42
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penulisan penelitian ini Penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam menyikapi berbagai keilmuan, penelitian merupakan petunjuk utama penyelesain masalah. Awal dari sebuah penelitian adalah adanya sebuah problem (masalah). Masalah ilmu social dan ilmu pendidkan sangat kompleks, semenjak adanya dunia sampai sekarang tidak pernah lepas dari yang namanya masalah, untuk mencari solusi (jalan keluar) masalah, dengan demikian diperlukan penelitian secara logis, sistimatis, dan empiris, sebagai pencerahan untuk mengetahui kebenaran ilmiah
Tahapan yang sangat penting dalam proses penelitian ilmiah adalah menyusun alat ukur (instrumen) penelitian sebagai pedoman untuk mengukur variabel- variabel penelitian. Alat ukur tersebut harus valid dan reliabel.Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian, jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat oleh seorang peneliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitaif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Teknik membuat skala, menurut Nazir (1999) serta Good dan Hatt (1952) adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif yang melekat pada objek atau subjek penelitian menjadi urutan kuantitatif. Pembuatan skala pengukuran ini dibuat dengan mendasarkan pada dua asumsi, yaitu ilmu pengetahuan pada akhir-akhir ini lebih cenderung menggunakan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan semakin menuntut presisi yang lebih baik utamanya dalam hal mengukur gradasi. Dalam membuat skala, peneliti harus mengasumsikan bahwa fakta dalam fakta mengandung suatu kontinum yang nyata berasal dari sifat-sifat objek yang diteliti.
Skala Guttman merupakan skala komulatif. Jika seseorang responden mengiyakan pertanyaan atau pernyataan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan pertanyaan atau pernyataan yang kurang berbobot lainya. Skala Guttman mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi, sehingga skala ini mempunyai sifat unidimensional.
Tujuan utama pembuatan skala Guttman pada prinsipnya untuk menentukan jika sikap yang diteliti benar-benar mencakup berdimensi tunggal. Sikap dikatakan berdimensi tunggal bila sikap tersebut menghasilkan skala komulatif. Sebagai misal, jika seorang responden yang setuju terhadap aitem 2, maka ia berarti juga setuju terhadap aitem 1. Jika seorang responden yang setuju dengan aitem 3, maka juga ia setuju dengan aitem 2 dan 1, demikian seterusnya.
Tujuan Penelitian
Untuk mengerti dan memahami tentang skala Guttman.
Untuk mengerti dan memahami tentang self disclosure.
Untuk mengerti dan memahami mengenai analisa (tahapan dan hasil) mengenai variabel self disclosure dengan menggunakan alat ukut skala Guttman
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Skala Guttman
Biografi Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. SkalaGuttman disebut juga dengan Scalogram atau analisis skala (Scale Analysis). LouisGuttman mengembangkan skala ini untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh Likert dan Thurstone. Di samping itu, skala Guttman mempunyai asumsi menurut Babbie (Sukardi, 2011;149) bahwa dasar dari fakta di mana beberapa aitem di bawah pertimbangan yang harus dibuktikan menjadi petunjuk kuat satu variabel dibanding variabel lainnya.
Skala Guttman memiliki beberapa ciri penting, yaitu: 1) Skala Guttman merupakan skala komulatif. Jika seseorang responden mengiyakan pertanyaan atau pernyataan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan pertanyaan atau pernyataan yang kurang berbobot lainya. 2) Skala Guttman mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi, sehingga skala ini mempunyai sifat unidimensional.
Tujuan utama pembuatan skala Guttman pada prinsipnya untuk menentukan jika sikap yang diteliti benar-benar mencakup berdimen situnggal. Sikap dikatakan berdimensi tunggal bila sikap tersebut menghasilkan skala komulatif. Sebagai misal, jika seorang responden yang setuju terhadap aitem 2, maka ia berarti juga setuju terhadap aitem 1. Jika seorang responden yang setuju dengan aitem 3, maka juga ia setuju dengan aitem 2 dan 1, demikian seterusnya.
Definisi Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari responden yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kata-kata yang digunakan, misalnya: ya – tidak, benar – salah, positif – negatif, yakin – tidak yakin dan sebagainya. Data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif pilihan). Pada skala Guttman hanya mempunyai dua skor, misal pada sikap yang mendukung sesuai dengan pertanyaan atau pernyataan diberi skor 1 dan sikap yang tidak mendukung sesuai dengan pertanyaan atau pernyataan diberi skor 0.
Skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu : benar-salah, pernah-tidak pernah, ya-tidak. Skala ini dapat dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda. Contoh :
1) Apakah Anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini
a.Ya
b.Tidak
Skala ini dipakai bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012; 140),Skala ini disebut juga skala kumulatif karena jawaban dapat diakumulasikan misalnya
1) Asosiasi guru-orang tua muid mempunyai peran penting dalam perkembangan sekolah
a.Setuju
b.Tidak setuju
2) Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan sekolah
a. Setuju
b. Tidak setuju
3) Asosiasi guru-orang tua murid merupakan organisasi penting untuk meningkatkan kualitas sekolah
a.Setuju
b.Tidak setuju (Darmadi, 2011; 109)
Sehingga subjek yang setuju dengan butir 2, setuju dengan butir pertama daan subjek yang setuju butir 3 setuju akan butir 1 dan 2 (Tahir,2011; 50)
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternative yang berbeda). Perbedaan skala likert dengan skala guttman ialah kalau skala likert terdapat jarak (interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu dari sangat benar (SB) sampai denagn Sangat Tidak Benar (STB), sedangkan dalam skala Guttman hanya ada dua interval, yaitu : Benar (B) dan Salah (S). Contoh :
1) Yakin atau tidakkah anda, pergantian Presiden akan dapat mengatasi persoalan bangsa :
a. Yakin
b. Tidak
2) Apakah komentar saudara, jika Gus dur turun dari kepresidenan ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
3) Pernahkah direktur saudara mengajak makan bersama ?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
Skala Guttman disamping dapat dibuat bentuk pilihan ganda dan juga bisa dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1) dan skor terendah (0). Misalnya : untuk jawaban benar (1) dan salah (0). Analisis dilakukan seperti pada skala Likert. Contoh :
1) Saudara punya orang tua ?
a. Ya
b. Tidak
2) Anda punya Kartu Pokok Wajib Pajak ?
a. Punya
b. Tidak (Riduwan, 2009; 17-18)
3. Langkah-Langkah Skala Guttman
Langkah-langkah untuk membuat skala Guttman adalah sebagai berikut :
Susunlah sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki.
Lakukan penelitian permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang akan diselidiki, sampel yang diselidiki minimal besarnya 50 sampel
Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang. Jawaban yang ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari 80% responden.
Susunlah jawaban pada table Guttman.
Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
4. Kelebihan dan Kekurangan Skala Guttman
Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu: a) Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur sikap terhadap objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku objek tersebut.b) Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda untuk Kelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi ganda untuk waktu yang lain.
Kelebihan skala guttman yaitu: Skala ini langsung menanyakan untuk memperoleh jawaban yang jelas, tegas
5. Contoh Soal, Cara Pengerjaan, Dan Cara Skoring Skala Guttman
Contoh soal
Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Contoh. Yakin- Tidak Yakin, Ya- Tidak, Benar- Salah, Positif- Negatif, Pernah- Belum Pernah, Setuju-Tidak setuju dan lain sebagainya.
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternative yang berbeda). Perbedaan skala likert dengan skala guttman adalah jika skala likert terdapat jarak interval 1,2,3,4,5 dari sangat tidak benar hingga sangat benar, sedangkan dalam skala guttman hanya ada dua interval, yaitu benar dna salah. Contoh:
Yakin atau tidakkah anda, pergantian presiden akan dapat mnengatasai persoalan bangsa:
Yakin
Tidak
Apakah komentar anda jika Gus dur turun dari kepresidenan:
Setuju
Tidak setuju
Pernahkah direktur anda mengajak makan bersama:
Pernah
Tidak pernah
Selain dalam bentuk pilihan ganda,skala guttman juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi (1) dan skor terendah (0). Misalnya, untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.Contoh:
Saudara punya orang tua?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Saudara sudah menikah?
a. Sudah (1)
b. Belum (0)
Saudara punya ktp?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
Contoh kuesioner:
Pemberian ASI sebaiknya dilakukan segera setelah kelahiran sampai usia 24 bulan
ASI eksklusif sebaiknya diberikan segera setelah kelahiran sampai usia 6 bulan
Pemberian makanan pada anak sebaiknya dilakukan sejak anak usia 1 bulan.
Panduan penilaian.
Berdasarkan kuesioner diatas, panduan penilaian dan pemberian skoring adalah sebagai berikut:
Jumlah pilihan: 2
Jumlah pertanyaan: 3
Skoring terendah: 0 (pilihan jawaban yang salah)
Skoring tertinggi: 1 (pilihan jawaban yang benar)
Jumlah skor terendah: skoring terendah: scoring terendah x jumlah pertanyaan = 0x3 = 0 (0%)
Jumlah skor tertinggi: scoring tertinggi x jumlah pertanyaan = 1x3 = 3(100%) =300 %
Penentuan scoring pada criteria objektif
Rumus umum:
Interval (i) = Range (R)/ Kategori (K)
Range = skor tertinggi- skor terendah= 100-0 =100%
Kategori (K)= 2 adalah banyaknya kriteria objektif suatu variabel
Kategori yaitu cukup dan kurang
Interval: 100-50 = 50%, sehingga cukup jika skor> 50%, rendah jika skor < 50%
Catatan:
berapapun banyaknya jumlah pertanyaan jika pertanyaan dengan pilihan 2 jawaban yang sama yaitu benar dan salah, penentuan kriteria objektifnya akan tetap pada interval 50%. Maksudnya, meskipun dengan jumlah pertanyaan sampai 100 pun dengan jumlah pilihan pertanyaan terdiri dari 2 dengan kategori pada kriteria objektif variabel sebanyak 2 maka batas intervalnya adalah tetap 50%.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas skala Guttman
Uji validitas
Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Jadi, pertama adalah menghitung koefisien reprodusibilitasnya dulu baru selanjutnya menghitung koefisien skalabilitasnya. Runtutan rumusnya sebagai berikut:
Rumus koefisien reprodusibilitas:
Kr = 1-(e/n)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai error
N = jumlah pernyataan dikali jumlah responden
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibiltas yaitu apabila koefisien reprodusibiltas memiliki nilai > 0,90.
Rumus koefisien skalabilitas:
Ks = 1-(e/x)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai
X = 0,5 ({jumlah pernyataan dikali jumlah responden} – jumlah jawaban"ya")
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila koefisien skalabilitas memiliki nilai > 0, 60.
Sebelum kita mencari nilai koefisien reprodusibilitas, kita harus mencari nilai eror terlebih dahulu. Dimana nilai eror didapatkan dari sko rbutir individu yang tidak sesuai dengan harapan. Contohnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini yang berisi butir yang telah diurutkan dari yang paling mudah hingga paling sulit.
Jadi secara sederhananya:
Saat memulai menghitung data yang terkumpul dari kuesioner, urutkan pertanyaan dari bobot mudah ke bobot sulit. Dengan asumsi bahwa responden yang menjawab "ya" pada pertanyaan yang berbobot lebih sulit diasumsikan akan juga memberikan jawaban "ya" pada pertanyaan yang berbobot lebih mudah jadi itulah kenapa pertanyaan harus diurutkan dari yang bobotnya dianggap lebih mudah hingga ke pertanyaan yang dianggap memiliki bobot yang agak sulit.
Responden 1 mendapatkan skor 18 dan eror 0, tidak ada eror dari responden 1 karena ia bisa mengatasi butir mudah dan bisa mengatasi butir yang sulit.
Responden 2 mendapatkan skor 17 dan eror 4. Hal ini dikarena responden 2 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 17 point d, namun dia dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir 3 berikutnya. Eror responden 2 terletak pada butir pertanyaan 17 d, dimana harusnya responden 2 bisa menjawab dengan benar akan tetapi justru dia tidak bisa menjawab dengan benar, sedangkan butir 26, 27 dan 37 harusnya responden tidak bisa menjawab dengan benar malah dia bisa menjawabnya dengan benar.
Responden 3 mendapatkan skor 17 dan eror 1. Hal ini dikarenakan responden 3 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 27, namun dia dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir berikutnya.
Responden 4. Dia mendapatkan skor 16 dan eror 0, tidak ada eror dari responden 4 karena memberikan jawaban ideal, ia bisa mengatasi butir mudah dan tidak bisa mengatasi butir yang sulit.
Setelah ketemu nilai error, hitung nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Uji Reliabilitas Skala Guttman
Rumus yang cocok untuk dipakai pada skala Guttman (salah satunya) adalah rumus Kuder-Richardson 21 atau sering disebut sebagai KR 21. Alasannya, karena rumus ini cocok untuk pilihan jawaban yang sifatnya dikotomi ("ya" atau "tidak").
RumusKuder-Richardson
r11= K/(K-1) * (1 - U*(K-U)/(K*V))
Keterangan:
r11= reliabilitas instrumen.
K = banyaknya butir soal atau pertanyaan.
U= rata-rata skor total.
V= varians total.
Adapun untuk pengolahannya menggunakan program microsoft excel. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai berikut:
0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah
-1,00 < r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)
Jadi intinya, setelah dapat nilai Kuder Richardson 21 dan hasilnya minimal 0,7 (paling baik hasilnya >0,8), itu artinya kuesioner yang dipakai dalam riset sudah reliabel (dapat diandalkan).
B.Self disclosure
1.Pengertian Self disclosure
Sikap terbuka adalah kemauan menaggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antarpribadi. Keterbukaan (Self disclosure) adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut (Hidayat, 2012).
De Vito (2007) menyatakan bahwa self disclosure merupakan jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang secara aktif kita sembunyikan.
Wrightsman (dalam Hanifia, 2013) mendefinisikan bahwa self disclosure adalah proses self disclosure yaang diwujudkan dengan berbagi perasaan dan informasi kepada orang lain. Menurut Morton, pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi pengungkapan diri ini bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat, dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak disukai atau dibenci (Hidayat, 2012).
Self disclosure ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, dan ide yang sesuai dan terdapat didalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dan self disclosure seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak berinteraksi. Jika orang berinteraksi dengan menyenangkan dan membuat merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi individu untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu yang dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya (DeVito, 1996).
Proses pengungkapan diri individu-individu biasanya memiliki kecendrungan mengikuti norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi maka akan cendrung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya, mengharapkan orang lain memperlakukan samaseperti perlakuan mereka.
Kebudayaan juga memiliki pengaruh dalam self disclosure seseorang. Tiap-tiap bangsa dengan corak budaya masing-masing mamberikan batas tertentu sejauh mana individu pantas atau tidak pantas mengungkapkan diri.
Kurt Lewin (dalam Raven & Rubin, 1983) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa orang-orang Amerika nampaknya lebih terbuka daripada orang-orang Jerman, tapi keterbukaan ini hanya terbatas pada hal permukaan saja dan sangat enggan untuk membuka rahasia yang menyangkut pribadi mereka.
Di pihak lain orang Jerman pada awalnya lebih sulit untuk mengungkapkan diri meskipun untuk hal yang bersifat permukaan, namun jika sudah menaruh kepercayaan maka mereka tidak enggan untuk membuka rahasia pribadi mereka yang paling dalam (Hidayat, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi, Dapat disimpulkan bahwa self disclosure (Self Disloure) adalah reaksi atau tanggapan seseorang dengan senang hati menerima informasi dalam menghadapi hubungan pribadi, serta bersedia membagi perasaan dan informasi tentang diri yang akrab, baik informasi yang bersifat deskriptif maupun bersifat evaluatif.
Kedalaman dan self disclosure seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak berinteraksi. Ketika seseorang berinteraksi dengan menyenangkan, menimbulkan rasa aman, dan dapat membangkitkan semangat maka seseorang akan lebih bisa membuka diri pada saat berinteraksi.
2.Aspek-Aspek Self disclosure
(Self Disclosure) Altman & Taylor ( dalam Gainau, 2009) menemukan 5 aspek dalam self disclosure yaitu:
a.Ketepatan
Hal ini mengacu pada apakah seorang individu mengungkapkan informasi pribadinya dengan relevan dan untuk peristiwa dimana individu terlibat atau tidak (sekarang dan disini). Sebuah self disclosure mungkin akan menyimpang dari norma dalam hubungan yang spesifik jika individu tidak sadar akan norma tersebut. Individu harus bertanggung jawab terhadap resikonya, meskipun bertentangan dengan norma.
Self – disclosure yang tepat dan sesuai meningkatkan reaksi yang positif dari partisipan atau pendengar. Pernyataan negatif berkaitan dengan penilaian diri yang sifatnya menyalahkan diri, sedangkan pernyataan positif merupakan pernyataan yang termasuk kategori pujian.
b.Motivasi
Motivasi berkaitan dengan dorongan seseorang untuk mengungkapkan dirinya kepada orang lain. Dorongan bisa berasal dari dalam diri maupun dari luar. Dimana dorongan dari dalam berkaitan dengan apa yang menjadi keinginan dan tujuan seseorang yang melakukan self disclosure. Sedangkan dari luar, dipengaruhi lingkungan keluarga, sekolah, dan pekerjaan.
c.Waktu
Waktu yang digunakan dengan seseorang akan cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya self disclosure. Pemilihan waktu yang tepat sangat penting untuk menentukan apakah seorang dapat terbuka atau tidak. Pada intinya perlu memperhatikan kondisi orang lain, jika waktunya kurang tepat misalkan seseorang dalam kondisi capek atau dalam keadaan sedih maka orang tersebut cendrung kurang terbuka dengan orang lain. Sedangkan waktu yang tepat adalah seperti waktu seseorang dalam kondisi bahagia atau senang maka ia akan cendrung untuk terbuka.
d.Keintensifan
Keintensifan seseorang dalam self disclosure (self disclosure)adalah tergantung pada siapa seseorang mengungkapkan diri, apakah teman dekat, orang tua, teman biasa, orang yang baru kenal.
e.Kedalaman dan keluasan
Dalam hal ini ada dua dimensi yakni self disclosureyang dangkal dan yang dalam. Self disclosure yang dangkal l biasanya diungkapkan kepada orang yang baru dikenal. Kepada orang tersebut biasanya diceritakan aspek - aspek geografis tentang diri misalnya nama, daerah asal dan alamat.
Self disclosure yang dalam, diceritakan kepada orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan (intimacy). Seseorang dalam menginformasikan dirinya secara mendalam dilakukan kepada orang yang betul-betul dipercaya dan biasanya hanya dilakukan kepada orang yang betul-betul akrab dengan dirinya, misalnya orang tua, teman dekat, teman sejenis dan pacar. Pendek kata, dangkal dalamnya seorang menceritakan dirinya ditentukan oleh yang hendak diajak berbagi cerita atau target person. Semakin akrab hubungan seseorang dengan orang lain, semakin terbuka ia kepada orang tersebut.
Jadi dalam self disclosure ada beberapa unsur yang akan meningkatkan self disclosure seseorang menurut Altman & Taylor, diantaranya adalah keterpatan seseorang dalam melakukan self disclosure, adanya motivasi untuk melakukan self disclosure, kedalaman dan keluasan dalam melakukan self disclosure. Pemilihan waktu yang tepat dan keintensifan (kedekatan) dengan seseorang juga merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk melakukan self disclosure.
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi Self disclosure
Menurut Devito (dalam Rahmawati, 2005) faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri diantaranya:
a.Besar kelompok
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada kelompok besar. Kelompok yang terdiri atas dua orang merupakan lingkungan yang paling cocok untuk pengungkapan diri. Dengan satu pendengar, pihak yang melakukan pengungkapan diri meresapi dengan cermat.
b.Perasaan menyukai
Individu membuka diri dengan orang-orang yang kita sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita sukai. Hal ini dikarenakan orang yang individu sukai dan mungkin juga memiliki perasaan yang sama akan bersikap mendukung dan positif atau terbuka dengan individu tersebut.
c.Efek diadik
Individu akan melakukan self disclosure apabila orang yang bersamanya juga melakukan self disclosure. Efek diadik ini membuat individu merasa aman, nyaman dan pada kenyatannya akan memperkuat self disclosure seorang individu.
d.Kompetensi
Individu yang berkompeten akan lebih terbuka mengenai dirinya daripada orang yang kurang berkompeten. Individu yang berkompeten akan mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan baik karena individu tersebut dapat menempatkan dirinya, mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, dan juga bersikap terbuka. Keterbukaan dianggap berhasil apabila seseorang memahami betul terhadap apa yang diinformasikan, baik positif maupun negatifnya karena hal itu sangat menentukan dalam perkembangan selanjutnya.
e.Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan ekstovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih introvert.
f.Topik
Individu cenderung terbuka tentang informasi dengan topik tertentu. Individu lebih terbuka mengenai hobi atau pekerjaan daripada tentang keadaan ekonomi, seks dan kehidupan keluarga. Umumnya topik yang bersifat pribadi dan informasi yang kurang baik akan menimbulkan kemungkinan kecil individu terbuka.
g.Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Wanita lebih senang membagikan informasi tentang dirinya ataupun orang lain. Sebaliknya pria lebih senang diam atau memendam sendiri permasalahannya dari pada membeberkan kepada orang lain. Faktor-faktor self disclosure individu yang telah dijelaskan oleh De Vito sedikit banyak memiliki peran terhadap keterampilan individu dalam melakukan komunikasi interpersonal. efek diadik mempengaruhi self disclosure individu yang dalam peosesnya dibutuhkan suatu keterampilan berkomunikasi karena pada dasarnya efek diadik dapat terjadi apabila individu satu dengan yang lainnya sama-sama mau memberikan informasi atau saling terbuka.
4.Tingkatan-Tingkatan Self disclosure
Terdapat beberapa tingkatan keterbuakaan diri dalam komunikasi interpersonal. Menurut Powell (Hidayat, 2012) tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi, yaitu:
a.Basa-basi
Merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan pada individu, tidak terjadi hubungan interpersonal. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi sekedar kesopanan.
b.Membicarakan orang lain
Komunikasi yang dilakukan hanyalah mengungkapkan tentang orang lain atau hal-hal yang diluar darinya. Walaupun pada tingkat ini lebih mendalam, individu tidak mengungkapkan diri.
c.Menyatakan gagasan atau pendapat
Sudah mulai menjalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.
d.Adanya perasaan
Individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama, tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat individu yang berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemuan interpersonal yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.
e.Hubungan puncak
Individu sudah mulai mengungkapkan diri secara mendalam. individu yang menjalin hubungan interpersonal dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak. Sikap terbuka (self disclosure)sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.
5.Manfaat Self disclosure
Johnson (dalam Supriatiknya, 1995) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan interpersonal, diantaranya:
a.Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang
b.Semakin seseorang bersikap terbuka pada orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita dan akan semakin membuka diri kepada kita
c.Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat kompeten, terbuka, ekstrovet, fleksibel, adaptif, inteligen, yang artinya orang tersebut dalam keadaan bahagia.
d.Diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
e.Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik Devito (2011) menyatakan bahwa self disclosure memiliki beberapa manfaat bagi seseorang, yakni :
a.Pengetahuan Diri
Seseorang akan mendapatkan pemahaman yang baru dan lebih mendalam mengenai dirinya sendiri. Pandangan baru sering muncul ketika konseli melakukan pengungkapan diri dalam sebuah proses konseling, konseli akan menyadari adanya aspek yang belum diketahuinya, dengan begitu melalui self disclosure seseorang akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam atas dirinya.
b.Kemampuan mengatasi kesulitan
Seseorang cendrung memiliki perasaaan ketakutan tidak diterima dalam suatu lingkungan karena suatu kesalahan tertentu kepada orang lain. Dalam hal ini, Self disclosure akan membantu individu dalam menyelesaikan permasalahan dengan orang lain karena individu memiliki kesiapan untuk membicarakan permasalah tersebut secara lebih terbuka.
c.Efisiensi komunikasi
Self disclosure dapat mempengaruhi proses komunikasi yang dilakukan oleh individu. individu dapat lebih memahami apa yang dikatakan oleh orang lain apabila individu tersebut sudah mengenal baik orang lain tersebut, sehingga individu tersebut mendapatkan pemahaman secara uuh terhadap orang lain dan mungkin sebaliknya. Sehingga proses komunikasi yang dilakukan menjadi tepat dan efektif.
d.Kedalaman Hubungan
Dalam membina sebuah hubungan, self disclosure sangat diperlukan seperti sikap saling percaya, menghargai dan jujur. Adanya self disclosure yang seperti itu akan membuat suatu hubungan lebih bermakna dan mendalam. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dalam melakukan pembukaan diri harus bersikap realistik, jujur, tulus dan autentik. Ada beberapa manfaat self disclosure yakni, seseorang akan mampu memahami diri sendiri secara lebih mendalam, seseorang akan mampu mengatasi kesulitan yang dialaminya dalam artian dengan self disclosure seseorang akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dialaminya karena seseorang memiliki kesiapan untuk membicarakan permasalahannya secara lebih terbuka, self disclosure juga bermanfaat untuk efisiensi komunikasi dan akan dapat membina hubungan yang mendalam dengan seseorang.
BAB III
METODE
Definisi Konsep
Corsini (1987:115) menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan proses dimana individu secara suka rela dan sengaja mengungkapkan informasi pribadi berkenaan dengan sikap, pendapat, dan hal-hal yang menarik minat mereka.
DeVito (1990:60) menyebutkan bahwa makna dari self disclosure adalah suatu bentuk komunikasi dimana anda atau seseorang menyampaikan informasi tentang dirinya yang biasanya disimpan.oleh karena itu, setidaknya proses self disclosure membutuhkan dua orang.
Wrightsman (dalam Dayakisni dan Hudaniyah, 2006: 104) menyebutkan self disclosure adalah suatu proses menghadirkan diri yang terwujud dalam kegiatan membagi informasi, perasaan, dengan orang lain. Burhan Bungin (2006: 262-263) mengungkapkan bahwa self disclosure atau self disclosure merupakan sebuah proses pengungkapan informasi pribadi individu kepada orang lain dan juga sebaliknya.
Dari beberapa definii diatas dapat disimpulkan bahwa definisi konsep dari self disclosure adalah tindakan untuk mengungkapkan tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang terhadap situasi yang terjadi saat ini, dan memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan, yang dapat menjelaskan reaksi yang kita perbuat saat ini.
Definisi Operasional
Self disclosure adalah reaksi atau tanggapan seseorang dengan senang hati menerima informasi dalam menghadapi hubungan pribadi, serta bersedia membagi perasaan dan informasi tentang diri yang akrab dengan orang lain yang didalamnya mengandung unsur ketepatan, motivasi, waktu, keintensifan, kedalaman dan keluasan dalam membagi informasi diri, sehingga menimbulkan keakraban yang mendalam dengan seseorang.
Blueprint dan Aitem
Blueprint Self Disclosure
NO
ASPEK
INDIKATOR
AITEM
JUMLAH
FAVORABLE
UNFAVORABLE
Personal matters
Tentang pribadi diri sendiri
1, 2, 3, 5
4, 6
6
Thoughts & ideas
Berbagi ide dengan orang lain
7, 8, 9
10
4
Persepsi situasi bersama
11
12
2
Religion
Kemampuan berbagi pengalaman, pikiran dan emosi tentang Allah
13, 14, 15, 16
17
5
Sex
Kesediaan untuk membahas pengalaman seksualnya
18, 19, 20
3
Kebutuhan dan pandangannya
24
21, 22, 23
4
Interpersonal relationship
Hubungan atau ikatan yang terbentuk diluar lingkup keluarga
25, 26, 27, 28, 31
29, 30
7
Emotional state
Pernyataan emosi dan perasaan
32, 33
2
Perasaan, sikap terhadap situasi yang disampaikan kepada orang lain
34, 35
2
Problems
Peristiwa yang dapat diringankan melalui pengungkapan
36, 37, 38
3
Konflik perselisihan yang dialami oleh sebuah individual
39, 40, 41
Aitem Self Disclosure
No
Pernyataan
Ya
Tidak
1
Apakah anda suka berbicara tentang kehidupan pribadi anda melalui sosial media?
2
Apakah anda bersedia menceritakan tentang pribadi anda kepada orang yang baru anda kenal?
3
Apakah anda berbagi dengan teman media sosial anda dan anda merasa senang?
4
Apakah anda tidak suka berbagi tentang apapun pada orang lain?
5
Apakah anda orang yang menceritakan hal yang menjadai kesuakaan anda pada orang lain?
6
Apakah anda merasa tidak nyaman jika menceritakan tentang diri anda ?
7
Apakah anda berbagi informasi tentang diri anda kepada orang yang baru anda kenal?
8
Apakah anda berbagi pengalaman yang menyenangkan kepaa orang yang baru anda kenal?
9
Apakah anda suka berdiskusi dengan teman anda?
10
Apakah anda orang yang tidak senang berdiskusi kelomok?
11
Apakah anda suka teman-teman anda tahu tentang cita-cita, harapan dan juga mimpi anda?
12
Apakah anda meras tidak nyaman jika orang lain harus tahu rahasia tentang diri anda?
13
Apakah anda dapat berbagi pengalaman sepiritual anda?
14
Apakah anda berbagi pandangan anda tentang tuhan (Allah) kepada orang yang baru anda kenal?
15
Apakah anda termasuk orang yang memiliki pengetahuan agama sehingga dapat mengajari orang di sekitar?
16
Apakah anda suka me-metion teman anda di media sosial yang membahas mengenai masalah-masalah ke-islaman?
17
Apakah anda tidak perlu saling berbagi ketika terdapat perbedaan agama?
18
Apakah anda berbagi pendapat tentang pandangan pribadi anda mengenai nilai-nilai seksual pada teman media sosial anda?
19
Apakah anda tipe orang yang memendam sendiri perasaan kesepian anda saat tidak memiliki teman dekat?
20
Apakah anda suka mengungkapkan keingian untuk menikah pada teman-teman anda?
21
Apakah anda tidak suka bercerita tentang kehidupan cinta anda kepada siapapun?
22
Apakah anda merasa iri jika teman anda bercerita tentang pasangan pada anda ?
23
Apakah anda ragu untuk memulai sebuah hubungan dengan lawan jenis?
24
Apakah anda merasa butuh rasa kasih saying dari pasangan anda?
25
Apakah anda memiliki teman yang banyak?
26
Apakah anda bersahabat baik dengan teman-teman anda?
27
Apakah teman-teman anda selalu ada buat anda?
28
Apakah anda suka berbagi tentang perasaan anda kepada orang yang baru anda kenal?
29
Apakah anda tidak akan membiarkan diri anda diketahui orang lain?
30
Apakah anda takut untuk berbagi dengan orang yang baru anda kenal?
31
Apakah anda saat bercerita, anda akan memilah-milah cerita apa saja yang akan anda ceritakan ke teman-teman anda?
32
Apakah anda menceritakan hal-hal yang membuat anda sedih kepada orang terdekat anda ?
33
Apakah anda berbagi hal-hal yang paling anda khawatirkan hanya kepada teman media sosial anda?
34
Apakah anda akan marah ketika orang lain menertawakan anda saat melakukan hal yang memalukan?
35
Apakah anda mudah merasa sebel jika teman anda bercerita hal-hal yang anda tidak sukai?
36
Apakah anda merasa lega jika menceritakan tentang masalah anda pada orang lain?
37
Apakah anda dapat berbagi dengan orang lain tentang masalah-masalah anda kapan saja anda inginkan?
38
Apakah anda merasa puas setelah menceritakan masalah anda ke teman anda?
39
Apakah anda tidak suka masalah yang anda hadapi harus diketahui ole orang lain?
40
Apakah anda sering bertengkar karena perbedaan pendapat?
41
Apakah anda suka orang yang tidak anda kenal mencampuri urusan anda?
Tahapan Operasionalisasi
Dalam pembuatan skala dukungan sosial teman sebaya dengan menggunakan skala Guttman ini melalui beberapa tahapan, diantaranya sebagai berikut:
Menentukan variabel yang akan digunakan untuk membuat skala
Menyusun teori mengenai variabel yang telah ditentukan, termasuk yang di dalamnya adalah definisi, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan definisi operasionalnya.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan kemudian membuat indikator sesuai aspek-aspek dari variabel tersebut.
Setelah itu, membuat aitem sesuai indikator dan aspek-aspeknya sebanyak 50 aitem dengan ketentuan 10% dari jumlah jumlah aitem adalah unfavorable, jadi sebanyak 45 aitem favorable dan 5 aitem favorable.
Aitem sebanyak 50 yang terdiri dari favorable dan unfavorable kemudia dikoreksi oleh expert judgement (yaitu kelompok lain dan dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Alat Ukur Psikologi)
Setelah direvisi, aitem diacak kemudian di try out kan kepada 2 siswa SMA untuk mengetahui apakah aitem-aitem tersebut dapat dipahami oleh anak SMA atau tidak.
Skala disebar kepada 50 subyek
Kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Analisis Data
Uji validitas
Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Jadi, pertama adalah menghitung koefisien reprodusibilitasnya dulu baru selanjutnya menghitung koefisien skalabilitasnya. Runtutan rumusnya sebagai berikut:
Rumus koefisien reprodusibilitas:
Kr = 1-(e/n)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai error
N = jumlah pernyataan dikali jumlah responden
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibiltas yaitu apabila koefisien reprodusibiltas memiliki nilai > 0,90.
Rumus koefisien skalabilitas:
Ks = 1-(e/x)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai
X = 0,5 ({jumlah pernyataan dikali jumlah responden} – jumlah jawaban"ya")
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila koefisien skalabilitas memiliki nilai > 0, 60. Sebelum kita mencari nilai koefisien reprodusibilitas, kita harus mencari nilai eror terlebih dahulu. Dimana nilai eror didapatkan dari sko rbutir individu yang tidak sesuai dengan harapan. Contohnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini yang berisi butir yang telah diurutkan dari yang paling mudah hingga paling sulit.
Jadi secara sederhananya: Saat memulai menghitung data yang terkumpul dari kuesioner, urutkan pertanyaan dari bobot mudah ke bobot sulit. Dengan asumsi bahwa responden yang menjawab "ya" pada pertanyaan yang berbobot lebih sulit diasumsikan akan juga memberikan jawaban "ya" pada pertanyaan yang berbobot lebih mudah jadi itulah kenapa pertanyaan harus diurutkan dari yang bobotnya dianggap lebih mudah hingga ke pertanyaan yang dianggap memiliki bobot yang agak sulit.
Responden
pertanyaan
skor
eror
11
10
13
15
17
26
27
37
a
b
c
d
e
a
b
c
d
a
b
c
d
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
0
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
17
4
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
17
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
0
Responden 1 mendapatkan skor 18 dan eror 0, tidak ada eror dari responden 1 karena ia bisa mengatasi butir mudah dan bisa mengatasi butir yang sulit.
Responden 2 mendapatkan skor 17 dan eror 4. Hal ini dikarena responden 2 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 17 point d, namun dia dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir 3 berikutnya. Eror responden 2 terletak pada butir pertanyaan 17 d, dimana harusnya responden 2 bisa menjawab dengan benar akan tetapi justru dia tidak bisa menjawab dengan benar, sedangkan butir 26, 27 dan 37 harusnya responden tidak bisa menjawab dengan benar malah dia bisa menjawabnya dengan benar.
Responden 3 mendapatkan skor 17 dan eror 1. Hal ini dikarenakan responden 3 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 27, namun dia dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir berikutnya.
Responden 4. Dia mendapatkan skor 16 dan eror 0, tidak ada eror dari responden 4 karena memberikan jawaban ideal, ia bisa mengatasi butir mudah dan tidak bisa mengatasi butir yang sulit.
Setelah ketemu nilai error, hitung nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Uji Reliabilitas Skala Guttman
Rumus yang cocok untuk dipakai pada skala Guttman (salah satunya) adalah rumus Kuder-Richardson 21 atau sering disebut sebagai KR 21. Alasannya, karena rumus ini cocok untuk pilihan jawaban yang sifatnya dikotomi ("ya" atau "tidak").
Rumus Kuder-Richardson
r11= K/(K-1) * (1 - U*(K-U)/(K*V))
Keterangan:
r11= reliabilitas instrumen.
K = banyaknya butir soal atau pertanyaan.
U= rata-rata skor total.
V= varians total.
Adapun untuk pengolahannya menggunakan program microsoft excel. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai berikut:
0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah
-1,00 < r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)
Jadi intinya, setelah dapat nilai Kuder Richardson 21 dan hasilnya minimal 0,7 (paling baik hasilnya >0,8), itu artinya kuesioner yang dipakai dalam riset sudah reliabel (dapat diandalkan)
Subjek Uji Coba Alat Ukur
Subjek Penelitian
Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, sangat berkaitan dengan masalah sampel, yaitu bagaimana mengambil sampel dari suatu populasi sehingga hasil-hasil penelitian terhadap sampel tersebut dapat melahirkan suatu kesimpulan yang dapat berlaku umum bagi seluruh populasi.
Subjek dalam Penelitian ini adalah 50 mahasiswa maupun mahasiswi aktif usia 19-25 tahun. Mulai dari mahasiswa S1 sampai dengan pasca sarjana yang berasal dari beberapa universitas di Indonesia.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Sugiono,(1999). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi mahasiswa maupun mahasiswi aktif usia 19-25 tahun. Mulai dari mahasiswa S1 sampai dengan pasca sarjana yang berasal dari beberapa universitas di Indonesia sebanyak 55orang. Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi (Sevilla, 1993). Sedangkan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 mahasiswa.
Teknik Pengambilan Sampel
Sample diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara acak sederhana, yaitu teknik pengambilan sample secara probabilitas (probability sampling) dimana semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample penelitian ini.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 50 mahasiswa dan mahasiswi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang mahasiswa dan mahasiswi dari beberapa universitas di Indonesia.
BAB IV
HASIL
Deskripsi Validitas dan Reliabilitas Aitem
Uji Validitas Aitem
Aspek personal matters
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan emosional adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.1 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek personal matters
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A1
2.7200
2.451
.654
.667
A2
2.8400
2.504
.672
.665
A3
2.5600
2.741
.453
.726
A4
2.7400
2.604
.544
.701
A5
2.4000
3.020
.348
.750
A6
2.5400
2.988
.295
.768
4.2 Tabel analisis 1 Aitem Valid Aspek personal matters
No. aitem
r tabel
R hitung
Keterangan
A1
0.654
0,284
Valid
A2
0.672
0,284
Valid
A3
0.453
0,284
Valid
A4
0.544
0,284
Valid
A5
0.348
0,284
Valid
A6
0.295
0,284
Valid
Aspek Thoughts & ideas
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan instrumental adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.3 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Thoughts & ideas
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A7
3.4400
1.966
.445
.582
A8
3.3400
1.943
.511
.557
A9
3.2200
2.298
.307
.632
A10
3.5000
2.010
.399
.601
A11
3.3200
2.222
.290
.640
A12
3.2800
2.206
.330
.625
4.4 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Thoughts & ideas
No. aitem
r tabel
R hitung
Keterangan
A7
0.445
0,284
Valid
A8
0.511
0,284
Valid
A9
0.307
0,284
Valid
A10
0.399
0,284
Valid
A11
0.290
0,284
Valid
A12
0.330
0,284
Valid
Aspek Religion
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.5 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Religion
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A13
2.3000
2.337
.393
.768
A14
2.4200
2.044
.586
.703
A15
2.3200
1.936
.719
.655
A16
2.4000
2.000
.627
.687
A17
2.4000
2.327
.368
.778
4.6 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Religion
No. aitem
r table
R hitung
Keterangan
A13
0.393
0,284
Valid
A14
0.586
0,284
Valid
A15
0.719
0,284
Va;id
A16
0.627
0,284
Valid
A17
0.368
0,284
Valid
Aspek Sex
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.7 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Sex
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A18
3.7800
2.583
.502
.613
A19
3.9000
2.663
.494
.617
A20
3.5600
2.945
.286
.676
A21
3.5800
2.861
.334
.663
A22
3.5800
2.902
.307
.670
A23
3.5800
2.616
.506
.613
A24
3.3400
3.168
.316
.667
4.8 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Sex
No. aitem
r tabel
R hitung
Keterangan
A18
0.502
0,284
Valid
A19
0.494
0,284
Valid
A20
0.286
0,284
Valid
A21
0.334
0,284
Valid
A22
0.307
0,284
Valid
A23
0.506
0,284
Valid
A24
0.316
0,284
Valid
Aspek Interpersonal relationship
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.9 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Interpersonal relationship
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A25
3.0400
4.815
.800
.842
A26
3.1600
4.953
.787
.845
A27
2.8800
5.210
.607
.867
A28
3.0600
5.486
.467
.885
A29
2.9000
5.031
.692
.856
A30
2.8000
5.510
.494
.881
A31
3.0400
4.815
.800
.842
4.10 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Interpersonal relationship
No. aitem
r table
R hitung
Keterangan
A25
0.800
0,284
Valid
A26
0.787
0,284
Valid
A27
0.607
0,284
Valid
A28
0.467
0,284
Valid
A29
0.692
0,284
Valid
A30
0.494
0,284
Valid
A31
0.800
0,284
Valid
Aspek Emotional state
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.11 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Emotional state
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A32
2.2000
.980
.395
.596
A33
1.9800
1.040
.362
.617
A34
1.8800
.965
.557
.481
A35
1.8600
1.102
.393
.593
4.12 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Emotional state
No. aitem
r table
R hitung
Keterangan
A32
0.395
0,284
Valid
A33
0.362
0,284
Valid
A34
0.557
0,284
Valid
A35
0.393
0,284
Valid
Aspek Problems
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.13 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Problems
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
A36
3.4800
2.091
.379
.670
A37
3.5600
2.007
.284
.686
A38
3.7800
1.522
.547
.599
A39
3.6600
1.617
.555
.599
A40
3.6400
1.745
.444
.639
A41
3.9800
1.693
.358
.677
4.14 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Problems
No. aitem
r tabel
R hitung
Keterangan
A36
0.379
0,284
Valid
A37
0.284
0,284
Valid
A38
0.547
0,284
Valid
A39
0.555
0,284
Valid
A40
0.444
0,284
Valid
A41
0.358
0,284
Valid
Uji analisis faktorial
4.15 Tabel analisis faktorial Aitem-Total Statistics
Aitem-Total Statistics
Scale Mean if Aitem Deleted
Scale Variance if Aitem Deleted
Corrected Aitem-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Aitem Deleted
ASPEK1
24.9400
77.731
.689
.819
ASPEK2
23.4600
84.458
.481
.848
ASPEK3
25.1400
93.592
.238
.876
ASPEK4
23.8800
77.128
.720
.815
ASPEK5
24.6200
64.730
.793
.800
ASPEK6
25.4600
84.009
.825
.818
ASPEK7
21.1000
71.276
.685
.820
Hasil analisis faktor pada skala dukungan sosial teman sebaya adalah sebagai berikut:
4.16 Tabel aspek yang valid
No. aitem
r tabel
R hitung
Keterangan
ASPEK1
0.689
0,284
Valid
ASPEK2
0.481
0,284
Valid
ASPEK3
0.238
0,284
Valid
ASPEK4
0.720
0,284
Valid
ASPEK5
0.793
0,284
Valid
ASPEK6
0.825
0,284
Valid
ASPEK7
0.685
0,284
Valid
Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Aitems
.851
7
Berdasarkan koefisien Cronbach's Alpa sebesar 0.851 > 0.284 maka instrument tersebut realiabel sebagai instrumen pengumpulan data.
Kesimpulan Aitem Skala
Berdasarkan analisis tiap aspek, diketahui bahwa aspek personal matters memiliki aitem yang valid yaitu aitem 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Untuk thoughts & ideas aitem yang valid yaitu aitem 7, 8, 9, 10, 11 dan 12. Untuk aspek religion aitem yang valid yaitu aitem 13, 14, 15, 16, dan 17. Untuk aspek sex aitem yang valid yaitu aitem 18, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24. Untuk aspek interpersonal relationship aitem yang valid yaitu 25, 26, 27, 28, 29, 30, dan 31. Sedangkan untuk aspek emotional yang valid yaitu 32, 33, 34 dan 35. Dan untuk aspek problems 36, 37, 38, 39, 40, dan 41.
Untuk analisis faktorial, skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel self disclosure.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan, maka dari ketujuh aspek tentang variabel self disclosure menunjukkan bahwa semua aspek adalah valid. Sehingga skala variabel self disclosure ini bisa digunakan lebih lanjut.
Sedangkan untuk nilai reliabilitasnya mencapai 0.851, dimana nilai ini termasuk ke dalam kategori tinggi. Dengan merujuk pada r tabel korelasi product moment, dengan taraf signifikansi 5% (50 subjek, df = 48, maka r tabel menunjukkan 0.284) sehingga 0.723>0.284, maka hasil tersebut dinyatakan valid dan reliabel.
Saran
Berikut ini adalah saran-saran yang diajukan peneliti, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk Pembaca
Diharapkan dengan penelitian pembaca bisa lebih meningkatkan self disclosure dalam diri masing-masing guna meningkatkan kesadaraan diri dan mengurangi rasa rendah diri yang ada dalam diri.
2 Untuk Mahasiswa
Subjek khususnya mahasiswa dan mahasiswi usia 18-25 tahun S1 maupun pasca sarjana disarankan dapat meningkatkan self disclosure mereka masing-masing yang nantinya akan sangat berguna dalam hubungan dunia pekerjaan.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
`Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan mencari subjek atau partisipan dengan lingkup yang lebih luas dan subjek yang lebih banyak, sehingga hasil penelitian mengenai "self discosure" ini memiliki hasil yang lebih luas lagi.
Daftar pustaka
Aryani, D.R, dan Setiawan, J.L. 2007. Pola Relasi dan Konflik Interpersonal antara Menantu Perempuan dan Ibu Mertua. Arkhe. Tahun 12, No.2 (77-90)
Darmadi, Hamid.2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta
DeVito, J.A. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Edisi Kelima (Terjemahan oleh Ir. Agus Maulana MSM). Jakarta: Profesional Books
Gainau, M.B. (2009). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi Konseling.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Jurnal Ilmiah Widya Warta, 33 (01). (online). (diakses pada hari Rabu, 3 Desember 2014 pukul 13.45Rachmawati, Yeni & Euis Kurniati. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdikbud
Kuntaraf, dkk. 1999. Makanan Sehat. Bandung: Indonesia Publishing House
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:Alfabeta
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:PT. Bumi Aksara
Supratiknya. (1995).Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi.Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Tahir, Muh. 2011. "Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan". Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar