahwa dalam tahap ini, berbagai hasil dari setiap keputusan yang dibuat harus dianalisis. Dengan demikian, analisis risiko memberikan wawasan ke dalam apa yang terjadi jika terjadi risiko dan jika rencana tersebut tidak mencapai tujuan. Banyak teknik telah dikembangkan untuk menangani analisis risiko, namun dasar alat analisis kuantitatif meliputi (PMI dalam Wiguna) : analisis sensitivitas; pohon keputusan dan simulasi. Analisa kuantitatif itu sendiri sebagai analisis yang mengestimasi secara numerik kemungkinan suatu proyek memenuhi tujuan proyek dari segi biaya dan waktu. 2.2.4 Risk Response Setelah semua risiko utama telah ditentukan dalam tahap analisis risiko, dalam fase ini maka strategi untuk meminimalkan efek mereka atau memaksimalkan peluang dikembangkan (PMI dalam Wiguna). Flanagan da Norman juga mengungkapkan bahwa hal ini termasuk mengidentifikasi tindakan alternatif, menilai tindakan tersebut dan menerapkannya. Raftery juga menyatakan bahwa tujuan tahap ini adalah untuk mengaktifkan pengambil keputusan untuk membuat tanggapan dipertimbangkan dari risiko yang terjadi . Menurut Project Management Institute ada empat teknik yang biasanya digunakan untuk merespon risiko, termasuk menghindari, transferensi, mitigasi, dan penerimaan . Para ahli lainnya seperti Flanagan dan Norman, Raftery, dan Akintoye serta MacLeod (dalam Wiguna) juga mengusulkan cara yang sama untuk menanggapi risiko. Lebih lanjut diungkapkan bahwa bilamana tindakan terakhir yang dapat dilakukan dalam mitigasi risiko adalah dengan menghindari risiko itu sendiri, jika dampak dari risiko itu tidak dapat diterima (Flanagan, dkk, 1993). Adapun respon terhadap tingkat risiko menurut Hooper dkk (2009) ada 4 (empat) respon yang bisa diberikan antara lain : (1) tolerate, yaitu menolerir atau menerima terjadinya risiko; (2) threat, yaitu melakukan penanganan terhadap risiko atau mitigasi risiko; (3) transfer, yaitu pemindahan risiko ke pihak lain; dan (4) terminate, yaitu menghentian aktivitas yang menimbulakan risiko.
2.2.5 Risk Monitoring Tahapan final, risiko akhir digunakan untuk memastikan bahwa tindakan dilaksanakan bekerja dengan baik. Ini adalah sistem menyimpan catatan risiko yang teridentifikasi, pemantauan risiko yang terjadi dan efeknya pada proyek, dan kemudian mengendalikan tindakan dilaksanakan dan mengevaluasi efektivitasnya dalam meminimalkan risiko (PMI dalam Wiguna). Ini mungkin melibatkan pemilihan strategi alternatif, mengambil tindakan korektif dan atau perencanaan kembali proyek . Oleh karena itu, jika tindakan diimplementasikan pada risiko menyebabkan efek negatif, maka risiko perlu dianalisis ulang atau respon yang baru diadopsi, bila peluang terjadinya risiko telah berlalu maka dapat dihapus dari proyek (Tah and Carr dalam Wiguna). 2.2.6 Kepemilikan tanggung jawab risiko (ownership of risk) Kepemilikan tanggung jawab risiko (ownership of risk) dialokasikan dengan prinsipprinsip yang telah dikembangkan oleh Flanagan dan Norman (1993), diantaranya: a) Pihak-pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian yang menimbulkan risiko. b) Pihak mana yang dapat menangani apabila risiko tersebut muncul. c) Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol. d) Jika risiko di luar kontrol semua pihak, maka diasumsikan sebagai risiko bersama. Hal ini juga berkenaan langsung dengan stakeholder sebagai para pemangku kepentingan proyek. Sehingga diperlukan untuk merespon risiko maupun memantaunya. Proses identifikasi stakeholder dapat diketahui sebagaimana diuraikan pada Gambar 2.2. Gambar 2.3 Proses Identifikasi Stakeholder dalam Proyek
Sumber : Karunia et al (2013); diolah (2016)
Adapun hubungan atau keterkaitan antara stakeholder dengan impact maupun pengaruhnya dalam proyek dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut. Gambar 2.3 Keterkaitan Stakeholder dengan Impact maupun Pengaruhnya dalam Proyek
Sumber : Karunia et al (2013); diolah (2016)