TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN JAGUNG ( Zea Zea mays L.) DAN KACANG KEDELAI(Glycine max L.)
LAPORAN OLEH : PATAR ERICSON SIMBOLON/170301153 SIMBOLON/170301153 KELOMPOK : 1 AGROEKOTEKNOLOGI – III III B
LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA 2018
TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN JAGUNG ( Zea Zea mays L.) DAN KACANG KEDELAI(Glycine max L
LAPORAN PATAR ERICSON SIMBOLON/170301153 SIMBOLON/170301153 KELOMPOK : 1 AGROEKOTEKNOLOGI – III III B
Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA 2018
Judul
: Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.) dan kedelai (Gylcine max L.) Nama : Patar Ericson Simbolon NIM : 170301153 Kelompok :1 Program Studi : Agroekoteknologi
Diketahui Oleh, Dosen Penanggungjawab Penanggungjawab
(Ir.Eva sartini bayu.M.P) NIP: 196105061993032001
Disetujui Oleh, Asisten Koordinator
Diperiksa Oleh, Asisten Korektor II
(Aditya Prakoso) NIM: 140301247
(Della amades putri) NIM: 150301087
LABORATORIUM DASAR PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOG A GROEKOTEKNOLOGII FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa sehingga paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapaun judul dari laporan ini adalah “Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L)”. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa baik secara moral dan material kepada penulis. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada Ir Eva Sartini Ba yu, M.P, Prof Rosmayati Dr.Diana Sofia Hanafiah, S.P, MP ,Dr.Ir.Lollie A gustina Putri Msi Ir Hot Setiado,.M.S; selaku dosen mata kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman serta kepada abang dan/atau kakak asisten Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman ang telah membantu penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Percobaan Kegunaan Penulisan
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Syarat Tumbuh Iklim Tanah
3 4 4 5
Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.) dan kedelai(Gylcine max L.) Teknik Persilangan Tahapan Persilangan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.)
9 10 12 13 15
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum Bahan dan Alat
18 18
PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan Pembentukan Plot Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiangan Pembumbunan Panen Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun/cabang Diameter Batang (mm)
19 19 19 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21
Umur Berbunga (MST) Persentase Keberhasilan Persilangan
21 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan
22 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
32 33
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Alur Silsilah Persilangan Bagan Seluruh Lahan Foto Lengkap
37 37 38
DAFTAR TABEL
1
Tabel 1.1. Tinggi Tanaman (cm) Jagung ( Zea mays L.)
22
2
Tabel 1.2. Jumlah Daun Jagung ( Zea mays L.)
23
3
Tabel 1.3. Diameter Batang (mm) Jagung ( Zea mays L.)
24
4
Tabel 2.1. Umur Berbunga Jagung ( Zea mays L.)
24
5
Tabel 3.1. Data Persilangan Jagung ( Zea mays L.)
25
6
37 Tabel 4.1. Alur Silsilah Persilangan
DAFTAR TABEL
1
Tabel 1.1. Tinggi Tanaman (cm) Jagung ( Zea mays L.)
22
2
Tabel 1.2. Jumlah Daun Jagung ( Zea mays L.)
23
3
Tabel 1.3. Diameter Batang (mm) Jagung ( Zea mays L.)
24
4
Tabel 2.1. Umur Berbunga Jagung ( Zea mays L.
24
5
Tabel 3.1. Data Persilangan Jagung ( Zea mays L.)
25
6
Tabel 4.1. Alur Silsilah Persilangan=
37
DAFTAR GAMBAR
1
Gambar 1.1. Proses Penyungkupan Benang Sari Dengan Amplop Cokelat
2
38
.
Gambar 1.2. Proses Pelapisan Amplop Coklat Dengan Plastik
39
Transparan 3
Gambar 1.3. Proses Pengikatan Sungkupan
39
4
Gambar 1.4. Proses Penyungkupan Putik
39
5
Gambar2.1. Proses Persilangan Dengan Menempelkan Serbuk Sari
39
(Pollen) Ke Kepala Putik 6
Gambar 2.2. Proses Penyungkupan Kembali Plastik
40
7
Gambar 2.2. Proses Pelabelan
40
DAFTAR LAMPIRAN
1
Lampiran 1.1. Bagan Seluruh Lahan
37
2
Lampiran 1.2. Bagan Plot Jagung
38
PENDAHULUAN Latar Belakang
Jagung telah dikenal dan ditanam oleh masyarakat Amerika Utara sejak
200
dapat
tahun
diketahui
yangkemudian
sebelum secara
masehi,
pasti.
dikembangkan
tetapi
Bangsa oleh
asal
tanaman
India
penjelajah
telah
jagung
belum
menanam
dari
Eropa
jagung
pada
abad
17, yang digunakan sebagai pakan ternak dan bahan makanan manusia. Pada
era
indudtrial,
untuk
menghasilkan
jagung minyak
telah jagung
diusahakan dan
dapat
sebagai
bahan
dikembangkan
baku sebagai
bahan untuk pembuatan etanol (Dongoran, 2009). Produktivitas pertanian jagung di daerah marginal sangat rendah dan
tidak
belum
stabil.
dapat
biofisik
petani seperti membuat
dilakukan
dan
merupakan
Upaya
sosial
kendala
juga
secara
keterbatasan
produktivitas
optimal
mengingat
ekonomi.Faktor
biofisik
merupakan
petani
peningkatan
dan
sosial
kendala
yang
kemampuan
cenderung
kurang
tanaman berbagai
internal ekonomi. tidak dan
petani Faktor
kecil
dan
kendala juga internal
pengaruhnya
pengalaman
memiliki
jagung
petani memilih
teknologi yang sama sekali baru, tetapi lebih menyukai teknologi yang telah ada (Larasati, 2011).
Tanaman jagung manis selama ini sudah cukup lama dibudidayakan oleh masyarakat, namun teknologi budidaya relative tidak berkembang. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghasilkan produksi jagung manis. Salah satunya dengan mengkaji dosis pemupukan yang optimal bagi produksi jagung manis dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik (Dongoran, 2009). Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu dengan disertai teknologi sertaan berupa pemupukan.Oleh karena itu, perlu dnya menentukan dosisi P yang paling optimal bagi setiap produksi hasil persilangan tanaman jagung yang dicobakan sehingga dapat dijadikan sebagai teknologi budidaya sertaan dari varietas baru yang dihasilkan (Larasati, 2011). Di Indonesia penanaman jagung manis dewasa ini telah berkembang. Tanaman jagung manis sangat respons terhadap tanah dengan kesuburan tinggi. Selaras dengan pernyataan di atas dalam hal pengolahan tanah harus diperhatikan aspek pemupukan. Dalam pemupukan ketepatan dosis, cara dan waktu pemupukan yang tepat sangat penting agar produksi optimum(Syafruddin et.al , 2012). Pada tahun 2014, produksi jagung di Indonesia mencapai 3,744 ton dengan luas lahan 1,131 ha sehingga tingat produktivitasnya sebesar 49,54 Ku/ha. Kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sampai 19,612 ton dengan luas lahan 3,787 ha sehingga produktivitasnya mencapai 51,78 Ku/ha. Maka, pertumbuhan produksi jagung tahun 2015 terhadap tahun 2014 sebesar 3,18 % (Kasryno, 2016). Fungsi jerawat
yang
menghilangkan
dari
jagung
berlubang bekas
di
jerawat,
adalah wajah jagung
untuk atau
flek
muda
menghilangkan
bekas
hitam.Selain
mampu
juga
berkhasiat
untuk
menghilangkan yang
bekas
terkandung
mencegah
cacar
dalam
pembentukan
sel
air
di
jagung
kulit.Di muda
kanker.Jagung
samping
itu,
zat
alami
juga
bermanfaat
untuk
juga
mengandung
vitamin
K yang berkhasiat dapat menghentikan pendarahan seperti mimisan dan batuk-batuk (Sari, 2015). Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk dapat mengetahui teknik persilangan pada tanaman menyerbuk silang pada tanaman jagung ( Zea mays L.). Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Menurut Fauzi (2012), tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut; Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Graminae; Famili: Graminaceae; Genus: Zea; dan Spesies: Zea mays L. Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang dimana plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri atas akar-akar radikal atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar koronal adalah akar yang tumbuh dari bagian dasar poangkal batang, Akar udara tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah (Hartoyo, 2008). Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada ja gung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60-300 cm atau lebih tergantung tipe dan jenis jagung, Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang
bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina (Dongoran, 2009). Di antara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata 12-18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30-150 cm dan lebar daun dapat mencapai 15 cm. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh dengan cepat. Kecenderungan
ini
tergantung
pada
kondisi
iklim
dan
jenis
tanah
(Sembiring, 2007). Tanaman jagung dikenal dengan istilah monoeciuos sebab ia tergolong tumbuhan berumah satu. Kedua bunga diklin atau terpisah. Pada tiap kuntum bunga jagung terdapat struktur yang khas dari kelompok Poaceae yang dinamakan floret. Pada tanaman jagung sendiri, floret menjadi terbatas sebab terdapat gulmae. Bunga jantan jagung tumbuh pada bagian puncak tanaman yang berupa karangan bunga. Bagian serbuk sari pada bunga jagung berwarna kuning dengan aroma yang cukup khas. Adapun bunga betina tersusun dalam bentuk tongkol yang tumbuh dari bagian buku (Panjaitan, 2013). Pada umumnya satu tongkol jagung mengandung 300-600 biji jagung. Biji jagung berbentuk bulat dan melekat pada tongkol jagung. Susunan biji jagung pada tongkolnya berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan, sehingga jumlah baris atau deret biji selalu genap. Warna biji jagung bervariasi dari putih, kuning, merah, dan ungu sampai hitam. Rambut merupakan tangkai putik yang sangat panjang yang keluar ke ujung kelobot melalui sela-sela deret biji. Rambut mempunya cabang-cabang yang halus, sehingga dapat menangkap tepung sari pada saat pembuatan (Atmadja, 2006).
Tongkol jagung merupakan gudang penyimpanan cadangan makanan. Tongkol ini bukan hanya tempat pembentukkan lembaga tetapi juga merupakan tempat menyimpan pati, protein, minyak/lemak, dan zat-zat lain untuk persediaan makanan dan pertumbuhan biji. Panjang tongkol bervariasi antara 8 sampai 42 cm dan biasanya dalam satu tongkol mengandung sekitar 300 sampai 1000 biji jagung (Indrawuri, 2010). Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam kondisi. Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah yang beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS (Izah, 2009). Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis berkisar 21 -34 C, akan °
°
tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23 °
27 C. Pada proses perkecambahan benih jagung manis memerlukan suhu yang °
cocok sekitar 30 C (Purnama, 2015). °
Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan
berpengaruh pada pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin namun jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung (Suliswaty, 2016). Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam di awal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Izah, 2009). Jagung manis merupakan tanaman semusim. Jagung manis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat sampai dengan 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jagung manis dapat beradaptasi dengan baik pada iklim antara 50 LU °
- 50 LS. Jagung manis merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan antara °
300-600 mm/bulan (Gani, 2015). Tanah
Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang atau bila batangnya terendam air. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan (Larasati, 2011). Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsure-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung manis adalah pH antara 5,67-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung manis adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber-pH masam dialokasikan
untuk penanaman jagung manis, perlu dilakukan pengapuran leih dahulu (Purnama, 2015). Lahan tanah yang baik untuk budidaya jagung manis harus memiliki criteria lahan yang sesuai untuk menunjang produksi dari jagung manis. Lahan tanah yang baik untuk budidaya jagung manis kering yang berpengairan cukup, tadah hujan, terasering, gambut yang telah di perbaiki, dan sawah bekas menanam padi . Jagung manis harus ditanam di lahan yang terbuka (Anggraini, 2016). Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat bereproduski dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsure hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K) dakan jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bukan organiknya, maka penambhan pupuk N, P dan K serta pupuk organic (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arief, 2008). Martodireso dan Widada (2001), mengemukakan bahwa tanah yang baij untuk bertenam jagung adalah yang bertekstur lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir. Struktur tanahnya gembur dan kaya bahan organic. Kemiringan tanah tidak lebih dari 8%. Lokasi laha di areal terbuka seperti halnya persawahan padi. Bebas dari genangan air dan tidak terendam air serta dapat diairi bila diperlukan (Khairani, 2008).
TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L.) Teknik Persilangan
Hibridisasi atau persilangan merupakan proses penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Kegiatan ini adalah langkah awal pada program pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah dilakukannya pemilihan tetua atau parental terutama pada tanaman menyerbuk sendiri. Sedangkan pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji potensi tetua dalam pembentukan varietas hibrida (Dewi, 2016). Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan tepung sari ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri ( self pollination crop) maupun pada tanaman yang menyerbuk silang (cross pollination crop). Agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan (Baskara, 2013). Terdapat dua teknik persilangan, diantaranya teknik persilangan buatan dan teknik (metode) seleksi. Teknik pemilihan tetua didasarkan pada karakter kualitatif dan karakter kuantitatif yang dimiliki tetua. Teknik persilangan buatan didasarkan pada biologi bunga dari tanaman tersebut. Sementara itu teknik seleksi didasarkan pada metode reproduksi tanaman tersebut yang meliputi kelompoktanaman menyerbuk silang, tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman yang membiak vegetative (Syukur et.al , 2010). Pada garis besarnya persilangan mencakup kegiatan persiapan, kastrasi, emaskulasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari, penyerbukan dan pelabelan. Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu dise diakan alat-
alat antara lain: pisau kecil yang tajam, gunting kecil, pinset dengan ujung yang runcing, jarum yang panjang dan lurus, alcohol (75-85%) atau spiritus dalam botol kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, wadah untuk tempat benang sari, sikat kecil untuk mengeluarkan serbuk sari dari benang sari, kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik dan kaca pembesar untuk memeriksa kebersihan kepala putik (Yunianti et.al , 2010). Pada dasarnya teknik persilangan tanaman menyerbuk silang hampir sama dengan teknik persilangan menyerbuk sendiri. Perbedaan teknik persilangan menyerbuk silang dengan sendiri adalah proses emaskulasi. Pada tanaman menyerbuk silang proses emasuklasi tidak perlu dilakujkan. Hal tersebut berhubungan dengan karakter organ reproduksi dari tanaman menyerbuk silang. Misalnya letak organ jantan dan organ betina yang terpisah, masaknya polen tidak sama dengan kepala putik. Sehingga control persilangan menjadi semakin lebih mudah jika dibandingkan tanaman menyerbuk sendiri. PProses lainnya (persiapan, isolasi, pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari, polinasi, penutupan bunga dan pelabelan) sama seperti pada tanaman menyerbuk sendiri (Baskara, 2013). Tahapan Persilangan
Tahapan persilangan tanaman jagung adalah pemilihan bunga sebagai induk betina, kastrasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari dan penyerbukan. Pada persilangan menyerbuk silang, khususnya pada tanaman Jagung, tahap emaskulasi tidak dilakukan karena. Katrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu (Desentia, 2015). Isolasi dilakukan agar bunga yang tidak diserbuki oleh serbuk sari (pollen) asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun bunga betina harus dikerudungi
atau disungkup dengan kantung plastic. Kantung ini bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastic, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan (Henwi, 2010). Pengumpulan serbuk sariu dari tanaman tetua janta n dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari tanaman tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbena (Desentia, 2015). Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya. Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viable atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian penyerbukannya dilakukan ke stigma tetua betina. Penyerbukan dapat dilakukan dengan menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat — alat tersebut ke alkoholpekat, dan dibiarkan kering kemudian dicelupkan ke polen dan oleskan ke stigma (Henwi, 2010). Pada saat penyungkupan tetua jantan, selain dibungkus dengan amplop cokelat, sebaiknya dilapisi juga dengan plastic. Hal ini agar serbuk sari tidak terkena air saat hujan. Setelah dilakukan penyerbukan, alat kelamin betina atau putiknya disungkup kembali dengan serbuk sari d an akan dibuka saat pemanenan. Hal ini dilakukan agar mencegah terjadi jatuhnya serbuk sari dari tetua jantan yang lain (Indrawan, 2012).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan
Varietas unggul baru dari tanaman menyerbuk sendiri biasanya merupakan hasil seleksi pada populasi keturunan hasil persilangan. Sebaliknya, pembetukan hibrida unggul pada tanaman menyerbuk silang harus diawali dengan menyerbuk sendiri secara buatan. Keberhasilan penyerbukan buatan sangat tergantung pada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang terpenting adalah saat masaknya kelamin. Penyerbukan buatan sebaiknya dilakukan pada serbuk sari sudah masak tetapi belum mati dan putik siap untuk dibuahi. Cuaca yang cerah dan tidak
ada
angin
akan
mendukung
keberhasilan
penyerbukan
(Kusumanungsari et.al , 2012). Hasil studi heritabilitas dan kemajuan genetic mengindikasikan bahwa sifatsifat bunga yang mendukung terjadinya penyerbukan silang dapat diperbaiki melalui pemuliaan. Hal ini mengindikasikan seleksi secara fenotipik dapat dilakukan terhadap sifat-sifat tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyerbukan silang adalah temperature, kelembaban relative, intensitas cahaya dan kecepatan angin (Widyastuti et.al ., 2012). Kegiatan hibridisasi buatan harus efisien dengan tujuan mendapatkan populasi dalam jumlah banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu hibridisasi efektif dan efisien antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu emaskulasi dan waktu penyerbukan. Teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh tentu pada hasil hibridisasi buatan telah dilaporkan bervariasi 38-70% tergantung pada teknik yang digunakan dan efisiensi operator (Wasisa, 2014). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pesilangan, diantaranya adalah kondisi pollen yang digunakan dan tingkat kompatibilitas. Kompatibilitas persilangan merupakan kemampuan dalam membentuk buah.
Persilangan yang menghasilkan buah disebutkompatibel, sedangkan yang tidak menghasilkan buah disebut inkompatibel. Faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya matahari dapat juga mempengaruhi tingkat kemasakan buah (Aini, 2008). Faktor-faktor yang paling penting dalam penanaman jagung antara lain sinar matahari, air, hujan dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optimal. Keberadaan angin juga san gat penting di dalam membantu penyerbukan. Temperatur untuk jagung berkisar antara 23 -27 C °
°
(Wasisa, 2014). Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan
Kelebihan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan dan untuk memindahkan gen ketahanan terhadap hama dan penyakit, atau toleransi terhadap cekaman kekeringan pada varietas tanaman dan dimaksudkan untuk memperluas keragaman (Suwardi, 2009). Kekurangan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah walaupun
secara
teknis
relatif
mudah,
keberhasilan
persilangan
perlu
mempertimbangkanketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan lingkungan yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan. Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga dapat berpengaruh pada keberhasilan persilangan (Nasir, 2001). Kelebihan dari persilangan menyerbuk sendiri pada kedelai adalah merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudahuntuk
dilakukanPersilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya (Sunarto, 1997). Sumber variasi sifat atau klon-klon baru yang sangat luas variabilitasnya dan menjadi sumber penyeleksian klon baru dapat diperoleh dengan metode persilangan. Sebagai hasil dari persilangan maka kelebihan persilangan adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya, yang kemudian digunakan pemulia tanaman untuk memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Soemedi, 1982). Kekurangan teknik persilangan pada tanaman kedelai adalah dengan pembuahan sendiri secara terus menerus akan mengakibatkan populasi pada generasi berikutnya cenderung mempunyai tingkat homozigositas yang semakin besar dan heterozigotnya semakin kecil. Tingkat heterozigotnya atau keragaman genetiknya akan semakin berkurang karena terjadi penyerbukan sendiri secara t erus menerus dan perubahan susunan genetika pada masing – masing pasangan. Alel mengarah ke homozigositas, sehingga susunan genetik dalam tanaman semua atau sebagian besar homozigot (Syukur, 2009). Adapun kekurangan dari tanaman menyerbuk sendiri seperti kedelai adalah tidak ada kemungkinan untuk memperbaharui karakteristik yang baru secara genetis. Pada generasi selanjutnya varietas yang dihasilkanakan bersifat homozigot, dikarenakan kurang dapat beradaptasi di berbagai macam kondisi atau sifat adaptasinya yang kurang luas (Tanto, 2002). Kekurangan penyerbukan sendiri pada kedelai adalah terjadi segregasi, penurunan vigor, kemampuan tumbuh dan berproduksi. Selain mengalami penurunan vigor individu tanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai
kekurangan,seperti tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi silang dalam atau inbreeding depression (Suwardi, 2009). Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.)
Kegiatan yang dilakukan sebelum menyilangkan adalah dengan menyiapkan alat dan bahan. Kemudian bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki dipilih. Tongkol yang dipilih yaitu tongkol yang belum diserbuki, ditandai dengan rambut pada ujung tongkol belum keluar atau keluar dalam jumlah sedikit, dan ukuran tongkol masih kecil. Tanaman yang akan dipakai sebagai tetua jantan (sumber serbuk sari) dipilih. Malai yang dipilih yaitu malai yang siap untuk dijadikan tetua ditandai dengan bunga jantan sudah mekar (Sunarto, 1997). Bunga jantan tersebut dibungkus menggunakan kantong kertas sampai rapat, ditunggu kira-kira 2 hari, kemudian digoyang-goyangkan agar serbuk sari terkumpul pada kantong. Setelah kantong dirasa sudah cukup terisi oleh serbuk s ari, dengan segara kantong tersebut digunakan untuk membungkus tongkol yang sudah dipilih sebelumnya, dan ditutup dengan rapat. Kantong berisi serbuk sari yang sudah ditutupkan pada tongkol, digoyang-goyangkan agar serbuk sari jatuh pada tongkol (Nasir, 2001). Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan penyesuaian waktu berbunga. Ini berarti bahwa waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, pada pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak
bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur, 2009). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penyerbukan sendiri pada kedelai antara lain pemilihan tetua jantan dan betina, kastrasi, emaskulasi, dan melakukanpersilangan. Untuk melakukan persilangan, kita membutuhkan induk betina dan induk jantan. Kedua induk sebaiknya memiliki keunggulan yang nantinya diharapkan bisa terpadu pada keturunannya. Sebagai induk betina dipilih tanaman yang memiliki bunga dengan putik sudah matang kelamin, yakni mengeluarkan cairan seperti embun.Sementara itu sebagai induk jantan dipilih tanaman yang bunganya sudah menghasilkan serbuk sari, sebagai tanda kelamin jantannya sudah matang (Tanto, 2002). Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja agar tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jantan mulai muncul tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari yang sudah pecah berwarna krem coklat kehitaman.Munculnya bunga jantan padatan dan bunga berkisar antara 6-12 hari. Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai dengan kemunculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara untuk melakukan kastrasi, yaitu menggunakan pompa pengisap,dengan perlakuan alkohol dan secara manual dengan pinset. Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari s etelah persilangan pada saat bunga jantan mulai muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-2 kali setelah persilangan.Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan mekanis tandan bunga (Soemedi, 1982).
Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan pada tetua yang ditujukan sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara mekanis, fisika, dan kimia. Praktikum ini kami melakukan emaskulasi dengan cara mekanis, yaitu dengan mengambil serbuk sari menggunakan alat penjepit, pinset ataupun jarum. Pengambilan kotak sari dilakukan sebelum kotak sari terbuka dan serbuk sari luruh. Gunting digunakan untuk memotong ujung palea dan lemma agar mudah diambil kepala sarinya. Penyungkupan dan pelabelan dilakukan setelah emaskulasi selesai dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk menghindari kesalahan. Setelah disungkup selama beberapa hari, dilakukan persilangan dengan menaburkan benang sari di atas kepala putik bunga tersebut serata mungkin (Nasir, 2001).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun praktikum dilaksanakan di lahan Laboratorim Dasar Pemuliaan Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan pada tanggal 3 Maret 2018 hingga Bahan dan Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul berfungsi untuk membuka lahan dan membuat plot, parang berfungsi untuk membuka lahan, meteran berfungsi untuk mengukur luas plot dan mengukur tinggi tanaman sebagai salah satu parameter amatan, gembor berfungsi untuk menyiram lahan, jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter batang, tali plastik berfungsi untuk mengikat sungkupan, kuas berfungsi untuk mengoleskan serbuk sarai pada putik, gunting berfungsi sebagai alat potong, spidol berfungsi sebagai alat tulis untuk menandai setiap perlakukan, kamera handphone berfungsi untuk mengambil gambar dari setiap kegiatan, dan alat tulis berfungsi untuk menulis data. Adapaun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung varietas Bonanza F1 dan benih kedelai varietas anjas moro dan malika sebagai objek praktikum, top soil berfungsi sebagai media tumbuh, pupuk berfungsi sebagai tambahan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, air berfungsi sebagai unsur penunjang bagi pertumbuhan tanaman, amplop berfungsi untuk menyungkup bunga jantan, plastik fotocopy berfungsi sebagai pelindung sungkupan dan untuk membungkus bunga betina, label berfungsi untuk menandai setiap per lakuan.
PELAKSANAAN PERCOBAAN Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan pada hari Senin, 6 Maret 2017 yang meliputi beberapa kegiatan diantaranya pembukaan lahan, pembersihan gulma, perataan tanah, pembuatan parit (drainase), pembuatan plot dan pembuatan lubang tanam lubang tanaman. Lahan diolah sedalam 30 cm sampai gembur. Pembentukan Plot
Pembentukan plot dilakakan pada hari Kamis, 9 Maret 2017. Plot dibuat dengan membentuk petakan berbentuk persegi panjang berukuran 1,5 m x 2 m. Lahan kemudian diolah sedalam 30 cm untuk menggemburkan tanah. Setiap petakan di tanbambahkan top soil sebanyak 5 kg per plot kemudian diratakan. Penanaman
Penanaman dilakukan pada hari Senin, 13 Maret 2017. Lubang tanam dibuat secara manual dengan menggunakan tangan. Kedalaman lubang tanaman sekitar 35 cm. Lubang tanam dibuat dengan dengan jarak 30 secara horizontal dan 25 cm secara vertikal. Setiap lubang ditanamn 2 benih untuk menghindari kegagalam perkecambahan. Ketika benih ditanam lahan sebaiknya dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah 2 minggu ditanam. Metode pemupukan dilakukan dengan cara dilarikan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk urea dengan dosis 105 gram per plot, pupuk KCl dengan dosis 30 gram per plot dan pupuk SP36 dengan dosis 37,5 gram per plot.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari, tepatnya pada sore hari dengan jumlah air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air per plot. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dilakukan secara merata. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan keadaan cuaca, apabila terjadi hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Penyiangan
Penyiangan dilakukan du hari sekali. Penyiangan atau pembersihan lahan dari gulma dapat dilakukan secara manual dengan tangan. Penyiangan janagn sampai mengganggu akar tanaman pada umur tersebut yang belum kuat mencengkram tanah. Pembumbunan
Pembumbunan
dilakuakn
untuk
memperkokoh
tegakan
tanaman,
mengingat tanaman jagung merupakan tanaman monokotil yang memiliki akar serabut. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya penyiangan. Panen
Umur panen jagung varietas Bonanza F1 adalag sekitar 90 hari. Jagung dipanen dengan cara tonggol dipotong dari batang. Jagung yang telah siap panen ditandai dengan jagung/kelobot telah kering berwarna kekuning-kuningan dan ada tanda berwarna hitam di bagian pangkal tempat melekatnya jagung pada tongkol. Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur 2 minggu setelah tanam (MST). Mengukur tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar hingga
titik tumbuh teratas dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur seminggu sekali dari minggu kedua hingga berbunga. Jumlah Daun/cabang
Jumlah daun tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan perhitungan jumlah daun tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam hingga 7 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga. Perhitungan jumlah daun dimulai dari daun yang terletak paling dekat dengan akar dan daun yang sudah melebar (tidak kuncup). Perhitungan dilakukan dengan menandai setiap daun yang telah membuka sempurna dengan spidol permanen. Diameter Batang (mm)
Diameter batang tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan perhitungan diameter tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam hingga 7 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga. Perhitungan diameter batang dilakukan pada pangkat batang dengan menggunakan jangka sorong. Umur Berbunga (MST)
umur berbungan jantan dapat dilihat berdasarkan kalau malai pada ujung batang tanaman jagung sudah keluar yang merwarna merah kecoklatan sedangkan umur berbunga betina dapat dilihat berdasarkan kalau tongkol betina sudah keluar dari ketiak daun. Perhitungan umur berbunga dimulai dari tanggal tanam hingga tanggal berbunga dalam satuan hari. Persentase Keberhasilan Persilangan
Keberhasilan persilangan bisanya dapat dilihat satu minggu setelah pe rs il an ga n dilakuka n. Pa da ta na ma n yang be rh as il di si lan gk an , ukur an tongkol akan membesar dan menggembul.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, M,N. 2008. Pengaruh Macam Persilangan Terhadap Hasil Dan Kemampuan Silang Buah Naga Jenis Merah ( Hylocereus polyrhizus). Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Anggraini, A. 2016. Respon Pertumbuhan, Serapan Hara, Dan Hasil Produksi Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata Sturt ), Kultivar Valentino Terhadap Pemberian Biofertilizer Dan Trichokompos. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Atmadja, G,S. 2006. Pengembangan Produk Pangan Berbahan Dasar Jagung Quality Protein Maize ( Zea mays L.) Dengan Menggunakan Teknologi Ekstrusi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Baskara, P,Y. 2013. Hibridisasi Tanaman Menyerbuk Silang. Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto Desentia, C. 2015. Laporan Praktikum: Teknik Per silangan Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.). Universitas Halu Oleo: Maluku. Dewi, E, S. 2016. Pemuliaan Tanaman. Universitas Malikussaleh: Aceh. Dongoran, D. 2009. Respon Pertummbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis ( Zea mays Saccharata Sturt.) Terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF Dan Pupuk Kandang Ayam. Universitas Sumatera Utara: Medan. Fauzi, R. 2012. Mempelajari Tingkat Kekerasan Biji Jagung Selama Pengeringan Lapisam Tipis. Universitas Hasanuddin: Makassar. Finilih, E. 2003. Analisis Persilangan Dialel sifat-sifat Stek Klon Kopi Robusta. Institut Pertanian Bogor. Gani, RA. 2015. Respons Enam Varietas Jagung Manis ( Zea mays L.) Terhadap Penanaman Kacang Hias ( Arachis pintoi Krap. & Greg.) Dalam Sistem Olah Tanah Minimum. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Hartoyo, E. 2008. Pengaruh Pemupukan Semi Organik Dengan Berbagai Sumber Pupuk Kandang Terhadap Serapan N, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung. Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Henwi, L. 2010. Tahapan Persilangan Pada Tanaman Menyerbuk Silang dan Sendiri. Universitas Lampung: Lampung. Indrawan, V,V. 2012. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora (L) Pierre.). Universitas Brawijaya: Malang. Indrawuri, I. 2010. Peranan Tepung Jagung Termodifikasi Terhadap Mutu Dan Penerimaan Konumen Mi Jagung. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perkecambahan Biji Jagung ( Zea mays L.). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang: Malang. Khairani, I. 2008. Pengaruh Kascing Dan Pupuk Anorganik Terhadap Ketersediaan Nitrogen Pada Alfisols Jumantono Dan Serapannya Oleh Tanaman Jagung Manis ( Zea mays L. Saccharata). Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Kusumaningsari, B., I. Anaz, S. Tanjung dan R. Wahyudi. 2012. Laporan Akhir Praktikum: Hibridisasi Pada Tanaman Jagung ( Zea mays L.). Universitas Muhammadiyah Malang: Malang. Larasati, G,K. 2011. Respon Populasi Hasil Persilangan Tanaman Jagung Terhadap Pemupukan Fosfor. Universitas Jember: Jember. Murni, A, H, dan Arief, R, W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung: Lampung. Nasir,M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Panjaitan, Y. 2013. Budidaya dan Pasca Panen Jagung Manis. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Purnama, A. 2015.Strategi Kemitraan Pola Inti-Plasma Dengan Perusahaan F1 Aina Untuk Meningkatkan Keuntungan Pada Usaha Budidaya Jagung Manis ( Zea mays Saccharata Sturt. ). Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh: Payakumbuh. Sari, N,R. 2015. Pengaruh Masker Jagung Dan Minyak Zaitun Terhadap Perawatan Kulit Wajah. Universitas Negeri Semerang: Semarang. Sembiring, S. 2007. Studi Karakteristik Beberapa Varietas Jagung ( Zea mays L.) Hasil Three Way Cross. Universitas Sumatera Utara: Medan. Soemedi. 1982. Pedoman Bercocok Tanam Padi. Universitas Jenderal Sodirman. Purwokerto. Suliswaty, H. 2016. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Jagung ( Zea mays L.). Universitas Lampung: Lampung. Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semar ang. Suwardi.2009.Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung Hibrida. Posiding Seminar NasionalSeralia.Vol.7(2):307-312. Syukur, M., S. Sujiprihati dan R. Yunianti. 2010. Teknik Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian Bogor: Bogor.