LAPORAN PRAKTIKUM
"BIOKIMIA DARAH"
OLEH :
CITRA WANDOYA : 41130018
DANIASTI W. K : 41130040
ALEXANDER GANDA : 41130041
PUTU DAMAYA : 41130078
FANDRY TUMIWA : 41130088
KOMANG AYU S. : 41130096
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
2014
BAB 1
DASAR TEORI
Darah merupakan cairan yang terdapat pada makhluk hidup yang berfungsi sebagai alat transportasi zat, seperti oksigen, hasil metabolisme, fungsi imunitas tubuh, transport sisa metabolisme, transportasi untuk mengangkut sari makanan, alat transport hasil oksidasi, alat pengangkut getah hormone, menjaga suhu temperature tubuh, dan menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Selain alat transprtasi, darah memiliki banyak kegunaan untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup, manusia tidak dapat bertahan hidup. Darah pada tubuh manusia mengandung sekitar 55% plasma darah dan 45% sel-sel darah. Jumlah darah yang ada ditubuh, yaitu sekitar 1/13 berat tubuh orang dewasa atau 4-5 liter. Darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah trombosit.
Pembekuan darah disebut juga dengan koagulasi darah. Faktor yang mempengaruhi penggumpalan darah adalah garam kalsium sel luka yang membebaskan trhombokinase, thrombin, dan prothrombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan darah adalah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin, bersama-sama dengan ion Ca tromboplastin mengaktifkan protombin menjadi thrombin.
Eritrosit, leukosit, dan trombosit tersuspensi dalam plasma darah. Plasma merupakan komponen cairan dari darah yang mengandung fibrinogen terlarut. Setelah aktivasi oleh enzim plasmin, terbentuklah gumpalan fibrin. Sesudah gumpalan ini disingkirkan, sisa yang tertinggal disebut serum. Plasma terdiri 90% air yang terlarut dalam zat-zat elektrolit dan beberapa protein, yaitu Globulin (alfa,betta,gamma), albumin, faktor pembekuan darah, karbohidrat, dan lipid. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam 1 menit sekitar 70% cairan plasma bertukaran dengan cairan interstisial. Serum darah adalah cairan bening yang memisah setelah darah dibekukan. Plasma adalah supernatan yang diperoleh setelah dilakukan sentrifugasi darah bercampur koagulan dalam suatu tabung reaksi. Sedangkan serum adalah supernatant yang didapatkan setelah sampel darah dibiarkan menggumpal secara spontan. Plasma darah berbeda dengan serum darah terutama pada serum tidak terdapat faktor pembentukan fibrinogen.
Protein plasma mempunyai peran yang penting dalam pengaturan distribusi air antara plasma dan ruang interstisila, karena sebagai protein ia tidak dapat melewati dinding kapiler. Dengan demikian, tekanan osmotic koloidnya akan menahan air dalam sirkulasi darah. Peran yang terbesar dilakukan albumin (kurang lebih 80%). Albumin juga mempunyai arti yang besar untuk ikatan protein obat. Globulin diperlukan untuk berbagai fungsi biologik, di antaranya mengangkut vitamin B12, bertanggung jawab untuk transport besi bervalensi tiga dalam plasma. Sementara itu, gamma-globulim merupakan glikoprotein yang pada reaksi imun, maka gamma-globulin disebut juga immunoglobulin.
BAB II
PERSIAPAN PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Spuit
2. Tabung reaksi
3. Stopwatch
4. Vortex
BAHAN :
Darah Sitrat
Darah bebas fibrin
Cacl2 5%
Serum Darah
Ammonium Sulfat Jenuh
(NH4)2SO4 padat
CH2SO4 2%
Indiktaor Klorfenol merah
HNO3 pekat
Larutan AgNO3
Amonum Molibdat
Kalium Oksalat
Gliserol
Na2CO3 padat
Larutan CuSO4
Akuades
Reagen Tauber
Hidrogen Peroksida
CARA KERJA
Koagulasi Darah
Percobaan 1 : Pengaruh Ion Cad an Fibrin terhadap koagulasi darah
Reaksi a:
Darah dengan sitras + 5 tetes CaCl2 5% dihomogenkan dengan vortex Terjadi Koagulum?
Reaksi b:
Darah bebas fibrin+ 5 tetes CaCl 2 5% dihomogenkan dengan vortex Terjadi koagulum?
Protein Serum
Percobaan 2 : Pengendapan Albumin
5cc serum darah +5 cc larutan ammonium sulfat jenuh campur dengan vortex larutan menjadi kuning jenuh disaring. Filtrate dibuat percobaan 3 dan endapan diambil.
Endapan diencerkan dengan aquades larut
Percobaan 3: Pengendapan Albumin
(NH4)2SO4 padat 3 sendok kecil + filtrate hasil peercobaan 2 dicampur disaringdiambil endapannya lalu letakkan di tabung lain
Endapan yang di tabung lain akuades larut lagi
ZAT- ZAT NON-PROTEIN PADA SERUM DARAH
Percobaan 4 : Deproteinisasi
5cc serum +air dipanaskan disaring, endapan dan filtrate dipisah. Filtrat dipakai untuk percobaan 5,6,7,8
Percobaan 5: Menunjukkan Adanya Klorida
Filtrat + 1 tetes HNO3 pekat + 1 tetes AgNO3 Endapan putih?
Percobaan 6 : menunjukkan adanya fosfat
Filtrat + 1 tetes HNO3 + 3 tetes Amonium Molibdat dipanaskan
Endapan kuning?
Percobaan 7 : menunjukkan adanya kalsium
Filtrat + 4 tetes kalium oksalat endapan laru terjadi kekeruhan?
Percobaan 8 : menunjukkan adanya glukosa
Filtrat + 3 tetes Na2CO3+ 3 tetes
PIGMEN DARAH
Percobaan 9:
10 tetes darah + 10cc aquades dicampur dengan vortex lalu dipanaskan darah menjadi berwarna merah terang bening?
Percobaan 10:
2 cc H2O2 + 2cc reagen tauber dicampur dengan vortex lalu ditetesi dgn larutan darah secara pelahan dari percobaan 9 terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan ketika tetesan ke 3
BAB III
HASIL
KOAGULASI DARAH
Percobaan 1: Pengaruh Ion Ca dan fibrin terhadap koagulasi darah
Reaksi a:
Darah dengan sitras + 5 tetes CaCl dihomogenkan dengan vortex pada menit ke 85 tidak terjadi koagulasi
Reaksi b:
Darah bebas fibrin+ 5 tetes CaCl dihomogenkan dengan vortex pada menit ke 85 tidak terjadi koagulasi
PROTEIN SERUM
Percobaan 2 : Pengendapan Globulin
5cc serum darah +5 cc larutan ammonium sulfat jenuh campur dengan vortex larutan menjadi kuning jenuh disaring. Filtrate dibuat percobaan 3 dan endapan diambil.
Endapan diencerkan dengan aquades endapan menjadi larut
Percobaan 3: Pengendapan Albumin
(NH4)2SO4 padat 3 sendok kecil + filtrate hasil peercobaan 2 dicampur disaringdiambil endapannya
endapan diencerkan dengan aquades larutan berwarna kuning bening
ZAT- ZAT PROTEIN PADA SERUM
Percobaan 4 : Deproteinisasi
5cc serum +air dipanaskan disaring, endapan dan filtrate dipisah. Filtrate dipakai untuk percobaan 5,6,7,8
Percobaan 5: Menunjukkan Adanya Klorida
Filtrate + 1 tetes HNO3 pekat + 1 tetes AgNO3 hasil endapan putih
Percobaan 6 : menunjukkan adanya fosfat
Filtarat + 1 tetes HNO3 + 3 tetes Amonium Molibdat dipanaskan dihasilkan endapan warna kuning jeruk.
Percobaan 7 : menunjukkan adanya kalsium
Filtart + 4 tetes kalium oksalatc endapan larut hasil terjadi kekeruhan
Percobaan 8 : menunjukkan adanya glukosa
Filtrat + 3 tetes Na2CO3+ 3 tetes
PIGMEN DARAH
Percobaan 9:
10 tetes darah + 10cc aquades dicampur dengan vortex lalu dipanaskandarah menjadi berwarna merah terang bening
Percobaan 10:
2 cc H2O2 + 2cc reagen tauber dicampur dengan vortex lalu ditetesi dgn larutan darah secara pelahan dari percobaan 9 terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan ketika tetesan ke 3
BAB IV
PEMBAHASAN
Percobaan 1 : Koagulasi Darah
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan bahwa darah sitrat lebih cepat mengalmi koagulasi dibanding darah bebas fibrin setelah ditambahkan CaCl 2. Darah sitrat mengalami koagulasi karena ditambahkan CaCl 2 karena unsur kalsium dalam kalsium klorida membebaskan trombokinase, trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn). Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan trombin.
Faktor Pembekuan Darah
Di awal abad 20, Howell mengatakan bahwa ada 4 faktor penggumpal darah, yaitu tromboblastin, protrombin, Ca 2+ dan fibrinogen. Dewasa ini telah diketahui paling tidak ada 12 faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah, seperti yang tampak pada table berikut ini.
Faktor
Nama
I
II
III
IV
V
VII
VIII
IX
IX
X
XII
XIII
Fibrinogen
Protrombin
Tromboplastin ( faktor jaringan)
Ca2+
Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)
Prokonvertin
Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)
Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)
Faktor stuart-power
Anteseden tromboplastin plasma (PTA)
Faktor hageman
Faktor Laki-Lorand
Proses Pembekuan Darah ( Koagulasi )
Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama:
1. Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang rusak, maka rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan lebih dari selusin factor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi yang disebut activator protrombin.
2. Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi thrombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :
1. Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan jaringan sekitarnya
2. Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.
Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai protein plasma, terutama betaglobulin, memegang peranan utama. Bersama dengan factor-faktor lain yang telah diuraikan dan terlibat dalam proses pembekuan, semuanya disebut factor-faktor pembekuan darah, dan pada umumnya, semua itu dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif. Bila berubah menjadi aktif, kerja enzimmatiknya akan menimbulkan proses pembekuan berupa reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat. 1
Mekanisme Pembekuan darah
Sebagian besar factor pembekuanditandai dengan angka Romawi. Bila kita ingin mengatakan bentuk factor yang telah teraktivasi,maka kita harus menambah huruf "a" setelah angka romawi,.
A. Mekanisme Ekstrinsik
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator protrombin dimulai dengan dinding pembuluh luar yang rusak, dan berlangsung melalui langkah-langkah, yaitu :
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa factor yang disebut factor jaringanatau tromboblastin jaringan. Faktor ini terutama terdiri dari fosfolipid dari membrane jaringan dan kompleks lipoprotein yang mengandung enzim preteolitik yang tinggi.
2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks lipoprotein dari factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII dan bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai enzim terhadap factor X untuk membentuk factor X yang teraktivasi.
3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-peranan factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan fosfolipid jaringan, atau dengan fosfolipidtambahan yang dilepaskan dari trombosi, juga dengan factor V, yang membentuk senyawa yang disebut activator protrombin. Kemudian senyawa ini memecah protrombin menjadi trombin, dan berlangsunglah proses pembekuan darah. Pada tahap permulaan, factor V yang terdapat dalam kompleks activator protrombin bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan darah ini dimulai dan thrombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari thrombin akan mengaktifkan akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan protrombin. Pada akhirnya, factor X yang teaktivasilah yang menyebabkan pemecahan protrombin menjadi thrombin.
B. Mekanisme Instrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan dengan demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai dengan
terjadinya trauma terhadap darah itu sendiri atau berkontak dengan kolagen pada dinding pembuluh darahyang rusak, dan kemudian berlangsunglah serangkaian reaksi yang bertingkat.
1. Pengaktifan factor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan kolagen pembuluh darahakan mengubah dua factor pembekuan penting dalam darah: Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya karena berkontak dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah seperti gelas, ia akan berubah menjadi bentuk baru yaitu sebagai enzim proteolitik yang disebut factor XII yang teraktivasi. Pada saat bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan ini akan melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan langkah kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen HMW( berat molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap factor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid trombosit dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-peranan factor V. Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama dengan langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi berbentuk suatu kompleks yang disebut activator protrombin.
- Peranan ion kalsium dalam jalur instrinsik dan ekstrinsik
Ion kalsium diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat semua reaksi. Oleh karena itu, tanpa ion kalsium, pembekuan darah tidak terjadi. Kadar ion kalsium dalam tubuh jarang sekali turun sedemikian rendah sehingga nyata mempengaruhi kinetic pembekuan darah. Sebaliknya, bila darah di keluarkan dari tubuh manusia, pembekuan dapat dicegah dengan menurunkan kadar ion kalsium sampai di bawah ambang pembekuan, dengan cara deionisasi kalsium yaitu mereaksikannya dengan zat-zat lain seperti ion sitrat atau dengan mengendapkan kalsium dngan ion oksalat. 1
- Interaksi antara jalur intrinsik dan ekstrinsik
Pembuluh darah rusak, pembekuan dimulai oleh kedua jalur secara bersamaan. Factor jaringan mengawali jalur ekstrinsik, sedangkan berkontaknya factor XII dan trombosit dengan kolagen di dinding pembuluh mengawali jalur instrinsik. Suatu perbedaan yang sangat penting antara jalur ektrinsik dan jalur intrinsic ialah bahwa jalur ektrinsiksipatnya dapat ekplosit, sekali dimulai, kecepatan prosesnya hanya dibatasi oleh jumlah factor jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang cidera, dan oleh jumlah factor X, VII, dan V yang terdapat dalam darah. Pada cidera jaringan yang hebat, pembekuan dapat terjadi dalam 15 detik. Jalur intrinsic prosesnya jauh lebih lambat, biasanya memerlukan waktu 1-6 menit untuk menghasilkan pembekuan. 1
Lintasan instrinsik dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan faktor XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negatif. Kalau komponen dalam fase kontak terkait pada permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Begitu faktor XIIa mengaktifkan faktor XI menjadi XIa dan juga melepaskan bradikinin dari kininogen dengan berat molekul tinggi. Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengakitfkan faktor IX menjadi enzim serin protease, yaitu faktor IXa. Faktor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X untuk menghaasilkan faktor Xa. Reaksi belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan komplek tenase, pada permukaan trombosit aktif, yaitu : Ca2+ dan faktor VIIIa disamping faktor IXa dan faktor X. Faktor VIII diaktifkan oleh trombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh trombin dalam proses pemecahan selanjutnya. 4
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII, X serta Ca2+ dan meghasilkan faktor Xa. Faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan mengaktifkannya. Faktor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa untuk mengaktifkan faktor X. Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsik dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protombin menjadi trombin yang kemudian mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompleks proetombinase yang terdiri atas fosfolipid anionik platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protombin. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII menjadi faktor XIIa. Faktor ini merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silang
secara kovalen antar molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptida antara gugus amida residu glutamin dan gugus ε mino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensiterhadap proteolisis.4
- Regulasi Thrombin
Thrombin yang aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit.
Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Resorpsi Gumpalan Darah
Apabila pembekuan darah sudah terbentuk secara sempurna, massa gumpalan itu sendiri akan akan menyumbat bagian pembuluh darah yang mengalami cidera disekitarnya. Dalam penyembuhan luka, kesinambungan pembuluh darah dapat dipulihkan, sehingga gumpalan darah kemudian terkurung dalam suatu dalam pembuluh darah yang harus disingkirkan. Dalam hal ini massa gumpalan harus dilenyapkan. Proses resorpsi massa gumpalan darah dinamai fibrinolisis, yang juga memerlukan enzim, yaitu enzim proteolitik yang bernama fibrinolisis atau plasmin.
Serat fibrin sendiri mengaktifkan suatu factor yang terdapat didalam darah dan berbagai jaringan, yaitu profibrinokinase (profibrinolisokinase) menjadi bentuk aktif, yaitu fibrinokinase (fibrinolisokinase). Selanjutnya, fbrinokinase ini akan mengaktifkan plasmin (fibrinolisin) yang didalam darah berada dalam bentuk tidak aktif, yaitu plasminogen (profibrinolisis). Plasmin atau fibrinolisin yang aktif ini adalah suatu enzim proteolitik yang sangat kuat, sehingga serat-serat fibrin yang tidak larut dan selanjutnya dipecah menjadi peptida kecil-kecil. 3
Percobaan 2 : Pengendapan Globulin
Globulin adalah protein yang terdapat pada serum. Globulin berfungsi untuk membentuk zat kekebalan / antibody. Dalam serum terdapat albumin dan globulin. Untuk mendapatkan/ menentukkan adanya globulin, 5cc serum ditambahkan (NH4)2SO4 22% (ammonium sulfat jenuh) yang akan memisahkan protein dengan salting out. Protein mempunyai struktur yang tidak stabil sehingga akan mengalami proses denaturasi (prespitasi dan koagulasi). Globulin mempunyai sifat larut dalam air. Ditambahkan ammonium sulfat, maka protein akan mengalami denaturasi sehingga globulin akan terpisah sebagai endapan.
Pengendapan terjadi karena pada saat ammonium sulfat ditambahkan pada serum , ion ion garam amounium sulfat menarik molekul air dan albumin menjauh dari globulin. Ion ion garam pada ammonium sulfat mempunyai muatan jenis yang lebih besar di banding protein, sehingga berikatan dengan molekul air dan albumin yang menyebabkan terpresifitasi. Setelah ini akan didapatkan endapan globulin yang akan disaring dengan kertas saring dan akan didapatkan filtrate untuk percobaan albumin. Pemisahan globulin dengan cara menuangkan cairan pada corong yang telah diberi kertas saring. Endapanberupa gel akan tersangkut di kertas saring dan nanti akan dilarutkan dengan aquades (sifat globulin larut dalam garam encer).
Dari hasil percobaan yang kami lakukan , setelah dilarutkan dengan aquades. Ketika dilihat endapan larut tetapi masih terlihat adanya endapan. Itu menunjukan bahwa globulin bersifat hidrofobik
Percobaan 3 : Pengendapan Albumin
Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia dan membentuk sekitar 60 % protein plasma total.Sekitar 40 % albumin terdapat dalam plasma dan 60 % sisanya terdapat di ruang ekstrasel . Albumin mula-mula dibentuk sebagai praprotein.Peptida sinyalnya dikeluarkan sewaktu protein ini masuk ke dalam sisterna reticulum endoplasma kasar,dan heksapeptida di terminal amino yang terbentuk kemudian diputuskan ketika protein ini menempuh jalur sekretorik.Sintesis albumin berkurang pada beragam penyakit. Peranan albumin dalam darah adalah menjaga tekanan osmotik dari cairan koloid plasma, sebagai alat pengangkut dan memperbaiki kadar bilirubin, sebagai alat pengangkut asam lemak dan bahan metabolit lain seperti hormon dan enzim.
Dengan demikian albumin sering kali dipakai pada penelitian karena kemampuan mempertahankan tekanan osmotik, sebagai plasma dan kemampuannya sebagai pengikat berbagai bahan toksik, termasuk bilirubin serta logam berat, serta kemampuan angkutnya dalam mengangkut asam lemak, bahan metabolit, hormon serta enzim, sebagai antioksidan dan buffer.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan di dapatkan filtrat larut dalam aquades.Hal ini menunjukkan uji albumin dalam serum darah positif (+).Karena endapan dari hasil filtrate penegendapan globulin ditambah (NH4)2SO4 yang diberi aquades larut berwarna bening.Yang menandakan bahwa albumin merupakan protein yang larut dalam air (Hidrofilik).
Percobaan 4 : Deproteinasi
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menghilangkan protein dalam serm darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya. Hasil yang diperoleh ketika serum darah ditambah air dan asam asetat yang kemudian dididihkan, didapati adanya endapan dalam larutan. Larutan tersebut kemudian ditetesi klorfenol merah dan diasamkan yang menyebabkaan terjadi perubahan warna menjadi kuning bening.
Fungsi dari penambahan asam asetat dan pemanasan adalah untuk proses penggumpalan, sebab di dalam darah terkandung protein. Protein adalah senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan menggumpal bila dipasaskan. Penggumpalan terjadiketika protein telah mencapai titik isolistriknya. Titik isolistrik dalam darah adalah 4,88. Fungsi dari penambahan indicator klorfenol merah adalah untuk mendapatkan pH diluar titik isolistrik protein.
Percobaan 5: Menunjukkan adanya Klorida
Dari hasi pengamatan yang kami lakukan, filtrat yang ditambah larutan AgNO3 encer dan HNO3 didapatkan endapan putih AgCl dengan larutan keruh. Endapan putih yang terbentuk karena penambahan HN03 dan AgNo3 sehingga membentuk AgCl. Hal ini menunjukkan uji adanya ion klorida dalam darah hasilnya positif (+). HNO3 pekat mengubah Cl organik menjadi Cl anorganik. Cl organik dapat diikat oleh AgNO3, selain itu juga penambahan HN03 mencegah terjadinya endapan perak fosfat pada larutan. Jumlah kadar khlor tiap spesies dan jenis kelamin berbeda, tergantung pada pakan yang dimakannya (Murray,2009)
Reaksi yang terjadi:
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
Percobaan 6: Menunjukkan adanya fosfat
Tujuan uji fosfat adalah mengetahui adanya senyawa fosfat dalam darah. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini filtrat ditambah ammonium molibdat dan HNO3 pekat yang kemudian dipanaskan adalah timbul endapan warna kuning pada larutan. Endapan kuning yang terbentuk pada larutan merupakan endapan ammonium
fosfomolibdat yang diperoleh dari reaksi ammonium molibdat dan fosfat dalam filtrat.
Penambahan HNO3 berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan peroksida dan untuk
melepaskan ikatan fosfat dalam darah, sehingga dapat berikatan dengan ammonium
fosfomolibdat (Ganong).
Percobaan 7 : Menunjukkan adanya kalsium
Tujuan uji kalsium adalah untuk mengetahui adanya kalsium dalam darah. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini ketika filtrat dari percobaan 4 ditambahkan larutan kalium oksalat adalah larutan menjadi keruh
Keruhnya larutan tersebut filtrat bereaksi dengan kalium oksalat membentuk kalsium oksalat.
Reaksi yang terjadi adalah :
K2C204 + Ca2+ CaC2O4 + 2K-
Percobaan 8: Menunjukkan adanya Glukosa
Prinsip kerjanya dari uji glukosa ini adalah endapan merah bata yang terbentuk dikarenakan glukosa pada darah mereduksi larutan benedict lalu membentuk Cu20 yang berwarna merah bata (Widiyanti dkk, 2012). Dari hasil pengamatan pula, filtrat yang ditambah larutan gliserol, natrium karbonat tidak berair atau padat, dan larutan cupri sulfat menghasilkan endapan merah bata Cu2O. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa dalam darah dapat mereduksi larutan benedict membentuk Cu20, sehingga hasilnya positif. Na2CO3 (Natrium Karbonat) anhidrat yang dipakai memberikan suasana basa sehingga glukosa menjadi enol reaktif, lalu enol reaktif akan mereduksi Cu2+. Dalam uji ini, Na sitrat diganti dengan gliserol, karena na sitrat sifatnya lebih mudah mengikat Ca daripada Cu, oleh karena digunakanlah gliserol yang mudah mengikat Cu.
Reaksi yang terjadi :
2Cu2++ + 4OH- Cu2O+ 2H2
Percobaan 9: Pemecahan pigmen eritrosit
Prinsip kerja dari percobaan ini untuh pemecahan eritrosit dengan menggunakan aquades sebagai pengencer dan pemanasan larutan untuk pemecahan eritrosit. Air bersifat hipotonis sedangkan darah bersifat hipertonis. Air akan masuk ke dalam sel darah sehingga eritrosit menggembung dan pecah. Hb menyebabkan warna merah. Fe2+ keluar dari heme sehingga warna menjadi merah cokelat.
Percobaan 10: Uji Benzidine
Prinsip kerja dalam uji benzidine/alders ini menggunakan p-diamimodiphenyl (larutan tauber) dan hydrogen peroksida sebagai reagent. Uji ini berdasarkan fakta bahwa hemoglobin dapat berfungsi seperti enzim peroksidase. Yang mempercepat oksdasi substrat tertentu seperti phenol atau amina aromatic. Ketika benzidine dan hydrogen peroksida ditambahkan darah, suatu reaksi redoks akan terjai yang mengkonversi benzidine menjadi produk dengan warna hijau kebiruan yang dikenal sebagai dianzo.
Hasil reaksi :
Fe2+ + H2O2 Fe3+ + OH- + OH
BAB V
KESIMPULAN
Dalam proses pembekuan darah, memerlukan fibrin dan Ca.
Dalam plasma darah terdapat protein (albumin dan globulin), karbohidrat (glukosa), danelektrolit (Ca, K, Cl, dan P)
Hemoglobin dalam eritrosit dapat bersifat seperti enzim ketika di beri reagen tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Murray, Robert K. et. al. 2006. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran
Pearce, Evelyn. C. 2006; "Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis". PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Poeidjiadi, dkk. 2007. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
Yazid, Estien; Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum biokimia untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Hawab, H.M. 2003. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia Publishing.