LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LIMBAH ELEKTROKOAGULASI
“
”
Disusun oleh : KELOMPOK 3 KELAS 2B
1. AFIATI SAPUTRI 2. BHEKTI NUGROHO 3. ELITA RAHAYU WIDAYANTI 4. MUHAMMAD IQBAL 5. NADYA RIZKITA 6. THERESIA DEA
(03) (04) (09) (15) (16) (20)
TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016
PENGOLAHAN LIMBAH METODE KOAGULASI Hari,Tanggal pelaksanaan I.
: Selasa, 31 Mei/7 Juni 2016
ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
Alat
: beaker glass 2L, plat alumunium,karbon dan platina, seperangkat lat listrik,
power supply, corong gelas kecil, pipet ukur 25 ml, sepe rangkat alat turbidimeter. Bahan : air limbah, II.
SKEMA KERJA PERCOBAAN Siapkan seperangkat alat elektrokoagulasi dan bahan(limbah
Letakkan limbah pada alat flokulasi
Sambungkan instalasi listrik sesuai alur dan fungsinya
Masukkan lempengan elektroda pada kondisi 90% tercelup
Amati perubahan yang terjadi selama 1 minggu, ambil sampel 25 ml setiap hari
Amati perubahan pH yang terjadi, dan turbiditinya
Penentuan dosis koagulan optimum Persiapkan alat flokulator
Atur kecepatan 100 rpm, aduk selama 1 menit
Kurangi kecepatan pengadukan 30 rpm, lanjutkan pengadukan
Setelah 20 menit matikan pengaduk,
Lakukan analisa turbidity pada cairan
Ukur PH
III.
DATA PENGAMATAN Volume limbah yang digunakan : 1 liter Ph awal limbah: 3 Katoda: arang Anoda korban: alumunium Sampel hari ke1 2 3 4 5 6 7
IV.
ph 4 3 4 3 3 3
turbiditi 9.99 61.7 9.99 106 108 114
PEMBAHASAN Pembahasan oleh Nadya Rizkita
Pengolahan limbah secara elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, dimana salah satu elektrodanya adalah alumunium. Elektroda dalam proses ini merupakan salah satu alat untuk menghantarkan atau menyampaikan arus listrik kedalam larutan agar larutan tersebut terjadi suatu reaksi (perubahan kimia).
Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu reaksi oksidasireduksi, sebagai akibat adanya arus istrik (DC). Pada reaksi ini terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion postif(kation) yang bergerak pada katoda bermuatan negatif. Sedangkan ion-ion negatif bergerak menuju anoda yang bermuatan positif yang kemudian ion-ion tersebut dinamakan sebagai anion(bermuatan negatif). Dari reaksi reaksi yang terjadi, maka pada katoda akan dihasilkan gas hidrogen dan reaksi ion logamnya. Sedang pada anoda akan dihasilkan gas halogen dan pengendapan flokflok yang terbentuk. Hasil analalisis setelah melalui proses elektrokoagulasi secara umum tidak mengalami perubahan terhadap nilai pH, tetapi perubahan yang tidak beraturan pada nilai turbiditinya. Kekeruhan atau turbidity mengalami perubahan yang tidak beraturan, nilai turbidity semakin hari semakin besar pada hari ke-7 mencapai 114. Sedangkan pH tidak mengalami perubahan yang berarti ada kecenderungan stagnan pada pengunaan plat Alumunium, hal ini dimungkinkan ion Al2+ dapat menimbulkan suasan asam dalam limbah,. Jadi dapat diprediksikan bahwa limbah cair yang kita gunakan bersifat sam dapat menurunkan pH. Dengan hasil percobaan dengan skala lab, kapasitas 2 liter dengan menggunkan penyedia arus dengan spesifikasi tertentu terdapat kelemahan atau kekurangan dari proses elektrokoagulasi, yaitu: bau(bau busuk) tidak dapat dihilangkan.
Pembahasan oleh Elita Rahayu Pengolahan limbah secara Elektrokoagulasi adalah proses pengolahan yang dilewati oleh arus listrik. Proses tersebut mempunyai efisiensi yang tinggi dalam penghilangan kontaminan serta biaya operasi yang rendah, karena bahan yang digunakan bisa menngunakan bahan bekas (semisal bekas minuman kaleng) serta arang. Proses pengolahan limbah tersebut adalah sel eletrokimia dimana anoda korban(alumunium) digunakan sebagai agen koagulan. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang di dalamnya terdapat katoda dan anoda sebagai penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit. Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Pada permukaan elektroda positif ini, Fe melepaskan elektronnya menjadi Fe2+yang mengikat OH-membentuk Fe(OH)2 menjadi koagulan. Gas hidrogen membantu kontaminan mengapung atau terangkat. Hal ini yang menyebabkan
tereduksinya dissolved organic atau material terlarut termasuk flok Fe(OH)2 yang mengikat limbah organik serta menangkap sebagian limbah organik yang tidak terdeposit pada batang katoda. Penurunan warna disebabkan oleh proses adsorbsi, substansi molekul meninggalkan larutan limbah dan bergabung pada permukaan zat padat (koagulan) pada proses elektrokoagulasi. Proses adsorbsi disini berfungsi untuk menyisihkan senyawa-senyawa aromatik dan senyawa organik terlarut. Pembahasan oleh Afiati Saputri Praktikum kali ini adalah Elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah proses koagulasi dengan menggunakan arus listrik searah melalui proses elektrokimia, yaitu dekomposisi elektrolit, dimana elektrodanya terbuat dari alumunium atau besi. Arus listrik mendorong sejumlah reaksi kimia tergantung pada jenis dan sifat elektrode dan media larutan. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah elektrokoagulator, yang dirancang dengan kaca sebagai reaktornya. Sumber tenaga yang dipakai yaitu arus listrik searah dengan nilai tegangan 12 Volt. Prosesnya berupa elektrolisis dengan elektroda positif (anoda) berupa Alumunium dari kaleng bekas dan katoda (kutub negatif) berupa batang karbon dari lempengan arang. Variabel berupa waktu. Dengan menggunakan variabel waktu ini, kami dapat mempertimbangkan hasil percobaan antara sampel yang diambil tiap satu hari sekali. Untuk analisis data fisik sampel dapat dilihat dari warna sampel, dimana semakin lama waktu kontak yang diberikan, sampel yang didapatkan terlihat berkurang kekeruhannya, hal ini sesuai dengan yang diharapkan pada metode ini. Hal ini dikareanakan elektrokoagulasi dapat menyebabkan zat-zat pengotor mengendap di bagian bawah sehingga menyebabkan endapan yang berwarna hitam menggumpal. Hasil praktikum yang kami amati, pH yang kami ukur selama 7 hari tetap sama yaitu antara 3 sampai 4. Dan hasil turbidity dari limbah memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena mumgkin pada saat pemgambilan sampel, kami mengambil sampel limbah paa bagian bawah sehingga endapan hasil elektrokoagulasi ikut terambil dan menebabkan nilai turbidity nya tinggi. Pembahasan oleh Theresia Dea Pada praktikum ini kami melakukan pengolahan limbah dengan metode elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah proses koagulasi menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia (Fadli, 2011). Dengan adanya arus listrik, kontaminan akan merespon terhadap adanya reaksi reduksi dan oksidasi sehingga dapat menghilangkan ion-ion dan mikroorganisme di dalam limbah (Putra, 2012).
Selain itu elektrokoagulasi dapat menghilangkan kekeruhan dan warna (Husni, 2 010). Limbah yang digunakan adalah limbah pembuangan laboratorium Kimia Dasar. Elektroda yang digunakan adalah besi dan karbon. Besi bertindak sebagai anoda korban sedangkan karbon sebagai katoda. Limbah diproses selama seminggu dan setiap hari sampai hari ketujuh kami mengambil sampel untuk dianalisa. Pada hari ke-1 dan 3 nilai turbidity tidak dapat terbaca. Nilai turbidity limbah semakin hari semakin besar, menunjukkan bahwa semakin lama proses elektrokoagulasi maka limbah akan semakin keruh. Dan nilai turbidity limbah setiap harinya lebih dari 50 NTU sehingga kekeruhannya tergolong tinggi (Weiner, 1990). Nilai pH limbah juga tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa elektrokoagulasi hanya dapat bekerja pada beberapa hari awal saja, dan akan mengeruh jika prosesnya terlalu lama. Semakin lamanya proses akan mengurangi polutan lebih banyak, tetapi elektroda harus diganti secara teratur (Rachmawati, 2015). Karena dalam percobaan elektroda tidak diganti, maka efektivitasnya akan menurun. Elektrokoagulasi pada percobaan juga tidak dapat mengubah tingkat keasaman dari limbah. Penyebabnya adalah elektrokoagulasi tidak dapat digunakan untuk limbah dengan sifat elektrolit yang tinggi karena adanya hubungan singkat antar elektroda. Elektrokoagulasi juga hanya dapat bekerja optimal pada pH tertentu
V. DAFTAR PUSTAKA 1. Alex.2012. Elektrokoagulasi. (http://alexschemistry.blogspot.co.id/2012/09/elektrokoagulasi.html ). Diakses tanggal 7 Juni 2016 2. Fadli, M Adib dkk. 2010. Penyisihan Kadar COD, BOD dan Warna pada Limbah Cair Industri Batik dengan Metode Elektrokoagulasi http://dokumen.tips/documents/a-del-puny-a.html (diakses tanggal 6 Juni 2016) 3. https://www.scribd.com/doc/133982449/elektrokoagulasi diakses tanggal 7 Juni 2016 4. https://www.academia.edu/3659646/elektrokoagulasi Diakses tanggal 7 Mei 2016 5. Rachmawati, Budiany. 2015. Proses Elektrokoagulasi Pengolahan Limbah Laundry. eprints.upnjatim.ac.id/6818/1/3._Budiany,_Yayok_dan_Mirwan.pdf (diakses tanggal 6 Juni 2016)