LAPORAN FIELDTRIP
SISTEMATIKA HEWAN 1 Yang Dilaksanakan Pada Tanggal 20-22 November 2009 Di Pulau Pari-Kepulauan Seribu Jakarta
; Disusun Oleh 108095000021 ( Ani Mulyani ( 108095000021 108095000004 ( Asrina ( 108095000004 Eva Bai Syarifah ( 1080950000 Fauziyah Hasanah ( 1080950000 Wahyu Setiawan ( 1080950000 Hermawan ( 1080950000
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2008/2009 1
KATA PENGANTAR
ن الرحيمه الرحبسم ال Sega Segala la puji puji bagi bagi Alla Allah h SW SWT. T. Kare Karena na hany hanyaa deng dengan an nikm nikmat at yang yang tela telah h diberikan-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adanya keinginan dan semangat menyelesaikan makalah ini tak lain dan tak luput karena adanya dukungan dari pihak – pihak yang terkait. Selain itu, keinginan ini terpacu karena rasa ingin tahu yang tinggi.
Maka Makala lah h ini ini kami kami susu susun n untu untuk k meme memenu nuhi hi sala salah h satu satu tuga tugass
mata mata kuli kuliah ah
Pakt Paktik ikum um Sist Sistem emat atik ikaa Hewan Hewan I yang yang berk berken enaa aan n deng dengan an mate materi ri Echi Echino node derm rmata ata dan dan Coelenterata.
Selain Selain itu pula, pula, kami kami mengu mengucap capkan kan terima terima kasih kasih kepada kepada Dosen Dosen Praktik Praktikum um Sistematika Hewan I kami Ibu Narti M.si, karena atas dukungan yang telah diberikan akhirnya kami dapat menyusun makalah ini.
Semo Semoga ga Allah Allah SW SWT T Yang Yang Maha Maha Semp Sempur urna na mene meneri rima ma sega segala la amal amal dan dan perbuatan karya kita yang jauh dari sempurna ini. Kepada-Nya kami kembalikan segala niat niat,, usah usaha, a, jeri jerih, h, paya payah, h, dan dan kesu kesung nggu guha han n kita kita dalam dalam melak melakuk ukan an sega segala la bent bentuk uk pengabdian kepada-Nya.
Jakarta, 7 Desember 2009
Penulis
2
KATA PENGANTAR
ن الرحيمه الرحبسم ال Sega Segala la puji puji bagi bagi Alla Allah h SW SWT. T. Kare Karena na hany hanyaa deng dengan an nikm nikmat at yang yang tela telah h diberikan-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adanya keinginan dan semangat menyelesaikan makalah ini tak lain dan tak luput karena adanya dukungan dari pihak – pihak yang terkait. Selain itu, keinginan ini terpacu karena rasa ingin tahu yang tinggi.
Maka Makala lah h ini ini kami kami susu susun n untu untuk k meme memenu nuhi hi sala salah h satu satu tuga tugass
mata mata kuli kuliah ah
Pakt Paktik ikum um Sist Sistem emat atik ikaa Hewan Hewan I yang yang berk berken enaa aan n deng dengan an mate materi ri Echi Echino node derm rmata ata dan dan Coelenterata.
Selain Selain itu pula, pula, kami kami mengu mengucap capkan kan terima terima kasih kasih kepada kepada Dosen Dosen Praktik Praktikum um Sistematika Hewan I kami Ibu Narti M.si, karena atas dukungan yang telah diberikan akhirnya kami dapat menyusun makalah ini.
Semo Semoga ga Allah Allah SW SWT T Yang Yang Maha Maha Semp Sempur urna na mene meneri rima ma sega segala la amal amal dan dan perbuatan karya kita yang jauh dari sempurna ini. Kepada-Nya kami kembalikan segala niat niat,, usah usaha, a, jeri jerih, h, paya payah, h, dan dan kesu kesung nggu guha han n kita kita dalam dalam melak melakuk ukan an sega segala la bent bentuk uk pengabdian kepada-Nya.
Jakarta, 7 Desember 2009
Penulis
2
DAFTAR ISI JUDUL KATA KATA PENG PENGAN ANTA TAR… R……… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …….. .... ....
2
DAFT DAFTAR AR ISI… ISI……… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …….. ....
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1 Lata Latarr Belak Belakan ang… g……… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………. …... ..
5
1.2 1.2 Rumu Rumusa san n Masa Masala lah h ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……… …
6
1.3 1.3 Tuju Tujuan an Prak Prakti tiku kum m Lapa Lapang ngan an ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ……… …
6
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Ekologi Ekologi Laut dan Wilayah Wilayah Pesisir Pesisir …………………………… …………………………………… ……… 7 2.2 Filum Filum Echin Echinode oderma rmata…… ta…………… ……………… ……………… ……………… ……………… …………… …… 8 2.3 Filum Filum Coelen Coelenter terata ata ……………… ……………………… ……………… ……………… ……………… ………… …
18
2.4. 2.4.Ke Kean anek ekara aragam gaman an Jeni Jeniss ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ……… …
29
2.5 2.5 Kepad Kepadat atan an (Den (Densi sita tas) s) ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……
30
2.6 Pola distribusi Populasi …………………………………………… ……………………………………………
30
2.7 Faktor fisik ( Zonasi ) ekosistem pesisir……………………………… 2.8 2.8 Kera Kerang ngka ka Berf Berfik ikir ir ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……… …
31 33
BAB III METODOLOGI 3.1 3.1 Wa Wakt ktu u dan dan Temp Tempat at ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……… …
34
3.2 Alat Alat dan dan Bahan Bahan ……………… ……………………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………
35
3.3 3.3 Metod Metodee Pelak Pelaksa sana naan an Prak Prakti tiku kum m Lapan Lapanga gan n …………… ………………… ………… ……… …
35
3.3.1. 3.3.1. Teknik Teknik Sampli Sampling ng ……………… ……………………… ……………… ……………… ………… … 35 3.3. 3.3.2. 2. Cara Cara Kerj Kerjaa ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……
35
3
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 4.1 Hasi Hasill
………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……
37
4.1. 4.1.1. 1. Zona Zonasi si Pula Pulau u Pari Pari …………… ………………… ………… ………… ………… ………… ……… …
37
4.1.2. 4.1.2. Paramet Parameter er Lingku Lingkunga ngan n
……………… ……………………… ……………… ………… …
37
4.1.3. 4.1.3. JenisJenis-jen jenis is Echino Echinoder dermat mataa di Pulau Pulau Pari Pari ……………… ………………… …
37
4.1.4 4.1.4 Jenis-jen Jenis-jenis is Echino Echinodermat dermataa yang ditemukan ditemukan di Pulau Pulau Pari … 39 4.1.5 4.1.5 Jeni Jenis-j s-jeni eniss Coelen Coelentera terata ta yang yang ditemu ditemukan kan di di Pulau Pulau Pari… Pari…… …
45
BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimp Kesimpula ulan n ……………… ……………………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………… … 46 5.2 5.2 Sara Saran n ……………… …………………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……… …
46
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau yang sangat banyak yaitu 17.508 pulau dan memiliki wilayah pesisir yang panjang dengan garis pantai yang terpanjang ke2 setelah Canada yaitu 81.209 Km sekitar 62% wilayah Indonesia merupakan laut. Indonesia memiliki sekitar 6000 pulau yang telah mempunyai nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1000 pulau. Pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih di pengaruhi sifat2 darat ( seperti angin darat, drainase air tawar, dari sungai dan desimentasi). Di wilayah pesisir (intertidal) dapat dijumpai berbagai ekosistem, seperti hutan mangrove, rawa payau, padang lamun, rumput laut dan terumbu karang. Ekosistem tersebut diatas berperan sebagai penyedia berbagai sumber daya alam dan sebagai sistem penyangga kehidupan di sekitar pantai atau pesisir. Diantara ekosistem diwilayah pesisir yang belum banyak dikenal dan diperhatikan adalah keanekaragaman biota laut pesisir. Keanekaragaman tertinggi biota laut pesisir yang ada di indonesia dintaranya adalah Echinodermata dan Coelenterata. Echinodermata adalah hewan laut yang kulitnya berduri atau berbintil. Hewan ini dibagi dalam 5 kelas utama yaitu, Tripang ( Holoturoidea), Bulu babi ( echinoidea), Bintang laut (asteroidea), Bintang ular (ophiuroidea) dan lilia laut (crinoidea). Echinodermata dapat dijumpai pada daerah pasang surut, daerah terumbu karang dan pada laut dalam. Di indonesia ditemukan kurang lebih 565 jenis echinodermata mulai dari kedalaman 0 sampai dengan 7000m. Kehadiran echinodermata pada suatu ekosistem bergantung pada beberapa faktor abiotik seperti suhu, salinitas, substrat, ketersediaan pakan, arus, pH dan kecerahan. Coelenterata adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Filum Coelenterta antara lain Hydra (Hydrozoa), ubur-ubur (Schypozoa), anemon laut dan koral (Anthozoa). Coelenterata Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks. Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi
5
membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana. Terdapat sekitar 9.500 spesies, kebanyakan hidup di laut, dan hanya 14 spesies dari kelas Hydrozoa hidup di air tawar. Biasanya terdapat diperairan dangkal, dan melekat pada substrat dan terumbu karang. Keadaan wilayah pesisir yang rusak akibat dari gangguan manusia, seperti pembuatan jalur perahu ataupun rusaknya habitat diwilayah pesisir akibat bencana alam. Adanya gangguan baik secara alami ataupun akibat dari gangguan manusia di suatu pulau menyebabkan keanekaragamaan, populasi dan distribusi echinodermata dan coeleterata terganggu. Untuk mengetahui keanekaragamaan echinodermata dan coelenterata dalam habitatnya maka mahasiswa harus melakukan praktikum lapangan yang tentunya dilakukan di tempat yang merupakan habitat dari filum Echinodermata dan filum Coelenterata. Salah satu tempatnya adalah Pulau Pari di Kepulauan Seribu. Oleh karena itu, mahasiswa Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan Fieldtrip ke Pulau Pari. Pualu Pari dipilih sebagai tempat untuk melakukan praktikum lapangan karena beberapa alasan yaitu: jaraknya yang tidak terlalu jauh, keanekaragaman biota lautnya masih bisa ditemukan, dan merupakan tempat yang pada lima tahun terakhir ini dijadikan tempat untuk praktikum lapangan sehingga kondisi daerahnya sudah dapat diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah tingkat keanekaragaman echinodermata dan coelenterata
pada habitat aslinya di daerah Pulau Pari? 2.
Bagaimanakah populasi dan pola distribusi echinodermata dan coelenterata
di daerah Pulau Pari? 3.
Bagaimanakah kondisi lingkungan (Suhu harian, Kelembaban, Kecepatan
angin, dll) di Pulau Pari?
1.3 Tujuan Praktikum Lapangan
Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari keanekaragaman, populasi dan distribusi hewan avertrebrata pada habitat aslinya dan dalam makalah ini dikhususkan pada filum echinodermata dan filum coelenterate.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Laut dan Wilayah Pesisir
Pada perairan lautan terbuka terdapat sub bagian yang dapat dibuat baik kearah vertikal maupun Horizontal. Arah vertikal disebut dengan kawasan bentik, sedangkan arah horizontal disebut dengan kawasan pelagik. Seluruh daerah perairan terbuaka di sebut kawasan pelagik. Organisme pelagik adalah organisme yang hidup di laut terbuka lepas dari dasar laut (Nybakken, 1988). Secara horizontal, kawasan pelagik dapat dibagi menjadi dua daerah ( zona ), yakni zona neritik yang mencakup masa air yang terletak di atas paparan benua dan zona oseanik meliputi semua perairan terbuka lainnya. Sedangkan secara vertikal, kawasan pelagik dibagi menjadi dua zona, yakni zona fotik yang merupakan bagian kawasan pelagik yang mendapat cahaya dan zona afotik adalah massa air yang secara terus menerus berada dalam kegelapan ( Nybakken 1988). Kawasan bentik adalah kawasan atau zona dasar laut. Kawasan bentik terdiri dari zona litoral, zona sub litoral atau paparan, zona batial, zona abisal dan zona hadal. Zona hadal adalah zona bentik dan palung lautan dengan kedalaman antara 6000-10.000 m. Zona abisal termasuk dataran yang luas dengan kedalaman antara 4000-6000m. Zona batial adalah daerah dasar yang mencakup lereng benua dan kebawah sampai kedalaman 4000m. Zona litoral atau intertidal adalah daerah pantai yang terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah. Derah ini mewakili daerah peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Daerah pasang surut terdiri atas tipe litoral bagian tengah mid litoral dan bagian bawah tepi infralitoral (Nyabakken,1988). Zona intertidal atau pasang surut merupakan zona yang melimpah dengan kehiduapan. Baik berupa fauna yang beragam maupun alga atau tumbuhan. Kehidupan fauna atau tumbuhan yang ada di dalam ekoistem laut sangat beragam. Selain itu organisme laut sangat berasosiasi dengan berbagai ekosistem laut, antara lain: ekosistem terumbu karang, mangrove, bahkan ekosistem pantai. Ekosistem ini berpengaruh terhadap biota-biota laut yang ada. (Nyabakken,1988) Ekosistem intertidal merupakan daerah perairan yang mengalami pasang surut air laut. Ekosistem ini memiliki keanekaragaman sangat tinggi dibandingkan dengan ekosistem lain yang ada di wilayah bahari. Menurut Nyabakken (1988), daerah pasang surut merupkan daerah yang relatif subur karena mendapat berbagai sumbangan zat-zat
7
hara yang berasal dari daratan mupun dari dasar laut dan memiliki percampuran zat hara yang telah mengendap di dasar laut akibat adanya aliran arus air laut, yang memungkinkan kembalinya hara tersebut ke perairan pasang surut. Luas daerah pasang surut sangat tergantung dari wilayah topografi perairan serta pasang surutnya air laut.
2.2 Filum Echinodermata
Semua anggota Echinodermata hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial. Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimer yang tersusun radial, dengan mulut di tengah-tengahnya. Pada kulit terdapat papan-papan kapur dan sebagian besar mempunyai duri-duri dermal. Hewan-hewan ini berselom, rongga tubuh majemuk, terdiri dari sejumlah ruang, termasuk satu ruangperiviseral ( perivisceral ), satu sistem perihemal ( perihaemal ), satu sistem sinus aboral, satu sistem pembuluh air, satu vesikula madreporit dan satu sinus sumbu. (Biologi Laut, 2007 & Zoologi Dasar) Sistem digesti lengkap dan bersifat sumbu atau tergulung dan ada yang memiliki divertikula, walaupun anus mungkin tidak berfungsi. Bergerak lambat dengan kaki tabung, akan tetapi awal mulanya digunakan sebagai alat indera atau pengumpul makanan. Gerakannya diatur oleh sistem tekanan hidrostatis, yang disebut sistem vascular-air. Sistem saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radier, saraf meruji dan saraf ke kaki tabung, ke duri dan sebagainya. Alat pengindera tidak berkembang baik. Permukaan tubuh peka terhadap sentuhan. Di sini juga terdapat sistem hemae (darah) yang terdiri dari sebuah bejana sirkular dan 5 satuan radier. Namun, cairan dalam bejana dan saluran tersebut tidak mengalir. Pada echinodermata tidak terdapat sistem respirasi dan sistem ekskresi secara khusus. Fungsi ekskresi dilakukan oleh proyeksi-proyeksi (penonjolan-penonjolan) kulit yang disebut brank atau papula yang terdapat di antara papan-papan kapur pada kulit. Kelamin terpisah, jantan dan betina, alat perkembangbiakan sederhana dan fertilisasi terjadi dalam air. Telur dan spermatozoa ditebar langsung keluar tanpa bantuan kelenjarkelenjar tambahan, penis, vesikula seminal (kandung semen) dan reseptakel seminal. Larva yang terbentuk bersimetri bilateral dan berenang, kelak menjadi hewan dewasa yang bersimetri radial. (Biologi Laut, 2007 & Zoologi Dasar) Jika hanya berdasarkan pola perkembangan stadium, nampak jelas hubungan dekat antara filum echinodermata dan filum chordate. Dalam kedua filum itu blastofor merupakan lubang ke dalam, sedangkan gastrosoel merupakan anus. Dalam kedua filum itu selom terbentuk dari kantung-kantung arkenteron (gastrosoel). Sifat-sifat embrional seperti itu tidak ada pada garis evolusi invertebrate, termasuk Annelida, Mollusca,dan
8
Arthropoda, sebab pada hewan-hewan terakhir itu mulut dibentuk dari blastofor, dan selom khas terbentuk dari pemisahan mesoderm. Meskipun demikian, karena adanya kenyataan bahwa echinodermata dewasa bersimetri radial, sedangkan chordata bersimetri bilateral, maka bukan penolakan mendasar buat suatu teori bahwa antara echinodermata dan chordata itu ada hubungan garis evolusi. Simetri radial pada echinodermata merupakan hal yang tidak penting karena dianggap sebagai sesuatu hal yang didapat, sebab sebagai larva echinodermata itu bersimetri bilateral. (Zoologi Dasar)
1. KELAS ECHINOIDEA Hewan-hewan echinoid antara lain bulu babi ( Diadema setosum), bulu hati ( heart
urchin ), dan dolar pasir, berbentuk bundar pipih. Tubuh hewan ini bulat tanpa lengan, duriduri menutup tubuh, panjang pada bulu babi dan pendek pada dolar pasir. Tubuh terbungkus oleh suatu struktur yang berupa cangkang ( test ), terdiri dari lempenganlempengan yang menyatu membentuk kotak seperti cangkang keras di tempat ini dia hidup. Biasanya ada 10 deret lempeng lipat, dua dengan lima pasang lubang untuk kaki tabung yang ramping keluar melalui cangkang. Mulut dilengkapi dengan 5 buah gigi, terdapat pada pusat permukaan oral dan dikelilingi oleh sebuah daerah membran yang bebas dari duri yang disebut peristom. Branki dermal berjumlah 5 pasang mengelilingi batas peristom. Branki itu juga disebut insang . Duri-duri itu dapat bergerak pada pangkalnya. (Biologi Laut, 2007 & Zoologi Dasar)
Pada hewan ini terdapat tabung-tabung telapak yang tersusun menjadi 5 baris. Tabung-tabung telapak yang terdapat pada sisi oral berfungsi dalam gerakan, lainnya berfungsi dalam pernafasan. Anus bermuara pada pusat sisi aboral, yaitu pada pusat
periprok yang berupa sekumpulan papan-papan kapur. Periprok dikelilingi oleh 5 buah papan-papan genital. Satu di antara papan-papan genital itu adalah madreporit yaitu suatu papan yang tersebar dan berlubang-lubang halus. Papan itu adalah papan ambulakral dan lubang-lubangnya untuk tabung-tabung telapak. Baris intermedier berakhir pada papan papan genital. Baris-baris intermedier itu adalah papan-papan interambulakral. Di sini terdapat 3 buah pediselaria. (Zoologi Dasar)
Bulu babi dan dolar pasir simetri meruji ketika dewasa, tetapi bulu hati mempunyai simetri antara meruji dan bilateral. Ia mempunyai cangkang yang agak memanjang dengan
9
mulut pada ujung satu dan anus pada ujung lain dan bergerak pada arah mulut, sedangkan bulu babi bergerak ke segala arah. (Biologi Laut, 2007)
Mulut bulu babi dan dolar pasir terletak di bawah dan di tengah-tengah. Bagian mulut atau gigi merapat jadi satu yang dilekatkan oleh sederetan bagian terdiri dari bahan kapur untuk membentuk struktur yang dinamakan lentera aristotle. Jadi lentera Aristotle ini adalah himpunan gigi yang terdapat pada banyak jenis bulu babi. Ia tak mudah dicerna oleh pemangsa bulu babi, sehingga tersisa dalam perut pemangsa. Sisa dari sistem pencernaan terdiri dari usus yuang relatif panjang dengan bagian yang menggembung sebagai perut, dan anus yang terletak di sisi atas. (Biologi Laut, 2007)
Pada bulu hati, sebagai pengecualian, anusnya terletak antara sisi atas dan sisi bawah, di ujung berlawanan dengan mulut. Hal yang tak biasa dalam sistem pencernaan adalah adanya sebuah tabung yang dinamakan sifon mulai dekat mulut. Ia bercabang keluar dari usus, melintasi perut, untuk masuk kembali ke bagian usus setelah perut. Ia berfungsi mengalirkan air melalui usus tanpa mengganggu proses pencernaan makanan dalam perut. (Biologi Laut, 2007)
Sistem pembuluh air sama dengan bintang laut. Kaki tabung bersama duri digunakan untuk berjalan, kelamin terpisah, telurnya dapat dimakan, terdapat pediselaria, beberapa jenis berbisa. Contoh yang banyak ditemukan di dasar pasir dan terumbu karang adalah Diadema setosum. Bulu babi berwarna hitam dengan duri-durinya yang panjang dan mudah sekali patah dan terinjak kaki telanjang ujung duri akan menusuk telapak kaki. Karena tersusun dari bahan kapur, duri itu mudah terlarut dalam darah jika dihancurkan dengan memukul-mukul telapak kaki yang terkena dengan benda keras. (Biologi Laut, 2007) 2. KELAS CRINOIDEA Hewan-hewan ini tumbuh pada pangkalnya (contoh : Metacrinus atau lili air), melekat dengan bantuan permukaan aboral, tetapi ada juga yang berenang bebas (contoh:
Antedon sp.). jenis-jenis hewan ini lebih banyak terdapat pada zaman palaezoik dari pada sekarang. (Zoologi Dasar) Hewan-hewan krinoid hidup di laut sampai kedalaman 4000 meter. Tubuhnya kecil berbentuk seperti mangkok dan disebut calyx. Melekat pada dasar laut dengan bantuan akar (cirri ). Yang berenang bebas tidak mempunyai sirus . Mulut terpisah dari anus. Dari
10
calyx tumbuh tangan-tangan yang dilengkapi dengan silia. Makanan terdiri dari plankton yang di tangkap dengan tentakel dan dicengkeram dengan silia. Di sini tidak terdapat madreporit. Dalam tiap tangan ada saraf. Selom sangat kecil. Gonad terdapat pada ujung tangan-tangannya. Fertilisasi berlangsung internal, bahkan zigot berkembang di dalam tubuh. Nampaknya tidak banyak hewan yang memangsa krinoid. Namun sebagian besar jenis krinoid telah menjadi fosil. Yang masih hidup seperti lili air dan bintang bulu (father star) membentuk taman indah di dasar laut. (Zoologi Dasar) Hewan-hewan asteroid berdiskus (bercakram) sentral dengan penjuluran-penjuluran yang berongga dan bercabang-cabang sebagai selon. Asteroid mempunyai kaki tabung dan terletak pada alur sepanjang sisi oral penjuluran-penjuluran itu. Contoh: Asterias vulgaris (bintang laut). (Zoologi Dasar)
3. KELAS ASTEROIDEA Karakteristik
Asteroidea merupakan spesies Echinodermata yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 1.600 spesies.Asteroidea juga sering disebut bintang laut.Contoh spesies ini adalah Acanthaster sp., Linckia sp., dan Pentaceros sp.Tubuh Asteroidea memiliki duri tumpul dan pendek.Duri tersebut ada yang termodifikasi menjadi bentuk seperti catut yang disebut Pediselaria. Fungsi pediselaria adalah untuk menangkap makanan serta melindungi permukaan tubuh dari kotoran.Pada bagian tubuh dengan mulut disebut bagian oral, sedangkan bagian tubuh dengan lubang anus disebut aboral.Pada hewan ini, kaki ambulakral selain untuk bergerak juga merupakan alat pengisap sehingga dapat melekat kuat pada suatu dasar. Sistem ambulakral Asteroidea terdiri dari : a. Medreporit adalah lempengan berpori pada permukaan cakram pusat dibagian
dorsal
tubuh. b. Saluran cincin terdapat di rongga tubuh cakram pusat c. Saluran radial merupakan cabang saluran cincin ke setiap lengan d. Kaki ambulakral merupakan juluran saluran radial yang keluar. Hewan-hewan asteroid berdiskus (bercakram) sentral dengan penjuluran-penjuluran yang berongga dan bercabang-cabang sebagai selon. Asteroid mempunyai kaki tabung dan terletak pada alur sepanjang sisi oral penjuluran-penjuluran itu. Contoh: Asterias vulgaris (bintang laut). (Zoologi Dasar)
11
Pada bintang laut (star fish) jelas dapat dibedakan permukaan atas (sisi aboral) dan permukaan bawah (sisi oral). Pada sisi aboral terdapat papan berwarna yang disebut
madreporit yang letaknya pada persimpangan empat dari 2 penjuluran. (Zoologi Dasar) Seluruh tubuhnya tertutup duri kecuali pada lekuk sisi oral yang disebut celah
ambulakral . Alat gerak berupa kaki tabung, biasanya 4 buah, terlatak dalam celah ambulakral. Dinding selom menonjol sebagai kantong yang disebut branki atau papulae. Branki muncul di antara papan-papan kapur, dan berfungsi sebagai alat pernafasan dan ekskresi. Pada permukaan tubuhnya terdapat pediselariae , sebagai alat-alat tambahan dan berbentuk seperti angkup (forsep) yang berguna untuk menghilangkan benda-benda awsing pada permukaan tubuhnya. (Zoologi Dasar) Sistem Digesti
Mulai dari mulut melanjut ke oesofagus yang pendek, terus ke bagian kardiak lambung. Dari bagian ini terus ke bagian pylorus yang menerima sakuran-saluran dari 5 pasang kelenjar hepatic (yang juga disebut sekum). Dari bagian pylorus dilanjutkan sebagai usus halus yang mempunyai 2 buah sekum rectal, terus ke anus yang terbuka pada sisi aboral dekat pusat discus (cakram). Bagian kardiak lambung dapat ditonjolkan melalui mulut untuk menangkap makanan dan mencernakannya, baru kemudian lambung bagian kardiak itu ditarik kembali. Dengan demikian, usus dan anus tidak berfungsi. Makanan terdiri dari moluska dan crustacea. Bintang laut merusak peternakan tiram dan kerang di laut. (Zoologi Dasar) Sistem vaskular air
Kaki tabung berbentuk cekung, berhubungan dengan saluran-saluran radier (canalis radialis) yang ada di atap celah ambulakral. Saluran-saluran radier lalu bergabung dengan saluran-saluran sirkular (canalis circularis) di dalam cakram. Saluran-saluran sirkular berhubungan dengan dunia luar melalui saluran batu dan papan madreporit. Pada dasar pada tiap kaki tabung terdapat sebuah ampila, yaitu bentukan seperti dop lampu listrik. Bila ampula mengkeret, maka kaki tabung itu akan memanjang. Ampula itu mempunyai cakram penghisap. (Zoologi Dasar) Sistem saraf
Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh. (Zoologi Dasar)
12
Reproduksi
Jenis kelamin terpisah, namun pada tiap penjuluran terdapat sepasang gonad. Masing-masing gonad berlubang pada sisi aboral di dekat pangkal penjuluran. Telur dan sperma dicurahkan dalam satu musim, dan fertilisasi terjadi di luar tubuh (dalam air). Embrio tumbuh menjadi larva dan berenang bebas. Larva itu bersimetri bilateral. (Zoologi Dasar)
4. KELAS OPHIUROIDEA Bintang ular laut atau Ophiuroide adalah hewan dari filum Echinodermata, yang memiliki hubungan dekat dengan bintang laut. Mereka sama-sama berjalan di dasar laut dengan menggunakan lengan fleksibel yang mereka miliki untuk bergerak. Lengannya bersegmen-segmen dan tiap segmennya berisikan dua buah osikel berbentuk silindris yang bergabung dan ditutupi oleh empat buah lempengan spinelet. Bintang ular umumnya memiliki lima lengan atau kelipatannya yang berbentuk seperti cambuk yang panjangnya bisa mencapai 60 cm (2 kaki) pada spesimen terbesar. Dari tangan yang bersifat fleksibel itu, Ophiuroide memiliki tangan yang mudah putus sehingga ia memiliki daya regenerasi yang sangat tinggi yang bilamana lengannya terputus, maka dengan segera tubuhnya akan memperbaikinya. Pada setiap lengannya, terdapat selom yang berukuran kecil, pembuluh darah, talitali saraf, dan cabang system pembuluh air. Ophiuroide memliki kaki tabung yang terletak di ventrolateral tanpa dilengkapi oleh ampula. Kaki tabung ini memiliki fungsi sebagai alat yang membantu untuk meneruskan makanan ke mulut, sebagai alat respirasi, dan sebagai alat sensori. Bintang ular laut atau Ophiuroide ini tidak memiliki kaki amburakral dan pediselaria seperti pada bintang laut. Ada sekitar 1.500 spesies bintang ular yang hidup sekarang, dan mereka kebanyakan ditemukan pada kedalaman lebih dari 500 meter (1.620 kaki). Seperti Echinodermata lainnya, Ophiuroidea memiliki rangka yang terbuat dari kalsium karbonat. Hewan ini memiliki kerangka dalam yang terdiri dari lempeng-lempeng kapur. Lempeng-lempeng kapur ini bersendi satu dengan yang lainnya dan terdapat di dalam kulit. Hewan ini juga umumnya mempunyai duri-duri kecil. Duri-durinya berbentuk tumpul dan pendek. Bentuk tubuh bintang ular ini mirip dengan Asteroidea . Kelima lengan
Ophiuroide menempel pada cakram pusat yang disebut calyx. Ophiuroide memiliki lima rahang. Di belakang rahang terdapat kerongkongan pendek dan perut yang besar, serta buntu yang menempati setengah cakram.
13
Ophiuroide tidak memiliki usus maupun anus. Oleh karena itu, pencernaan terjadi di perut. Pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae . Umumnya ada 10 bursae. Kelamin pada Ophiuroide ini pada kebanyakan spesies terpisah.
Ophiuroide memiliki gonad. Gamet-gamet yang dibentuk disebar oleh bursal sacs . Ophiuroide memiliki sistem saraf yang terdiri atas cincin saraf utama yang bekerja di sekitar cakram utama. Ophiuroidea tidak memiliki mata, atau sejenisnya. Tetapi, mereka memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis. Baik Ophiurida maupun Euryalida memiliki lima lengan yang panjang, langsing, fleksibel, dan berbentuk seperti cambuk. Mereka dibantu dengan rangka internal yang terbuat dari kalsium karbonat.Pembuluh dari sistem vaskular air berakhir di kaki tabung. Sistem vaskular air umumnya memiliki satu madreporit. Kaki tabung tidak memiliki penghisap dan ampulla. Ophiuroidea memiliki kemampuan untuk meregenerasi kaki yang putus.
Ophiuroidea menggunakan kemampuan ini untuk melarikan diri dari predator, seperti kadal, yang mampu memutuskan ekor mereka untuk membingungkan pengganggu. Bintang ular menggunakan lengan mereka untuk bergerak. Mereka, tidak seperti bintang laut yang memiliki kaki amburakral. Ophiuroidea bergantung pada kaki tabung. Bintang ular laut bergerak dengan menggerakan lengan mereka yang sangat fleksibel dan membuat mereka bergerak seperti ular. Pergerakan mereka mirip dengan hewan simetri bilateral. Pernapasan dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut, alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad). Alat reproduksi dan alat pencernaannya terdapat didalam lempengan utama atau bola cakram. Alat-alat pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram yang berada di perutnya, dimulai dari mulut yang terletak di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Hewan ini tidak memiliki anus. Permukaan oral Ophiuroidea ini berada dibagian atas. Mulutnya terletak di tengah-tengah cakram yang dikelilingi oleh lima buah keping kapur yang berfungsi sebagai rahang. M akanan dipegang dengan satu atau lebih lengannya, kemudian dihentakkan dan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna, bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar melalui mulutnya. Jenis kelamin hewan ini terpisah. Hewan ini melepaskan sel kelamin ke air dan hasil pembuahannya akan tumbuh menjadi larva mikroskopis yang lengannya bersillia, disebut pluteus . Pleteus kemudian mengalami metamorfosis menjadi bentuk seperti bintang laut dan akhirnya menjadi bintang ular.
14
Ciri-ciri lain yang menjadi cirri khas Ophiuroidea ini adalah hewan ini jenis tubuhnya memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini juga bisa digerakgerakkan sehingga menyerupai ular. Mulut dan madreporitnya terdapat di permukaan oral. Hewan ini tidak mempunyai amburakal dan anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di lumpur/pasir. Ia sangat aktif di malam hari untuk mencari makan karena Ophiuroidea tidak memiliki mata, atau sejenisnya. Tetapi, mereka memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya melalui reseptor pada epidermis yang hanya dapat membedakan terang dan gelap. Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan organisme lain (sampah). Beberapa opiuran memelihara anak-anaknya dalam bursa, karena anak-anaknya tidak dapat berenang. Contoh bintang ular, bintang rapuh ( Ophiura sp.), bintang keranjang (Gorgonocephalus sp. ) (Zoologi Dasar)
5. KELAS HOLOTHUROIDEA Karakteristik
Tubuh Holothuroidea lunak, berbentuk bulat panjang, terlindung atas osikel yang amat halus dan tidak mempunyai lengan. Lekuk ambulakral tertutup tidak terdapat madreporit eksternal. Kaki tabung termodifikasi menjadi tentakel oral, kaki tabung dengan atau tanpa penghisap. Skeleton terdiri atas osikel kecil, tanpa spina dan pediselaria. Holothuroidea memiliki daya regenerasi yang tinggi. Pada ujung anterior terdapat mulut dekelilingi sepuluh sampai tiga puluh buah tentakel. Fungsi tentakel ini dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oral echinodermata. Fitur yang paling penting membedakan teripang Calcareous adalah cincin yang mengelilingi faring atau tenggorokan. Cincin ini berfungsi sebagai titik lampiran operasi otot tentakel lisan dan untuk ujung anterior otot yang lain kontrak longitudinal tubuh. Teripang juga berbeda sebagai echinodermata dalam lingkaran memiliki tentakel oral. Ini mungkin sederhana, digitate (dengan jari-seperti proyeksi), menyirip (bulu-seperti), atau peltate (dipipihkan dan perisai-suka). Fitur utama ketiga, ditemukan dalam 90% dari spesies hidup, adalah pengurangan kerangka untuk mikroskopis ossicles (Pada beberapa spesies, dapat ossicles diperbesar dan seperti piring.
15
Seperti echinodermata lainnya, maka sistem vaskular air holothurian terdiri dari sebuah cincin anterior kanal dari kanal yang timbul selama menjalankan posterior Meskipun kesamaan dengan kanal radial echinodermata lainnya, struktur terakhir ini muncul embriologis dalam cara yang sangat berbeda. Untuk alasan ini kanal di holothurians ini telah baru-baru ini berganti nama menjadi kanal longitudinal (mooi dan David 1997). Dalam holothurians, larva struktur yang akan membentuk radial kanal di echinodermata lain bukan menjadi lima tentakel utama. Juga, dengan pengecualian holothurians anggota dalam Elasipodida memiliki madrepore yang membuka ke dalam coelom (rongga tubuh). Sebaliknya, hampir semua e lasipodans dan echinodermata lainnya memiliki madrepore yang terbuka eksternal. Beberapa teripang memiliki organ tidak ditemukan dalam invertebrata lain. Dalam beberapa Aspidochirotida, pohon-pohon pernapasan layar Cuvierian tubulus. Pada sebagian besar spesies, ini tampaknya struktur defensif. Mereka dapat dikeluarkan melalui anus, dimana mereka secara dramatis memperluas panjang dan menjadi lengket, melibatkan atau menghalangi calon predator, seperti kepiting dan gastropods. Banyak bentuk, dengan pengecualian anggota Elasipodida dan Apodida, memiliki pohon pernapasan yang digunakan dalam pertukaran gas. Ini adalah dipasangkan, berat tabung bercabang melekat pada usus di dekat anus. Jenis pernapasan ( "cloacal bernapas") juga hadir dalam kelompok yang tidak terkait, yang echiuran cacing. Habitat
Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, habitat di lautan hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Mereka ditemukan di hampir semua lingkungan laut, tetapi yang paling beragam di perairan dangkal tropis terumbu karang. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya. Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.
16
Struktur Tubuh
Dinding tubuh Holothuroidea tertutup oleh epidermis yang umumnya bersilia. Di sebelah luar epidermis yang tidak bersilia sering dilapisi lapisan kutikula. Di sebelah dalam epidermis terdapat otot memenjang dan melingkar yang memungkinkan tubuh teripang dapat memanjang dan memendek seperti cacing tanah. Kerangka terletak interna dan terdiri atas spikula kapur mirip batang, roda ataupun jangkar. Mulut di ujung dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi menggumpalkan makanan(diduga kaki tabung yang sudah bermodifikasi). Tubuh teripang sebagian besar terdiri dari jaringan ikat yg mungkin berubah bahwa mereka dapat dengan cepat berubah dari lembut ke batu keras. Jaringan ini dikembangkan dengan baik ditambah lapisan otot (sekitar tubuh dan sepanjang panjang) membantu mereka untuk bergerak; mengalir ke tempat-tempat sempit untuk menyembunyikan atau predator dari disuade menggigit dari mereka. Mereka juga memiliki ossicles (potongan keras kalsium karbonat), tetapi ini mikroskopis dan didistribusikan secara luas di jaringan ikat bisa berubah. Dalam beberapa teripang, mereka dapat memberikan ossicles kulit mereka yang kaku dan kasar tekstur. Ossicles timun laut yang menakjubkan mengambil berbagai bentuk halus dan digunakan untuk mengidentifikasi spesies timun laut. Sistem Pencernaan
Alat pencernaan terdiri atas esophagus, lambung, usus yang cukup panjang dan berakhir pada usus di kloaka. Zat-zat makanan hasil pencernaan diserap oleh usus dan diedarkan oleh sel-sel amebosit yang terdapat pada cairan tubuhnya System pembuluh airnya terdiri atas madreporit, saluran cincin yang mengelilingi esophagus dan saluran radial yang berhubungan dengan bagian a mpula sepanjang lapisan otot. Sistem Reproduksi
Teripang berkembang biak secara kawin dan berkelamin terpisah. Gonadnya berbentuk seperti sikat dilengkapi saluran-saluran halus yang dihubungkan dengan saluran kelamin yang terletak dekat tentakel. Pembuahannya bersifat eksternal. Telur yang telah dibuahi setelah menetas akan menghasilkan larva yang disebut aurikularia . Alat reproduksi terdiri atas jumbai filamen yang bermuara ke saluran genital. Sebagian besar teripang memiliki jenis kelamin terpisah dan biasanya baik laki-laki atau perempuan. Organ reproduksi mereka di dekat bagian depan tubuh mereka. Dalam
17
kebanyakan spesies, sperma dan sel telur dilepaskan secara bersamaan untuk fertilisasi eksternal. Beberapa pemijahan teripang meningkatkan depan mereka berakhir dalam kobra-seperti postur ketika merilis telur dan sperma. Pengamatan menyarankan pemijahan adalah disinkronisasikan, kadang-kadang lebih dari satu spesies pemijahan bersama-sama. Teripang mengalami proses metamorfosis dan larva mereka tampak tidak seperti bentuk dewasa mereka. Bentuk larva menetas dari telur bilateral simetris dan bebas berenang, melayang dengan plankton. Mereka akhirnya menetap dan berkembang menjadi teripang kecil. Sistem Pernapasan
Sebuah ciri khas beberapa teripang adalah sistem pernapasan internal percabangan tabung sepanjang tubuh mereka. Pernafasan yang disebut pohon, teripang yang paling besar memiliki sepasang ini, masing-masing terhubung ke pembukaan pada bagian belakang. Untuk bernapas, mentimun laut pompa air melalui bagian belakang dan naik melalui pohon pernapasan. Air itu kemudian memerah keluar melalui bagian belakang lagi. Dengan ini air terus mengalir, beberapa makhluk kecil menemukan bagian belakang sebuah seacucumber yang nyaman dan aman untuk menjadi. Ini termasuk kepiting dan kacang polong Pearlfish. Kecil atau berdinding tipis teripang Namun, hanya bernapas melalui kulit.
2.3 Filum Coelenterata
Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron = rongga) adalah invertebrata yang memiliki rongga tubuh.Rongga tubuh tersebut berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).Coelenterata disebut juga Cnidaria (dalam bahasa yunani, cnido =penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat.Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh sar af sederhana.Filum Coelenterta antara lain Hydra, ubur-ubur, anemon laut dan koral. Coelenterata memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.Sel-sel Coelenterata sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana.Terdapat sekitar 9.500 spesies, kebanyakan hidup di laut, dan hanya 14 spesies dari kelas Hydrozoa hidup di air tawar.Biasanya terdapat diperairan dangkal, dan melekat pada substrat dan terumbu karang.
18
Morfologi
Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam.Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal Hydra dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea.Tubuh Coelenterata simetris radial beberapa simetri biradial. Struktur tubuh coelenterate dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu polip yng hidup menetap berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang dan medusa berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh “lengan-lengan” (tentakel). Anatomi
Coelenterata memiliki dinding tubuh yang terdiri atas tiga lapisan yaiti ektoderm atau epidermis yang yang merupakan lapisan paling luar, mesoglea yang terletak diantara epidermis dan gastrodermis dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis) merupakan lapisan paling dalam dan membatasi rongga pencernaan. 1. sel-sel pembentuk lapisan epidermis Lapisan epidermis terdiri dari lima macam sel yaitu sel epitel otot (epitheliomuscle cells), sel interstisial (interstitial cells), sel cidocyte, sel kelenjar lendir (mucos secreting cells), dan sel saraf indera (sensory nerve cells). Sel epitel otot berukuran besar, merupakan pelindung tubuh pada bagian dasarnya melebar dan menempel pada mesoglea berisi myofibril yang kontrktir dn berfungsi sebagai otot longitudinal sejajar sumbu oral-aboral Sel interstisial berukuran kecil, agak bulat, nucleus besar,trletak diantara sel epitel otot mampu menghasilkan tipe sel lain seperti sperma, sel telur tu cnidocyte. Cnidocyte berukuran lebih kecil dari kedua macam sel tersebut di atas, terletak diantara atau mendesak sel epitel otot. Di dalam Cnidocyte terdapat nematocyst yitu suatu struktur seperti kapsul bulat semacam benang atau pipa halus atau duri melingkar-lingkar, dan pangkalnya menempel pada dasar nematocyst. Nematocyst paling banyak terdapat di tentakel dan ujung oral. Selain nematocyst ada bentuk ptychocyst. Yng bergun untuk menempel dan menangkap mangs.Ptychocyst hanya terdapat pada anemon lut dariordo Cerinthria contohnya Cerianthus. Nematocyst pda coelenterata air tawar ada empat macam, yaitu penggulung ( volvent, desmoneme), penusuk(penetrant,stenotele) dan dua macam tipe perekat (glutinant,isorhiza). Tipe penggulung berukuran kecil yang berfungsi untuk menggulung mangsa. Tipe penusuk berukurana gak bulat mengandung 3 buah duri besar dan 3 deret duri-duri berfungsi menyuntikan racun ke dalam tubuh mangsa . Tipe perekt da 2 macam yaitu holotrichous isorhiza dan atrichous isorhiza. Kedua tipe tersebut mempunyai pipa
19
halus yang ujngnya terbuka dan menghasilkan bahan perekat. Holotrichous isorhiza berukuran lebih besar dan disekitar pipa halus terdapat duri-duri kecil yag berfungsi untuk mempertahankan diri. atrichous isorhiza lebih kecil dan pada pipa halus tidak dilengkapi duri, brfungsi untuk melekatkan tubuh pada substrat. 2. sel-sel pembentuk lapisan Mesoglea Sistem saraf terdapat pada mesoglea.Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. 3. sel-sel pembentuk lapisan Gastrodermis Gastrodermis terdiri dari beberapa macam sel, antara lain sel otot pencerna yang berflagela, sel kelenjar enzim dan sel kelenjar lendir. Sel otot pencerna berfungsi untuk pencernaan dan sebagai otot yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu oral aboral, membentuk lapisan otot melingkar. Sel kelenjar enzim menghasilkan enzim untuk pencernaan di dalam rongga gastrovaskuler. Kebanyakan coelenterata mempunyai nematocyst dalam gastrodermisnya, tetapi Hydra tidak. Pada beberapa spesies Hydra, dalam gastrodermis terdapat zoochlorella yang hidup bersimbiosis, hingga warna Hydra berwarna hijau cerah. Fisiologi
1.
Pergerakan
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air.Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam mulut.Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar.Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air. Kontraksi otot berpengaruh terhadap cairan di dalm rongga gastrovaskuler yang berlaku sebagai suatu kerangka hidrostatik, sebagaimana mesoglea. Gerakan pada polip biasanya terbatas, merayap atau meliuk-liuk, sedang medusa dapat berenang bebas. Tubuh polip seperti halnya Hydra dapat memanjang dan memendek atau melengkung ke berbagai arah. 2.
Makanan dan Cara Makan
Kebanyakan Coelenterata bersift karnivor, dan makanan utamanya adalah crustacea dan ikan kecil. Maknan masuk ke mulut dengan bantuan tentakel kemudian makanan masuk ke rongga gasrovaskuler. Didalam rongga tersebut sel kelenjar enzim menghasilkan enzim semacam tripsin untuk mencerna protein. Makanan hancur menjadi partikel kecil-
20
kecil seperti bubur, dan dengan gerakan flagela diaduk hingga merata. Sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Hasil pencernaan di distribusikan ke seluruh tubuh secara divusi. Sisa makanan yng tidak dapat dicerna dibuang melalui mulut. 3.
Pernapasan dan Ekskresi
Alat pernapasan dan alat ekskresi khusus tidak ada. Pertukaran gas terjadi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Sisa metabolisme biasanya dalam bentuk amonia juga dibuang secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Reproduksi
Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas.Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip.Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma).Gamet dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip.Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah hydra. Klasifikasi
Coelenterata dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa :
1. Kelas Hydrozoa
Hydrozoa hidupnya ada yang soliter (terpisah) dan ada yang berkoloni (berkelompok). Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk polip dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra dan Obellia. a.
Hydra
Bentuk tubuh Hydra seperti polip, hidup di air tawar. Ukuran tubuh Hydra antara 10 mm–30 mm. Makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea rendah. Bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki, gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak. Pada ujung yang berlawanan terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan di sekelilingnya terdapat 6–10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan. Selanjutnya makanan dicernakan didalam rongga gastrovaskuler. Perkembangan Hydra terjadi secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui pembentukan tunas/budding, kira-kira pada bagian samping
21
tengah dinding tubuh Hydra. Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga gastrovaskuler. Tunas tersebut terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari tubuh induknya untuk menjadi individu baru. Perkembangbiakan secara seksual terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang sampai stadium gastrula. Kemudian embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk. Kista ini dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat pada obyek di dasar perairan. Kemudian bila keadaan lingkungan membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi Hydra baru.
Gambar 6. Bagan perkembangbiakan seksual Hydra
Gambar 7. Bagan perkembangbiakan seksual Hydra
b.
Obelia
Obelia hidup berkoloni di laut dangkal sebagai polip di batu karang atau berenang di air sebagai medusa. Polip pada Obelia dibedakan menjadi 2 jenis polip pada cabangcabang yang tegak, yaitu : a. b.
Hydrant, yaitu polip yang bertugas mengambil dan mencernakan makanan. Gonangium, yaitu polip yang bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual, menghasilkan Obelia dalam bentuk medusa. Perkembangbiakan Obelia mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara
keturunan seksual dengan keturunan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh gonangium. Pada gonangium terbentuk tunas, kemudian setelah matang tunas memisahkan diri dari induknya dan 22
berkembang menjadi medusa muda yang dapat berenang bebas. Selanjutnya medusa muda berkembang menjadi medusa dewasa. Perkembangbikan seksual terjadi pada medusa dewasa. Hewan Obelia mempunyai dua alat kelamin (hermaprodit). Medusa dewasa akan menghasilkan sel telur / ovum dan sperma. Pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh (eskternal) dan membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Pada tempat yang sesuai planula akan merekatkan diri menjadi polip muda, lalu polip dewasa., kemudian tumbuh menjadi hewan Obelia. Selanjutnya, Obelia memulai melakukan pembiakan aseksual dengan pembentukan tunas/budding, sehingga membentuk koloni Obelia yang baru.
Gambar 9. Daur hidup Obellia
Sistem saraf medusa lebih tinggi daripada polip. Sel saraf pada tepi lonceng tersususn dalam dua cincin saraf, atas dan bawah. Yang bawah berfungsi sebagai pusat gerak berdenyut. Tepi lonceng juga dilengkapi sel-sel indera dan dua macam organ indera, yaitu ocelli dan statocyst. Ocellus sebagai fotoreseptor dan statocyst berfungsi sebagai organ keseimbangan. Reproduksi pada semua medusa adalah seksual, dan kebanyakan dioceous, telur yang telah di buahi menetas menjadi blastula, kemudian gastrula memanjang menjadi larva planula yang bersilia. Setelah berenang bebas beberapa jam sampai beberapa hari larva planula menempel pada benda atau substrat dan tumbuh menjadi polip. Polip tersebut
23
melakukan pertunasan sehingga menghasilkan polip-polip baru yang tetap menempel pada polip induk, hingga berbentuk suatu koloni hidroid yang paling sedikit dimofrik. B. Kelas Scypozoa (Skyphos = cawan; zoon = binatang)
Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Contoh hewan kelas ini adalah Aurellia aurita, berupa medusa berukuran garis tengah 7 – 10 mm, dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini banyak terdapat di sepanjang pantai. Aurellia memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina Sistem saluran gastrovaskular pada scyphomedusa terdiri atas mulut , manubrium, perut pusat yang bercabang membentuk empat kantung perut, masing-masing dibatasi sekatan yang disebut septum. Pada ujung septa terdapat filamen yang berisi nematocyst dan sel perekat, serta pada sisi septa terdapat gonad. Sistem saraf tersusun seperti jala dan sinaptik. Cincin saraf seperti pada hydromedusa hanya dimiliki oleh ordo Coronatae, sedang pada jenis yang lain gerak berdenyaut dikendalikan oleh pusat saraf tepi lonceng, berjumlah empat sampai enam belas. Pusat saraf terletak dalam rhopalium yamg buerbentuk seperti benjolan kecil diantara lappet dan berisi dua buah lubang indera, sebuah statocys, adakalanya sebuah ocellus. Reproduksi pada scyphomedusa dioceus. sel telur atau sperma masuk kedalam rongga gastrovaskular dan krluar melalui mulut. Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut skifistoma. Skifistoma kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga Aurellia tampak seperti tumpukan piring dan disebut strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi medusa muda disebut Efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa. Daur hidup Aurellia dapat diamati di bawah ini.
24
Gambar 9.Daur hidup Aurellia aurita C. Kelas Cubozoa
Medusa cubozoa termasuk ubur-ubur sejati karena berukuran besar, pelagis dan dominan, sedang polip kecil dan sesille. Cubomedusa mempunyai velum dan tipe nematocyst seperti pada hydromedusa. Lonceng medusa mempunyai 4 sisi yang datar sehingga bentuknya seperti kubus, tepi lonceng sederhana tidak berlekuk-lekuk seperti scyphomedusa, dan dilengkapi 4 helai tentakel. Tinggi lonceng dapat mencapai 17 cm dengan panjang tentakel sampai 2 cm. Cubomedusa mampu berenang cepat secara horizontal dengan bagian aboral sebagai anteriornya, sedangkan hydromedusa dan scyphomedusa tidak. Beberapa jenis cubomedusa berbahaya bagi perenang di laut. D. Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa berarti dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip. Bila dibandingkan, polip Anthozoa berbeda dengan polip pada Hydrozoa. Mari kita lihat perbedaannya dengan mengamati gambar di bawah ini.
25
Gambar 10. (a) struktur polip Hydrozoa, (b) struktur polip Anthozo
Kelas Anthozoa meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang). 1. Mawar Laut (Anemon Laut) Mawar laut menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut Mawar Laut terdapat banyak tentakel berukuran pendek. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan kotoran lain tidak melekat sehingga Mawar Laut tetap bersih. Kebanyakan Mawar laut adalah karnivora dan memakan berbagai jenis avertebrata, bahkan jenis yang besar dapat menangkap ikan. Beberapa jenis yang berukuran besar dengan tentakel pendek merupakan pemakan suspensi, plankton yang menempel pada permukaan tubuh dan tentakel di alirkan oleh gerakan cilia ke ujung tentakel, kemudian di bawa ke mulut. Reproduksi dan daur hidup Mawar laut. Reproduksi aseksual pada Mawar laut dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu pedal laceration atau pencabikan telapak kaki, ialah meningglkan potongan-potongan kecil telapak kakinya pada waktu hawan tersebut merayap. Cara kedua yaitu pembelahan longitudinal dengan fission, caranya dengan membentuk sekatan searah sumbu oral-aboral, masing-masing potongan melengkapi bagiannya, bila telah lengkap baru memisahkan diri hingga terbentuk dua polip baru. Mawar laut bersifat dioecious atau hermafrodit. Gonad dan gastrodermis. Pada jenis hermafrodit, telur dan sperma di hasilkan oleh gonad yang sama, tetapi pada waktu yang berbeda, biasanya disebut protandri. Pembuahan di luar terjadi di air laut dan pembuahan didalam terjadi di rongga gastrovaskular.
26
2.Koral (karang)
Jika sudah mati, rangka kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu. Ada tiga tipe batu karang, yaitu karang pantai, karang penghalang dan karang atol. Seperti halnya Mawar laut, polip koral adalah karnivora atau pemakan detritus. Kegiatan makan dan mengembangakan tentakel dilakukan pada malam hari. Filamen melebar sampai ke tengah rongga gastrovaskular, bahkan keluar dari mulut apabila memakan mangsa yang besar. Reproduksi dan daur hidup koral. Koloni koral bertambah besar dengan jalan reproduksi aseksual, yaitu pembentukan polip baru tumbuh dengan jalan pertunasan. Tergantung pada jenisnya, polip baru tumbuh secara ekstratentakular atau intertentakular. Pada pertunasan ekstratentakular, polip baru tumbuh dari tengah bagian tubuh ke bawah, pada intertentakular, polip baru tumbuh dari penyekatan membujur mulai dari oral disk kearah aboral. Proses pertunasan diikuti pembentukan sklerosepta dan mangkuk karang dari masing-masing polip baru. Jenis-jenis koral ada yang dioecious, ada yang hermafrodit, gonad pada gastrodermis, pembuahan didalam atau diluar. Hasil pembuahan adalah larva planula yang berenang bebas. Larva planula menempel pada substrat dan tumbuh menjadi sebuah polip lengkap dengan tentakel dan mangkuk karangny,dan merupakan induk dari sebuah koloni karang yang baru dengan cara aseksual yaitu menghasilkan polip-polip baru yang tetap bersambungan dan masing-masing polip menghasilkan mangkuk karang, hingga mangkuk karang makin lama makin besar. Klasifikasi 1.
Kelas Hydrozoa
Bentuk hidroid dominan, biasanya medusa kecil dan mempunyai velum. Ordo 1. hydroida. Generasi polip berkembang baik, soliter atau koloni. Reproduksinya biasanya dengan pertunasan manghasilkan medusa-medusa kecil yang mempunyai ocelli dan statocyst. Ordo 2. milleporina. Koloni dimorfik dengan polip kecil-kecil yang menghasilkan rangka kapur.
27
Ordo 3. stylasterina. Polip menghasilkan rangka kapur, dapat menjadi besar, pada pangkal gastrozooid terdapat duri. Ordo 4. trachylina. Generasi polip kurang berkembang atau tidak ada, medusa agak besar. Ordo 5. syphonophora. Berbentuk koloni hidroid yang berenang bebas, sekitar mulut Ordo 6. chandrophora. Koloni hidroid berenang bebas dengan alat pengapung mengandung zat tanduk, di tengah koloni terdapat sebuah gastrozooid besar yang dikelilingi beberapa ponozooid. 2. Kelas Scyphozoa Ubur-ubur sejati, medusa kebanyakan berenang bebas, berbentuk lonceng atau
payung. Ordo 1. stauromedusae. Bentuk seperti gelas piala, sessile dan menempel dengan tangkai aboral pada rumput laut. Ordo 2. peromedusa. Antara puncak aboral dan tepi lonceng terdapat lekukan seperti pinggang dan kebanyakan hidup di laut dalam. Ordo 3. semaeostomeae. Bentuk medusa seperti mangkuk atau piring, tepi lonceng berlekuk-lekuk. Ordo 4. rhizostomeae. Tepi lonceng tanpa tentakel, mulut asli di tengah lonceng tidak ada. 3.
Kelas Cubozoa
Lonceng berbentuk persegi dengan 4 sisiyang datar, mempunyai velum, tentakel 4 buah atau 4 kelompok. Pantai dan lepas pantai laut tropis sampai sub tropis, terutama memakan ikan, labah laut didaerah tropis yang sengatannya dapat menimbulkan borok atau kematian. 4.
Kelas Anthozoa
Semua berbentuk polip dan menempel, soliter atau koloni, berbentuk rangka kapur atau tidak, tentakel bolong, mulut berhubungan dengan stomodeum, biasanya mempunyai siphonoglyph, rongga gastrovaskular bersekat-sekat oleh septa vertikal yang mangandung nematocyst gonad pada gastrodermis 6.100 spesies, semua di laut. a.
Subkelas Zoantharia (Hexacorallia)
Polip soliter atau koloni; jumlah tentakel tiap polip 6 helai atau kelipatan dari 6 sampai banyak. Ordo 1. Actiniaria. Sea anemones. Polip soliter, ukuran kecil sampai besar,biasanya memiliki pedal disk semacam kaki, tidak mempunyai rangka, hidup menempel tetapi tidak
28
melekat pada batu, pasir atau pada hewan dan dapat merayap dengan pedal disk semacam kaki. Ordo 2. Screlactinia dan Madreporaria. Stony coral atau karang batu. Umumnya berbentuk koloni yang terdiri atas polip-polip kecil yang menghasilkan rangka luar dari kapur (calcareous) berbentuk mangkuk kecil. Ordo 3. Zoanthidae. Bentuk polip seperti anemone kecil, tetapi tidak mempunyai pedal disk, tidak membentuk rangka luar, umumnya sebagai epizoik pada avertebrata lain. Ordo 4. Antipatharia. Koral hitam. Bentuk rangka seperti ranting tumbuhan, terdiri dari zat tanduk dengan polip kecil-kecil, jumlah tentakel 6, terdapat di laut dalam derah tropis. Contohnya Antipathes. Ordo 5. Ceriantharia. Tubuh polip seperti anemone yang panjang dan gemulai, tentakel banyak, tersusun dalam 2 lingkaran, pedal disk tidak ada, soliter, terbungkus selubung dari lendir dan pasir yang mengeras. b.
Subkelas Octocorallia (Alcyonaria).
Hampir semunya berbentuk koloni, rangka di dalam , polip selalu mempunyai 8 tentakel pinnate bersambung dengan 8 septa. Ordo 1. Alcyonacea. Karang lunak (soft coral). Pangkal masing-masing polip menyatu dalam satu jaringan yang lunak seperti karet, hanya ujung oral yang muncul keluar, rangka dari spikula kapur, mengandung perekat sebagian besar terdapat di laut tropis. Ordo 2. Stolonifera. Rangka terdiri dari spikula kapur yang terpisah-pisah, adakalanya menyatu berbentuk seperti pipa (stolon). Polip muncul dari setiap stolon. Ordo 3. Gorgonacea Horny coral, coral gorgonia. Koloni tumbuh tegak dan bercabangcabang seperti tanaman, sumbu rangka dari spikula kapur, zat taduk gorgonin atau keduanya, polip pendek, 1000 spesies di laut tropis dan sub tropis. Contohnya corallium (red coral) untuk perhiasan dan Gorgonia (karang kipas). Ordo 4. Pennatulacea. Sea pen ( Pena laut). Koloni lentur, berbentuk panjang atau pipih pada sisi-sisinya terdapat polip yang dimorfik, rangka dari spikula kapur contohnya
Stylatula dan Pennatula sulcata .
2.4.Keanekaragaman Jenis Indeks keanekaragaman (diversity index) telah digunakan dalam kajian tentang
suatu sistem yang mengarah kepada aspek jumlah dan jenis (spesies) tertentu, dan sifatsifat mereka dalam berbagai fungsi ekologi. Diversitas atau keanekaragaman membutuhkan aliran energi sehingga indeks-indeks keanekaragaman dapat digunakan
29
sebagai indikator dari keadaan suatu sistem dan keseimbangan antara aliran energi yang menghasilkan keanekaragaman dan aksi negatif yang bisa menurunkan keanekaragaman. Sebagai contoh, studi tentang populasi menunjukka bahwa penurunan indeks keanekaragaman berkorelasi dengan aksi negatif.(Odum 1993) Ditemukan pula oleh Odum (1993), bahwa keanekaragaman lebih tinggi pada komunitas yang mantap dari pada komunitas-komunitas yang dipengaruhi oleh gangguangangguan musiman atau secara periodik oleh manusia dan alam. Manusia dan pemangsa, menghasilkan pengaruh dan cenderung mengurangi keanekaragaman dan mendorong terjadinya monokultur. 2.5. Kepadatan (Densitas) Kepadatan populasi merupakan besaran atau ukuran banyaknya individu di dalam
suatu populasi yang dihubungkan dengan satuan ruang atau tempat (Sehadi dan Tjondronegoro 1989). Di dalam pengkajian suatu kepadatan seringkli merupakan ciri populasi yang pertama-tama mendapat perhatian (Odum 1993). Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada kepadatan populasinya (Suhadi dan Tjondronegara, 1989). Kepadatan populasi juga mempunyai ciri atau sifat yang berbeda-beda. Menurut Odum (1993), kepadatan populasi mempunyai batas atas dan batas bawah pada suatu areal titik di alam. Batas atas dan batas bawah dari kepadatan populasi ditentukan oleh arus energi (produktivitas) dan ekosistem, ke dalam mana organisme tersebut tergolong dan besar laju organisme tersebut. Apabila kepadatan spesies titik pada tingkat titik telah mampu melampaui batas maka spesies itu bermigrasi dengan epat ( Nyabakken, 1988).
2.6. Pola distribusi Populasi Populasi merupakan suatu kelompok individu dari spesies yang sama atau spesies
yang tidak sama pada suatu tempat dan waktu (Setiadi dan Tjondronegoro, 1989). Penyebaran populasi terjdikarena : emigrasi, gerakan ke luar satu arah : imigrasi – gerakan ke dalam satu arah dan migrasi berangkat ( pergi ) dan datang kembali secara periodik. (Odum,1993), Pola distribusi acak, dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Pola distribusi mengelompok, dimana individu-
30
Acak
Seragam Berkelompok acak Pola distribusi populasi ( Odum, 1993 )
Penyebaran secara acak terjadi dimana lingkungan sangat seragam dan terdapat persaingan diantara individu sangat keras dimana terdapat antagonis positif yang mendorong pembagian ruang yang sama, sedangkan berkelompok ( Kelompok Acak ) terdapat tersebar beberapa kelompok, seperti tersebar secara acak, seragam atau bergerombol sendiri dengan ruang yang luas yang tidak terisi. Dengan kata lain, ada lima tipe penyebaran : seragam, secara acak, menggerombol secara acak, menggerombok seragam, dan menggerombol berkumpul (Odum, 1993). Pola distribusi acak dari individu anggota populasi suatu spesies menunjukkan bahwa terdapat kesi gaya-gaya eksternal seperti arah angin, rah aliran air, intensitas eragaman (Homogenety) dalam lingkungan hidup spesies itu atau adanaya perilaku nonselektif dari spesies yang bersangkutan dalam lingkungan. Pola distribusi non acak atau merata disebabkan oleh pengaruh negatif dari persaingan makanan di antara individu. Pola distribusi mengelompok disebabkan oleh sifat spesies gregarious (bergerombol) ata u adanya keragaman (Heterogeneity) habitat sehingga terjadi pengelompokkan di tempat lain yang terdapat banyak bahan makanan. (Tarumingkeng,1994) Beberapa faktor penyebab adanya perbedaan pola spahal ( tata ruang ) antara lain •
Faktor vektoral yang timbul dari gaya-gaya eksternal seperti arah angin,
aliran air, intensitas cahaya dan salinitas. •
Faktor reprouksi yaitu faktor yang berkitan dengan cara berkembang biak.
•
Faktor sosial faktor yang timbul dari berbagai sifat yang dimiliki spesies
tertentu. •
Faktor stokastik yaitu faktor yang timbulkarena danya keragaman acak
dalam salah satu faktor di atas.(Ludwing dan Reynolds, 1988 dalam Taruminkeng 1994 )
2.7 Faktor fisik ( Zonasi ) ekosistem pesisir
31
Fauna Echinodermata dapat tersebar di berbagai ekosistem terumbu karang dan daerah perairan lepas pantai. Kondisi substrat, habitat dan makrohabitat ikut menentukan sebaran lokal echinodermata. (Aziz,1996) Tipe ekosistem terumbu karang terdiri dari beberapa zona, yaitu zona rataan terumbu yang terdiri dari zona daratan pasir, zona lamun, zona pertumbuhan algae (Thalamita-Flat) dan zona maats. Zona tubir yan terdiri dari beting karang (Rubble rampart) dan (Acropota rampart), kemudian diikuti oleh zona lereng terumbu yang ditempati oleh berbagai koloni karang hidup, karang lunak, gorgonian, spons dan anti patharian. Pembagian zona pada kawasan intertidal : a.
Lereng terumbu
Lereng terumbu merupakan zona yang ditempati oleh berbagai koloni karang hidup, karang lunak, gorgonian, spons dan antipatharian yang berada pada zona kemiringan terumbu karang. b.
Zona Tubir ( Puncak Terumbu )
Merupakan zona yang terdapat formasi karang hidup yang disebut Acropora
rampart. Disini didapatkan koloni karang bercabang yang sangat rapuh dan mudah rusak jika diinjak. c.
Zona Moats dan Goba
Zona ini selalu tergenang air kedang-kadang mencapai kedalaman lebih dari 5 meter. Moats dan Goba mempunyai substrat bervariasi dari lupur sampai pecahan karang. d.
Zoan Beting Karang
Merupakan suatu daerah yang dibangun oleh bongkah karang (boulders) dan pecahan karang (rubbles). Sebagin besar zona ini menglmi kekeringan pda saat surut. e.
Zona Lamun
Menurut Sheppard et. al, (1996) dalam Wimbaningrum (2002) zona lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan. Lamun adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping tunggal yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut. Daerah ini pada saat surut terendah biasanya tersisa genangan air setinggi 20-50 cm. f.
Zona Rataan Pasir ( Sand Flat )
32
Merupakan daerah yang ada pada tempat tertentu terdapat pecahan karang mati (Rubbles), dan pada beberapa tempat ditumbuhi enhalus. Sebagian besar dari daerah rataan pasir ini mengalami kekeringan pada saat air surut besar. g.
Pantai
Pantai merupakan zona yang terdiri dari rataan pasir yang terkena sebagian pasang 2.8 Kerangka Berfikir
PULAU PARI
FLORA DAN FAUNA
BIOTA LAUT
Filum Echinodermata
FAKTOR FISIK
Filum Coelenterata
FAKTOR FISIK
Keanekaragaman , Populasi, dan
distribusi
Keanekaragaman, populasi dan distribusi
Gambar 7. Diagram Kerangka Berfikir Pulau Pari merupakan bagian dari Kepulauan Seribu yang termasuk ke dalam zona pemukiman. Pulau Pari mempunyai keanekaragaman hayati yang terdiri flora, fauna dan biota laut. Keanekaragaman, populasi dan distribusi Echinodermata dan Coelenterata di Pulau Pari dipengaruhi oleh faktor fisik, salah satunya adalah zonasi atau substrat.
33
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Nopember 2009 sampai dengan tanggal 22 Nopember 2009. Tempat praktikum la pangan dilakukan di Pulau Pari tepatnya: Kelurahan
: Pulau Pari
Kecamatan
: Kepulauan Seribu Selatan
Kabupaten
: Kepulauan Seribu
Propinsi
: DKI Jakarta
Luas Wilayah
: 94,57 Ha
Sumber : Sekdin Pertanahan & Pemetaan Kab. Adm. Kep. Seribu
Analisa laboratorium dan identifikasi lebih lanjut dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Deskripsi Tempat
Kepulaun Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total luas wilayah daratan sebesar 8,7 kilo meter persegi. Posisinya secara geografis adalah pada
34
5 24' - 5 45' LS dan 106 25' - 106 40' BT dengan luas 1.180,8 hetare (11,8 km). Temperatur sepanjang tahun umumnya berkisar antara 21 C-32 C dengan kelembaban udara rata-rata 80 %. Kepulaun Seribu merupakan sebuah Kabupaten . Hanya ada dua Kecamatan yang terdapat di kabupaten ini yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dengan kelurahan masing-masing yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan.Sementara di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat kelurahan. Kelurahan
Pulau
Untung
Jawa,
Kelurahan
Pulau
Tidung
dan Kelurahan Pulau Pari. Kepulauan seribu memiliki keanekaragaman hewan yang cukup tinggi diantaranya yaitu memiliki dua jenis penyu yang dilindungi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan termasuk dalam Apendiks 1 Cites (Convention on International Trade in Endangered Wild Flora Fauna Species), dan Red Data Book IUCN (International Union for Conservatioan of Nature and Natural Resources), yakni Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penye Hjau (Chelonia mydas), Biawak (Varanus salvator), Elang Bondol (Haliastur indus), Roko-roko (Plegadis falcneleus), Raja udang biru kecil (Halcan chlaris), Ular Taliwangsa atau ular cincin emas (boiga dendrophila). Ular Piton (Python spp). Sedangkan di bawah air, terdapat keragaman species laut tropis Indo-Pasifik yang tinggi, terutama jenis koral, moluska, echinodermata dan ikan. Jenis koral-koral yang seringkali ditemukan adalah karang daging (Porites lobata) yang kebanyakan berwarna ungu, coklat dan kekuningan. 3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tali rafia untuk membuat transek dan kuadrat pengamatan, meteran, penggaris untuk alat pembanding, wadah plastik untuk sampel, kamera, patok kayu, hygrometer untuk mengukur kelembaban udara, anemometer untuk mengukur kecepatan angin, termometer untuk mengukur suhu dan luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya. Bahan yang diperlukan antara lain alkohol 70 %, dan formalin 4 % untuk mengawetkan sampel yang akan diidentifikasi lebih lanjut.
3.3 Metode Pelaksanaan Praktikum Lapangan
1.1
Teknik Sampling
35
Metode yang digunakna dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik sampling yang digunakan secara sistematik random sampling dengan menggunakan belt transect yaitu dengan membuat bentangan jalur dengan menggunakan tali rafia sebanyak 8
belt transeck sepanjang 100 meter dengan jarak antara belt yang satu dengan yang lainnya adalah 5 meter pada kawasan pantai Pulau Pari dengan kuadrat berukuran 1 x 1 m2, namun yang diambil sampel hanya berasal dari 10 titik. 1.2
Cara Kerja
1.
Tahap Persiapan
Dilakukan observasi untuk menentukan pantai-pantai yang perirannya surut, yaitu pada sore hari untuk mempermudah pengambilan sampel. Karena pada sore hari air laut mulai surut, setelah itu dilakukan persiapan alat dan bahan yaitu : tali rafia, meteran, penggaris, wadah plastik (ember), kamera, luxmeter, higrometer, termometer, patok kayu, anemometer, alkohol 70% formalin 40%. Tempat pengambilan sampel ditentukan berdasarkan kondisi perairan pantai (topografi) yang surut. Daerah yng ditetapkan sebagai lokasi pengambilan sampel adalah bibir pantai bagian selatan Pulau Pari. Pembuatan garis transek dengan jarak 100 meter secara vertikal dari bibir pantai sebanyak 8 garis ke arah laut dengan jarak antara garis trnsek yang satu dengan yang lain adalah 5 meter pada setiap transek dibuat 10 kuadrat dengan jarak antara kuadrat 1 dengan yang lainnya adalah seragam, dengan demikian akan ditemukan berbagai populasi pada berbagai kuadrat.
2.
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada sore hari dengan pengulangan 2 kali. Pengambilan sampel dilakukan di setiap kuadarat pengamatan yang berukuran 1 x 1 m 2. Spesimen Echinoermata dan Coelenterata yang berada di dalam kuadrat diambil, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik atau ember dan diberi label, label tersebut diberi nomor transect, waktu dan tanggal pengambilan. Di darat sampel tersebut di identifikasi dan selanjutnya dilepaskan kembali ke laut.. Spesimen yang terdapat dalam kuadrat yang tidak diketahui jenisnya diambil kemudian di foto kemudian dimasukkan ke dalam stoples yang berisi larutan alkohol 70 % selanjutnya di bawa ke laboltorium untuk diidentifikasi
3.
Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengambiln data tentang faktor fisik kimia lingkungan dibatasi hanya pada pengukuran suhu, intensitas cahaya, dan kecepatan angin. Untuk pengukuran parameter lingkungan,
36
dilakukan pengamatan 2 jam sekali untuk suhu, sedangkan untuk kelembaban udara dan kecepatan angin hanya dilakukan satu kali yaitu hanya bertujuan untuk memperkenlkan alat-alat ukurnya serta bagaimana cara menggunakannya. Pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan penggaris stainles.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1
Zonasi Pulau Pari
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa berdasarkan tipe dasarnya daerah rataan terumbu bagian selatan Pulau Pari dapat dibagi menjadi beberapa zonasi, yaitu: 1.
Zone Pasir
Lebar zone ini antara 280 – 300 meter dari garis pantai dengan kedalaman antara 0 –50 cm. Zone ini mempunya tipe dasar pasir karang dan menalami kekeringan pada waktu surut. Dibeberapa tempat dari zone tersebut ditumbuhi oleh Enhalus . (Aziz ,1980). 2.
Zone Pertumbuhan Algae
Lebar zone ini antara 100-120 meter dari zone pertama dengan kedalaman antara 50-70 cm pada waktu surut. Tipe dasar dari zone ini adalah campuran pasir dengan pecahan karang. (Aziz ,1980). 3.
Zone moat
Zone ini memiliki lebar antara 50-100 meter dari zone kedua dengan kedalaman antara 70-100 cm pada waktu surut. Di daerah ini dapat dijumpai koloni karang hidup yang tumbuh tidak merata. (Aziz ,1980). Setiap zone memiliki susunan epifauba tersendiri. Jika dilihat dari kepadatan jenis pada tiap-tiap pengamatan maka daerah zone pasir Pulau Pari didominasi oleh Archaster
typicus . (Aziz ,1980). 4.1.2 No 1 2
Parameter Lingkungan Parameter Lingkungan
Penelitian Awal Akhir
Waktu 17.10 18.00
Suhu
Intensitas
Kecepatan angin
32 31
Cahaya klx 9,0 klx 7,7
m/menit 1,27 m/menit 8,3
37
4.1.3
Jenis-jenis Echinodermata di Pulau Pari
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada echinodermata didapatkan empat kelompok kelas (Asteroidea, holothuroide, echinoidea, dan ophiuroidea) sedangkan kelas crinoidea tidak ditemukan. Selama pengamatan ditemukan 6 jenis spesies yang termasuk ke dalam filum echinodermata yaitu, kelas Asteroidea diwakili oleh 3 jenis, kelas holothuroidea diwakili oleh 2 jenis, echinoidea diwakili oleh 1 jenis dan ophiuroidea diwakili oleh 1 jenis.
Tabel. Jenis Echinodermata di Pulau Pari No
Kelas/Jenis
Asteroidea 1 Archaster typicus 2 Linckia laevigata* 3 Culcita sp.* II Holothuroidea 1 Holothuria sp. III Echinoidea 1 Diadema setosum IV Ophiuroidea 1 Ophiurea sp.* Keterangan :
1
2
3
Belt Transect 4 5 6 7
8
9
10
++
+
+
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
I
+
+++ ++
-
-
-
+
+
= Dijumpai -
*
++
= Tidak dijumpai
= Hasil Koleksi bebas
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari mulai wilayah pasir hingga sebagian padang lamun duhuni oleh Archaster typicus sedangkan yang lainnya hanya di temukan beberapa saja.
38
4.1.4
Jenis-jenis Echinodermata yang ditemukan di Pulau pari
1.
Bintang laut ( Asteroidea)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, jumlah jenis Asteroidea di Pulau Pari yang ditemukan adalah spesies C. novaeguineae , A. typicus dan L. Leauigata. a.
Archaster typicus
Gambar: Archaster typicus pada habitat aslinya Sumber gambar Dokumentasi Pribadi.
Archaster typicus ditemukan melimpah pada Belt Transect 2 dengan kuadrat tertentu. Sepesies ini memiliki pola distribusi secara acak berkelompok. Acak berkelompok yaitu tersebar secara acak namun tetap membentuk kelompok atau bergerombol sendiri dengan ruang yang luas dan tidak terisi.
Deskripsi
Bentuk tubuhnya seperi bintang ( simetris radial ), terdiri dari bagian oral ( yang memiliki mulut ) dan aboral ( tidak memiliki mulut ). Memiliki lima lengan dengan bagian dorsal berwarna kecoklat-coklatan yang berselang-seling dengan warna gelap seperti pita disetiap lengannya. Pada bagian samping lengannya terdapat duri. Pada bagian ventral terdapat kaki amburakral ( kaki tabung ) yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya air. Memiliki gaya regenerasi yang tinggi. Setiap bagian lengannya dapat beregenerasi dan bagian cakram pusat yang rusak dapat diganti. Sistem amburakralnya terdiri dari madreporit, saluran cincin, saluran radial. Sistem reproduksinya bersifat dioseus. Memilki sistem pencernaan yang sempurna mulai dari mulut diteruskan melalui faring ke kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus dan terakhir ke anus. Habitat dari Archaster typicus adalah zona pasir dengan kedalaman 0-50 cm. ( Zoologi Dasar, 2007 )
39
Gambar 37. Sistem ambulakral pada Echinodermata Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Asteroidea
Ordo
:
Genus
: Achaster
Spesies
: Aschaster typicus
Sumber
: Biologi laut, 2007
b.
Linckia laevigata
c.
Gambar: Linckia laevigata Sumber Dokumentasi Pribadi Jenis L.leavigata yang ditemukan di Pulau Pari mempunyai ciri berwarna biru, berlengan lima. Menurut Nonteji 2005, L.leavigata berlengan lima, berwarn sangat kontras atau (berwarna biru), tiap lengannya memanjang hingga 15 cm tau lebih, hidupnya di daerah terumbu karang. L.leavigata mudah dikenali karena warnanya, ditemukan pada dataran karang dan daerah air laut yang dangkal (Ming, 1998). L.leavigata disebut dengan berlian biru (Hyman 1955). Menurut Yusron (2006a), L.leavigata ditemukan pada daerah karang. Pada daerah pertumbuhan algae, dan tubir, jenis L.leavigata dapat ditemukan (Aziz.1981).
40
Distribusi L.leavigata berada di Indo Pasifik barat.(Purwati dan Lane 2004) Jenis L.leavigata ditemukan soliter. Hal ini didukung oleh Aziz(1996b), yang menyatakan bahwa L.leavigata cendering soliter dan menyendiri. Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Asteroidea
Ordo
: Phanerozonia
Family
: Linckiidae
Genus
: Linckia
Spesies
: Linckia Leavigata
Sumber
: Hyman, L.H 1955. the invertebrates (Echinodermata)
d.
Culcita novaeguineae
Gambar dua jenis Culcita Sumber Gambar Dokumentasi Pribadi Culcita novaeguineae yang ditemukan memiliki bentuk tidak seperti binyang laut biasanya. Apabila dilihat dari abolar terlihat lengan yang menjulur berbentuk pentagonal seperti bintang. Apabila dilihat dari arah oral, membentuk setengah membulat atau menyerupai bola, tidak mempunyai duri, dan memiliki dua warna terang dan gelap pada
41
setiap individu.(Lane dan Vanderspiegel 2003). Pada bagian bawahnya terdapat lima amburakral yang terpencar lebih menegaskan bagwa C.novaeguineae adalah bintang laut. Lengan dewasa lebih panjang dari interadiinya yang menghabiskan bentuk yang membulat. Hal ini menyebabkan C.novaeguineae biasa di sebut cushion star atau bantal laut. Bagian dari dinding tubuh C.novaeguineae berkalsium tebal, ukurannya sebesar bola. Hal ini merupakan salah satu pertahanan hidupnya agar tidak mudah dimangsa oleh predator.(Lane dan Vandenspiegel 2003). Distribusi dari C.novaeguineae termasuk tipel lokal Pasifik barat (Purwati dan Lane 2004). Culcita novaeguineae yang ditemukan di pulau pari berada pada substrat pasir dan soliter. C.novaeguineae terkadang ditemukan sedang makan di koral, makanannya secara individual dengan memakan karang. Pada daerah pertumbuhan algae dan tubir jenis spesies ini dapat ditemukan (Aziz 1981 : 1996b) Klasifikasi Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies Sumber
: Animalia : Echinodermata : Asteroidea : Phanerozonia : Goniasteridae : Culcita : Culcita novaeguineae : Hyman, L.H 1955. the invertebrates (Echinodermata)
2.
Teripang ( Holothuroidea)
a.
Holothuria sp.
Gambar : Teripang ( Holothuria sp.) Sumber Gambar Dokumentasi Pribadi Deskripsi Tubuh Holothuroidea lunak, berbentuk bulat panjang, terlindung atas osikel yang
amat halus dan tidak mempunyai lengan. Memiliki kanal longitudinal sebagai saluran air. Memiliki pohon pernapasan yang digunakan dalam pertukaran gas. Di sebelah dalam
42
epidermis terdapat otot memenjang dan melingkar yang memungkinkan tubuh teripang dapat memanjang dan memendek seperti cacing tanah. Tubuh teripang sebagian besar terdiri dari jaringan ikat yg mungkin berubah bahwa mereka dapat dengan cepat berubah dari lembut ke batu keras. Memiliki ossicles (potongan keras kalsium karbonat) yang bersifat mikoskopis. Alat pencernaan terdiri atas esophagus, lambung, usus yang cukup panjang dan berakhir pada usus di kloaka (sistem pencernaan sempurna). Organ reproduksi mereka di dekat bagian depan tubuh mereka dan bersifat dioceus. Hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang akan mengeluarkan seluruh isi di dalam tubuhnya apabila dia di sentuh secara kasar. Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata (Klein, 1734 )
Kelas
: Holothuroidea (de Blainville, 1834)
Ordo
: Aspidochirotida (Grube, 1840)
Family
: Holothuriidae (Ludwig, 1894 )
Genus
: Holothuria
Spesies
: Holothuria sp.
Sumber
: Biologi laut 2007
3.
Bulu Babi ( Echinoidea)
a.
Diadema setosum
Gambar: Bulu Babi ( Diadema setosum) Sumber gambar Dokumentasi Pribadi
43
Deskripsi
Bentuk tubuhnya bulat tanpa lengan,berwarna hitam. Memiliki duri-duri yang panjang dan mudah patah apabila terinjak. Duri-duri ini menutupi seluruh tubuhnya. Tubuh terbungkus oleh suatu struktur yang berupa cangkang (test). Bulu babi memiliki bentuk simetri meruji ketika dewasa. Dapat bergerak ke segala arah, mulutnya terletak di bawah dan di tengah-tengah. Bagian mulut atau gigi merapat menjadi satu yang dilekatkan oleh deretan bagian yang terdiri dari bahan kapur untuk membentuk struktur yang dinamakan lentera aristotle (himpuan gigi yang terdapat pada banyak jenis bulu babi). Sistem reproduksi bersifat dioseus. Pada hewan ini terdapat sebuah penbuluh sirkular dan 5 buah pembuluh radier. (Zoologi Dasar). Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata (Smith, 1984)
Kelas
: Echinoidea (Leske, 1778)
Ordo
: Diadematoida (Duncan, 1889)
Family
: Diadematidae (Gray, 1855 )
Genus
: Diadema
Spesies
: Diadema setosum
Sumber
: P3O-LIPI
4.
Bintang Ular Laut ( Ophiuroidea)
a.
Ophiurea sp.
Gambar Ophiurea sp. Sumber Gambar Dokumentasi Pribadi
44
Deskripsi
Bentuk tubuh seperti uang logam (coin), budar dan pipih dan lengan-lengan menjulur sekeliling tubuh dan mulut di bawah. Lengan ramping dan mudah bergerak cepat dan berenang dalam air. Karena lengannya yang tinggi dan kemampuannya untuk bergerak, kaki tabungnya umumnya tidak digunakan untuk berjalan dan dikurangi fungsinya menjadi alat perasa dan pernapasan akibatnya ampula-ampulanya menghilang.Celah amburakral tidak ada, ditutupi oleh lempeng-lempeng kerangka dan diubah menjadi saluran-saluran epineuron (epineural canal). Setiap lengan ditutupi oleh 4 baris lempeng, 1 aboral, 1 oral, dan 2 lateral. Duri-duri hanya tedapat pada lateral. Cara makan dengan mengangkat lengan ke atas ke dalam air untuk menagkapa plankton atau dengan mencari makanan di dasar laut. Karena tidak memiliki anus maka makanan yang tidak dicerna dimuntahkan kembali keluar mulut. Mulut mempunyai 5 lempeng tetapi tidak memiliki mekanisme lentera aristotle. Sistem reproduksi bersifat dioceus. Bintang ular laut ini hidup di tempat terlindung atau air tenang, di perairan pantai pada kubangan pasut dan di balik batu atau memendam pada dasar lunak.
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Echinodermata
Kelas
: Ophiuroidea
Ordo
: Ophiurida
Family
: Ophiothricidae
Genus
: Ophiothrix
Spesies
: Ophiurea sp.
Sumber
: Biologi laut 2007
4.1.5
Jenis-jenis Coelenterata yang ditemukan di Pulau pari
Coelenterata yang banyak ditemukan di pulau Pari adalah kelas Anthozoa dari jenis coral. Jenis koral-koral yang seringkali ditemukan adalah karang daging (Porites lobata) yang kebanyakan berwarna ungu, coklat dan kekuningan.
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1)
Keanekaragaman echinodermata masih dapat ditemukan di Pulau Pari.
Dalam praktikum lapangan ini ditemukan spesies dari kelas Asteroidea, Holoturoide, Ophiuroidea dan Echinoidea. 2)
Keanekaragaman Coelenterata yang dapat ditemukan dalam praktikum ini
hanya dari kelas 3)
Setiap spesies memiliki habitat tertentu yang sesuai untuk dapat menetap
dan melangsungkan hidupnya. Biasanya berdasarkan pada tempat keberadaan sumber makanannya. 4)
Filum Echinodermata dan Coelenterata , hampir semua anggota
Echinodermata dan Coelenterata hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial. Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimer yang tersusun radial, dengan mulut di tengah-tengahnya.
5.2 Saran Laut merupakan wilayanh yang sangat luas, tentunya wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar juga. Untuk dapat menjaga dan melestarikan semua yang ada di dalam lautan maka patutlah bagi kita untuk terlebih dahulu mempelajari segala hal yang berkaitan dengan laut, dan salah satunya adalah mepelajari biota laut baik dari segi morfologi tubuhnya hingga habitatnya agar keindahan dan kelestarian laut dapat terjaga dengan baik Zona pesisir merupakan zona yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan zona lain yang ada di wilayah bahari. Zona ini merupakan salah satu habitat bagi kehidupan Echinodermata dan Coelenterata, sehingga diperlukan perhatian khusus dalam menjaga kondisi lingkungan agar tidak rusak dan tercemar dari kegiatan nelayan dengan kelompok masyarakat yang memanfaatkan zona pesisir ini. Pemanfaatan zona pesisir perlu diperhatikan karena di zona pesisir merupakan habitat bagi hewan avertebrata laut, diantaranya adalah Echinodermata dan Coelenterata . Dalam pembagian ruang antara nelayan dan masyarakat yang memanfaatkan zona pesisir
46
untuk penangkaran ikan dan sebagainya. Sedangkan pemerintah memanfaatkan untuk Rehabilitas Mangrove secara besar-besaran terhadap habitat Echinodermata
dan
Coelenterata pada khususnya perlu diperhatikan karena pada substrat tertentu terdapat habitat bagi jenis Echinodermata dan Coelenterata.
47
DAFTAR PUSTAKA Kiswara, Wawan. 1992. Fegetasi Lamun (Seagrass) di Rataan Terumbu Pulau
Pari, Pulau-pulau Seribu Jakarta: ISSN 0125-9830.Oseanologi di Indonesia. No 25:31-49 Journal of Indonesian Marine Sciences. ISSN 0853-7291. No. 26 Thn VII - Juni 2002 Aznam Aziz.. Kondisi Lingkungan pesisir dan laut di Indonesia . Lembaga Oseanologi Nasional LIPI. Jakarta. LHL-38 Prapto Darsono, Aznam Aziz, dan asikin djamali. 1978. Pengamatan terhadap
populasi bintang laut Archaster Tipycus ( Muller dan Troschel) di Daerah rataan gugus Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu, Jakarta. Oseanologi di Indonesia 1978. No. 10:33-41 Aznam aziz, Prapto Darsono dan Widiarsih Kastoro. Penelaahan epifuna di
daerah rataan terumbu bagian selatan pulu pari, pulau-pulau seribu . Lembaga Oseanologi Nasional LIPI Jakarta 1980. Aziz. A. 1981. Fauna Echinodermata dari Terumbu Karang Pulau Pari, Pulau-
pulau Seribu. Oseanologi di Indonesia. No. 14:41-50. Darsono P.1988. Perilaku Perchinodermata : Asteroidea Osena Vol XXIII. No.3 dan 4 : 11-17. Wibisono, M,S.2005. Pengantar Ilmu Kelautan.Jakarta;Grasindo Romimohtarto, Kasijan.2001. Biologi Laut .Jakarta;Djambatan Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana, Biologi Laut : ilmu pengetahuan tentang biota
laut. Ed. Rev., cet. Ke 3. Jakarta, Djambatan, 2007 Prof. Dr. Mukayat Djarubito Brotowidjoyo, M.Sc ., ZOOLOGI DASAR. Erlangga, Jakarta, 1989 Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. De wey. 2006. The Animal Diversity Web (online) . Accessed November 29, 2009 at http://animaldiversity.org. Sponsored in part by the Interagency Education Research Initiative, the Homeland Foundation and the. Museum of Zoology Hyman, L.H. 1955. The invertebrates : Echinodermata-Volume IV. MC.Graw-Hill book company. New York, Toronto, London. Krebs, C.J. 1989. Ecologikal Methodology Harper Colines publisher. New York Darsono,P. 1998. Prilaku perkawinan bintang laut Arcashter typicus(Echinodermata : Asteroidea) oseana Vol.XXIII no.3 dan 4 : 11-17 Suwignyo,S, dkk. 2005. Avertebrata Air. Penebar swadaya. Jakarta
48
Setiadi D dan P.D.Tjonronegoro. 1989. Dasar-dasar ekologi.DAU-IPB.Bogor Nyabkken, J. W. 1988. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia. Jakarta. Michael P.1995. Metode ekologi untuk penyelidikan lapangan dan labolatorium. Jakarta : UI-Press
49
LAMPIRAN
Alga
Alga
Melakukan fitpoltrep
50