LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK UNGGAS SETTING TELUR TETAS
Disusun oleh: Kelompok XV Noviana Cahyani Tyastuti
PT/05763
Septi Nur Wulan Mulatmi
PT/05765
Rudi Adriansyah
PT/05767
Dianestu Putra
PT/05761
Rizky Anchen A
PT/05757
Asisten: Rizky Bayuaji
LABORATORIUM TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011
Waktu Pelaksanaan Praktikum setting telur tetas dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 23 april 2011 pukul 15.00 sampai selesai.
Tempat Praktikum Praktikum setting telur tetas dilaksanakan di laboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada.
Tujuan dan Manfaat Praktikum Praktikum ini bertujuan mengetahui sisitem kerja penetasan telur dengan mesin tetas, mengetahui berat telur, indeks telur, syarat-syarat berat telur yang baik,dan mengetahui apa saja yang dilakukan sebelum dan sesudah pemasukan telur.
MATERI DAN METODE
Materi Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik Camry, jangka sorong, kapas, bulpen, kain dengan panjang 30 cm dan lebar 30 cm serta mesin tetas.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah 15 butir telur kresing dari asisten dan 5 butir telur ayam kampung dari praktikan.
Metode Telur dibersihkan dengan tisu/kapas, kemudian telur di timbang dan diukur indeks telurnya. Pengukuran indeks telur dengan cara mengukur lebar telur dibagi panjang telur dikalikan 100% dengan menggunakan jangka sorong. Telur diberi tanda positif (+) dan negatif (-) pada bagian telur yang tumpul. Setelah itu, telur diletakan diatas nampan yang telah dipasang bambu, kemudian dimasukan kedalan mesin tetas dengan kemiringan kurang lebih 450 C. Dibawah nampan terdapat kain yang tercelup kedalam air. Suhu mesin tetas diatur sekitar 36 sampai 380C. Suhu dan kelembapan di cek 3 kali sehari selama 21 hari. Selama 3 hari pertama 3 hari terakhir mesin tetas tidak boleh di buka. Dilakukan pemutaran telur 3 kali sehari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persiapan Mesin Tetas dan Telur Tetas Mesin tetas yang digunakan dalam praktikum ini merupakan mesin tetas sederhana yang terbuat dari sterefoam yang berbentuk kubus. Penggunaan mesin tetas sederhana ini bertujan untuk menambah pengetahuan praktikan dalam membuat, menggunakan dan memperbaiki mesin tetas sederhana, serta mengetahui fungsi dari masing-masing alat dalam mesin tetas. Telur yang dimasukan berasal dari ayam kampung dan ayam kresing. Sebelum telur dimasukan telur dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi dengan air sedikit dan di tandai untuk memudahkan dalam proses pemutaran dan penetasan telur. Fumigasi adalah Sanitasi atau pembersihan terhadap telur dan peralatan penetasan dapat menggunakan sistim fumigasi. Fumigasi dengan tingkat yang rendah tidak akan membunuh bakteri dan bibit penyakit tetapi fumigasi yang terlalu tinggi dapat mebunuh embrio didalam telur. Maka amatlah di haruskan untuk memakai ukuran yang tepat terhadap bahan kimia yang akan digunakan dalam melakukan fumigasi. Usaha ini diperlukan untuk menghilangkan bibit penyakit yang menempel pada kerabang dan penyakit tidak menyebar pada telur dan unit penetasan(Anonim,2006). kebersihan mesin tetas telur sangat berpengaruh akan produktifas keberlangsungan
penetasan
telur. Mesin
yang tidak
bersih akan
mengandung beberapa penyakit yang disebabkan oleh microorganisme seperti E. Coli , Staphlococci spesies, Streptococci spesies dan Aspergillus fumigatus akan menyerang telur dan mempengaruhi daya tetas telur (journal A, 2009). Daya tetas di sisi lain, mengacu pada persentase telur menetas dilaporkan sebagai, persentase telur menetas subur atau persentase anakan menetas dari semua telur ditempatkan di inkubator. Daya tetas
telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi kesuburan telur, dan konstitusi genetik orang tua(Journal B, 2008). Salah satu faktor penting diantaranya seperti rasio jenis kelamin, usia tua, periode dan kondisi penyimpanan telur, sistem bibit dan bobot hidup orang tua yang akan memiliki efek pada kesuburan, daya tetas telur subur dan daya tetas telur ditetaskan adalah usia laki-laki dan perempuan fertilitas (Journal C, 2004).
Seleksi Telur Tetas Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengukuran indeks telur pada saat praktikum akan di sajikan pada tabel berikut ini;
Tabel 1. Ukuran Indeks Telur No. Telur C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 K1 K2 K3 K4 K5
Indeks Telur (%) 76,04 78,9 74,75 74,2 76,48 77,3 74,39 75,3 77,2 75,30 75,3 70,19 76,7 72,76 74,5 79,59 68,0 73,94 77,55 83,78
Seleksi telur tetas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memilih telur yang akan memenuhi persyaratan untuk ditetaskan. Seleksi telur merupakan aktifitas awal yang sangat menentukan keberhasilan
penetasan (Supriyatna et. al., 2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam seleksi telur tetas antara lain umur telur dan cara penyimpanannya kemampuan daya tetas telur fertil masih baik jika penyimpanannya sekitar 7 hari dan maksimum 10 hari, selebihnya daya telur akan menurun dan setelah 3 minggu telur tidak akan ada yang menetas atau daya tetasnya 0% (anonim, 2006). Berat telur juga merupakan kriteria utama dalam penetasan dan penetesan telur. Adapun faktor yang mempengaruhi berat telur antaralain kesehatan, genetik, umur, berat badan, molting, dan faktor lingkungan (Yuwanta, 2004). Sebelum
telur
dimasukan
ke
mesin
tetas,
telur
dilseleksi
berdasarkan berat badan. Semakin berat telur tetas maka DOC yang dihasilkan akan semakin berat. Penentuan
berat
sesuai dengan
permintaan pasar. Berat minimum telur tetas adalah 52,0 sampai 56,7 gram/butir (Rasyaf, 1993). Selain ditimbang, seleksi yang dilakukan adalah dengan mengukur indeks telur dengan jangka sorong. Indeks telur yang baik adalah kurang lebih 74% (Rasyaf, 1993). Pada praktikum yang telah dilakukan semua telur yang digunakan telah memenuhi persyaratan.
Pre Warming Pemanasan sederhana telur yang segera setelah ovoposisi sebelum penyimpanan menunjukan mengurangi hilangnya hatchability yang disebabkan penyimpanan. Perlakuan ini memperlihatkan kemajuan perkembangan embrio pada tahap yang mana lebih baik dapat bertahan di periode penyimpanan (Anonim,2010). Sebelum telur dimasukan mesin tetas, harus dilakukan prewarming terlebih dahalu untuk menyesuaikan suhu telur dengan suhu di dalam mesin tetas. Suhu yang digunakan dalam praktikum ini adalah 380C, sedangkan kelembapanya 55% sampai 60%. Pengawasan temperatur pada ruang dalam mesin tetas sangat penting, karena pertumbuhan embrio dalam mesin tetas sangat sensitif terhadap perubahan temperatur lingkungan. Temperatur yang dibutuhkan telur ayam berkisar 37 0C,sedangkan kelembapan yang dibutuhkan 55%
sampai 60%, bila menggunakan hacther kelembapanya sebesar 70% (Rasyaf, 1993).
Pengaturan Suhu Pengaturan suhu proses penetasan telur akan berhasil dengan abik, disamping telur yang digunakan telas memenuhi persyataratan, tatalaksana inkubator juga memegang peran penting. Hal-hal yang paling pokok adalah suhu, kelembapan dan ventilasi. Temperatur yang digunakn pada kegiatan praktikum adalah sekitar 37 sampai 380C. Menurut Chan H dan Zamrowi (2000), temperatur pada proses penetasan hendaknya disuahakan antara 101 sampai 107 0C (38,5 sampai 410C) atau 98,50F sampai 1000F (35 sampai 380C). Berdasarkan literatur yang ada suhu yang digunakan pada praktikum sudah memenuhi persyataratan. Kelembapan sebaiknya tidak terlalu rendah karena menyebabkan menetasnyab telur lebih lambat. Hal ini disebabkan karena penguapan telur berjalan lebih cepat hingga shu menurun. Menurut Chan H dan Zamrowi (2000), kelembapan harus dipertahankan diatas 60%. Pada hari menjelang penetasan kelembapan harus diturunkan sekitar 5 0C, lubang ventilasi juga perlu dibuka untuk menjamin penyediaan O 2 dan pembuangan
CO2.
Kelembapan
sangat
berperan
dalam
proses
pemecahana kerabang, karena apabila suhu lembab, maka cangkang atau kerabang akan melunak sehingga mempermudah DOC untuk mematuk kerabang.
KESIMPULAN Pembuatan mesin tetas berfungsi untuk menetaskan telur secara bautan. Prisip penetasan dengan mesin tetas yaitu meniru tingkah laku induk yang sebenarnya dalam mengerami telurnya. Alat-alat yang ada pada mesin tetas adalah sterefoam sebagai alat untuk mengkondisikan suhu, termostat berfungski untuk menjaga suhu ruang stabil berada pada 380C, termometer sebagai alat pengukur suhu incubator, rak sebagai tempat meletakkan telur, nampan air dan air sebagai alat pengatur kelembapan, bohlam lampu sebagai sumber pemanas, seker untuk menyalurkan listrik dari sumber arus listrik, fitting sebagai dudukan lampu, kabel untuk mengalirkan arus listrik dan ventilasi sebagai tempat sirkulasi udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penetesan Telur Ayam. Available at http://tohpatipoultry.com/index.php? ISP=Menghasilkan+DOC+Berkualitas+Prima&News_and_Articles =7. Diakses pada tanggal 27 mei 2010.
Anonim, 2006. Pembuatan mesin Tetas. Available at http//www.gloryform.com. di akses pada tanggal 27 mei 2011. A New Approach to Evaluate the Hygienic Condition of Commercial Hatcheries. International Journal of Poultry Science 8 (11) : 10471051, 2009. Chan H dan Zamrowi M. 2000. Pemeliharaan dan Cara Pembibitan ayam petelur. Citra Marta Prima. Jakarta. Effects of Parental Age and Haching Egg Weight of Japanese Quials on Hacthibility and chick Weigth. International Journal of Poultry Science 3 (4) : 259-265, 2004. Gene Segregation Effects on Fertility and Hachibility of Pure and Croosbred Chicken of Genotypes in the Humid Tropics. International Journal of Poultry Science 7 (10) : 954-958, 2008. Suprijatna, G., Umryatti A., dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Yuwanta T., 2004. Dasar Ternak Unggas. Cetakan pertama. Penerbit Kanisius. Yogayakarta. Rasyaf M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Medion. Bandung.