2
61
Laporan Praktikum
Pengukuran Poligon
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan II
Yang dibimbing oleh Bapak ********
Disusun Oleh :
A. Syekhuddin 143030005212
Ach Febry Priyono 143030005207
Adinda Tri Zenuriasari 143030005211
An Nisa Anggit Hutami 143030005178
Andri Setia Budi 143030005200
Bayu Aji Mitayani 143030005176
Eko Susanto 143030005205
Ester Vianney Odo 143030005206
Fajar Perdana Putra 143030005202
Fikri Fardian Lazuardi 143030005193
Gifari Maulana 143030005199
Hasna Syarifatul Rosyidah 143030005195
Izzia An-Nabila 143030005185
Laksono Mustiko Aji 143030005191
L.M Umar Al-Faruq 143030005201
Marlita Dewanti 143030005196
Meylida Widyaningrum 143030005188
Milza Narazeki 143030005179
Moch. Prabowo Sudibyo 143030005197
PROGRAM STUDI DIII- PBB/ PENILAI
JURUSAN PAJAK
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena berkat rahmat serta bimbingan-Nya penulis berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum Pengukuran Poligon ini. Adapun laporan ini diajukan guna memenuhi tugas akhir semester tiga untuk mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan II. Laporan ini berisikan tentang bagaimana prosedur yang dilaksanakan dalam melakukan pengukuran poligon serta hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan.
Semoga Laporan Praktikum Pengukuran Poligon ini memberikan informasi yang berguna bagi pembaca serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Terima kasih kepada BapakPanuturi L. Tobing selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan II, Bapak Anto dan Bapak Adit selaku asisten pembimbing, semua anggota kelompok yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini,serta referensi dan sumber-sumber informasi yang kami peroleh.
Bintaro, 9 Februari 2016
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa di bawah ini
Kelompok I
A. Syekhuddin 143030005212
Ach Febry Priyono 143030005207
Adinda Tri Zenuriasari 143030005211
An Nisa Anggit Hutami 143030005178
Andri Setia Budi 143030005200
Bayu Aji Mitayani 143030005176
Eko Susanto 143030005205
Ester Vianney Odo 143030005206
Fajar Perdana Putra 143030005202
Fikri Fardian Lazuardi 143030005193
Gifari Maulana 143030005199
Hasna Syarifatul Rosyidah 143030005195
Izzia An-Nabila 143030005185
Laksono Mustiko Aji 143030005191
L.M Umar Al-Faruq 143030005201
Marlita Dewanti 143030005196
Meylida Widyaningrum 143030005188
Milza Narazeki 143030005179
Moch. Prabowo Sudibyo 143030005197
Telah Menyelesaikan Praktikum Mata Kuliah :
ILMU UKUR TANAH II
Program Studi
Diploma IIIPBB/Penilai
Politeknik Keuangan Negara STAN
Dengan Modul Praktikum Berupa ;
No
Modul Praktikum
Asisten
Tanda Tangan
1.
Pengukuran Polygon
Aditya Nugroho
Bintaro, 9Februari 2016
Diperiksa Oleh :
Dosen Kordinator Mata Kuliah
Panuturi L. Tobing
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
DAFTAR ISI iv
LAMPIRAN iv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 1
1.3Tujuan Praktikum 2
1.4Lokasi Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1Ilmu Ukur Tanah 3
2.2Pemetaan (Surveying) 3
2.3Total Station 4
2.4Pengukuran dengan Menggunakan Total Station Topcon GTS-102N 7
2.5 Pengukuran Poligon 14
2.6 Pengenalan Software Pemetaan ArcGIS 23
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM 27
3.1 Orientasi Lapangan 27
3.2 Penentuan Koordinat Titik Awal Mengunakan GPS 27
3.3 Pengukuran Poligon Tertutup 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38
4.1 Perhitungan Poligon 38
4.2Pengolahan Data Poligon di ArcGIS 43
BAB V PENUTUP 53
5.1 Kesimpulan 53
5.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara menggambarkan keadaan fisik sebagian maupun keseluruhan permukaan bumi untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada pemukaan tanah, diatasnya atau dibawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Pemetaan khusus untuk bidang tertentu biasanya dilakukan di kawasan yang sempit, sehingga bumi masih dianggap bidang datar dan distorsi yang disebabkan kelengkungan bumi dapat diabaikan. Pemetaan dilakukan dengan menentukan titik-titik koordinat dan ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan terlebih dahulu sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.
Di dalam proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar antara titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis-garis yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dengan metode poligon, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam poligon.Dalam pembuatan suatu peta diperlukan pengukuran di lapangan, pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem poligon yang dilanjutkan dengan pengukuran detail situasi.
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari poligon?
Bagaimana cara kerja dan proses pengukuran poligon?
Bagaimana cara menghitung hasil pengukuran poligon?
Bagaimana cara mengolah hasil data dari pengukuran poligon?
Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengertian dari poligon.
Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara kerja dan proses pengukuran poligon.
Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara menghitung hasil pengukuran poligon.
Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil data dari pengukuran poligon.
Lokasi Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu Ukur Tanah
Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik di permukaan. Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu geodesi mempunyai 2 maksud dan tujuan yaitu :
Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajar penggambaran dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi yang dianamakan peta.
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu geodesi, maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan, karena adanya gunung dan lembah yang curam. Untuk memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak beraturan tersebut maka dibuatlah suatu bidang perantara. Bidang perantara tersebut adalah datar. Meski permukaan bumi itu lengkung tapi kita anggap datar karena permukaan bumi yang akan diukur itu tidak punya satuan yang lebih panjang dari 50 Km, biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan kereta api, bendungan, saluran air, jembatan dan lain sebagainya.
Pemetaan (Surveying)
Pemetaan (Surveying) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas,pada maupun dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatu kerangka referensi, yang direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alam maupun buatan manusia). Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran. Untuk pengukuran poligon ini Bench mark menggunakan arak Utara sebagai titik awal.
Pada awalnya pemetaan hanya digunakan untuk menandai batas-batas kepemilikan tanah. Sekarang hasil pemetaan digunakan untuk memetakan bumi diatas dan dibawah permukaan laut; menyiapkan peta navigasi udara, darat dan laut; menetapkan batas-batas pemilikan tanah pribadi dan tanah negara; mengembangkan informasi tata guna tanah dan sumber daya alam yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan; menentukan ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet bumi. Selain itu pemetaan juga mempunyai peranan penting dalam bidang rekayasa untuk desain perencanaan dan pembangunan jalan raya, jalan baja, pembangunan gedung, saluran irigrasi, jalur pipa gas dll.
Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik maupun satelit).
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui koordinatnya.
Total Station
Total Station adalah alat pengukur sudut yang sudah dilengkapi dengan alat pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektrolis atau dengan kata lain total station adalah theodolit yang sudah dilengkapi dengan EDM (electric distance meter). Sebelumnya alat sudut terpisah dengan alat pengukur jarak, untuk total station kedua fungsi ini sudah terintegrasi menjadi satu kesatuan. Operasionalisasi total station prinsipnya sama dengan theodolit pada umumnya, bedanya hanya pada tayangan angka bacaan lingkaran horizontal dan penggerak halusnya, tidak mempunyai limbus. Karena bacaan lingkaran secara digital, maka tidak ada bacaan yang diestimasi sebagaimana pada skala garis. Pada theodolit tipe ini juga dilengkapi tombol pengenolkan, sudut horizontal dapat diukur kearah kanan maupun kiri, bacaan sudut dapat dilihat pada layer display monitor, layer ini ada yang dua muka sehingga memudahkan pembacaan, namun adapula yang hanya satu saja. Bacaan lingkaran vertical bias berupa helling/sudut vertical adapula sudut zenith, adapula yang dapat diatur sesuai selera operator. Satuan sudut ada yang system sexagesimal (dalam derajat) adapula yang sentisimal (grade/gon) sumber tenaga menggunakan baterai, serta dilengkapi tombol monitoring kondisi baterainya. Adapun tingkat ketelitian bacaan bervariasi.
Peralatan pengukuran jarak elektronik pada awalnya dikembangkan sekitar tahun 1940, dan tersedia secara komersial pada 1960-an. Total Station pertama (theodolit elektronik dan EDM) dikembangkan pada akhir 1970-an.
Total Station memiliki kemampuan untuk merekam dan mengumpulkan data hasil pengukuran jarak dan sudut pada alat perekam, yang nantinya dapat diproses dengan menggunakan perangkat lunak komputer di akhir survey. Untuk akurasi yang optimal, maka digunakan prisma, yaitu suatu alat yang dapat merefleksikan gelombang cahaya yang kembali ke perangkat pengukuran untuk menentukan pengukuran. Dalam keadaan di mana akurasi tidak begitu diharuskan secara di maksimum, maka total station dapat digunakan dalam modus reflectorless dimana alat tersebut dapat memperoleh fitur pengukuran jarak tanpa menggunakan prisma.
.
Gambar Total Station
Aplikasi
Total station banyak digunakan dalam pemetaan lahan, seperti pemetaan topografi untuk konstruksi jalan dan bangunan. Total station juga digunakan di situs arkeologi untuk mengukur kedalaman penggalian, dan oleh kepolisian untuk melakukan investigasi tempat kejadian perkara.
Pertambangan
Total station banyak digunakan dalam pemetaan kawasan pertambangan. Teknologi ini dapat digunakan di dalam tambang tertutup untuk mengukur kedalaman dan jarak tambang dari permukaan dan mulut tambang, juga kedalaman penggalian pada tambang terbuka.
Konstruksi
Total station yang digunakan dalam bidang konstruksi umumnya untuk melakukan pengukuran lokasi pembangunan sebelum dilakukan perataan tanah dan peletakan pondasi, juga mengukur tingkat kemiringan dan kerataan lantai yang dikehendaki serta posisi bangunan tertentu terhadap bangunan lainnya. Selain itu, pemasangan perpipaan dan kabel juga membutuhkan teknologi ini; terutama perpipaan untuk meningkatkan efisiensi pemompaan fluida.
Komponen Total Station Survey
Komponen yang digunakan dalam Total Station Survey
Total Sation & Tripod
Electronic Note Book/Penyimpan Data Lapangan
Prisma
Computer interface
Baterai and Radio Komunikasi
Kelebihan Total Station Survey
Pengumpulan informasi yang relatif cepat.
Beberapa survei dapat dilakukan pada satu lokasi set-up.
Mudah untuk melakukan pengukuran jarak dan horizontal dengan perhitungan secara bersamaan koordinat proyek (Northings, Eastings, dan Elevations).
Tata Letak lokasi konstruksi cepat dan efisien.
Data desain digital dari program CAD dapat di-masukkan ke kolektor data.
Informasi survei harian juga dapat dengan cepat di unduh ke CAD yang menghilangkan data time manipulasi diperlukan dengan menggunakan teknik survei konvensional.
Kekurangan Total Station Survey
Akurasi elevasi vertikal tidak seakurat menggunakan tingkatan survei konvensional dan teknik batang.
Koordinat horizontal dihitung pada sistem grid persegi panjang. Namun, dunia nyata harus didasarkan pada koordinat bulat dan persegi panjang harus ditransformasikan ke koordinat geografis jika proyek skala besar.Contoh: jalan raya, gedung-gedung besar, dan lain-lain.
Pengukuran dengan Menggunakan Total Station Topcon GTS-102N
2.4.1 Pengukuran Sudut Horizontal dan Vertikal
Sentering alat di titik A dan target polygon di titik B & C
Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER
Bidik target B, set 0 bacaan horizontal ( [F1] OSET )
Bidik target C, maka sudut horizontal BAC (α) dan vertikal akan ditampilkan ke layar.
2.4.2 Pengukuran Jarak
Sentering alat di titik A dan target di titik B
Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER
Bidik target B, TEKAN TOMBOL yang ada tanda ( ) diatasnya.
Untuk mengukur jarak ke target lain, bidik target, tekan [F1] MEAS
Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG
2.4.3 Pengukuran Koordinat
Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER
Masuk ke menu metode pengukuran koordinat dengan menekan tombol ( )
Tekan tombol [F1] MEAS untuk mengukur koordinat target prisma
Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG
2.4.4Perekaman Data / Data Collect (Pengumpulan Data Poligon dan Situasi)
Tahap - Tahap Pekerjaan :
SENTERING ALAT
TEKAN TOMBOL POWER
TEKAN TOMBOL MENU
TEKAN F1 (DATA COLLECT)
Cara Membuat File Pengukuran
TEKAN F1 INPUT untuk membuat job baru, TEKAN F2 LIST untuk memilih job yang sudah pernah disimpan. FN = NAMA FILE
TEKAN F3 [CLR] untuk menghapus tulisan
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
KETIK NAMA FILE ( CONTOH : LATIH1 )
FN = LATIH1 , TEKAN F4 [ENT]
Cara Memasukkan Huruf atau Angka
Pindahkan tanda panah (Æ) ke item yang akan diisi menggunakan tombol [¿] atau [À]
Tekan tombol F1 [INPUT], Tanda (Æ) berubah menjadi (=)
Untuk memasukkan huruf , tekan[F1] [ALP]
Untuk memasukkan angka, tekan [F1] [NUM]
TEKAN F1 (OCC PT# INPUT) untuk Pengaturan Titik Berdiri Alat
PT#
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nomor titik
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
KETIK NOMOR TITIK ( CONTOH : P1 )
PT# = P1, TEKAN F4 [ENT]
ID
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik identitas atau kode titik
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
KETIK IDENTITAS TITIK ( CONTOH : PAL )
ID = PAL, TEKAN F4 [ENT]
INS HT
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nilai tinggi alat
KETIK ANGKANYA ( CONTOH : 1.500 )
INSHT = 1.500 m, TEKAN F4 [ENT]
INPUT KOORDINAT TEMPAT BERDIRI ALAT :
TEKAN F4 OCNEZ untuk mengetik nilai koordinat N,E,Z ditempat berdiri alat, bisa menggunakan koordinat lokal atau data titik kontrol GPS.
TEKAN F1 INPUT
KETIK ANGKANYA (CONTOH : 0,0,0 KOORDINAT LOKAL)
N=0, TEKAN F4 [ENT]
E=0, TEKAN F4 [ENT]
Z=0,TEKAN F4 [ENT]
TEKAN F3 [REC]
ARAHKAN TEROPONG KE TITIK ACUAN BELAKANG (Titik BackSight/BS)
TEKAN F2 (BACKSIGHT) untuk pengaturan bacaan kebelakang sebagai acuan TEKAN F3 [YES]
BS#
TEKAN F1 INPUT untuk mengetikkan nomor titik
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
KETIKKAN NOMOR TITIK ( CONTOH : P0 )
BS# = P0, TEKAN F4 [ENT]
P CODE
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik identitas atau kode titik
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
KETIKKAN IDENTITAS TITIK ( CONTOH : PAL )
P CODE = PAL, TEKAN F4 [ENT]
R HT
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nilai tinggi prisma/target
KETIKKAN ANGKANYA ( CONTOH : 1.400 )
R HT = 1.400 m, TEKAN F4 [ENT]
Menggunakan KOORDINAT sebagai ARAH ACUAN
ARAHKAN TEROPONG KE TITIK DEPAN atau FORESIGHT (FS)
TEKAN F3 FS/SS untuk pengaturan bacaan kedepan tempat titik berdiri alat selanjutnya dan untuk pengambilan titik detail.
PT #
TEKAN F1 INPUT untuk mengetikkan nomor titik
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
KETIKKAN NOMOR TITIK ( CONTOH : P2 )
PT # = P2, TEKAN F4 [ENT]
P CODE
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik identitas atau kode titik
TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
KETIKKAN IDENTITAS TITIK ( CONTOH : PAL )
P CODE = PAL, TEKAN F4 [ENT]
R HT
TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nilai tinggi prisma/target
KETIKKAN ANGKANYA ( CONTOH : 1.400 )
R HT = 1.400 m, TEKAN F4 [ENT]
2.5 Pengukuran Poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak. Rangkaian titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik tersebut dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik dilapangan dapat ditentun dengan mengukur jarak dan sudut kearah titik kontrol. Posisi titik-titik kontrol haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan bentuk geometrisnya, olygon dapat dibedakan atas olygon terbuka dan olygon tertutup.
2.5.1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon terbuka terbagi atas:
Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang tetap.
Gambar : 2.12 Poligon terbuka terikat sempurna
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk poligon terbuka terikat sempurna :
ƩS + F(S)= (αakhir – αawal) + (n-1) x 180°
[2.7]
Ʃd Sin α + F(X)= Xakhir – Xawal
[2.8]
Ʃd Cos α + F(Y)= Yakhir – Yawal
[2.9]
Keterangan :
ƩS : jumlah sudut
Ʃd : jumlah jarak
α : azimuth
F(S): kesalahan sudut
F(X): kesalahan koordinat X
F(Y):kesalahan koordinat Y
Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada.
Gambar : 2.13 Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Dimana :
A, n = titik tetap1,2..,n = titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1,S2,..,Sn = sudut α = azimuth awal
DA1,DA2= jarak antar titik
Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan persyaratangeometris, sebagai berikut:
ƩS + F(S)= (αakhir – αawal) + n x 180°
[2.21]
Keterangan :
Αakhir = azimuth akhir
Αawal = azimuth awal
ƩS = jumlah sudut
F(S) = kesalahan sudut
Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga hanya dapat dilakukan koreksi sudut dengan menggunakan persamaan (2.21) dan tanpa ada pengikat titik.
Gambar : 2.14 Poligon Terbuka Sempurna
Keterangan :
D12,D23,.., = jarak antar titik
S2,S3,.., = sudut
α12 = azimuth awal
Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth
Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon terbuka terikat sepihak hanya saja pada titik awal dan titik akhir diadakan pengamatan azimuth sehingga koreksi siditnya sebagai berikut :
ƩS + F(S)= [(αakhir – αawal) + n] x 180°
(2.22)
Keterangan :
Αakhir = azimuth akhir
Αawal = azimuth awal
ƩS = jumlah sudut
Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik awal dan titik akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya terdapat koreksi jarak sebagai berikut:
Ʃd sin α = jumlah ΔX/jumlah ΔY
X/Yakhir = koordinat X/Yakhir
X/Yawal = koordinat X/Yawal
Gambar : 2.16 Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
Keterangan :
A(XA;Y) = koordinat awal
DA1, D12 = jarak pengukuran antara titik
B(XB;YB)= koordinat akhir
S1,S2.. = sudut
2.5.2 Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit atau pada posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara geometris bentuk rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa dinamakan dengan poligon tertutup terikat sempurna.
Poligon Tertutup
Keterangan:
1, 2, 3, ..., n : titik kontrol poligon
D12, D23,..., Dn1 : jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn : sudut
Syarat geometris dari poligon tertutup sebagai berikut.
Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar )Σδ + ƒ(δ) = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )Σδ + ƒ(δ) = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0Σ ( D . sin α ) + ƒ(x) = 0Σ ( D . cos α ) + ƒ(y) = 0
Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )
Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar )
Σδ + ƒ(δ) = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
Σδ + ƒ(δ) = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0
Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0
Σ ( D . sin α ) + ƒ(x) = 0
Σ ( D . cos α ) + ƒ(y) = 0
Keterangan:
Σδ: Jumlah sudut
Σd Sin α : Jumlah x
Σd Cos α : Jumlah y
ΣΔX : Jumlah selisih absis ( X )
ΣΔY: Jumlah selisih ordinat ( Y )
f(δ) : Kesalahan sudut
f(x) : Kesalahan koordinat X
f(y) : Kesalahan koordinat Y
n : Jumlah titik pengukuran
D : Jarak / sisi poligon
α: Azimuth
Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :
Menghitung jumlah sudut
ƒδ = Σδ hasil pengukuran - ( n - 2 ).180
ƒδ = Σδ hasil pengukuran - ( n - 2 ).180
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan tetapi jika selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan cek lapangan atau pengukuran ulang.
Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( kδi )
kδi= fδin
kδi= fδin
Jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+), begitu juga sebaliknya.
Menghitung sudut terkoreksi
δi= δ1+ kδ1
δi= δ1+ kδ1
Menghitung azimuth sisi poligon (α)
Misal diketahui azimuth awal (α1-2 )
α2-3 = α1-2 + 180º - δ2 ( untuk sudut dalam )α2-3 = α1-2 - 180º + δ2 ( untuk sudut luar )
α2-3 = α1-2 + 180º - δ2 ( untuk sudut dalam )
α2-3 = α1-2 - 180º + δ2 ( untuk sudut luar )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360º, maka :
α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) - 360º
α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) - 360º
Apabila azimuth kurang dari 0º, maka :
α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) + 360º
α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) + 360º
Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( ΔX dan ΔY )
ΔX1-2 = d1-2 . sin α1-2ΔY1-2 = d1-2 . cos α1-2
ΔX1-2 = d1-2 . sin α1-2
ΔY1-2 = d1-2 . cos α1-2
Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kΔXi dan kΔYi )
kΔXi = ( di / Σd ) . ƒΔX kΔYi = ( di / Σd ) . ƒΔY
kΔXi = ( di / Σd ) . ƒΔX
kΔYi = ( di / Σd ) . ƒΔY
Dalam hal ini ƒΔX = ΣΔX dan ƒΔY = ΣΔY. Jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+) begitu juga sebaliknya.
Menghitung selisih absis ( ΔX ) dan ordinat ( ΔY ) terkoreksi
ΔX1-2 = ΔX1-2 + k ΔX1-2ΔY1-2 = ΔY1-2 + k ΔY1-2
ΔX1-2 = ΔX1-2 + k ΔX1-2
ΔY1-2 = ΔY1-2 + k ΔY1-2
Koordinat ( X,Y )
Misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka :
X2 = X1 + ΔX1-2
Y2 = Y1 + ΔY1-2
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula.
RUMUS POLIGON TERTUTUP
Untuk mengukur koordinat sementara semua titik polygon
Xn = Xn-1 + d Sin αn-1.nYn = Yn-1 + d Cos αn-1.nKeterangan:
Xn = Xn-1 + d Sin αn-1.n
Yn = Yn-1 + d Cos αn-1.n
Xn, Yn: koordinat titik n
Xn-1, Yn-1: koordinat titik n-1
Untuk mengukur koordinat terkoreksi dari semua titik polygon
Xn = Xn-1.n + dn Sin αn-1.n + (dn / Σd) x f(x)
Xn = Xn-1.n + dn Sin αn-1.n + (dn / Σd) x f(x)
Yn = Yn-1.n + d Cos αn-1.n + (dn / Σd) x f(y)
Yn = Yn-1.n + d Cos αn-1.n + (dn / Σd) x f(y)
Keterangan:
n : Nomor titik
Xn, Yn: Koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n: Koordinat titik ke n-1
dn: Jarak sisi titik n-1 ke n
αn-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n
Untuk mengukur ketelitian polygon
fd=f(x)2 + f(y)2K= df(d)
fd=f(x)2 + f(y)2
K= df(d)
Keterangan:
f(d) : Kesalahan jarak
f(x) : Kesalahan linier absis
f(y) : Kesalahan linier ordinat
Σd : Jumlah jarak
K : Ketelitian linier
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :
Syarat sudut :
Syarat absis :
Syarat ordinat :
Untuk poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :
Syarat sudut :
Syarat absis
Syarat ordinat
Toleransi Pengukuran
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon:
Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi
S'=S+ f(s)n
S'=S+ f(s)n
Di mana:
S' : Sudut terkoreksi
S : Sudut ukuran
Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua sudut titik hasil koreksi (S'):
Urutan hitungan azimuth sisi poligon searah jarum jam
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – δ 'αn.n+1 = (αn-1.n + δ') – 180°
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – δ '
αn.n+1 = (αn-1.n + δ') – 180°
Urutan hitungan azimuth sisi poligon berlawanan arah jarum jam
αn.n+1 = (αn-1.n + δ') – 180°αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – δ'
αn.n+1 = (αn-1.n + δ') – 180°
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – δ'
Di mana:
n : Nomor titik
αn.n+1: Azimuth sisi n ke n+1
αn-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n
2.6 Pengenalan Software Pemetaan ArcGIS
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 2000. Produk utama derai ArcGIS adalah ArcGIS Desktop, dimana ArcGIS Desktop merupakan software GIS profesional yang komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu:
ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan, dan analisis),
ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial),
ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk keperluan analisis geoprosesing).
Dengan ArcGIS, Anda dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik data spasial maupun non spasial). ArcGIS Desktop sendiri terdiri atas 5 aplikasi dasar yakni:
ArcMap
ArcMap merupakan aplikasi utama yang digunakan dalam ArcGIS yang digunakan untuk mengolah (membuat/create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing (composing dan publishing) peta.
ArcCatalog
ArcCatalog adalah aplikasi yang berfungsi untuk mengatur/mengorganisir berbagai macam data spasial yang digunakan dalam pekerjaan SIG. Fungsi ini meliputi tool untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution), dan menyimpan (documentation) data-data SIG. ArcCatalog membantu dalam proses eksplorasi dan pengolahan data spasial. Setelah data terhubung, ArcCatalog dapat digunakan untuk melihat data. Bila ada data yang akan digunakan, dapat langsung ditambahkan pada peta.
Seringkali, saat memperoleh data dari pihak lain, data tidak dapat langsung digunakan. Data tersebut mungkin masih perlu diubah sistem koordinat atau proyeksinya, dimodifikasi atributnya, atau dihubungkan antara data geografis dengan atribut yang tersimpan pada tabel terpisah. Pada saat data siap, isi dan struktur data sebagaimana halnya perubahan-perubahan yang dilakukan, harus didokumentasikan.
ArcToolbox
Sebagai inti dari semua proses analisis dalam ArcGIS, ArcToolbox memegang peran penting. Dalam ArcToolbox, tools atau perintah-perintah untuk melakukan analisis dikelompokkan sesuai dengan kelompok fungsinya. Terdiri dari kumpulan aplikasi yang berfungsi sebagai tools/perangkat dalam melakukan berbagai macam analisis keruangan.
ArcGlobe
Aplikasi ini berfungsi untuk menampilkan peta-peta secara 3D ke dalam bola dunia dan dapat dihubungkan langsung dengan internet.
ArcScene
ArcScene merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengolah dan menampilkan peta-peta ke dalam bentuk 3D.
2.6.1 Fungsi Dasar ArcGIS
ESRI (Environment Science & Research Institute) yang berpusat di Redlands, California, adalah salah satu perusahaan yang mapan dalam pengembangan perangkat lunak untuk GIS. Memulai debutnya dengan produk ArcInfo 2.0 pada awal 1990-an, ESRI terus memperbaiki produknya untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Produk yang paling terkanal dan bingga saat ini masih banyak digunakan oleh pengusaha GIS adalah Arc/Info 3.51 dan ArcView 3.3. kedua produk ini masih digunakan karena sifatnya yang ringan, tidak haus memori, dan kelengkapan fasilitasnya cukup memadai. Saat ini produk terakhir ESRI adalah ArcGIS versi 10 yang dirilis pada 28 Juni 2010 yang lalu. Dengan bervariasinya kalangan pengguna GIS, software ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI mencakup penggunaan GIS pada berbagai skala:
ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS profesional (perorangan maupun institusi)
ArcObjects, dibuat untuk para developer yang selalu ingin membuat inovasi dan pengembangan
Server GIS (ArchIMS, ArcSDE, local), dibuat bagi pengguna awam yang mengumpulkan data spasial melalui aplikasi internet
Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang dinamis, software ini mengumpulkan data lapangan
Pengaturan pada data frame sangat penting untuk diketahui, yang terutama meliputi:
Pengaturan unit peta yang dibuat (tab General)
Penentuan skala tampilan (tab Data Frame)
Penentuan sistem koordinat (tab Coordinate System)
Pengaturan grid kossdinat pada layout (tab Grid)
2.5.2 Kelemahan ArcGIS
ArcGIS perlu aspek hardware yang cukup tinggi. Dalam bahasa yang simple, ArcGIS lebih berat,
ArcGIS secara default tidak support multi view dan multi layout. Ini sangat menyulitkan pembuatan peta masal seperti Peta Kegiatan GNRHL.
Penggunaan ArcGIS tidah akan efisisen jika tidak menggunakan beberapa software yang lain selain ArcMap yang dibuka bersama, misalnya ArcCatalog, Windows Explorer, dan Notepad.
ArcGIS tidak 100% compatible dengan ArcView 3x. Proses migrasi akan sangat revolusioner, seperti migrasi dari MS Word 2003 ke MS Word 2007.
Di ArcGIS terdapat Xtool dan ET tetapi berbayar.
2.5.3 Keunggulan ArcGIS
ArcGIS sangat berguna dalam berbagai bidang kehidupan dan lebih unggul daripada sistem informasi biasa. Misalnya:
Pelayanan kesehatan contohnya dapat mengembangkan sebentuk peta ilustrasi sehingga dapat memudahkan user untuk membuat peta dalam suatu wilayah yang mengilustrasikan distribusi atau penyebaran terhadap suatu penyakit, kematian bayi, dsb.
Dalam bidang agricultur, user dapat mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan suatu produksi berdasarkan data yang ada.
Dalam bidang marketing, sehingga kita dapat cara meningkatkan/mengoptomalkan pemasaran.
Dalam bidang geografi, misalnya kita dapat mengetahui lokasi rawan yang terjadi dari bencana alam.
Dengan adanya GIS maka akan mempermudan user untuk menganalisis, mencari suatu informasi sehingga dapat membantu user untuk mengambil suaru keputusan berdasarkan data/fakta yang terjadi.
GIS juga dapat menghasilkan data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Orientasi Lapangan
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk kelancaran praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pemeriksaan dan penentuan batas wilayah dimana praktikum akan dilaksanakan.
Menentukan titik-titik poligon dengan memasang paku payung.
Pemilihan dan pemeriksaan alat yang akan dipergunakan sesuai dengan kebutuhan yang kondisi lapangan.
3.2 Penentuan Koordinat Titik Awal Mengunakan GPS
Alat yang digunakan :
GPS Garmin 76 CSX
Formulir ukuran
Pengukuran dilapangan :
Tempatkan alat di atas titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada penelitian kami, titik yang koordinatnya ditentukan oleh GPS adalah titik 1.
Hidupkan alat dengan menekan tombol power.
Tunggu beberapa saat hingga 4 satelite muncul di layar. Tunggu sampai muncul informasi koordinat.
Catat atau simpan ke memory waypoint dengan cara tekan tombol MARK
Menggunakan tombol ROCKER pilih Avg/Rata-rata, dilanjutkan dengan menekan tombol ENTER. Setelah Estimated Accuracy terpenuhi misalnya 3 meter, tekan tombol ENTER.
Beri nama titik pada baris paling atas. Pindahkan kursor ke OK lalu tekan ENTER
Sebaiknya catat no urut waypoint dan nilai koordinat di formulir survey dan lengkapi juga dengan keterangan objek yang diperlukan.
3.3 Pengukuran Poligon Tertutup
Hari / Tanggal : Sabtu, 6 Februari 2016
Lokasi :`Taman CD Politeknik Keuangan Negara STAN
Alat yang digunakan :
Total Station Topcon GTS-102N (1 buah)
Prisma Target (2 buah)
Tribrach (2 buah)
Statif (2 buah)
Paku Payung (3 buah)
Roll Meter (1 buah)
Payung (2 buah)
Materi Parktikum : Pengukuran Poligon Tertutup
Tujuan :
Agar para mahasiswa mampu melakukan pengukuran poligon yang nantinya berfungsi sebagai titik ikat/titik kontrol dalam pemetaan.
Pelaksanaan Praktikum :
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
Orientasi lapangan dari daerah yang akan dipetakan dan menancapkan paku payung sebagai titik poligon pada tempat yang tepat agar dapat melakukan pengukuran poligon dengan baik, antara titik satu dan titik lainnya tidak terhalang apapun yang sekiranya akan menghalangi bidikan.
Titik dengan paku payung tersebut diberikan nomor urut sesuai urutan dari masing-masing ujungnya dipasangkan paku kelihatan.
Dirikan total station diatas titik 1 atau titik poligon awal dan lakukan centering optis terhadap paku payung. Berikut langkah-langkah centering.
Rangkai statif, tribrach, dan total station/prisma dengan baik dan benar.
Dirikan statif diatas titik yang telah ditentukan.
Bidik titik poligon (paku payung) dengan menggunakan lensa centering optis hingga benang bidik kurang lebih hampir tepat pada titik.
Arahkan benang bidik ke posisi yang tepat di atas titik dengan menggunakan 3 sekrup penyetel.
Atur posisi kaki statif dan usahakan posisi tribrach tidak terlalu miring.
Atur ketinggian kaki kaki statif untuk mengarahkan gelembung nivo kotak ke dalam lingkaran tengah. Jika gelembung sudah dalam lingkaran tengah, gerakkan gelembung dengan 3 sekrup penyetel agar gelembung tepat berada di tengah.
Lihat apakah benang bidik lensa centering optis masih tepat pada titik poligon atau tidak. Jika bergeser, kendurkan sedikit pengunci antara statif dan tribrach lalu geser tribrach beserta TS sehingga benang bidik lensa centering optis tepat mengarah ke titik poligon lagi.
Atur keseimbangan gelembung nivo tabung dengan menggunakan 3 sekrup penyetel. Lakukan pada ketiga sisi segitiga tribrach.
Hidupkan total station dengan menekan tombol power.
Rekam data atau membuat job.
Tekan Menu.
Tekan [F1] DATA COLLECT untuk memulai membuat job. Tekan [F2] LIST untuk mencari job yang telah ada dan untuk melanjutkan job.
SELECT FILEFN : NAMA[ALP] [SPC][CLR] [ENT]SELECT FILEFN : NAMAINPUT LIST ….. ENTERTekan [F1] INPUT untuk memberi nama job. Tekan [F2] LIST untuk mencari job yang telah ada dan untuk melanjutkan job (saat alat TS dioperasikan pada titik kedua dan seterusnya).
SELECT FILE
FN : NAMA
[ALP] [SPC][CLR] [ENT]
SELECT FILE
FN : NAMA
INPUT LIST ….. ENTER
Tekan [F1] ALP untuk mengubah mode penulisan (mode huruf atau angka).
Tekan [F2] SPC untuk memberi spasi.
Tekan [F3] CLR untuk clear atau menghapus.
Tekan [F4] ENT setelah selesai memberikan nama job.
PT# = 1 ID : T1INS.HT : 1.550 m[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]PT# = 1 ID INS.HT : 0.000 m[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]PT# ID :INS.HT : 0.000 mINPUT SCRH RECOCNEZTekan [F1] OCC PT#INPUT untuk pengaturan titik tempat berdiri alat.
PT# = 1
ID : T1
INS.HT : 1.550 m
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
PT# = 1
ID
INS.HT : 0.000 m
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
PT#
ID :
INS.HT : 0.000 m
INPUT SCRH RECOCNEZ
PT#, menunjukkan point yang sedang kita input datanya. Pada titik 1, PT# kita isi "1". Pada titik 2, PT# kita isi dengan "4" dan seterusnya. Tekan [F4] ENT.
ID, menunjukkan identitas atau nama titik tempat berdirinya TS. Misal pada titik 1, ID kita isi dengan "T1". Pada titik 2, ID kita isi dengan "T2". Tekan [F4] ENT.
INS.HT, menunjukkan tinggi alat TS yang diukur dari titik poligon sampai dengan batas yang telah ditentukan pada alat TS. Tekan [F4] ENT.
PT# = 1ID : T1INS.HT : 1.550 mINPUT SCRH RECOCNEZTekan [F4] OCNEZuntuk input koordinatN,E,Z tempatberdiri alat, bisa menggunakan koordinat lokalatau menggunakan koordinat yang telah dicari dengan GPS. Dalam pengukuran poligon ini kami menggunakan koordinat yang telah ditentukan oleh GPS pada titik pertama.
PT# = 1
ID : T1
INS.HT : 1.550 m
INPUT SCRH RECOCNEZ
Setelah selesai input koordinat, tekan [F3] REC untuk merekam data. Tekan [F3] YES.
Bidikan teropong total station secara kasar menggunakan visir pada prisma target yang berada di titik terakhir (T4) sebagai backsight dalam keadaan biasa, bidik tepat pada prisma target.
Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horizontal serta penggerak piringan vertikal kemudian arahkan benang bidik tepat pada prisma target menggunakan penggerak halus horizontal maupun penggerak vertikal.
BS# = 2PCODE : T4R.HT : 1.460 m[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]BS# = 2PCODE R.HT : 0.000 m[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]BS# PCODE :R.HT : 0.000 mINPUT 0SETMEAS BSTekan [F2] BACKSIGHT untuk pengaturan bacaankebelakangsebagai acuan. Kemudian tekan [F1] INPUT untuk input data.
BS# = 2
PCODE : T4
R.HT : 1.460 m
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
BS# = 2
PCODE
R.HT : 0.000 m
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
BS#
PCODE :
R.HT : 0.000 m
INPUT 0SETMEAS BS
BS#, menunjukkan point yang sedang kita input datanya. Jika alat TS pada titik 1, BS# kita isi "2". Jika alat pada titik 2, BS# kita isi dengan "5" dan seterusnya. Tekan [F4] ENT.
PCODE, menunjukkan identitas atau nama titik tempat berdirinya prisma target backsight. Jika prisma target backsight pada titik 4, PCODE kita isi dengan "T4". Tekan [F4] ENT.
R.HT, menunjukkan tinggi prisma target yang diukur dari titik poligon sampai dengan batas yang telah ditentukan pada prisma target. Tekan [F4] ENT.
BS# = 2PCODE : T4R.HT : 1.460 mVH *SD NEZ----Tekan [F2] 0SET untuk menyetel titik 4 (backsight) sebagai acuan dalam pengukuran sudut (sudut horizontalnya 0o0'0").
BS# = 2
PCODE : T4
R.HT : 1.460 m
VH *SD NEZ----
Tekan [F3] MEAS.
Tekan [F2] *SD untuk mengukur sudut vertikal dan sudut horizontal titik backsight, serta jarak datar antara tempat berdiri alat TS dengan prisma target.
Tekan [F3] NEZ untuk mengukur koordinat titik backsight (titik 4). Dalam pengukuran polygon yang kami lakukan ini kami tidak melakukan pengukuran terhadap koordinat target.
Buka kunci penggerak piringan horizontal dan vertikal kemudian bidikan teropong total station secara kasar menggunakan visir pada prisma target yang berada di titik kedua (T2) sebagai foresight dalam keadaan biasa, bidik tepat pada prisma target.
Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horizontal serta penggerak piringan vertikal kemudian arahkan benang bidik tepat pada prisma target menggunakan penggerak halus horizontal maupun penggerak vertikal.
PT#PCODE :R.HT : 0.000 mINPUT SRCMEAS ALLPT# = 3PCODE R.HT : 0.000 m[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]Tekan [F3] FS/SS untuk pengaturan bacaankedepan tempat titik berdiri selanjutnya.
PT#
PCODE :
R.HT : 0.000 m
INPUT SRCMEAS ALL
PT# = 3
PCODE
R.HT : 0.000 m
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
PT# = 2PCODE : T2R.HT : 1.460 m[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
PT# = 2
PCODE : T2
R.HT : 1.460 m
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
Kemudian tekan [F1] INPUT untuk input data.
PT#, menunjukkan point yang sedang kita input datanya. Jika alat TS pada titik 1, PT# kita isi "3". Jika alat pada titik 2, PT# kita isi dengan "6" dan seterusnya. Tekan [F4] ENT.
PCODE, menunjukkan identitas atau nama titik tempat berdirinya prisma target foresight. Jika prisma target foresight pada titik 4, PCODE kita isi dengan "T2". Tekan [F4] ENT.
R.HT, menunjukkan tinggi prisma target yang diukur dari titik poligon sampai dengan batas yang telah ditentukan pada prisma target. Tekan [F4] ENT.
BS# = 2PCODE : T4R.HT : 1.460 m VH *SD NEZ----Tekan [F3] MEAS.
BS# = 2
PCODE : T4
R.HT : 1.460 m
VH *SD NEZ----
Tekan [F2] *SD untuk mengukur sudut vertikal dan sudut horizontal titik foresight, serta jarak datar antara tempat berdiri alat TS dengan prisma target.
Tekan [F3] NEZ untuk mengukur koordinat titik foresight (titik 2). Dalam pengukuran poligon yang kami lakukan ini kami tidak melakukan pengukuran terhadap koordinat target.
Ulangilah langkah-langkah tadi pada setiap titik poligon (kecuali langkah membuat job).
3.4 Penentuan Luas Menggunakan ArcGis 10.1
Alat dan bahan yang diperlukan :
Laptop/komputer.
Software terinstall berupa ArcGis 10.1 (ArcMap 10.1 dan ArcCatalog 10.1).
Data berupa koordinat masing-masing titik poligon.
Berikut adalah langkah-langkah penggunaan ArcGis 10.1 untuk menghitung luas.
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Hidupkan laptop atau komputer anda.
Buatlah Shapefile pada ArcCatalog 10.1.
Buka aplikasi ArcCatalog 10.1.
Klik pada menu File lalu pilih Connect To Folder.
Pilih dimana lokasi anda untuk menyimpan project dari ArcCatalog 10.1 lalu klik OK.
Klik kanan lalu arahkan kursor ke New dan pilih Shapefile.
Beri nama shapefile tersebut pada kolom Name (dalam hal ini kami gunakan nama Kel1) dan pilih Point pada Feature Type.
Klik Edit untuk menyetel Sistem Koordinat XY.
Klik pada Projected Coordinate Systems lalu pilih UTM. Kemudian pilih WGS 1984 dan Southern Hemisphere.
Untuk praktek kami, kami memilih WGS UTM Zone 48S. Lalu klik OK dan OK.
Input data koordinat titik poligon pada ArcMap 10.1
Buka aplikasi ArcMap 10.1.
Pilih Blank Mapkemudian klik OK.
Klik add data untuk input shapefile yang telah kita buat pada ArcCatalog 10.1 tadi.
Cari tempat yang kita gunakan untuk menyimpan shapefile. Lalu klik OK.
Klik Editor lalu Start Editing untuk memulai.
Klik nama shapefile kita yang berada di windows Create and Features yang berada di kanan layar monitor. Lalu klik kanan pada kanvas dan klik Absolute X,Y.
Input koordinat pada kotak dialog yang tersedia sesuai dengan koordinat yang telah didapatkan dari pengolahan data. Lalu tekan Enter. Lakukan langkah ini untuk 3 lainnya sehingga semua titik poligon muncul. Jika titik tidak terlihat, maka klik kanan pada layer Kel1 dan pilih Zoom To Layer.
Jika keempat titik telah muncul, klik Editor lalu Stop Editing.
Tentukan luas poligon.
Buat shapefile baru lagi seperti langkah 3 dengan nama Luas pada ArcCatalog 10.1 tetapi pada kolom Feature Type, pilih Polygon.
Add data shapefile Luas dengan cara seperti pada langkah 4c dan 4d.
Klik kanan pada layer Luas lalu pilih Open Attribute Table.
Klik pada tanda panah kecil pada table option lalu pilih Add field.
Beri nama Luas pada kolom Name dan pilih Double pada Type. Lalu klik OK.
Klik Editor dan Start Editing dengan layer aktif adalah layer Luas.
Klik Luas pada Creat and Features.
Tekan, tahan, dan hubungkan titik-titik poligon sehingga membentuk sebuah bidang.
Buka lagi attrinute table pada Luas.
Klik kanan pada field Luas dan pilih Calculate Geometry. Lalu pilih Area pada Property dan Square Meters pada Units.Kemudian klik OK.
Untuk memunculkan hasil perhitungan luas pada bidang, klik kanan pada layer Luas. Lalu pilih Properties aktifkan kolom Labels. Beri tanda pada Labels features in this layer. Kemudian ganti pilihan pada Label field menjadi Luas. Lalu klik OK.
Untuk menambahkan peta lokasi dari poligon kita (laptop/komputer harus tersambung internet), klik pada Add Data lalu pilih Add Basemap dan klik pada tipe peta yang diinginkan. Klik OK.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Poligon
Gbr 4.1 Sketsa Area Poligon
Perhitungan jarak
Data-data perhitungan jarak yang didapatkan pada praktikum ini menggunakan meotde pengukuran jarak tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan fitur EDM (Electronic Distance Measure) yang terdapat pada Total Station Topcon GTS-102N. Adapun total jarak antar titik-titik poligon adalah sebagai berikut :
DP1-P4=d1 + d2 + d3 + d4+d5+d6
= 29,592 m + 44,134 m + 27,398 m + 39,797 m
= 140,921 m
Perhitungan sudut
Dari sket poligon diatas terlihat bahwa hasil pengukuran sudut menggunakan alat Total Station merupakan sudut luar, karena jalur pengukuran adalah searah jarum jam. Berikut hasil pengukuran sudut di tiap-tiap titik :
TITIK
SUDUT LUAR (β)
º
'
"
desimal
P1
273
27
11
273,4531
P2
270
11
55
270,1986
P3
279
3
47
279,0631
P4
257
16
56
257,2822
Tabel 4.1 Data pengukuran sudut
Jumlah sudut yang seharusnya (secara geometris) memenuhi persamaan :
β0 = ( n + 2 ) * 180º
= ( 4 + 2 ) * 180º
= 1080º
Sedangkan jumlah sudut horizontal hasil pengukuran (β) adalah 1079°59'49". Jadi besar kesalahan sudut dalam horisontalnya :
f(β) = β- β0
= 1079°59'49"- 1080º
= - 0º00' 11"
Kesalahan sebesar 11" masih dalam batas toleransi pengukuran sudut yang sebesar 10" n atau sebesar 20", sehingga data pengukuran sudut dapat diterima.
Lalu, besar koreksi untuk tiap sudutnya adalah :
kβ = - f(β)jumlah titik (n)
= -(- 11")4
= 2,75"
= 0,0007639º
Sehingga sudut horizontal setelah koreksi menjadi :
βn' = βn + kβ ...................
TITIK
SUDUT LUAR (β)
KOREKSI SUDUT (K )
SUDUT LUAR
TERKOREKSI (β')
º
'
"
desimal
º
'
"
desimal
P1
273
27
11
273,4531
0,0007639
273
27
13,75
273,4538
P2
270
11
55
270,1986
0,0007639
270
11
57,75
270,1994
P3
279
3
47
279,0631
0,0007639
279
3
49,75
279,0638
P4
257
16
56
257,2822
0,0007639
257
16
58,75
257,2830
Tabel 4.2 Perhitungan Sudut Horizontal Terkoreksi
Perhitungan Azimuth
Untuk menghitung sudut azimuth tiap-tiap titik poligon, diperlukan sebuah azimuth awal. Pada pengukuran ini, sudut azimuth awal yang digunakan adalah azimuth P1-P2 (α1-2) yang diperoleh menggunakan kompas sebesar 185°3'45,34". Formula yang digunakan untuk menghitung azimuth adalah :
αn = αn-1 +βn'+ 180º....................
Maka,
Azimuth P2-P3 (α2-3)
α2-3 = α1-2 + β2'- 180º
= 185°3'45,34" + 270°11'57,75" - 180°
= 278°30'59,09"
Azimuth P3-P4 (α3-4)
α3-4 = α2-3 + β3'- 180º
= 278°30'59,09" + 279°3'49,75" - 180°
= 8°42'56,84"
Azimuth P4-P1 (α4-1)
α4-1 = α3-4 + β4'- 180º
= 8°42'56,84"+ 257°16'58,75" - 180°
= 107°46'46,59"
Dengan menggunakan rumus yang sama, dilakukan perhitungan kembali azimuth P1-P2, maka :
α1-2 = α4-1 + β1'- 180º
= 107°46'46,59"+ 273°27'13,75" - 180°
= 185°3'45,34"
Terlihat bahwa azimuth P1-P2 yang diperoleh dari perhitungan kembali menggunakan rumus diatas menghasilkan nilai yang sama dengan azimuth awal yang digunakan sebagai dasar penentuan azimuth tiap titik poligon, sehingga mengindikasikan bahwa koreksi kesalahan sudut telah dilakukan dengan benar.
Perhitungan Koordinat Titik-Titik Poligon
Pada pengukuran ini, P1 dijadikan sebagai titik ikat bagi titik-titik poligon lainnya. Oleh karena itu, harus diketahui terlebih dahulu koordinat dari titik P1. Dengan menggunakan GPS Garmin 76 CSX, diperoleh :
Koordinat P1
Easting (X1) = 691826,095 m
Northing (Y1)= 9306833,065 m
Dengan menggunakan koordinat dari titik P1, maka dihitung koordinat dari titik-titik poligon lainnya menggunakan formula berikut ini :
Xn = Xn-1 + dn-1 * sin αn-1 + koreksi absis titik ke-n-1 (fxn-1) ..........................................
Yn = Yn-1 + dn-1 * cos αn-1 + koreksi ordinat titik ke-n-1 (fyn-1) ....................................
Namun, terlebih dahulu ditentukan koreksi absis dan ordinat untuk tiap-tiap titik, sebagai berikut :
Koreksi Absis (fx)
fx = - dsinα
= - (d1 x sin α1-2 + d2 x sin α2-3 + d3 x sin α3-4 + d4 x sin α4-1)
= - (-4,2107)
= 4,2107 m
Koreksi absis untuk tiap-tiap titik :
fx1 =d1 dsinαx fx = 0,884214 m
fx2 =d2 dsinαx fx = 1,318732 m
fx3 =d3 dsinαx fx = 0,818657 m
fx4 =d4 dsinαx fx = 1,189141 m
Koreksi Ordinat (fy)
fx = - dcosα
= - (d1 x cos α1-2 + d2 x cos α2-3 + d3 x cos α3-4 + d4 x cos α4-1)
= - (-8,0113)
= 8,0113 m
Koreksi ordinat untuk tiap-tiap titik :
fy1 =d1 dcosαx fy = 1,682291 m
fy2 =d2 dcosαx fy = 2,508997 m
fy3 =d3 dcosαx fy = 1,557563 m
fy4 =d4 dcosαx fy = 2,26244 m
Maka,
Koordinat P2
X2 = X1 + d1* sin α1-2 + fx1
= 691824,368 m
Y2 = Y1 + d1* cos α1-2 + fy1
= 9306805,271 m
Koordinat P3
X3 = X2 + d2* sin α2-3 + fx2
= 691782,039 m
Y3 = Y1 + d1* cos α1-2 + fy2
= 9306814,316 m
Koordinat P4
X4 = X3 + d3* sin α3-4 + fx3
= 691787,010 m
Y4 = Y3 + d1* cos α3-4 + fy3
= 9306842,955 m
Dengan menggunakan formula yang sama, dihitung kembali koordinat titik awal (P1), sebagai berikut :
Koordinat P1
X1 = X4 + d4* sin α4-1 + fx4
= 691826,095 m
Y1 = Y4 + d4* cos α4-1 + fy4
= 9306833,065 m
Terlihat bahwa koordinat P1 yang diperoleh dari perhitungan kembali menggunakan rumus diatas menghasilkan nilai yang sama dengan koordinat awal yang digunakan sebagai dasar penentuan koordinat tiap titik poligon, sehingga mengindikasikan bahwa koreksi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran baik itu kesalahan sudut maupun kesalahan jarak/ linear telah dilakukan dengan benar.
Pengolahan Data Poligon di ArcGIS
Dari data koordinat titik-titik poligon yang telah didapatkan dari hasil pengukuran dan perhitungan, maka selanjutnya adalah melakukan proyeksi titik-titik tersebut ke peta. Dalam proses ini, software yang digunakan adalah ArcGIS 10.1.
KOORDINAT UTM
TITIK
E
N
691826,095
9306833,065
P1
691824,368
9306805,271
P2
691782,039
9306814,316
P3
691787,010
9306842,955
P4
Tabel 4.3 Koordinat Titik-Titik Poligon
Koordinat titik-titik poligon pada tabel 4.3 akan diplot ke ArcGIS. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :
Langkah pertama setelah menginstall aplikasi ArcGis 10.1 yaitu dari membuka aplikasi ArcMap 10.1.
Kemudian akan muncul dialog box ArcMap get started , klik ok. Maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini.
Gbr 4.2 Kertas kerja kosong Arcmap 10.1
Klik catalog yang berada di tepi kanan atas tampilan awal. Fungsi dari catalog adalah untuk menghubungkan dengan folder. Folder yang dimaksud adalah folder tempat meyimpan hasil kerja. Setelah catalog di klik maka akan muncul folder connection.
Gbr 4.3 Letak calatalog pada lembar kerja
Kemudian klik folder connection, pilih folder yang akan dijadikan tempat menyimpan project. Klik kanan folder tersebut ->New -> shapefile.
Gbr 4.4 Menambahkan shapefile pada kertas kerja
Kemudian, akan muncul dialog box create new shapefile. Ubah nama shapefile misalnya menjadi IUT. Lalu pilih feature type point, karena yang akan kita plot adalah koordinat yang bentuknya titik (point).
Gbr 4.5 Mengedit nama shapefile
Kemudian klik edit. Lalu pilih projected coordinate system untuk menyesuaikan dengan koordinat hasil pengukuran dan perhitungan sebelumnya yang merupakan koordinat dalam sistem UTM (sistem koordinat proyeksi). Kemudian pilih UTM , pilih WGS 1984, kemudian pilih southern hemisphere karena wilayah Bintaro berada di bumi bagian selatan. Kemudian pilih WGS 1984 UTM zone 48S karena koordinat yang kita miliki berada di daerah Bintaro dan Bintaro berada di zona 48S UTM.
Gbr 4.6 Langkah untuk menyesuaikan sistem koordinat kertas kerja dengan koordinat hasil pengukuran
Klik ok, dan klik ok lagi. Nantinya akan muncul seperti gambar dibawah ini.
Gbr 4.7 Shapefile point telah ditambahkan pada kertas kerja
Klik catalog ->folder connection -> IUT.shp
Klik editor ->start editing.
Gbr 4.8 Start editing IUT.shp
Kemudian double klik IUT.shp, maka hasilnya akan tampak seperti gambar dibawah ini.
Gbr 4.9 IUT.shp pada Create Features
Klik IUT kemudian klik icon point pada editor
Gbr 4.10 tool icon point
Klik kanan pada kertas kerja kemudian pilih absolute x, y untuk memasukkan koordinat titik-titik poligon pada kertas kerja. Kemudian akan muncul kotak permintaan untuk input koordinat (x,y).
Gbr 4.11 Kotak dialog input koordinat
Masukkan keempat koordinat poligon hasil pengukuran dengan mengulangi langkah 12. Hasilnya akan seperti berikut ini :
Gbr 4.12 Hasil plotting koordinat
Kemudian klik editor dan klik stop editing.
Sekarang, akan dilakukan input poligon berdasarkan data titik-titik yang telah diplot sebelumnya. Klik catalog ->folder connecting ->klik kanan pada folder yang ditentukan -> New -> shape file
Ubah nama shapefile , misalnya Luas. Ubah feature type-nya menjadi Polygon, klik edit kemudian atur seperti shapefile IUT yang diawal tadi. Hasilnya akan seperti ini :
Gbr 4.13 mengedit shapefile polygon
Klik ok. Maka di layar akan muncul layer seperti ini :
Gbr 4.14 Shapefile polygon telah ditambahkan pada kertas kerja
Klik editor-> pilih start editing.
Akan muncul create feature baru yaitu Luas.
Gbr 4.15 Luas.shp pada Create Features
Klik Luas di bagian Kotaknya kemudian arahkan ke titik di lembar kerja. Hubungkan semua titik sehingga menjadi sebuah polygon. Setelah selesai menghubungkan semua titik, tekan F2 untuk mengakhiri pembuatan polygon. Sehingga hasilnya seperti ini :
Gbr 4.16 Bentuk polygon setelah titik dihubungkan
Klik editor kemudian pilih stop editing
Klik kanan pada layer luas di sebelah kiri layar kemudian pilih Open attribute table. Fungsinya adalah untuk mengetahui berapa luas dari poligon tersebut pada keadaan yang sebenarnya. Akan muncul tabel seperti dibawah ini.
Gbr 4.17 Tabel setelah dilakukan perintah open attribute table
Klik table options pada pojok kiri atas table, pilih add fields, beri nama luas dan ubah typenya menjadi double. Hasilnya seperti ini.
Gbr 4.18 Tampilan perintah add field
Klik ok.
Gbr 4.19 Tampilan tabel setelah ditambah selnya
Klik kanan pada sel Luas -> pilih calculate geometry -> ok -> jika ada konfirmasi untuk melanjutkan, pilih yes-> klik ok-> jika ada konfirmasi untuk melanjutkan, pilih yes. Hasilnya akan diketahui luas polygon tersebut dan akan tampak seperti ini
Gbr 4.20 Penghitungan luas poligon
Dengan melakukan langkah 25, diketahui bahwa luas area poligon pengukuran adalah sebesar 1.180, 315723 m2. Lalu, close tabelnya.
Untuk memproyeksikan titik-titik polygon tersebut pada peta sebenarnya, maka dapat dilakukan dengan mengeklik tanda panah disamping icon Add.
Gbr 4.21 Letak icon Add unutk memproyeksikan titik-titik pada peta
Kemudian pilih Add Basemap. Namun sebelum itu komputer anda harus sudah terhubung dengan jaringan internet. Kemudian pilih Imagery.
Gbr 4.22 Pilihan tampilan basemap
Klik Add maka akan muncul basemap pada layer. Setelah itu, klik kanan pada basemap -> properties. Maka akan muncul kotak dialog seperti ini :
Gbr 4.23 Tampilan Basemap layer properties
Klik "OK". Maka akan muncul proyeksi area poligon pada peta citra satelit (Google Earth). Seperti berikut ini :
Gbr 4.23 Tampilan proyeksi area poligon
Gbr 4.24 Proyeksi area poligon pada peta dunia (skala sangat kecil)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Poligon adalah rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak yang dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik tersebut dapat dihitung dengan memasukan data yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak.
Adapun langkah-langkah pengukuran polygon adalah sebagai berikut :
Orientasi lanpangan
Menentukan koordinat titik awal menggunakan GPS
Mengukur polygon tertutup
Menentukan luas polygon menggunakan aplikasi ArcGIS 10.1
Berdasarkan hasil praktikum kelompok I yang berlokasi di taman CD Politeknik Keuangan Negara STAN, diperoleh data pengukuran sebagaimana yang terlampir. Dari pengolahan data hasil praktikum tersebut telah kami buat peta menggunakan aplikasi ArcGIS. Untuk data-data dan gambar dapat dilihat pada lampiran.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Total Station Topcon GTS-102N, GPS, statif, prisma target dan alat pendukung lainnya yang berfungsi untuk mengukur besarnya sudut dan jarak, berguna untuk mengetahui koordinat pada keempat titik yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian dari koordinat keempat titik tersebut dihitung luasnya dan digambar dalam bentuk peta dengan menggunakan apliksai ArcGIS.
5.2 Saran
Dalam praktikum yang dilakukan kelompok I yang berlokasi di taman CD Politeknik Keuangan Negara STAN II disarankan untuk:
Bekerja dengan baik dan benar serta ketelitian dan keseriusan dari masing-masing anggota kelompok agar hasil pengukuran dapat sempurna dan memuasakan demi meningkatkan kualitas dan kemampuan mahasiswa dalam praktik mengukur tanah.
Menggunakan peralatan yang telah disediakan sebagai mana mestinya / sesuai dengan fungsinya untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
Saat melakukan pengukuran di bawah terik matahari sebaiknya menggunakan payung sehingga dapat menghindarkan pengukur dari kesalah membaca hasil pengukuran akibat silaunya cahaya matahari.
Menggunakan lotion anti nyamuk apabila melakukan pengukuran di daerah yang banyak dihuni nyamuk, karena gigitan nyamuk dapat mengganggu fokus si pengukur.
Setiap selesai melakukan pengukuran sebaiknya melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing / instruktur supaya mendapatkan gambaran yang pasti mengenai pengukuran yang kita lakukan dan meminimalisir kesalahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Edi. "Panduan Dasar ArcGis". 7 Februari 2016.http://laminer10science.blogspot. co.id/p/ panduandasar-arcgis-dimanapada_8383.html?m=1
Sabrina. "Makalah Singkat Tentang Software ArcGis". 7 Februari 2016. http:// sabrina helper.wordpress .com/2014 /10/25/makalah-sngkat-tentang-software-arcgis/
Winda. "Pengenalan ArcGis 1". 7 Februari 2016 https://windaadju.files. Word press.com /2012/10/bab-2-pengenalan-arc-gis1.pdf
Civil Engineering. "Pengukuran Poligon Tertutup Terikat". 7 Februari 2016. http://ilmu-civil 1001. Blogspot.co.id/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html
Dodo, Kuswondo. "Poligon". 7 Februari 2016. http://geoexpose.blogspot.co.id/2010/12/pol igon.html
Land Surveying. "Poligon Tertutup". 7 Februari 2016. http://geodesi10-materi-kkh.blogspot .co.id/ 2011/05/poligon-tertutup.html
Yuliawan, I Putu." Penentuan Jarak dan Sudut Kerangka". 7 Februari 2016. http://iputuyulia wanappp.blogspot.co.id/2012/02/penentuan-jarak-dan-sudut-kerangka.html
Lampiran
Gambar 1. Proses pengumpulan data
Gambar 2. Proses pengumpulan data
Gambar 3. Proses pengumpulan data
Gambar 4. Proses pengumpulan data
Gambar 5. Proses pengumpulan data
Gambar 5. Proses pengumpulan data
Table 1. Hasil perhitungan poligon tertutup
DATA PENGUKURAN POLIGON
Lokasi
: Area Gedung C & D, STAN
Surveyor
: : Kelompok 1
Cuaca
: Cerah
Tanggal
: 6 Februari 2016
Instrumen
: Total Station Topcon GTS-102N
Kedudukan Alat
Titik Target
Tinggi Alat (m)
Sudut Bacaan
Jarak Datar (m)
Sudut Luar
Horizontal
Vertikal
°
'
"
°
'
"
°
'
"
P1
P2
1.55
273
27
11
89
58
2
29.592
273
27
11
1.53
P4
1.56
0
0
0
89
49
57
39.797
P2
P3
1.42
270
11
55
89
55
47
44.134
270
11
55
1.55
P1
1.68
0
0
0
90
2
56
29.591
P3
P4
1.76
279
3
47
89
50
36
27.398
279
3
47
1.42
P2
1.55
0
0
0
90
5
22
44.135
P4
P1
1.48
257
16
56
90
20
27
39.8
257
16
56
1.6
P3
1.57
0
0
0
90
11
4
27.4
Tabel 2. Hasil perhitungan koordinat polygon
Gambar 7. Hasil pengukuran dalam bentuk citra satelit hasil pengolahan ArcGIS